• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR | Kadir | Healthy Tadulako 8737 28701 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR | Kadir | Healthy Tadulako 8737 28701 1 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM

MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

MAKASSAR

Arisna Kadir

Dosen tetap Program Studi DIII Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Email: arisna.kadir@gmail.com

ABSTRAK

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang menggunakan Alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan non probability sampling dengan metode accidental sampling dan jumlah sampelnya 87 akseptor. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik berjumlah 64 responden, dimana terdapat 17,2% yang menggunakan implant, 21,8% yang menggunakan IUD, 21,8% yang menggunakan suntik, dan 26,6% yang menggunakan pil. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang berjumlah 23 responden, dimana terdapat 21,7% yang menggunakan implant, tidak ada responden yang menggunakan IUD, 34,8% yang menggunakan suntik, dan 43,5% yang menggunakan pil diperoleh nilai T hitung (1,358) dengan nilai ρ=0,178. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Diharapkan bagi akseptor untuk membangun komunikasi positif dengan bidan atau tenaga kesehatan yang lain untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang manfaat dan kerugian kontrasepsi.

Katakunci : Pengetahuan, Keputusan Memilih Kontrasepsi

ABSTRACT

Family Planning is action that helps couples to avoid unwanted pregnancies, set the interval between pregnancies, birth control current time in relation to the age of husband and wife and to determine the number of children in the family. The purpose of this study was to determine the effect of knowledge of the mother's decision in choosing a contraceptive at the health center-Kassi Kassi Makassar. This research is descriptive analytic and held in May-June 2016. The population in this study are all mothers who use contraceptives at the health center-Kassi Kassi Makassar. The sampling method used is non probability sampling with accidental sampling method and sample size 87 acceptors. Based on research conducted at the Public Health Center-Kassi Kassi Makassar indicates that respondents who are knowledgeable both amounted to 64 respondents, where there are 17.2% who use implants, 21.8% who use an IUD, 21.8% were using a syringe, and 26.6 % used the pill. While less knowledgeable respondents amounted to 23 respondents, where there are 21.7% who use implants, no respondents who use an IUD, 34.8% were using a syringe, and 43.5% were using pills obtained value T count (1.358) with value ρ = 0.178. The conclusion of this study is no influence of knowledge on a mother's decision in choosing a contraceptive at the health center-Kassi Kassi Makassar. Expected for the acceptor to build positive communication with your midwife or other health worker to obtain complete information about the benefits and disadvantages of contraception.

(2)

PENDAHULUAN

Menurut WHO (World Health Organisation) expert comitte 1970: Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.[1]

Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain, Maria Stopes pada tahun 1980-1950 yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger, tahun 1883-1966merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang program Birh Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan Nasional Birth Control

(NBC) dan pada tahun 1921 diadakan

American NBC Conference. Hasil Konferensi tersebut yaitu didirikannya

American Birth Control League dan Margaret Sanger sebagaia ketuanya. Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya

International Planned Parenthood Federation (IPPF), dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh Dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia, yaitu dr.Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran karena angka kelahiran bayi sangat tinggi sedangkan di DKI jakarta mulai dirintis di bagian

kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo.[1]

Menurut WHO (World Health Organisation) tahun 2011, 99 % kematian banyak terjadi di negeri berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini. Kontrasepsi kemudian dijadikan program untuk menekan angka-angka yang mengerikan itu. Di Afrika tercatat, sekitar 82% penduduknya tidak berkontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat, hanya 43 % yang sadar kontrasepsi. Negeri maju di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, selangkah lebih sadar, hanya 20 % warganya yang menolak kontrasepsi.[2]

