• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan pola kelekatan dewasa pada ibu bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan pola kelekatan dewasa pada ibu bekerja"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN POLA KELEKATAN DEWASA PADA IBU BEKERJA. Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Oleh : Cloudia Metha Hanesthi NIM : 109114035. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. “Let’s say, today this is our last day that we have so we must do the best”. “Selalu mengucap syukur untuk semua hal yang pernah terjadi dalam hidup”. Cloudia Metha Hanesthi, 2015. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Karya ini ku persembahkan untuk:. Tuhan Yesus Dan Bunda Maria Terima kasih semua selalu indah pada waktu-Nya. Bapak dan Ibu tercinta Untuk dukungan, semangat dan doanya. Dea, Lauren, Yesa Selalu mendukung dan semangatnya. Keluarga besarku Untuk segala perhatiannya. Sahabat - sahabatku Untuk selalu ada dan menemani selama ini. Teman-teman Seperjuangan Psikologi 2010. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN POLA KELEKATAN DEWASA PADA IBU BEKERJA Cloudia Metha Hanesthi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis ibu bekerja dengan pola kelekatan yang dimilikinya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola kelekatan sedangkan variabel tergantungnya adalah kesejahteraan psikologis. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang berusia 20 – 65 tahun. Jumlah subjek adalah 80 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah 1) adanya hubungan positif antara pola kelekatan secure dengan kesejahteraan psikologis 2) adanya hubungan negatif antara pola kelekatan preoccupied dengan kesejahteraan psikologis 3) adanya hubungan negatif antara pola kelekatan dismissing dengan kesejahteraan psikologis 4) adanya hubungan negatif antara pola kelekatan fearful dengan kesejahteraan psikologis. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesejahteraan psikologis dan skala pola kelekatan. Skala kesejahteraan psikologis disusun berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1989). Skala pola kelekatan disusun berdasarkan jenis pola kelekatan menurut menurut Bartholomew & Horowitz (1991). Metode analisis data yang digunakan adalah metode statistic Product-Moment Pearson dan Spearman Rank dengan bantuan program SPSS for Windows version 16.0. Hasil penelitian ini adalah 1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola kelekatan secure dengan kesejahteraan psikologis (r=0,589; p=0,000; p<0,05) 2) ada hubungan negatif dan signifikan antara pola kelekatan preoccupied dengan kesejahteraan psikologis (r= -0,342; p=0,001; p<0,05). Kata kunci: pola kelekatan, kesejahteraan psikologis, ibu bekerja. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE RELATIONSHIP BETWEEN A PSYCHOLOGICAL WELL-BEING AND ADULT ATTACHMENT PATTERN IN WORKING MOTHER Cloudia Metha Hanesthi ABSTRACT The purpose of this research is to know the relationship between a psychological well-being and an adult attachment pattern in working mother. The independent variable was attachment pattern and the dependent variable was psychological well-being. The subjects in this research is a mother (working mother) in the age of 20 – 65 years old that is 80 people. The hypothesis of this research is 1) there are positive relationship between a secure attachment pattern and a psychological well-being 2) There are negative relationship between a preoccupied attachment pattern and a psychological wellbeing 3) there are negative relationship between a dismissing attachment pattern and a psychological well-being 4) there are negative relationship between a fearful attachment pattern and a psychological well-being. In this research, the instrument that is used is psychology well-being and attachment behavior scale. Psychological well-being is arranged based on Ryff’s 6 dimension of psychological well-being (1989). Attachment behavior scale is arranged based on Bartholomew and Horowitz’s kinds of attachment behavior pattern (1991). The analysis method that is used is Pearson’s method that is statistic Product-moment and Spearman rank by SPSS for Windows version 16.0. The result is 1) there is positive and significant relationship between a secure pattern and a psychological well-being (r=0,589; p=0,000; p<0,05) 2) there are negative and significant relationship between a preoccupied pattern and a psychological well-being (r= -0,342; p=0,001; p<0,05). Keywords: patterns of attachment, psychological well-being, working mother. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa dan Bunda Maria atas segala berkat dan rahmat Roh Kudus yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Hubungan Antara Kesejahteraan Psikologis dengan Pola Kelekatan Dewasa pada Ibu Bekerja”. Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari berbagai tantangan dan hambatan yang muncul saat menyusun, melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini dari awal hingga akhir banyak melibatkan berbagai pihak. Penulis juga menyadari banyak pihak yang telah mengisi kehidupan penulis selama menimba ilmu Psikologi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah memberikan warna-warni untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Mereka adalah : 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas penyertaan, bimbingan dan berkatNya. Saya menjadi kuat dalam mengerjakan skripsi walaupun banyak tantangan yang dihadapi dan saya mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi. 3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si. selaku kepala program studi. Terima kasih atas bantuan dan pelajaran yang diberikan dalam kelancaran 4. Ibu Passchedona Henrietta PDADS, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah membantu dan memberikan bimbingan serta saran selama penulis menempuh masa perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas dukungan dan semangat dari semester ke semester yang Mba Etta berikan kepada saya.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih Ibu telah membimbing, menyediakan waku, memberikan saran dan dorongan, serta membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. “Terima kasih atas kesabaran ibu dalam membimbing saya. Ibu mengajarkan saya untuk berpikir dan menggali rasa ingin tahu saya dengan mencari secara mandiri bahan bacaan atau sumber informasi yang berguna dalam penelitian ini”. 6. Ibu Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. dan Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.si. selaku dosen penguji. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu, pengetahuan, pengalamannya, mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi atas segala kebaikan yang telah diberikan. 8. Ibu, yang telah mendukung, memberikan kasih sayang dan dukungan tiada henti dan tidak pernah mengeluh untuk selalu mengingatkan penulis dan Bapak, i know you always watch me from heaven. Miss you, pak. 9. Adik-adik, Dea, Lauren dan Yesa yang selalu memberikan semangat dengan canda tawa. 10. Bule Tanti, Mama ning, Om Krido, Om Damar dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dengan caranya masing-masing. 11. Sahabat hati Andhyka Yulius Sihaloho untuk segala cinta, ketulusan, perhatian, kepedulian, semangat, kepercayaan, dukungan, kesabaran dan doa yang tak henti selalu diberikan kepada penulis. 12. Sahabat, Desi, Angel, Dita, Grego, Erin, Cha-cha yang telah memberikan semangat dan warna dalam hidup penulis, berbagi kisah dalam perjalanan hidup kita. 13. Para subjek penelitian ini, yang rela menyediakan waktu dan bersedia untuk ikut serta dalam pengambilan data demi keberhasilan penelitian ini. 14. Teman-teman satu dosen pembimbing Bu Debri atas kebersamaan berkeluhkesah, bersukaria saat jenuh mengerjakan skripsi dan belajar bersama. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. Teman-teman Psikologi angkatan 2010 (khususnya kelas A) dan berbagai angkatan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu menyebarkan kuesioner, mengisi hari-hari, memberi pengalaman yang berharga bagi penulis dan atas dinamika yang berjalan selama menempuh masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungan, doa, dan kerjasamanya baik secara langsung maupun tidak langsung selama ini. Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk masukan, saran, dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang dan kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita semua.. Yogyakarta, 18 Januari 2016 Penulis,. Cloudia Metha Hanesthi. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix KATA PENGANTAR ....................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix BAB I:. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 13 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 14 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II:. LANDASAN TEORI ....................................................................... 