BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kepustakaan yang Relevan
Sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahaman-pemahaman teoritis dan pemaparan yang berdasarkan fakta sangatlah diperlukan untuk menghasilkan karya ilmiah yang objektif.
Berkaitan dengan judul proposal ini, penulis akan menguraikan beberapa definisi tentang peribahasa.
Peribahasa ialah segala susunan cakap yang pendek yang telah melekat di mulut orang ramai semenjak beberapa lama oleh sebab sedap dan bijak perkataannya, luas dan benar tujuannya, dipakai akan dia jadi sebutan oleh orang sebagai bandingan, teladan dan pengajaran. Maka ialah juga yang dikatakan bidalan, pepatah, perbilangan dan perumpamaan kerana tiap-tiap satu ini cakap yang mengandung segala sifat peribahasa yang telah disebutkan itu (Za‟ba 1962, 165 dalam Harun Mat Piah).
KBBI dalam buku Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda (1988:671 dan 991) mengatakan, “peribahasa merupakan kelompok
Ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas dan padat berisi perbandingan, perumpamaan dan nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Peribahasa merupakan kelompok kata yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu. Poerwadarminta dalam buku Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda (1976:738).
Penelitian Djajasudarma, dkk. (1997) dengan judul Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda. Hasil penelitiannya adalah bahwa peribahasa
merupakan unsur bahasa yang dapat menggambarkan budaya suatu masyarakat bahasa pada zamannya atau unsur-unsur budaya yang memiliki nilai yang sebagian besar menjadi pedoman atau larangan dalam aktivitas manusia berbudaya.
Depdikbud dalam buku Pepatah-petitih dalam bahasa Dayak Ngaju (1988:671), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat; yang tetap susunannya dan biasanya mengisahkan maksud tertentu.
Edward Djamaris dalam buku Pepatah-petitih dalam bahasa Dayak Ngaju (1990:26), peribahasa itu ada yang bersifat universal, berlaku untuk semua orang dan segala zaman; dapat pula ditafsirkan banyak sesuai dengan suasana dan situasi penggunaannya; mempunyai arti kiasan, merupakan suatu perumpamaan yang tepat; halus dan jelas; mutiara bahasa mustika bahasa, bunga bahasa, keindahan bahasa, dan pula dianggap sebagai bahasa diplomasi.
nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. (http://bahasindo.blogspot.com/2012/08/peribahasa.html)
Poerwadarminta dalam buku Pengajaran Semantik (1976:738), peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu.
Peribahasa merupakan kekayaan bahasa kita perlu kita pelihara baik-baik. Memang ada peribahasa yang sudah menghilang, yang tidak dijumpai
lagi dalam percakapan sehari-hari tetapi masih banyak pula yang tetap bertahan, Zakaria & Syofyan dalam buku Pengajaran Semantik (1984:7).
Tarigan dalam buku Pengajaran Semantik (1985:156), peribahasa merupakan suatu teknik pengajaran kosakata dan juga dapat menunjang pengajaran semantik. Di dalam setiap peribahasa terkandung bukan hanya makna kamus tetapi juga makna majasi; bukan hanya arti kata-kata yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan, yang merupakan garapan semantik dan juga
pengajaran semantik.
2.2 Landasan Teori
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.
Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori
semantik oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan dan analisis makna idiomatikal dan peribahasa oleh Abdul Chaer. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat bahwa untuk menganalisis Peribahasa Melayu Riau, teori ini lebih sesuai.
Menurut Tarigan (1985:156), peribahasa merupakan suatu teknik pengajaran kosakata dan juga dapat menunjang pengajaran semantik. Peribahasa mungkin saja dapat dibagi-bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
sudut pandangan yang berbeda-beda. Tetapi dalam buku ini peribahasa dibagi atas tiga jenis, yaitu:
2.2.1 Pepatah
Pepatah adalah sejenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran yang berasal dari orang tua-tua (Poerwadarminta; 1976 : 734). Jadi secara singkat: pepatah adalah peribahasa yang berisi nasihat dan ajaran.