Berdasarkan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) 2015, menyatakan bahwa jumlah pengguna alat kontrasepsi dari februari 2014 s/d februari 2015 sebanyak 1.032.054 peserta. Dengan rincian akseptor KB IUD sebanyak (6,97%), MOW (1,41%), Implant (8,78%), Suntik (52,93%), Pil (24,43%), MOP (0,09%), dan Kondom (5,40%). Kemudian untuk jumlah peserta KB lama yang melakukan kunjungan ulang dan diberi alat kontrasepsi sesuai dengan metode sampai dengan februari 2014 s/d februari 2015 5.805.364 peserta. Dengan rincian pengguna KB IUD (0,18%), Implant (0,64%), Kondom (2,55%), Suntikan (47,07%), dan Pil (49,56%).[3]

(3)

(1,68%), MOP (0%), Kondom (6,10%), Implant (11,53%), dan yang tertinggi yaitu Suntik (50,30%), serta Pil (26,98%). Kemudain untuk jumlah pemberian kontrasepsi ulang pada tahun 2015 sebanyak (90.555 peserta) dengan rincian pengguna IUD (0,06%), MOW (1,05%), MOP (0,10%) Kondom (4,96%), Implant (0,65%), Suntik (49,90%), serta Pil (26,98%).[3]

Di Makassar Jumlah peserta KB baru s/d maret 2014 sebanyak (9.068 peserta) dengan rincian pengguna IUD (5,99%), MOW (2,28%), MOP (0,01%), Kondom (4,09%), Implan (2,99%), Suntik (59,9%) serta Pil (24,7%). Kemudian untuk jumlah Peserta KB aktif sebanyak (112.131 peserta) dengan rincian penggunaan IUD (9,92%), MOW (3,52%), MOP (0,56%), Kondom (3,55%), Implan (10,33%), Suntik (43,78%), serta Pil (28,36%).[4]

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari Puskesmas Kassi-Kassi Makassar dari bulan Januari 2014 s/d Desember 2015 jumlah keseluruhan pengguna alat kontrasepsi sebanyak (15.376 peserta) dengan rincian pengguna IUD (1,03%), MOW (0%), MOP (0%), Kondom (0,75%), Implan (2,1%), Suntik (91%) serta Pil (4,68%).

BAHAN DAN CARA

Desain, Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menggunakan pendekatan secara cross sectional yaitu untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time apporoach).[5] Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar pada Tanggal 9 Mei- 9 Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang menggunakan Alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Besar populasi dalam penelitian ini adalah 15.371 akseptor dengan rata-rata 641 akseptor perbulan, Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 87 akseptor.

Pengumpulan Data

(4)

HASIL PENELITIAN

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keputusan Ibu Dalam Memilih Alat Kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar

Sumber: Data primer 2015

PEMBAHASAN

Kontrsepsi merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha ini dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen (Prawirohardjo, 1994), yang bersifat sementara terdiri dari Pil, suntik KB, kondom, AKDR, implant dan alat kontrasepsi lainnya. Sedangkan yang bersifat permanen berupa medis operasi wanita (MOW) dan medis operasi pria (MOP). Cara kerja alat/ obat kontrasepsi bermacam-macam, pada umumnya adalah mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.[6]

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik berjumlah 64 responden, dimana terdapat 11 responden (17,2%) yang menggunakan implant, 18 responden (21,8%) yang menggunakan IUD, 18

responden (21,8%) yang menggunakan suntik, dan 17 responden (26,6%) yang menggunakan pil. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang berjumlah 23 responden, dimana terdapat 5 responden (21,7%) yang menggunakan implant, tidak ada responden yang menggunakan IUD, 8 responden (34,8%) yang menggunakan suntik, dan 10 responden (43,5%) yang menggunakan pil. Hasil uji Regresidiperoleh nilai T hitung (1,358) dengan nilai ρ=0,178. Karena nilai ρ>α = 0,05 maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Interpretasi tidak pengaruh pengetahuan terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

(5)

atas. Menurut Notoatmodjo 2003 dalam Titik Lestari (2015), mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemilihan kontrasepsi. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dalam penelitian ini responden yang menggunakan implan hanya sebagian kecil, hal ini disebabkan oleh cara pemasangan implan yang menurut akseptor masih ekstrim sehingga membuat akseptor takut untuk menggunakan kontrasepsi implan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Annisa Rahma Adhyani (2011) yang mengemukakan bahwa dari 60 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang terdapat 21 responden. Sedangkan 31 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sedangkan 8 responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi didapat nilai p sebesar 0,371 (p> 0,05) maka secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi. Pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan pada

akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku.[7]

Menurut asumsi peneliti, semakin baik pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi maka semakin tepat pula perilaku dalam pemilihan kontrasepsi. Semakin tinggi pengetahuan akseptor tentang alat kontrasepsi, maka semakin besar kemungkinannya untuk tidak memilih kontrasepsi yang memiliki banyak efek samping dan memilih kontrasepsi yang mempunyai banyak keuntungan untuk akseptor. Dari hasil yang peneliti dapatkan pengetahuan responden secara umum termasuk dalam kategori baik, namun tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi, dikarenakan ibu yang berpengetahuan baik secara umum tidak menggunakan alat kontrasepsi tersebut dan menggunakan alat kontrasepsi lain sebagai pilihan serta lebih banyak responden yang menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil yang memiliki lebih banyak efek samping. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan yang kemudian diaplikasikan pada keputusan ibu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

“Pengaruh pengetahuan terhadap

keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(6)

2. Keputusanakseptor dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar sebagian besar memilih suntik dan pil.

3. Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi Implan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. 4. Terdapat pengaruh pengetahuan

terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. 5. Tidak ada pengaruh pengetahuan

terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi Suntik di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. 6. Tidak ada pengaruh pengetahuan

terhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi Pil di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. 7. Tidak ada pengaruh pengetahuan ibu

secara umumterhadap keputusan ibu dalam memilih alat kontrasepsi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas Kassi-Kassi Makassar yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suratun et all. 2013. Pelayanan

Keluarga Berencana dan

Pelayanan Kontrasepsi. Cetakan III. CV. Trans Info media: Jakarta.

2. Ferawati. 2012. Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Pemilihan Alat Kontrasepsi Non Hormonal Di Wilayah Kerja

Puskesmas Peukan Baro

Kecamatan Peukan Baro.

3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2015. Hasil Pelaksanaa Sub sistem Pencatatan dan Pelaporan.

Direktorat Pelaporan dan Statistik: Jakarta.(online).(http://www.bkkbn. go.id). Sitasi, 05 April 2016.

4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2014. Hasil Pelaksanaa Sub sistem Pencatatan dan Pelaporan.

Direktorat Pelaporan dan Statistik: Jakarta.(online).(http://www.bkkbn. go.id). Sitasi, 05 April 2016.

5. Machfoedz Ircham, MS. 2014.

Metodologi Penelitian. Cetakan 10. Fitramaya: Yogyakarta.

6. Lestari Titik. 2015. Kumpulam Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Cetakan I. Nuha Medika : Yogyakarta.

7. Adhyani, A.R. 2011. Faktor-Faktor

yang Berhubungan Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Relasi yang terjalin antara dokter dan pasien di IGD RSU X termasuk kedalam relasi pasif sebab dokter lebih banyak mengambil peranan dalam proses komunikasi medis. Selain

Kinerja pegawai di dinas perindustrian perdagangan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah kabupaten rembang merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi

Sleman, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut: respon yang positif terhadap pemanfaatan feses ternak sebagai energi alternatif biogas berpengaruh terhadap

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan tim pelaksana kegiatan pengabdian pemberdayaan dengan 6 orang guru TK Labschool IKIP PGRI Jember, diperoleh

Acute Kidney Injury Following Cardiac Surgery - Incidence, Risk Factors, Association With Other Perioperative Complications, Survival, and Renal Recovery..

Ketiga , modul pembelajaran multikul - tural yang dikembangkan sebagai penun - jang implementasi model “pembelajaran multikultural terpadu menggunakan modul (PMTM)”, secara

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa melalui pendidikan di kelas, dapat memberikan kesadaran tentang akibat dari KDRT yang dialami dan bagaimana antisipasi