BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup di bumi ini. Manusia mampu bertahan hidup
tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air akan mati beberapa hari saja. Dalam
bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industry
pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnnya air
diperlukan sebagai elemen yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap
pencemaran. Hampir setengah penduduk dunia, yang hampir seluruhnya tinggal di Negara –
Negara sedang berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air,
atau oleh air yang tercemar. ( Sanim, B. 2001 ). Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang
memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air
yang dapat digunakan untuk keperluan sehari – hari harus memenuhi standar baku air untuk
rumah tangga. (Kusnaedi 2010)
Menurut World Health Organisation (Ediyanto 2009), 2 (dua) miliar penduduk dunia saat
ini menyandang resiko menderita penyakit diare yang disebabkan oleh air dan makanan.
Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 (lima) juta anak – anak setiap
tahun. Sumber – sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah ketika
dibuang ke alam atau tercemar karena penggunaannya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat
diperbaharui. Pada jangka pendek, kualitas air yang tidak baik dapat mengakibatkan muntaber,
diare, kolera, tipus atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan lingkungan yang kurang baik.
Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman – kuman
tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam jangka panjang, air
yang berkualitas kurang baik dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia,
dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi karena terdapatnya logam – logam berat yang banyak
bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal. ( Kusnaedi 2010 ). Oleh karena air yang
dapat diperoleh dan berkualitas baik semakin langkah, maka konflik dapat semakin memanas. Di
seluruh dunia, kira – kira 20 negara, hampir semua di kawasan Negara berkembang, mimiliki
sumber air yang dapat diperbaharui hanya di bawah 1000 meter kubik untuk setiap orang, suatu
tingkat yang biasanya dianggap kendala dan sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan.
(Sanim,B 2011).
Menurut (Kusnaedi 2010) Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah
tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar International yang dikeluarkan oleh
WHO. Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha
mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi
tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga.
1.2. Permasalahan
Berapa efektifitas penggunaan PAC dan Tawas yang digunakan dalam menurunkan kadar
turbiditas dan logam besi pada pengolahan air baku.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh koagulan yang lebih efektif digunakan dalam menurunkan
kadar turbiditas dan logam besi pada air baku
Untuk mengetahui kadar logam Besi ( Fe ) setelah penambahan PAC dan Tawas.
1.3. Manfaat
Mengetahui koagulan yang lebih efektif digunakan dalam menurunkan kadar turbiditas
dan logam besi pada air baku.
Mengetahui kadar logam Besi ( Fe ) setelah penambahan PAC dan Tawas