• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Pada Mahasiswi Kesehatan dan Mahasiswi Non Kesehatan di Asrama Putri USU Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Pada Mahasiswi Kesehatan dan Mahasiswi Non Kesehatan di Asrama Putri USU Tahun 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan optimal adalah dengan mengatur makanan yang dikonsumsi karena tidak jarang penyakit timbul akibat ketidakseimbangan makanan. Kelebihan atau kekurangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Selain makanan, beberapa faktor yang memengaruhi kesehatan adalah gaya hidup, olahraga, sinar matahari, cara berfikir positif, istirahat, dan rekreasi yang cukup (Rusilanti, 2007).

(2)

dan tidak dikombinasikan dengan buah dan sayuran segar sebagai sumber serat telah memicu munculnya berbagai macam penyakit (Wirakusumah, 2007).

Makanan sangat penting bagi tubuh. Secara umum, makanan adalah bahan alamiah yang menjadi sumber kalori atau bahan-bahan yang diperlukan untuk berlangsungnya proses-proses kehidupan. Jenis makanan yang dikonsumsi tubuh akan memengaruhi kesehatan, selain menyehatkan, makanan juga berfungsi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh, serta peningkat daya tahan tubuh (Rozaline, 2006).

Tubuh membutuhkan berbagai zat gizi untuk mempertahankan kesehatan. Selain zat gizi makro ( karbohidrat, protein, dan lemak) tubuh juga membutuhkan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dan fitokimia (seperti flavonoid, inositol, gluthation, dan quercetin). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tubuh memerlukan makanan sehat dan seimbang yang diperoleh dari beragam bahan makanan, baik bahan makanan hewani maupun bahan makanan nabati (Rusilanti, 2007).

(3)

Salah satu bagian dalam tumpeng gizi seimbang adalah perlunya mengonsumsi buah dan sayuran yang dibutuhkan tubuh. Ahli gizi menyarankan untuk mengonsumsi 5 porsi buah dan sayuran dalam sehari. Artinya 3 porsi sayur (+400 gram) dan 2 porsi buah (+ 250 gram). Buah dan sayuran memiliki kalori yang cukup rendah, tetapi kaya akan serat, antioksidan, vitamin dan mineral. Buah dan sayuran juga dapat bermanfaat untuk menghentikan tumbuhnya bakteri, melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar gula darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh (Jusup, 2007).

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan dengan sampel 75.000 rumah tangga, pada Maret 2013 penduduk Indonesia mengonsumsi 35,65 kilogram buah-buahan perkapita pertahun dan 34,96 kilogram sayur-sayuran perkapita pertahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi sayuran masyarakat dunia, seperti Cina (270 kilogram per kapita per tahun), Singapura (120 kilogram per kapita per tahun), Myanmar (80 kilogram per kapita per tahun), Vietnam (75 kilogram per kapita per tahun), Filipina (55 kilogram per kapita per tahun), India (50 kilogram per kapita per tahun), dan Malaysia (49 kilogram per kapita per tahun) (Hariani, 2010).

(4)

buah adalah 93,5 persen. Rendahnya konsumsi sayur dan buah masyarakat mengakibatkan penyakit pencernaan dan sembelit yang bisa fatal bagi kesehatan.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan secara keseluruhan hanya 5,5% penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran WHO di Sumatera Utara. Penduduk Provinsi Sumatera Utara pada usia remaja (15-24 tahun) hanya 5,4% yang mengonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran. Di Sumatera Utara secara keseluruhan kecukupan konsumsi buah dan sayur masih sangat rendah seperti di kabupaten Nias Selatan (0,1%), Nias (0,4%), Simalungun (0,8%), Tapanuli Tengah (0,9%) dan Kota Sibolga (0,8%). Sedangkan kecukupan makanan buah dan sayur sudah tinggi (di atas 10 persen) diantara yang lain adalah Kabupaten Dairi (15,9%) dan Kota Binjai (10,7%). Sedangkan Kota Medan sendiri hanya 5,4% dari penduduk umur 10 tahun ke atas yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan yang dianjurkan WHO. Oleh karena itu, konsumsi buah dan sayur ini perlu diperhatikan khususnya pada mahasiswi.

