58 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
ANALYSIS OF FACTORS EFFECTING THE PERFORMANCE OF DRUG SWALLOWING CONTROL (PMO) IN ASSISTING PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA OF KAMONJI
COMMUNITY HEALTH CENTER PALU YEARS 2012-2013 Faramita Nurani*, Andriana Daud Laratu**
*Medical Student, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University **Academic Lecturer, Faculty of Medicine and Health Science, Tadulako University
ABSTRACT
Background: Pulmonary Tuberculosis (Lungs TB) is chronically infected disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Since the year 1994 Lungs TB curing programs in Indonesia have already reffered to the Directly Observed Treatment Short Course Strategy
(DOTS) program based on WHO recommendations. Out of DOTS’s five main key
strategies, political commitment, medicine distribution, case detection, recording and reporting have been conducted. It is only the surveillance by PMO which is still hard to control due to varies PMO performances. This study aims to analyze factors related to the performances of PMO in assisting Lungs TB patients in the work area of Kamonji Community Health Center years 2012-2013.
Method: This study uses a cross-sectional design with the amount of subjects studied as much as 30 patients and the sampling method used was purposive sampling. Data sources originated from medical records and data gained from interviews. Then tested by chi-square test with the alternative of fisher test.
Results: Results of study show two variables having significant relationships namely variable experience of PMO informed of the Lungs TB with p=0,01 and PMO behavior with p=0,02 and variables which do not have any relationships which are, home environment, income, age, attitude and level of education with p>0,05.
Conclusion: There are two variables which have significant relationships which are variable experience of PMO informed of the Lungs TB with PMO behavior and 5 variables which do not have any relationships which are home environment, income, age, attitude and level of education.
59 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
ABSTRAK
LatarBelakang : Tuberkulosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Semenjak tahun 1994 program pengobatan TB di Indonesia sudah mengacu pada program Directly Observed Treatment Short Course Strategy (DOTS) yang didasarkan pada rekomendasi WHO. Dari 5 kunci pokok strategi DOTS, komitmen politik, distribusi obat, deteksi kasus, pencatatan dan pelaporan sudah dilaksanakan. Hanya saja pengawasan oleh PMO yang masih susah dikendalikan akibat kinerja PMO yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja PMO dalam mendampingi penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji tahun 2012-2013.
Metode : Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah subjek yang diteliti sebanyak 30 penderita dan metode pengambilan sampel yang digunakan ialah
purposive sampling. Sumber data berasal dari rekam medis dan data yang diperoleh dari wawancara. Kemudian diuji dengan uji chi-square dengan alternatifnya yaitu uji fisher.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan 2 variabel mempunyai hubungan bermakna yaitu variable pengalaman PMO mendapat informasi mengenai TB dengan p=0,01 dan perilaku PMO dengan p=0,02 serta 5 variabel tidak mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal, pendapatan, umur, sikap dan tingkat pendidikan PMO dengan nilai p>0,05.
Kesimpulan : Terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna yaitu pengalaman PMO mendapat informasi dan perilaku PMO serta 5 variabel tidak mempunyai hubungan yaitu tempat tinggal, pendapatan, umur, sikap dan tingkat pendidikan PMO.
Kata kunci : PMO, TB paru dan Kinerja.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB menyebabkan hampir 2 juta kematian, dan diperkirakan saat ini sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB, yang mungkin akan berkembang menjadi penyakit TB di masa datang. (WHO, 2006). Di Indonesia, TB
60 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
menunjukkan bahwa case detection rate
(CDR) TB paru di Indonesia mencapai 82,2%, angka ini telah mencapai target nasional yaitu 70%. Namun, untuk Sulawesi Tengah masih mencapai 50,53% untuk capaian program pada tahun 2011 sedangkan CDR untuk kota Palu sendiri menurut data dari Profil Kesehatan Sulawesi Tengah (2009 dan 2010) sebesar >70% [2].
Semenjak tahun 1994 program
pengobatan TB di Indonesia sudah
mengacu pada program Directly
Observed Treatment Short Course
Strategy (DOTS) yang didasarkan pada rekomendasi WHO. [1]. Dari 5 kunci pokok strategi DOTS, komitmen politik, distribusi obat, deteksi kasus, pencatatan dan pelaporan sudah dilaksanakan. Hanya saja pengawasan oleh PMO yang masih susah dikendalikan akibat kinerja PMO yang berbeda-beda. Selain itu belum adanya perkumpulan PMO yang sudah terlatih . Pemilihan Puskesmas Kamonji Kota Palu sebagai tempat penelitian didasari karena tingginya angka kejadian TB Paru. Keadaan tersebut di atas
menarik untuk dikaji dengan
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja PMO dalam mendampingi pasien TB paru di Wilayah kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu tahun 2012-2013.
