• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Hutang Usaha Mikro: Pengujian Theory of Planned Behavior (Studi pada Usaha Kain Tenun di Sumba Timur) D 922011001 BAB VII"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

KEPUTUSAN HUTANG

Bab ini membahas berbagai temuan penelitian yang tercermin dari

hasil-hasil pengujian terhadap seluruh hipotesis yang ada pada penelitian ini.

Pembahasan terhadap hasil pengujian hipotesis-hipotesis tersebut dikaitkan

dengan teori-teori yang mendasarinya, dihubungkan dengan studi-studi yang

telah dilakukan sebelumnya, serta dikemukakan pula rasionalitas dari

temuan-temuan tersebut.

7.1. Pengaruh Sikap terhadap Hutang pada Niat Berhutang

Hasil pengujian dalam penelitian menunjukkan bahwa sikap pemilik

usaha terhadap hutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat

berhutang.

Sikap terhadap hutang adalah evaluasi pemilik usaha untuk mendukung

(perasaan positif) atau tidak mendukung (perasaan negatif) terhadap

penggunaan hutang. Jika pemilik usaha memiliki sikap yang mendukung

penggunaan hutang, maka mereka akan mempunyai niat untuk berhutang

dalam mendanai usaha mereka. Sebaliknya jika pemilik usaha memiliki sikap

yang tidak mendukung penggunaan hutang, maka mereka tidak akan

mempunyai niat untuk berhutang

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dari sikap terhadap

hutang pada niat berhutang, yang berarti semakin tinggi sikap positif pemilik

usaha terhadap hutang, maka semakin tinggi pula niat pemilik usaha untuk

menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan dalam usahanya.

Sebaliknya, jika pemilik usaha memiliki sikap negatif terhadap hutang, maka

semakin rendah niat pemilik usaha untuk menggunakan hutang sebagai

(2)

pemilik usaha kain tenun melihat hutang sebagai sumber pendanaan dalam

usaha merupakan ide yang baik, menguntungkan, dan tindakan yang

bijaksana. Bahkan pemilik usaha kain tenun mengganggap bahwa hutang

dapat menguntungkan usaha mereka. Hal ini dibuktikan dengan banyak

responden memberikan skoring yang tinggi untuk indikator tersebut (lihat

Tabel 5.7).

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hailu et al. (2005) dan

Koropp et al. (2014) yang menemukan bahwa sikap positif terhadap

penggunaan hutang akan meningkatkan niat untuk menggunakan pendanaan

hutang pada usaha besar. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap pemilik usaha

baik skala mikro dan besar terhadap hutang cenderung tidak berbeda dalam

mempengaruhi niat berhutang. Selain itu, hasil yang positif ini sejalan dengan

penelitian lainnya dalam bidang keuangan pada konteks keputusan yang

berbeda: keputusan pendanaan private equity (Espel et al., 2009) dan

keputusan investasi (Phan dan Zhou, 2014).

7.2. Pengaruh Norma Sosial terhadap Niat Berhutang

Hasil pengujian dalam penelitian tentang pengaruh norma sosial

terhadap niat berhutang menunjukkan bahwa norma sosial pemilik usaha

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat berhutang. Norma

sosial dalam penelitian ini merupakan pengaruh dari lingkungan sosial yang

dipersepsikan oleh individu, yang akan mendukung atau tidak mendukung

terhadap keputusan hutang. Jika pengaruh norma sosial positif berarti

lingkungan sosial mendukung pemilik usaha untuk menggunakan hutang,

maka pemilik usaha akan mempunyai niat untuk menggunakan hutang

sebagai sumber pendanaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma sosial berpengaruh positif,

yang berarti semakin tinggi pengaruh lingkungan sosial terhadap pemilik

(3)

berhutang. Sebaliknya, semakin rendah pengaruh lingkungan sosial terhadap

pemilik usaha untuk menggunakan hutang, maka semakin rendah niat

pemilik usaha untuk berhutang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

keluarga, teman non pengusaha, dan teman sesama pengusaha kain tenun

mendukung/mempengaruhi penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan

usaha.