Contoh:
1. Datang tampak muka, pergi tampak punggung
(Datang dengan baik, pergi pun harus dengan baik pula)
2. Sepala-pala mandi biar basah
(Mengerjakan sesuatu perbuatan hendaklah sempurna, jangan separuh-separuh)
3. Arang habis besi tak kimpal
(Kerugian sudah banyak, maksud tak sampai)
2.2.2 Perumpamaan
Perumpamaan adalah ibarat, amsal; persamaan (perbandingan) peribahasa yang berupa perbandingan. (Poerwadarminta; 1976:1125).
Perbedaan utama antara pepatah dengan perumpamaan dapat kita lihat dengan jelas pada pemakaian secara eksplisit kata-kata:
e. bagai (kan) f. seumpama g. macam h. umpama
dan sejenisnya, seperti beberapa contoh perumpamaan beserta maksud atau maknanya.
1. Bagai air di daun talas.
(Dikiaskan kepada orang yang tiada tetap hatinya; mudah berubah-ubah jika ada orang yang menyalahkan pendiriannya).
2. Umpama air digenggam tiada tiris
(Dikiaskan kepada orang yang sangat kikir, tidak sedikit juga terbuka tangannya untuk menolong orang sengsara).
3. Bak alu pencungkil duri
(Melakukan pekerjaan yang sia-sia, yang tak mungkin berhasil).
4. Bagaikan anjing melintangi denai
(Dikiaskan kepada seseorang yang sombong menunjukkan kesombongannya. Sangat gembira mendapat keterangan sesuatu)
5. Laksana antah lemukut, lapar sangat baru berguna
6. Penaka api di dalam sekam
(Rindu atau dendam tersembunyi; dari luar tidak kelihatan, tetapi di dalam sudah remuk).
2.2.3 Ungkapan
Ungkapan ialah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan, seperti:
1. datang bulan yang berarti haid; 2. celaka tiga belas
yang berarti celaka sekali. (Poerwadarminta; 1976 : 1129).
2.2.4 Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan makna idiomatikal,
kiranya perlu diketahui dulu apa yang dimaksud dengan idiom. Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. (Chaer, 2009:74).
Misalnya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna „yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya‟; bentuk
mendapat sepedanya‟; tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk menjual gigi,
tidaklah memiliki makna seperti bentuk menjual rumah ataupun menjual sepeda, melainkan bermakna „tertawa dengan keras‟. Jadi, makna seperti yang dimiliki bentuk menjual gigi itu yang disebut makna idiomatic. Seperti contoh bentuk lain, membanting tulang, meja hijau, tulang punggung, dsb.
Kridalaksana (Chaer, 1993) menyebutnya dengan makna kiasan (transferred meaning, figurative meaning) adalah pemakaian kata dengan
makna yang tidak sebenarnya.
2.3 Pengertian Bahasa Melayu
Menurut Ridwan (2005:81-124), bahasa Melayu sebagai sistem mengisyaratkan keteraturan. Bahasa Melayu merupakan penanda identitas masyarakat etnis budaya Melayu, juga penanda identitas utama kehidupan manusia Melayu. Bahasa Melayu kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang
dalam pembinaan sikap hidup manusia yang berkepribadian dan melalui kata dan ungkapan bahasa Melayu sesuai dengan pilar utama adat Melayu yang bernuansakan Islam.
Sinar (2002:111) mengatakan bahwa “penutur bahasa Melayu adalah
masyarakat yang merupakann sekelompok manusia atau homo langues yang hidup berkelompok dan saling mempengaruhi”. Bahasa Melayu juga bersifat
universal, selalu menerima, tidak ekslusif, terbuka dan toleransi terhadap
bahasa yang lain.
Bahasa Melayu Riau memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting di wilayah pemakaiannya, yaitu berfungsi sebagai alat komunikasi antar warga dalam kegiatan sehari-hari dan upacara adat. Sementara itu, di luar wilayah pemakaiannya, bahasa Melayu Riau digunakan oleh masyarakat Melayu Deli dan Sedang. Agar bahasa daerah Melayu tetap dapat berkembang, maka harus tetap dilakukan pembinaannya.