METODE
Pelaksanaan penelitian ini yaitu menganalisis kinerja PMO dengan melihat rekam medis dari penderita TB paru untuk mencari alamat PMO dan status pengobatan penderita kemudian melakukan wawancara kepada PMO terkait kinerjanya. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling , besarnya sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eklusi yaitu sebesar 30 sampel. Terdapat 7 variabel penelitian yaitu tempat tinggal, umur, pendapatan, tingkat pendidikan,
pengalaman PMO mendapatkan
61 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
bivariat menggunakan uji chi square
namun karena tidak memenuhi syarat maka alternatifnya yaitu uji fisher.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2014 untuk melakukan uji validitas kuesioner di Puskesmas Siranindi. Setelah kuesioner selesai diujikan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian pada bulan April-Juni 2014 di Puskesmas Kamonji.
HASIL
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO yang rentang umurnya berada dikisaran 12-25 tahun dan pengobatannya berhasil berjumlah 1 orang (4,8%) dan tidak ada PMO yang pada rentang umur tersebut dengan status pengobatan penderitas TB paru yang tidak berhasil. PMO yang rentang umurnya berada dikisaran 26-45 tahun dan pengobatannya berhasil berjumlah 19 orang (90,5%) dan yang tidak berhasil sebanyak 6 orang
(66,7%). Sementara itu, PMO yang rentang umurnya berada dikisaran 46-65 tahun dan pengobatannya berhasil berjumlah 1 orang (4,8%) dan yang tidak berhasil sebanyak 3 orang (33,3%). Dari hasil uji fisher menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur PMO dengan status pengobatan penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p 0,06.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa PMO yang pendidkan terakhirnya adalah Sekolah Dasar dan pengobatannya berhasil berjumlah 2 orang (9,5%) dan yang tidak berhasil sebanyak 4 orang
(44,4%). PMO yang pendidkan
terakhirnya adalah Sekolah Menegah Pertama dan pengobatannya berhasil berjumlah 8 orang (38,1%) dan yang tidak berhasil sebanyak 2 orang (22,2%). PMO yang pendidkan terakhirnya adalah
62 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
pengobatannya berhasil berjumlah 4orang (19%) dan yang tidak berhasil sebanyak 1 orang (11,1%). Sementara itu, PMO yang pendidkan terakhirnya adalah Perguruan Tinggi dan pengobatannya berhasil berjumlah 7 orang (33,3%) dan yang tidak berhasil sebanyak 2 orang (22,2%). Dari hasil uji fisher menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat
pendidikan PMO dengan status
pengobatan penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p 0,22.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa PMO yang pernah mengikuti pelatihan dan pengobatannya berhasil berjumlah 15 orang (71,4%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2 orang (22,2%). Sementara itu, PMO yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan pengobatannya berhasil berjumlah 6 orang (28,6%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 7
orang (77,8%). Dari hasil uji fisher
menunjukkan adanya hubungan antara pengalaman PMO dalam mengikuti pelatihan dengan status pengobatan penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p 0,01.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa
PMO berpendapatan rendah dan
pengobatannya berhasil berjumlah 14 orang (66,7%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 7 orang (77,8%). Sementara itu, PMO yang berpendapatan tinggi dan pengobatannya berhasil berjumlah 7 orang (33,3%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2 orang (22,2%). Dari hasil uji fisher
63 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Dari tabel diatas semua PMO
menunjukkan sikap yang positif . Karena tidak adanya PMO yang bersikap negatif sehingga tidak ada pembanding untuk menunjukkan hubungan antara variabel terikat yaitu kinerja PMO (status pengobatan) dan variabel bebasnya.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa perilaku PMO baik selama mendampingi penderita TB paru dan pengobatannya berhasil berjumlah 18 orang (85,7%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2 orang (22,2%). Perilaku PMO cukup selama mendampingi penderita TB paru dan pengobatannya berhasil berjumlah 2 orang (9,5%) dan pengobatannya tidak
berhasil berjumlah 5 orang (55,6%). Sementara itu, perilaku PMO kurang selama mendampingi penderita TB paru dan pengobatannya berhasil berjumlah 1orang (4,8%) dan pengobatannya tidak berhasil berjumlah 2 orang (22,2%). Dari hasil uji fisher menunjukkan adanya hubungan antara perilaku PMO selama mendampingi pendertia TB paru dengan status pengobatan penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kamonji dengan nilai p 0,02.