16 A. Teori Kelekatan .......................................................................... 16 1. Pengertian Kelekatan ................................................................. 16 2. Proses terbentuknya Kelekatan .................................................. 19 3. Perkembangan Kelekatan pada Masa Dewasa ............................ 22 4. Jenis-jenis Kelekatan pada Masa Dewasa ................................... 26 B. Kesejahteraan Psikologis ............................................................ 31 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ......................................... 31 2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis ............................................. 35 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis .................................................................................... 41 C. Ibu Bekerja ................................................................................. 46 1. Pengertian Ibu Bekerja ............................................................... 46 2. Alasan Ibu Bekerja ...................................................................... 48 D. Dinamika Hubungan antara Kesejahteraan Psikologis dengan Pola Kelekatan pada Ibu Bekerja ....................................................... 50 E. Skema .......................................................................................... 58 F. Hipotesis ..................................................................................... 59. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 60 A. Jenis Penelitian ........................................................................... 60 B. Variabel Penelitian ..................................................................... 60 C. Definisi Operasional ................................................................... 61 xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. D. Metode Sampling ....................................................................... 63 E. Subjek Penelitian ........................................................................ 63 F. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 64 G. Instrumen Penelitian ................................................................... 65 H. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................... 68 I. Pengujian Instrumen Penelitian .................................................. 73 1. Validitas ..................................................................................... 73 2. Analisis dan Seleksi Aitem ........................................................ 73 3. Reliabilitas .................................................................................. 74 J. Metode Analisis Data ................................................................. 75 1. Uji Normalitas ............................................................................ 75 2. Uji Linearitas .............................................................................. 76 3. Uji Hipotesis .............................................................................. 76 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 77 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 77 B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 77 C. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 80 D. Analisis Data Penelitian ............................................................. 82 1. Uji Normalitas ............................................................................ 82 2. Uji Linearitas .............................................................................. 84 3. Uji Hipotesis .............................................................................. 85 E. Pembahasan ................................................................................ 87 xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V:. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 91. A. Kesimpulan ...................................................................................... 91 B. Saran ................................................................................................. 92 1. Bagi Ibu Bekerja .................................................................. 92 2. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................... 