(5)

perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi atau bahkan tidak makan siang serta sering mengonsumsi jajanan. Mahasiswi sangat dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang terdapat di dalam sayur dan buah. Kebutuhan beberapa vitamin dan mineral pada mahasiswi lebih besar daripada mahasiswa. Mahasiswi mengalami menstruasi, sehingga kebutuhan zat besi meningkat secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa. Mahasiswi umumnya juga mengalami kekurangan zat besi, kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, vitamin D, dan magnesium dalam diet sehari-hari (Sumanto, 2009). Oleh karena itu, konsumsi sayur dan buah yang tinggi vitamin dan mineral perlu diperhatikan khususnya pada mahasiswi yang tinggal di asrama.

Mahasiswi yang berdomisili di asrama terlepas dari perhatian orang tua dan mempunyai kemandirian dalam menentukan makanan yang mereka konsumsi. Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi, salah satunya defisiensi berbagai jenis vitamin. Disamping itu kebiasaan makan dan pola konsumsi remaja pada umumnya menginginkan makanan yang serba praktis tanpa memperdulikan kesehatan dirinya, yang apabila hal ini berlangsung lama maka akan berdampak pada prestasi belajar dan kualitas lulusan Universitas (Elnovriza, 2013 ).

(6)

Kecenderungan remaja saat ini adalah mengonsumsi fast food yang banyak mengandung lemak. Kecenderungan ini selain karena remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan khususnya teman sebaya, juga disebabkan pengaruh iklan dan persepsi pada diri remaja bahwa fast food merupakan makanan yang dianggap memiliki nilai gengsi yang tinggi, sehingga mereka berharap dapat diterima di lingkungan pergaulannya.

Menurut hasil penelitian Fitri (2011) mengenai tingkat konsumsi fast food dikalangan remaja, seluruh responden sebanyak 60 orang mengonsumsi fast food dalam 1 bulan terakhir. Frekuensi konsumsi fast food terbanyak berada pada frekuensi 1-3 kali sebulan dengan proporsi 46,7% pada remaja dengan status gizi lebih dan 63,4% pada remaja dengan status gizi normal. Sebanyak 20.0% remaja berstatus gizi lebih dan 13,3 % remaja berstatus gizi normal mengonsumsi fast food pada frekuensi 3-5 kali seminggu. Jenis fast food terbanyak yang dikonsumsi dalam waktu 1 bulan terakhir adalah french fries dan fried chicken. Fried chicken merupakan makanan favorit di kalangan remaja termasuk mahasiswa. Dalam penelitian Suryanti, dkk (2013) pada mahasiswa obesitas di Universitas Hasanuddin, fried chicken merupakan jenis fast food yang sering dikonsumsi responden dengan frekuensi 1x/minggu.

(7)

seminggu sementara pengetahuan remaja tentang minuman berkarbonasi sebagian besar sudah dalam kategori baik.

Kebiasaan remaja yang suka mengonsumsi fast food dan soft drink berdampak pada rendahnya asupan serat seperti rendahnya konsumsi sayur dan buah terutama pada mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elnovriza (2013) di asrama mahasiswa Universitas Andalas, hanya 20,8% mahasiswa mengonsumsi sayur setiap hari dan 51,5% mahasiswa jarang mengonsumsi buah (< 1 kali seminggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan pola konsumsi remaja yang menginginkan makanan yang serba praktis tanpa memperdulikan kesehatan dirinya.

Amalia (2008) juga melakukan penelitian mengenai konsumsi sayur dan buah pada mahasiswa TPB-IPB yang menyatakan bahwa konsumsi sayur dan buah dikalangan mahasiswa TPB-IPB masih sangat rendah yaitu 3,4 kali dalam seminggu untuk konsumsi sayuran dan 2,5 kali dalam seminggu untuk konsumsi buah-buahan. Terlihat juga bahwa lebih sering mahasiswa mengonsumsi sayuran dibandingkan buah-buahan karena sayuran umumnya dikonsumsi bersamaan dengan nasi sebagai pauk, sedangkan buah-buahan dikonsumsi sebagai makanan selingan sehingga harus mengeluarkan uang saku tersendiri.

(8)

anjuran yaitu 200 gram/hari per orang dan 38,50% remaja yang mengonsumsi buah sesuai anjuran, yaitu 300 gr/hari per orang.