PEMBAHASAN
64 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Kinerja PMO dipengaruhi hubungan keluarga dan tempat tinggalnya serumah
dengan penderita. Orang yang
ditunjuk/ditugaskan menjadi PMO adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit TB paru dan masih mempunyai hubungan keluarga dengan penderita TB paru serta serumah sehingga PMO dapat dengan mudah mengawasi penderita saat minum obat.
Menurut pedoman nasional
penanggulangan TB paru yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2007[1], menguraikan beberapa persyaratan untuk menjadi seorang PMO, yaitu sebagai berikut :
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. b. Seseorang yang tinggal dekat dengan
pasien.
c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.
Pada variabel kedua yaitu hubungan
umur PMO dengan kinernya
mendapatkan hasil uji statistik dengan nilai p=0,06 (nilai p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara umur PMO dengan kinerja sebagai seorang PMO dalam mendampingi penderita TB paru. Secara teori menurut Notoatmodjo[4], tidak ada batasan umur untuk menjadi PMO penderita TB paru, yang terpenting PMO dapat melakukan pengawasan terhadap penderita TB paru pada saat menelan obatnya. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang ,baik kematangan fisik, psikis dan sosial,yaitu umur mempengaruhi baik tidaknya seseorang pada proses belajar mengajar.
Hasil uji fisher untuk variabel pendidikan PMO dengan kinerjanya menunjukkan nilai p=0,22 (nilai p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel. Tidak seperti teori yang dikemukakan oleh Bagoes Widjanarto[5] tentang pendidikan PMO, bahwa hal ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang materi pelayanan dan
65 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
tinggi pula tingkat pengetahuannya, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi terjadinya praktik PMO terhadap penderita TB paru. Untuk variabel keempat yaitu pengalaman PMO dalam mencari atau mendapatkan informasi tentang TB paru dengan kinerjanya didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p=0,01(nilai p<0,05) yang artinya bahwa pengalaman mengikuti pelatihan ini mempengaruhi kinerja PMO dalam mendampingi pasien TB paru sampai akhir pengobatan. Pelatihan yang dilaksanakan merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang agar kinerjanya meningkat.
Pelatihan juga merupakan cara untuk membekali seseorang yang mempunyai pendidikan formal sesuai dengan tugasnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya dengan harapan
agar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya dalam hal ini mendampingi penderita TB paru sampai pengobatan berhasil.
Hasil uji statistik untuk variabel kelima yaitu tingkat pendapatan PMO dengan kinerja didapatkan nilai p=0,44 (nilai p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan
PMO dengan kinerja selama
mendampingi penderita TB paru.
Menurut Bagoes widjanarto[5],
pendapatan PMO tidak secara langsung
mempengaruhi kinerjanya karena
program TB paru yang dicanangkan Indonesia adalah program gratis yang bertujuan agar penderira TB paru dapat dengan mudah berobat sehingga penyakit TB paru baru dapat disembuhkan dan dikendalikan jumlah penderitanya. Namun pendapatan sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita karena
pemenuhan-pemenuhan dalam hal
66 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
Untuk variabel keenam yaitu hubungan sikap PMO dengan kinerjanya tidak mendapatkan hasil untuk uji statistiknya karena semua bersikap postif sehingga tidak bisa dibukti apakah terdapat hubungan antara keduanya. Namun jika sesuai teori yang dikemukan Bagoes widjanarto[5], sikap PMO memiliki hubungan yang erat terhadap kinerja PMO. Sikap merupakan reaksi atau respon emosional seseorang terhadap stimuli atau obyek diluarnya yang bersifat penilaian, dan penilaian ini dapat dilanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap stimuli atau obyek. Dengan mengacu pada definisi sikap diatas maka sebenarnya hasil penelitian ini dapat bermakna. Disamping itu sikap PMO ini juga dipengaruhi oleh pandangan bahwa penderita yang didampingi adalah bagian dari keluarganya. Dari hal itu seorang PMO yang mengetahui saudaranya sakit akan berusaha / bersikap menanggapi segala hal yang mendukung tentang kesembuhan pasien/saudaranya. Adapun variabel ini termasuk dalam Variabel psikologi yang terdiri dari sub variabel yaitu persepsi, sikap, perilaku, belajar