92 3. Bagi Pembaca ........................................................................ 93 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 94 LAMPIRAN ....................................................................................................... 99. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 2.1.. Pola Kelekatan pada Masa Dewasa............................................... 27. Tabel 3.1. Blue Print Skala Kesejahteraan Psikologis ................................... 67. Tabel 3.2.. Blue Print Skala Pola Kelekatan .................................................... 68. Tabel 3.3. Skala Kesejahteraan Psikologis .................................................... 69. Tabel 3.4. Distribusi Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Coba ........ 70. Tabel 3.5. Skala Pola Kelekatan ...................................................................... 71. Tabel 3.6 Distribusi Skala Pola Kelekatan Setelah Uji Coba ......................... 72 Tabel 4.1.. Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ............................................... 78. Tabel 4.2.. Deskripsi Subjek berdasarkan Jumlah Anak .................................. 78. Tabel 4.3.. Deskripsi Subjek berdasarkan Lama Bekerja dalam Tahun .......... 79. Tabel 4.4.. Deskripsi Subjek berdasarkan Jumlah Jam Bekerja ...................... 80. Tabel 4.5. Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 81. Tabel 4.6. Uji Normalitas ................................................................................ 83. Tabel 4.7. Uji Linearitas .................................................................................. 84. Tabel 4.8. Uji Hipotesis Pola Kelekatan secure, Pola Kelekatan preoccupied dengan Kesejahteraan Psikologis ................................................... 85. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Hierarki Struktur Model Kerja .......................................................... 21 Gambar 2. Skema ............................................................................................... 58. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1.. Skala Uji coba ............................................................................. 100. Lampiran 2.. Reliabilitas .................................................................................. 134. Lampiran 3.. Skala Penelitian .......................................................................... 150. Lampiran 5.. Uji Normalitas ............................................................................ 175. Lampiran 6.. Uji Linearitas .............................................................................. 176. Lampiran 7.. Uji Hipotesis ............................................................................... 177. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kepala keluarga mempunyai tugas yang penting untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu bekerja. Pernikahan tradisional yang melibatkan pembagian tegas antara peran suami dan istri, suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan ekonomi keluarga sedangkan istri melayani suami dan anak serta menciptakan suasana rumah yang baik dan menyenangkan (Berk, 2012). Memasuki abad ke-21, tidak hanya kepala keluarga yang membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun saat ini wanita juga bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari (Brunetta, 1989). Dalam pernikahan egaliter, pasangan memiliki kesetaraan dalam kekuasaan dan otoritas. Suami dan istri berusaha menyeimbangkan antara waktu dan tenaga mereka pada pekerjaan, anak-anak dan hubungan mereka (Berk, 2012). Menurut Hoffman (1989), ibu-ibu bekerja merupakan suatu bagian dari kehidupan masa kini. Hal tersebut bukanlah suatu aspek kehidupan yang menyimpang melainkan suatu respon terhadap perubahan-perubahan sosial-ekonomi (Santrock, 2002). Saat ini, telah banyak wanita yang memasuki dunia kerja. Ada berbagai alasan yang mendorong wanita untuk bekerja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Papilia, Wendkos-Old dan Feldman (2009) ada beberapa alasan yang. 1.