• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Diawali dari banyaknya anak jalanan sekarang ini, anak yang cenderung hidupnya selalu berada di jalanan yang sering mangkal disetiap pemberhentian lampu merah, di tempat-tempat pertokoan, ataupun di tempat warung-warung nasi, ada yang mengemis, mengamen, menjual Koran, menyemir sepatu, dan lain-lain. Hasil dari mengemis dan berjulan tersebut mereka sisihkan untuk membeli makanan dan untuk uang saku mereka ketika disekolah dan di jalanan, jika tidak diberi oleh orang tuanya. Status pendidikan mereka ada yang bersekolah, dan ada yang sudah tidak melanjutkan sekolahnya lagi karena ketidaksanggupan orang tuanya untuk membiayai mereka sekolah.

(2)

Menurut penelitian Nur’aini (2009), pada dasarnya ada tiga faktor utama sebagai penyebab anak turun ke jalanan yaitu : kemiskinan, faktor-faktor keluarga dan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang buruk secara bersamaan dapat memberi tekanan yang begitu besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dn melarikan diri kejalan. Ada juga yang mengatakan anak jalanan yang berasal dari keluarga tanpa ayah, orang tua sakit berkepanjangan, keluarga terlibat hutang, perceraian dan lain-lain yang menjadikan anak lebih betah di jalan.

(3)

eksploitasi anak secara ekonomi diasumsikan karena Undang-undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang belum cukup memberi sanksi terhadap pelaku tindak pidana eksploitasi anak. Oleh karena itu, pelaku eksploitasi anak secara ekonomi kurang takut atau meremahkan sanksi yang ada dalam UUPA tersebut. Untuk itu, diperlukan tela'ah terhadap sanksi pidana eksploitasi anak secara ekonomi dalam undang-undang perlindungan anak no.23 tahun 2002 ( Shabah,2010).

Anak jalanan merupakan fenomena besar di Indonesia. Dibutuhkan upaya yang lebih besar dari pemerintah untuk memberikan rumah singgah kepada anak jalanan untuk mengatasi dan mengurangi banyaknya anak jalanan di Indonesia, karena hanya 20 % anak jalanan yang berada dirumah singgah. Sebagian besar anak jalanan tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan, menjadi pengamen, dan lain sebagainya. Dan salah satu faktor mereka menjadi anak jalanan adalah karena kemiskinan. Sebenarnya banyak anak – anak jalanan yang berharap bahwa mereka bisa merasakan duduk di bangku sekolah. Tapi apa daya, dengan kondisi ekonomi yang seperti itu mereka berfikir bahwa mereka tidak sanggup untuk membayar biaya sekolah. Sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah meningkatkan jumlah lembaga dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan dan kampanye sosial. Dan rasa peduli dari masyarakat pun sangat dibutuhkan ( Oktariana,2012).

(4)

berbeda dari anak seusianya. Bagi sebagian besar orang beranggapan bahwa anak jalanan cukup meresahkan pengguna jalan. Tetapi mereka hanyalah anak-anak yang masih belum mengerti apa-apa, yang mereka bisa lakukan adalah bagaimana caranya mencari sesuap nasi di jalanan agar bisa menyambung hidupnya( Al affiat, 2012).

Anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup agar pertumbuhan dan tinggi badan yang optimal. anak jalanan usia sekolah seharusnya memiliki frekuensi pola makan yang baik dalam masa pertumbuhannya, yang meliputi makanan lengkap (full meal) dan makanan selingan (snack), Untuk membentuk generasi cerdas, banyak faktor yang harus diperhatikan, di antaranya status gizi dan kesehatan. Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa asupan nutrisi yang adekuat maka tumbuh kembang anak akan terganggu ( Hardinsyah, 2012).

Berbagai masalah kesehatan yang di jumpai dikalangan usia anak jalanan secara langsung dilihat dari keadaan zat gizi, karena zat gizi sangat dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola asuh anak yang tidak memadai. Adapun masalah yang timbul pada anak jalanan yaitu pola makan mereka yang kurang memadai dan tidak teratur. Masih ada anak jalanan yang masih sekolah jarang untuk sarapan pagi hanya meminum teh manis saja. Keadaan kurang gizi akan mudah terkena penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang dialami melemah.