Pengaruh terbesar berasal dari teman sesama pengusaha (lihat Tabel

5.8). Hal ini berarti bagi pemilik usaha kain tenun, bila teman pengusaha

lainnya menggunakan hutang dalam usahanya, maka ada kecenderungan

untuk mengikuti menggunakan hutang juga sebagai sumber pendanaan,

Kondisi tersebut dapat terjadi karena karakteristik usaha kain tenun, dimana

lokasi pengusaha tenun antara satu dengan lainnya berdekatan dalam satu

sentra produksi (satu kecamatan). Selain itu, para pengusaha tersebut

memiliki ikatan hubungan kekerabatan, yang dalam masyarakat Sumba

Timur disebut satu marga (kabihu). Kecenderungan mengikuti perilaku dari

pengusaha lainnya menunjukkan bahwa terdapat herding behavior dalam

keputusan hutang usaha kain tenun di Sumba Timur. Hal ini mendukung

temuan Baddeley et al. (2012) bahwa perilaku herding cenderung terjadi

pada keputusan-keputusan keuangan yang bersifat individual.

Hasil penelitian ini mendukung temuan Hailu et al. (2005) dan Koropp

et al. (2014) yang membuktikan bahwa norma sosial mempengaruhi niat

dalam menggunakan sumber pendanaan baik hutang maupun ekuitas

eksternal. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Espel et al. (2009) dalam

konteks pendanaan yang berbeda (private equity).

7.3. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Niat Berhutang

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang

(4)

niat untuk berhutang. Meskipun temuan ini bertentangan dengan konsep

dalam Theory of Planned Behavior, namun hasil penelitian ini konsisten

dengan temuan Koropp et al. (2014) pada skala usaha yang lebih besar.

Pengaruh yang tidak signifikan dari kontrol perilaku yang

dipersepsikan dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Pertama,

kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam penelitian ini merupakan persepsi

pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses hutang

seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan, ketepatan waktu

pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur, ternyata bukan merupakan kendala

utama yang dihadapi oleh pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur. Kedua,

karena kuatnya pengaruh variabel sikap dan norma sosial terhadap variabel

niat berhutang. Jika sikap dan norma sosial berpengaruh kuat, maka kontrol

perilaku yang dipersepsikan sering kurang prediktif (Armitage dan Conner,

2001). Ketiga, ada kemungkinan bahwa variabel kontrol perilaku yang

dipersepsikan tidak mempengaruhi niat perilaku secara langsung (Umeh and

Patel, 2004), tapi hanya memoderasi variabel sikap dan norma sosial dalam

mempengaruhi niat perilaku.

7.4. Pengaruh Niat Berhutang Terhadap Keputusan Hutang

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa niat pemilik usaha untuk

berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan

hutang.

Niat berhutang merupakan suatu keinginan atau motivasi pemilik usaha

untuk menggunakan hutang. Pemilik usaha yang mempunyai niat yang tinggi

untuk berhutang, akan mengambil keputusan menggunakan hutang sebagai

sumber pendanaan dalam usahanya. Hasil penelitian menunjukkan niat

berhutang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputuisan

hutang. Ini berarti pemilik usaha kain tenun cenderung memiliki keinginan

(5)

salah satu sumber pendanaan dalam usahanya. Hal tersebut dapat

dikarenakan kondisi yang dihadapi usaha kain tenun yaitu keterbatasan

modal, terutama modal kerja untuk kelangsungan usaha mereka. Hal ini

konsisten dengan tingginya nilai skoring yang diberikan pemilik usaha untuk

indikator berupaya menggunakan hutang (Lihat Tabel 5.10).

Temuan penelitian ini memberikan bukti empirik pada pernyataan

Ajzen (2005) dalam Theory of Planned Behavior bahwa prediktor utama dari

perilaku adalah niat untuk melakukan perilaku tersebut serta mendukung

temuan dari penelitian-penelitian TPB terdahulu dalam berbagai konteks

(Lin, 2007; Koukouvinos, 2012; Koropp et al., 2014).

7.5. Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan terhadap Keputusan Hutang

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang

dipersepsikan pemilik usaha berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap keputusan hutang. Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan

persepsi pemilik usaha terhadap hambatan yang dialami dalam mengakses

permodalan seperti besar atau kecilnya tingkat bunga yang ditawarkan,

ketepatan waktu pelunasan dan aksesibilitas ke kreditur. Dengan memiliki

persepsi yang tinggi dalam mengatasi hambatan-hambatan, diharapkan akan

meningkatkan keputusan hutang pemilik usaha.

Hasil penelitian menunjukkan pemilik usaha kain tenun memiliki

persepsi yang tinggi bahwa mereka dapat mengatasi hambatan-hambatan

seperti tingkat bunga, ketepatan waktu pelunasan, dan aksesibilitas ke

kreditur. Dengan mengatasi faktor-faktor tersebut, pemilik usaha akan

menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Faktor aksesibilitas

menjadi faktor utama yang lebih banyak dipertimbangkan oleh pemilik usaha

(lihat Tabel 5.9). Hasil ini juga menjelaskan bahwa kontrol perilaku yang

(6)

melalui mediasi variabel niat berhutang. Artinya bila pemilik usaha dapat

mengatasi hambatan-hambatan seperti yang dijelaskan di atas, mereka akan

langsung mengambil keputusan untuk berhutang, meskipun sebelumnya

mereka tidak memiliki niat.

Pengaruh langsung kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap

keputusan hutang juga menunjukkan bahwa pengusaha kain tenun cenderung

melakukan keputusan hutang secara spontan tanpa perencanaan keuangan

terlebih dahulu. Selain itu, kondisi ini dapat terjadi pada usaha mikro karena

usaha mikro sering diperhadapkan pada keterbatasan informasi yang dimiliki

tentang sumber-sumber dana (Ang dan Lawson, 2010). Hal ini konsisten

dengan pernyataan Ajzen (2005) bahwa pengaruh langsung kontrol perilaku

yang dipersepsikan terhadap suatu perilaku dapat terjadi bila individu

memiliki sedikit informasi tentang perilaku tersebut.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan studi Koropp et al. (2014)

yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak signifikan

mempengaruhi keputusan untuk pilihan pendanaan baik hutang maupun

modal sendiri. Perbedaan hasil penelitian dengan temuan Koropp et al.

(2014) dalam kaitan dengan pendanaan hutang dapat disebabkan oleh

perbedaan jenis hutang yang digunakan responden. Penelitian mereka lebih

melihat pada jenis hutang untuk investasi yang sifatnya jangka panjang,

persyaratan jaminan lebih besar, dan tingkat bunga yang lebih tinggi, dengan

sumber utama dari bank. Sedangkan penelitian ini fokus pada hutang jangka

pendek untuk kelangsungan operasional usaha tenun (modal kerja). Hal ini

dapat dilihat bahwa sebagian besar yaitu 72,9 persen pemilik usaha kain

tenun (Lihat Tabel 5.4) menggunakan hutang yang berasal dari LSM dan

pemerintah yang memberikan tingkat bunga yang rendah dan jaminan berupa

proposal usaha. Pemilik usaha kain tenun rata-rata menggunakan proporsi

hutang yang cukup besar dalam usaha yaitu sebesar 60,7 persen (Tabel 5.6),

(7)

+

+ +

+

Koropp et al. (2014) dengan rata-rata proporsi hutang hanya sebesar 23,39

persen.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Xiao et al. (2011)

yang menemukan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan kredit. Hasil ini juga memperkuat

konsep Theory of Planned Behavior bahwa kontrol perilaku yang

dipersepsikan dapat mempengaruhi suatu perilaku selain faktor niat.

Jika digambarkan model keputusan hutang pada usaha kain tenun

berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 7.1.

Model Keputusan Hutang Usaha Kain Tenun Sumba Timur

Kontrol perilaku yang dipersepsikan

Sikap terhadap

Hutang

Norma Sosial

Niat Berhutang

(8)

Gambar

Gambar 7.1.

Referensi

Dokumen terkait

Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir (dibawah satu bulan).. Menurut the World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir

The network topology model is used to indicate a connection between spaces or rooms, and it is also used to calculate migration pathway of humans, objects or robots. Consequences if

Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh

Generic attributes allow for augmenting exisiting CityGML features by application-specific extra attributes in a simple and straightforward way, without the need for explicitly

KEDUA Penetapan Harga tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang. berlaku dalam proses

Although the nature of people at work and their complexities make their management a difficult task, it provides a unique opportunity for academic (e.g. universities) and

hanya mengawasi dan sebagai pembina para santri tersebut.. Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 153 4) Pondok pesantren tipe D, yaitu pondok pesantren yang

pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Hiburan di daerah kabupaten/ kota.