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. mendorong kaum wanita yang telah berkeluarga untuk bekerja, diantaranya untuk menambah penghasilan keluarga, agar tidak tergantung pada suami, mengisi waktu luang, menghindari kebosanan, mengembangkan diri, memperoleh status dan memperoleh kepuasan. Pekerjaan di berbagai sektor usaha, mulai dari perhotelan, perbankan sampai sektor industri, seperti garment dan farmasi hingga profesi yang tergolong keras, seperti pengemudi angkutan umum dan tenaga operator alatalat berat mulai dimasuki oleh kaum wanita. Tak sedikit juga wanita yang menduduki posisi penting, seperti top manager bahkan hingga menempati posisi direktur eksekutif (Anogara, 1992). Seiring dengan pesatnya pembangunan di Indonesia, mulai tampak adanya pergeseran pada peran kaum wanita. Mereka tidak lagi membatasi perannya sebagai ibu rumah tangga semata, namun banyak yang berpartisipasi sebagai tenaga kerja aktif di luar rumah. Menurut hasil penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terdapat kecenderungan peningkatan tenaga kerja wanita, pada tahun 1971-1980 hanya mencapai 38,75% dari tenaga kerja keseluruhan dan pada tahun 1980-1990 meningkat menjadi 51,65% (Setiasih, 2005). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah tenaga kerja wanita meningkat secara signifikan. Jumlah tenaga kerja wanita pada tahun 2009 meningkat mencapai 60,54%; pada tahun 2010 sebesar 60,92%; dan meningkat mencapai 61,72% pada tahun 2011 (BPS, 2011). Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa disamping peran ibu sebagai pengelola rumah.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. tangga, peran ibu sebagai pekerja sudah menjadi fenomena yang semakin berkembang. Wanita bekerja yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sebagai wanita yang telah berkeluarga, mereka dituntut untuk dapat memainkan dua peran yang berbeda, di rumah mereka dituntut selalu siap memberikan bantuan pada keluarganya, sedangkan di tempat kerja mereka diharapkan untuk tahu bagaimana menjadi diri sendiri (Rowartt & Rowartt, 1990). Ini merupakan tugas utama dari seorang wanita bekerja yang berperan sebagai ibu. Peran ibu sangat berpengaruh dalam sebuah keluarga terutama bagi pendidikan dan perkembangan anak. Pada hakikatnya, seorang ibu mempunyai tugas yang utama yaitu mengatur urusan rumah tangga, mengurus segala keperluan. anak dan suami, mendampingi suami dan. termasuk mengatur dan membimbing anak-anaknya. Menurut Barnard & Solchany, ibu masih mempunyai beban tanggung jawab dalam perkembangan anak-anak (Santrock, 2007). Ibu yang bekerja memiliki hubungan dengan prestasi anak di sekolah. Anak yang memiliki ibu yang bekerja di luar rumah, cenderung malas dalam belajar karena tidak mendapat pengawasan dari orangtua. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Crouter di Amerika Serikat menunjukan hasil bahwa anak laki-laki yang memiliki ibu bekerja menunjukkan malas belajar dan tidak memperlihatkan prestasi yang menonjol atau prestasi yang baik selama di sekolah (Anggi, 2011)..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Ketika ibu memutuskan untuk bekerja di luar rumah, maka ia rela kehilangan sebagian waktu bersama anaknya. Ibu yang bekerja tidak memiliki banyak waktu dengan anak dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (Ninik, 2007). Para ibu yang bekerja dapat merasa kehilangan atau melewatkan peristiwa penting ketika tidak bersama dengan anak selama ia bekerja. Hal ini membuat para ibu akan memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang berkualitas untuk menggantikan waktu yang telah hilang bersama anaknya. Ibu dapat memanfaatkan keadaan ini untuk mengajarkan kepada anak dalam menghargai waktu sehingga anak akan belajar dalam menggunakan waktunya sebaik mungkin (Itabiliana, 2012). Misalnya, ibu dapat membuat jadwal aktivitas di rumah dan bukan mengambil dari waktu yang tersisa. Hal ini dapat membuat anak memahami seberapa penting waktu terutama ketika bersama ibu mereka. Banyak persoalan yang dialami oleh ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti mereka dituntut memiliki kemampuan dalam mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus keperluan rumah tangga dengan baik. Putrianti (2007) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa wanita dengan peran ganda berkecenderungan tinggi mengalami situasi dilema karena masing-masing peran menuntut waktu, tenaga, dan pikiran. Ketika bekerja, wanita mempunyai beban dan hambatan yang lebih berat daripada rekan prianya. Wanita harus lebih dahulu mengatasi urusan keluarga, suami dan anak. Sedangkan pria lebih mengutamakan waktu mereka untuk bekerja dibandingkan untuk keluarga, mereka merasa kurang.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. terlibat dalam urusan keluarga karena adanya harapan tradisional yang mengatakan bahwa pekerjaan merupakan hal yang utama untuk pria (Namora dan Emy, 2007). Pada kenyataannya, banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan tersebut sehingga wanita dituntut memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan peran ganda tersebut (Anoraga, 1992). Ketika ibu bekerja tidak mampu untuk menyeimbangkan kedua peran ganda tersebut, maka akan mengganggu proses pencapaian kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Seseorang yang mempersepsikan dirinya melalui evaluasi perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan dan evaluasi kepuasaan dalam hidupnya, maka hal ini disebut kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing). Berdasarkan aspek subjective well-being, ketika seorang ibu merasa sejahtera atas peran keibuannya, maka ibu akan cenderung mengalami perasaan positif sedangkan ketika seorang ibu merasa kurang atau tidak sejahtera atas peran keibuannya, maka ibu akan cenderung mengalami perasaan-perasaan negatif. Maka dari itu tinggi rendahnya tingkat subjective well-being yang dimiliki seorang ibu akan mewakili tingkat pemenuhan kesejahteraannya ketika menjalani peran keibuannya. Subjective well-being sama halnya dengan psychological well-being. Namun, titik poinnya berbeda karena subjective well-being diartikan sebagai tingkat kepuasan individu saja sedangkan psychological well-being lebih dalam dari itu, mencakup individu yang mampu menunjukkan potensi dirinya, membentuk hubungan yang.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. hangat dengan orang lain, mampu mengontrol kehidupan dan lingkungannya serta mampu tumbuh dan berkembang. Levy-Shiff (dalam Papalia, 2009) mengungkapkan bahwa ibu bekerja yang mampu mengatur diri sendiri dan mampu mengatasi berbagai macam tuntutan hidup berhasil mencapai kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Menurut Ryff (1989) individu dapat mencapai psychological well-being jika telah memenuhi beberapa kriteria yaitu seseorang memiliki kemampuan menerima diri sendiri apa adanya (self-acceptance), mampu mengembangkan potensi dirinya (personal growth), memiliki keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan hidup (purpose in life), membentuk hubungan positif atau hangat dengan orang lain (positive relationship with others), mengontrol atau mengatur kehidupannya dan lingkungannya (environmental mastery), dan memiliki kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy). Keenam kriteria ini berkorelasi tinggi pada fungsi yang positif seperti kepuasaan hidup dan berkorelasi rendah pada fungsi yang negatif seperti depresi (Ryff & Singer, 1996). Berdasarkan hasil penelitian Helmi (1999) yang meneliti pola kelekatan dan konsep diri, mengungkapkan bahwa individu yang memiliki pola kelekatan yang aman atau secure maka individu tersebut mempunyai hubungan yang hangat dengan orang lain dari figur lekat pada masa bayi dan anak-anak. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan psikologis atau psychological well-being bahwa individu yang mampu membentuk hubungan.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. yang hangat dengan orang lain maka individu tersebut akan mencapai kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian (Shek, 1997; Ferriere & Sastre, 2000; Abma, Linssen, & Van Wel, 2000 dalam Rastogi & Rathi, 2007) menunjukkan bahwa kualitas hubungan dalam keluarga, terutama dengan orangtua merupakan faktor utama psychological well-being. Pencapaian psychological well-being khususnya pada orang dewasa lebih dianggap sebagai hasil kontribusi dari konteks kehidupan sosial. Perjalanan kehidupan individu termasuk ibu memang tidak bisa dipisahkan dari kehadiran orangtua. Armsden dan Greenberg (1987) menemukan bahwa kualitas attachment dengan orangtua merupakan prediktor yang penting dalam well-being individu. Bowbly seorang ahli perkembangan anak (Damayanti, 2003), menyatakan bahwa pondasi awal yang dapat membentuk kepribadian seorang anak adalah hubungan kelekatan yang kuat antara seorang ibu dengan anak. Teori kelekatan (attachment) pertama kali dikembangkan oleh Bowlby (1982), seorang ahli psikoanalisa dari Inggris yang berusaha memahami tekanan yang dialami oleh bayi yang dipisahkan dari orang tua mereka. Menurut Bowlby, ketika seorang bayi yang jauh atau dipisahkan dari orang tuanya maka bayi tersebut akan mengalami suatu reaksi, seperti menangis. Bayi yang jauh dari orang tuanya akan mengalami rasa ketakutan dan bayi akan menangis untuk mencegah orang tuanya pergi darinya. Bowlby 1982 (yang dikutip Budiarto, 2006) mengemukakan bahwa menangis yang dilakukan oleh bayi merupakan perilaku kelekatan (attachment behavior).

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. yang merupakan suatu respon yang menunjukkan perpisahan bayi dengan figur kelekatan utama. Yang dimaksud figur kelekatan utama adalah seseorang yang memberi dukungan, kasih sayang dan perlindungan. Kelekatan-kelekatan yang diterima oleh seseorang (anak) dapat memberikan dampak bagi kehidupan selanjutnya. Weiss (dikutip oleh Feeney, 1999)menjelaskan bahwa kelekatan (attachment) antara bayi dengan pengasuhnya akan memberikan dampakpada hubungan individu dengan individu lainnya pada masa dewasa. Selain itu, berdasarkan teori Bowlby (Bartholomew, 1990; Bartholomew & Horowitz, 1991) pengalaman kelekatan dengan pengasuhnya untuk menggambarkan sikap terhadap diri sendiri dan orang lain untuk membangun relasi dengan orang lain di luar anggota keluarga di kehidupan masa depan. Perkembangan seseorang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan sosialnya. Kaum kontekstual tidak melihat individu bagian yang terpisah dari lingkungan namun bagian yang tidak dapat terpisah dengan lingkungan. Menurut. teori. bioekologi. Brofenbrenner,. perkembangan. seseorang. dipengaruhi melalui interaksi dua arah antara individu dengan lingkungan sehari-hari. Interaksi tersebut dimulai dari lingkup yang paling kecil sampai dengan lingkup yang paling besar, seperti rumah, sekolah, tempat kerja dan lingkungan tempat tinggal. Mikrosistem merupakan suatu lingkungan dimanaindividu berinteraksi sehari-hari dan bertatap muka dengan orang lain. Dalam hal ini, individu tersebut mempunyai peran dan hubungan terhadap pola kegiatan dalam sebuah lingkungan, seperti rumah, tempat kerja dan.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. lingkungan tempat tinggal. Mikrosistem diperluas menjadi mesosistem. Mesosistem merupakan keterkaitan interaksi dua atau lebih mikrosistem. Mesosistem dapat mencakup antara rumah dengan tempat kerja atau rumah dengan teman sebaya. Sebagai contoh, seorang ibu yang dapat menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik namun kesulitan ketika menyelesaikan tugas di tempat kerja (Papalia, Olds, Feldman, 2009). Griffin dan Bartholomew (1994a, 1994b) memperluas kerja Bowbly pada pola kelekatan pada masa bayi dengan menggambarkan pola kelekatan pada masa dewasa. Kombinasi sikap terhadap diri dan orang lain menghasilkan empat pola kelekatan pada masa dewasa. Pola kelekatan pertama adalah secure dimana individu mencari kedekatan interpersonal dan merasa nyaman dengan orang lain. Pola kelekatan yang kedua adalah fearfulavoidant yang menunjukan bahwa individu meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan yang akrab dengan orang lain serta cenderung memandang orang lain negatif. Pola kelekatan yang ketiga adalah preoccupied yang memandang diri negatif, namun memandang orang lain positif. Individu tersebut mencari kedekatan interpersonal namun individu ini merasa tidak layak untuk orang lain. Pola kelekatan keempat adalah dismissing memandang diri layak namun cenderung memandang orang lain negatif. Baron dan Byrne (2005) membangun konsep kelekatan pada orang dewasa yaitu kelekatan pada pasangan sebagai figur lekat. Orang dewasa yang memiliki pola kelekatan aman cenderung lebih puas dalam menjalin.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. hubungan dibandingkan dengan orang dewasa dengan pola kelekatan tidak aman. Dalam menjalin hubungan, orang dewasa dengan kelekatan yang aman yakin bahwa pasangan mereka akan ada ketika dibutuhkan, terbuka dengan pasangan, dan memiliki ketergantungan dengan orang lain serta meminta orang lain untuk tergantung dengan dirinya. Orang dewasa dengan pola kelekatan aman akan memandang hubungan cinta dengan pasangan merupakan hal yang menyenangkan, saling percaya dan bersahabat. Selain itu, orang dengan gaya ini akan memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendiri, pasangan dan hubungan yang mereka jalin. Orang dewasa dengan pola kelekatan preoccupied cenderung untuk tidak peduli dengan menjalin hubungan dekat dengan orang lain dan tidak bergantung dengan orang lain serta orang lain tidak bergantung pada