Penyebab konsumsi sayur dan buah rendah dikarenakan seseorang memiliki perilaku yang kurang baik. Perilaku yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumsi seseorang adalah tingkat pengetahuan gizinya. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik, diharapkan akan memiliki pola konsumsi yang baik dan benar pula. Selain itu diharapkan dapat memilih pangan yang bernilai gizi tinggi dan mencukupi kebutuhan tubuhnya. Menurut penelitian Ginting (2003) pada mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non kesehatan Universitas Sumatera Utara, sebesar 72,9% mahasiswa kesehatan memiliki pengetahuan gizi pada kategori baik dan 27,1% untuk kategori sedang sedangkan pengetahuan gizi pada mahasiswa non kesehatan terdapat 62,9% yang tergolong pada kategori baik dan 37,1% tergolong dalam kategori sedang.

Tingkat pengetahuan gizi juga diteliti oleh Rahmah (2006) pada mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, pengetahuan gizi mahsiswa pangan dan gizi sebesar 70% berada dalam kategori tinggi dan pengetahuan gizi mahasiswa non pangan dan gizi hanya 23,3% yang berada dalam kategori tinggi serta 70% berada pada kategori sedang. Hasil uji statistik menyatakan adanya perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi mahasiswa pangan dan gizi dan mahasiswa non pangan dan gizi.

(9)

penelitian Gustiara (2012) pada remaja, didapatkan bahwa seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai sayuran dan buah yaitu sebesar 100%, tetapi untuk sikap responden terhadap sayuran dan buah, masih ada beberapa responden yang memiliki tingkat sikap yang kurang. Responden paling banyak terdapat pada sikap tingkatan baik yaitu sebesar 97,9% dan diikuti sikap tingkat sedang dan tingkat kurang masing-masing 1,0%.

(10)

beberapa mahasiswi juga didapat bahwa mahasiswi yang tinggal di asrama putri sering mengalami konstipasi dan sariawan.

Mahasiswi kesehatan merupakan mahasiswi yang telah mendapatkan pengetahuan gizi dari bangku perkuliahan dan sedikit banyaknya telah mengetahui manfaat sayur dan buah untuk kesehatan. Sedangkan mahasiswi non kesehatan tidak mendapatkan pengetahuan gizi dari bangku perkuliahan tetapi bukan berarti mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sayur dan buah karena bisa saja mereka mendapatkan informasi dari media cetak, media elektronik, media massa dan sumber-sumber lainnya. Pengetahuan gizi yang diperoleh mahasiswi kesehatan dan non kesehatan tersebut dapat memengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam mengonsumsi sayur dan buah. Penelitian mengenai pengetahuan gizi pada mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non kesehatan USU sudah pernah dilakukan pada tahun 2002 tetapi penelitian mengenai perilaku konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan di asrama putri USU belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapat perhatian dan perlu diteliti lebih lanjut.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana perilaku konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan di Asrama Putri USU.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(11)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi mahasiswi kesehatan dan non kesehatan mengenai sayur dan buah.

2. Untuk mengetahui sikap mahasiswi kesehatan dan non kesehatan mengenai sayur dan buah.

3. Untuk mengetahui jenis sayur dan buah yang dikonsumsi mahasiswi kesehatan dan non kesehatan.

4. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan non kesehatan.

5. Untuk mengetahui jumlah konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi kesehatan dan non kesehatan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi pembuatan program gizi dengan sasaran remaja untuk memperbaiki konsumsi pangan khususnya buah dan sayur.

Referensi

Dokumen terkait

We propose an efficient method for change detection in mobile LiDAR data by means of voxel grid.. The method is implemented based on Apache Spark which enables distributed parallel

[r]

at Penawaran Saudara melalui LPSE Provin i Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah aka dengan ini kami mengundang Saudara u si di Kantor Balai Pelaksana Teknis Bina

AN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN PENG OMPOK KERJA PEKERJAAN JALAN DAN J TENGAH PADA BALAI PELAKSANA TEKNI MAGELANG DANA APBD TAHUN ANGGAR.. Magelang,

I 5 LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA TIDAK LULUS LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA LULUS SEMENTARA

instan yang menjadi bahan penelitian adalah Kopi Nescafe adalah produk dari

Situasi Eropa menjelang Perang Dunia II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang Perang Dunia I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara-negara

Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa infusa bawang dayak dapat menurunkan tingkat nekrosis epitel tubulus pada ginjal mencit yang diinduksi karbon