(5)

Indonesia, menyebutkan jumlah anak jalanan mencapai 39.861 anak. Dari sekitar hampir 40 ribu anak jalanan tersebut, 48 persen adalah anak anak yang baru turun ke jalanan sejak tahun 1998 atau setelah terjadinya krisis. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa populasi sebelum krisis adalah sekitar 20 ribu anak. Berdasarkan survey terungkap bahwa alasan dari sebagian besar anak- anak bekerja di jalan, karena membantu pekerjaan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa alasan ekonomi keluarga merupakan pendorong utama semakin banyaknya anak – anak bekerja di jalan setelah terjadi krisis. Pada tahun 2002 jumlah anak jalanan mengalami peningkatan lebih dari 100 % dibandingkan angka tahun 1998. Menurut hasil Susenas yang diselenggarakan dengan kerjasama BPS dan Pusdatin Kementrian sosial pada tahun 2002 jumlah anak jalanan sebanyak 94.674 Anak (PKPA,2002)

Berdasarkan Data Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara bahwa jumlah anak jalanan di Sumut tahun 2010 berjumlah 2267 jiwa, tahun 2011 berjumlah 2.099 jiwa dan tahun 2012 berjumlah 2948 jiwa. Sedangkan di Kota Medan tahun 2010 berjumlah 63 jiwa, tahun 2011 berjumlah 75 jiwa dan tahun 2012 berjumlah 663 jiwa. Sedangkan untuk tahun 2013 terdapat 350 jiwa, Setiap tahunnya mengalami penurunan dan peningkatan. Dari keseluruhan jumlah total penduduk kota Medan yaitu 2121053 jiwa (BPS Propvinsi Sumut tahun 2010, 2011,2012 dan 2013).

(6)

pangan dapat mendukung gizi seimbang dan menyumbang terhadap kualitas sumber daya manusia (Dinkes Provsu 2006).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti diwilayah kota Medan, di peroleh anak jalanan yang sudah putus sekolah, ada yang masih melanjutkan sekolahnya. Seharinya mereka mendapatkan uang ± 7.000-15000/harinya, terkadang juga mengalami penurunan dibawah 7.000/harinya. mereka mangkal disetiap pemberhentian lampu merah, ada yang mengemis, mengamen,berjualan, menjadi tukang semir sepatu. Pada saat mereka melakukan aktifitas di jalan makanan yang sering mereka konsumsi adalah bakwan, tahu isi, kerupuk demi mengisi perut mereka di jalan. Ada juga anak jalanan yang mengatakan tidak sarapan pagi, sementara hanya diwaktu siang hari baru mengisi perutnya dengan nasi bersama temannya. jika asupan zat gizi anak jalanan tidak teratur akan berdampak pada masalah kesehatan yaitu pada masalah status gizi. Jika, status kesehatan anak jalanan buruk maka dapat menyebabkan status gizi buruk.

Dari masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Jalanan Di Kota Medan Tahun 2014.

(7)

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menegetahui konsumsi pangan dan status gizi anak jalanan di kota medan tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin, pendidikan,penghasilan,pekerjaan)

2. Untuk mengetahui jenis, jumlah, frekuensi, yang dimakan anak jalanan sehari-hari. 3. Untuk mengetahui status gizi anak jalanan di Kota Medan tahun 2014.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan informasi kepada pemerintah atau lembaga dinas sosial bahwasanya masih ada anak jalanan yang berkeliaran, tidak berada di rumah singgah.

Referensi

Dokumen terkait

mencocokkkan terjemah secara lafdhiyah dari hadits tentang ciri orang yang munafik. ● Bergantian dengan teman saling menyimak terjemahan hadits

melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya;j. mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksnaan tugas

Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 32 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Tehnis daerah di

(4) Warga Negara Indonesia yang pernah menetap lebih dari 1 (satu) tahun di luar negeri , termasuk TKI, sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, dan telah kembali

Penetapan hasil kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Simpul Antar Moda Stasiun Dan Terminal di Mangkang Tahun Anggaran 2014 Nomor

6. Penetapan Pemenang Pengadaan Barang dan Jasa Konsultasi Pekerjaan Perencanan Desain Pemeliharaan Berkala Perlintasan Sebidang di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2014 Nomor

2. Berita Acara Hasil Evaluasi dan Pembuktian Dokumen Kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Pemutakhiran Basic Data Perlintasan Sebidang Di Wilayah Daop 4 Semarang Tahun

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem. Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website