dan motivasi. Menurut Trisnawati [6] , variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman
kerja sebelumnya dan variabel
demografis. Variabel psikologi seperti persepsi, sikap, perilaku, dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur, juga menyatakan sulit mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk variabel terakhir yaitu hubungan perilaku PMO dengan kinerjanya didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p=0,02 (nilai p<0,05) artinya perilaku PMO memiliki hubungan yang bermakna dengan kinerja PMO dalam mendampingi pasien TB baru hingga akhir pengobatan. Seperti
yang dikemukan oleh Rochani
67 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
lingkungan individu yang akan
berpengaruh terhadap perilakunya. Dari hasil uraian pembahasan di atas, hanya 2 hipotesis yang diterima dari 7 hipotesis yaitu terdapat kaitan yang erat antara
pengalaman PMO mendapatkan
informasi tentang TB paru serta perilaku PMO dalam mendampingi penderita TB paru dengan kinerja PMO yang dilihat dari status pengobatan penderita TB paru. Dari beberapa variabel yang diteliti, ada beberapa variabel yang seharusnya berhubungan namun pada penelitian kali ini didapatkan hasil yang berbeda. Menurut Hedrawati [8] perlu diingat bahwa tidak selamanya pengobatan berhasil berdasarkan kinerja PMO yang baik. Kasus penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor perilaku penderita, motivasi penderita untuk sembuh dan lingkungan. Faktor lingkungan, sanitasi dan higiene terutama sangat terkait bagi dengan keberadaan kuman, dan proses timbul serta penularannya. Faktor perilaku dan motivasi, penderita TB paru untuk sembuh sangat berpengaruh, yang dimulai dari perilaku hidup sehat (makan makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hindari
rokok, alkohol, hindari stress), kepatuhan untuk minum obat dan pemeriksaan rutin
untuk memantau perkembangan
pengobatan serta efek samping. dengan keberadaan kuman, dan proses timbul serta penularannya. Faktor perilaku dan motivasi, penderita TB paru untuk sembuh sangat berpengaruh, yang dimulai dari perilaku hidup sehat (makan makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hindari rokok, alkohol, hindari stress), kepatuhan untuk minum obat dan pemeriksaan rutin
untuk memantau perkembangan
pengobatan serta efek samping.
KESIMPULAN DAN SARAN
68 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
pada bulan April-Juni 2014 , dengan sampel sebanyak 30.
Hasil yang didapatkan adalah dari 7 variabel yang diteliti hanya 2 variabel yang terbukti berhubungan dengan kinerja PMO yaitu pengalaman PMO mendapat informasi tentang TB paru dan juga perilaku PMO. Serta yang tidak terbukti memiliki hubungan adalah variabel tempat tinggal, umur, pendapatan dan pendidikan. Sedangkan yang tidak bisa diketahui hubungannya adalah variabel sikap (karena semua PMO bersikap positif).
69 Faramita Nurani & Andriana Daud, Analysis Of Factors Effecting The Performance ...
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan, 2007.
Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis 2nd ed. Depkes RI : Jakarta.
2. Dinas Kesehatan SulTeng, 2011.
Profil Kesehatan Sulawesi Tengah.
DinKes : Palu
3. Puri, AN. 2006 . Hubungan Kinerja PMO dengan Kesembuhan Pasien TB
Paru Kasus Baru Strategi DOTS .
Diakses dari www.adln.lib.unair.ac.id pada tanggal 5 Juli 2014.
4. Notoadmodjo. 2005. Ciri-ciri Pengawas Minum Obat yang
Diharapkan oleh Penderita
Tuberkulosis Paru di Daerah Urban
dan Rural di Yogyakarta. Diakses dari www.jmpk-online.net. Pada tanggal 4 Desember 2013.
5. Widjanarko et al. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Pengawas Menelan Obat (PMO) Dalam Pengawasan Penderita Tuberkulosis Paru Di Kota Semarang
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol. 1 / No. 1 / Januari 2006. Diakses dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/j pki/search/titles pada tanggal 4 desember 2013.
6. Trisnawati, S. 2008. “The Moderating Effects of Hierarchy and Control sytems on the Relationship between
Budgetary Participation and
Performance”. The International
Journal of Accounting, Vol. 43, h. 268-292
7. Istiawan, R. 2006. Hubungan Peran PMO oleh Keluarga dan Petugas
Kesehatan Terhadap Pengetahuan,
Perilaku Pencegahan TB Paru.
Diakses dari www.jmpk-online.net. Pada tanggal 5 Juli 2014.
8. Hendrawati P. A. 2008. Hubungan antara Partisipasi Pengawas Menelan
Obat Keluarga dengan Sikap
Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas