• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi C-Telopeptide Serum Dengan Densitas Tulang Pada Wanita Pasca Menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi C-Telopeptide Serum Dengan Densitas Tulang Pada Wanita Pasca Menopause"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tulang adalah organ tubuh yang selalu mengalami proses pergantian (turnover), dimana terjadi proses pergantian tulang lama (resorpsi) dan tulang baru (formasi). Apabila terjadi ketidakseimbangan antara proses resorpsi tulang oleh osteoklas dan proses formasi oleh osteoblas akan terjadi osteopenia dan osteoporosis. Defenisi osteoporosis menurut WHO adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan kelainan mikroaksitektur jaringan tulang, dengan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dan resiko terjadinya fraktur tulang. Atas dasar defenisi dari WHO ini maka osteoporosis diukur densitas massa tulang dengan ditemukan nilai T score yang kurang dari -2,5 sedangkan dikatakan normal nilai T score >-1 dan osteopenia T score <-1 - -2,5.1

Osteoporosis merupakan salah satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah.1 Pada osteoporosis juga terjadi abnormalitas bone turnover dimana proses penyerapan tulang (bone resorption) lebih banyak daripada proses pembentukan tulang (bone formation).2

(2)

200 juta pasien di seluruh dunia menderita osteoporosis.3 Data National Osteoporosis Foundation menunjukkan lebih dari 44 juta orang mengalami osteopenia dan osteoporosis. Di Cina terjadi peningkatan insiden osteoporosis sebesar 300% dalam waktu 30 tahun terakhir. Penelitian di Indonesia tahun 2002 menunjukan insiden osteoporosis 6 kali lebih banyak daripada Nederland. Lima propinsi dengan risiko tertinggi osteoporosis di Indonesia meliputi Sulawesi Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23.5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%).4 Tes saring menggunakan BMD (Bone Matrix Densitometry) yang dilakukan di lima kota besar di Indonesia memberikan gambaran umum sebesar 35% menunjukkan hasil normal, 36% telah terjadi osteopenia dan 29% telah terjadi osteoporosis5. Prevalensi osteoporosis tahun 2010 di Denpasar pada populasi umum sebesar 21%.6

(3)

Risiko terjadinya osteoporosis lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Sekitar 35% wanita pasca menopause menderita osteoporosis dan 50% mengalami osteopenia. Wanita secara signifikan memiliki risiko lebih tinggi terjadinya osteoporosis. Wanita akan mengalami periode menopause dimana fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun, dimana salah satu peranan hormon estrogen yaitu mempertahankan remodelling tulang normal.1,11

Untuk mengetahui massa dan metabolisme tulang pada wanita pasca menopause dapat dilakukan pemeriksaan marker biokimia tulang. Pemeriksaan marker biokimia tulang bertujuan untuk menentukan risiko osteoporosis pada wanita pasca menopause12,13,14. Pemeriksaan marker biokimia meliputi alkaline fosfatase tulang, osteocalcin, bone GLA protein (BGP) dan C-telopeptide. Pemeriksaan immunoassay marker osteocalcin dan alkalin fosfatase tulang sejauh ini sangat efektif dalam mengetahui proses metabolisme tulang dalam proses osteoporosis. Namun pemeriksaan biomarker yang berhubungan dengan peptide adalah yang paling sensitif sebagai pertanda marker resorpsi tulang.12,13,15

(4)
(5)

osteocalcin dalam serum, yang menjadi keterbatasan dalam mengevaluasi osteoporosis. Korelasi positif antara osteocalcin dan C-telopeptide, dan korelasi positif antara C-telopetide dengan usia. Hal ini dapat disimpulkan C-telopetide tipe I kolagen signifikan menentukan kehilangan struktur tulang dan dapat digunakan untuk penilaian osteoporosis pada wanita pasca menopause.17

Pencegahan dan diagnosis osteoporosis perlu dilakukan sejak dini. Pemeriksaan Gold standard osteoporosis adalah pemeriksaan Dual Energy X-Ray Absorptometry (DXA) pada berbagai posisi seperti lumbal spinal, panggul dan radius distal. Tetapi pemeriksaan Dual Energy X-Ray Absorptometry (DXA) memiliki beberapa keterbatasan yaitu biaya pemeriksaan cukup mahal, menggunakan radiasi ionisasi, dan memerlukan ahli radiologi yang kompeten dalam mendiagnosis osteoporosis secara akurat. Selain itu sarana pemeriksaan DXA ini tidak tersedia luas di negara berkembang seperti Indonesia1,18.

1.2. Identifikasi Masalah

(6)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar C-telopeptide serum pada wanita pasca menopause.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar Densitas massa tulang pada wanita pasca menopause.

3. Untuk mengetahui korelasi kadar C-telopeptide serum terhadap densitas massa tulang pada wanita pasca menopause.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui adanya korelasi antara C-telopeptide dengan densitas massa tulang pada wanita pasca menopause, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang peranan C-telopeptide serum sebagai marker biokimia tulang pada patofisiologi osteoporosis dalam mendeteksi dini resiko terjadinya osteoporosis.

1.5. Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mata kuliah ini, mahasiswa diajak untuk mempelajari hubungan tegangan-regangan, analisis penampang, torsi, analisis tegangan dan regangan dalam bidang, tegangan

maka kami mohon kehadiran Bapak/ Ibu untuk menjadi Tim Penguji PKN/KKN sesuai dengan jadwal di atas. Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan

• Tujuan utama mempelajari Mekanika Bahan adalah untuk menentukan besarnya tegangan ( stresses ), regangan (strains) dan perpindahan ( displacement ) pada suatu

Semua penjelasan mengenai pembahasan dan penerapan berdasarkan pada teori database, ERD(Entity Relationship Diagram, normalisasi, pengenalan Oracle 9i dan Visual Basic 2008

[r]

Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram berdasarkan asesmen kebutuhan (need assessment) yang dianggap penting (skala prioritas)

Informasi dan fitur yang ada dalam situs web ini dibangun berdasarkan metode penelitian yang penulis lakukan, yaitu observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah dan beberapa guru

Siswa dapat menyebutkan nama pedang yang diwariskan nabi Muhammad SAW kepada Ali bin Abi