mereka. Orang dewasa yang memiliki kelekatan cemas cenderung khawatir bahwa orang lain atau pasangannya tidak mencintai mereka sepenuhnya, merasa khawatir orang lain tidak menghargai dirinya, mudah marah, mudah frustasi dan merasa tidak nyaman ketika hubungan interpersonalnya tidak terpenuhi. Orang dewasa dengan pola ini cenderung mencari keintiman dan respon yang lebih dari pasangannya dan kurang positif menilai diri sendiri. Ketika individu merasa nyaman meskipun tidak memiliki hubungan emosional dengan orang lain maka individu ini memiliki pola kelekatan dismissing. Orang dewasa dengan pola kelekatan ini akan merasa nyaman tidak bergantung dengan orang lain dan orang lain tidak bergantung padanya. Maka dari itu, individu ini menyukai kebebasan dan akan menolak untuk.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. menjalin hubungan dengan orang lain. Orang dewasa dengan pola kelekatan ini cenderung menghindari kedekatan dengan orang lain, menekan dan menyembunyikan perasaannya. Orang dewasa yang memiliki pola kelekatan fearful-avoidant mempunyai keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain namun mereka merasa tidak nyaman untuk dekat dengan orang lain. Mereka juga mempunyai pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan pasangannya. Mereka menganggap mendapat respon yang kurang dan kurang percaya pada pasangan. Oleh kerena itu, orang dengan gaya ini akan menghindari keintiman dan menutupi perasaan mereka. Pentingnya pola kelekatan pada masa bayi terhadap perkembangan hubungan interpersonal pada masa dewasa kelak dan kesejahteraan psikologisnya (Woodward, Fergusson, & Belsky, 2000). Penelitian yang dilakukan Pasili dan Canning dengan responden dari Inggris, California, dan Australia menunjukkan hasil bahwa well-being merupakan hal utama dalam kualitas dari hubungan sosial antar individu (Lauer & Lauer, 2000). Kelekatan yang kokoh meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga. Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa kedekatan individu yang secara kokoh dekat dengan orangtua juga dekat secara kokoh dengan teman sebaya, sementara individu yang tidak dekat dengan orangtua juga tidak dekat dengan teman sebaya. Ketika masa remaja, teman sebaya memberikan pengaruh yang besar namun orangtua tetap memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. Hal ini karena antara hubungan dengan orangtua dan hubungan dengan teman sebaya memberikan pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dalam perkembangan remaja. Dalam hal kemajuan sekolah dan rencana karir, remaja belajar tentang hubungan social di luar keluarga. Mereka berbicara tentang pengalaman dan minat yang bersifat pribadi. Mereka percaya bahwa teman sebaya akan memahami perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan orang dewasa (Santrock, 2007). Kelekatan tidak sama dengan ketergantungan. Menurut Baron dan Byrne (2005) ketergantungan merupakan suatu asosiasi interpersonal dimana dua orang mempengaruhi kehidupan satu sama lain dan terlibat dalam berbagai aktivitas bersama sedangkan kelekatan merupakan sensasi ketenangan dan keamanan yang dirasakan dari partner untuk jangka waktu panjang. Kebutuhan akan kenyamanan dan keamanan adalah hal yang lumrah dan manusiawi. Begitu juga untuk ibu bekerja, ketika kelekatan dengan pasangan atau suami terputus atau kurang dalam hal kualitas, maka individu tersebut akan mencari figur yang attachmentnya lebih kuat pada dirinya (Ardiani, 2003). Attachment menjadi penting diteliti untuk ibu bekerja untuk melihat bagaimana pola kelekatan yang dimilikinya dan dampaknya terhadap anak dan pasangan. Berdasarkan uraian diatas dan dengan melihat kenyataan yang ada, maka hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui kesejahteraan psikologis ibu yang bekerja dilihat dari pola kelekatan yang mereka miliki. Peneliti memilih ibu bekerja karena mereka memiliki dua peran ganda yang.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. dijalankan bersama-sama. Dilihat dari sudut kepribadian, ibu rumah tangga yang bekerja sebagian besar berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Tahap perkembangan psikososial Erikson masa dewasa awal dituntut untuk saling berkomitmen. Tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah membangun hubungan yang intim dengan orang lain (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Berkaitan dengan hubungan yang intim menuntut keterampilan. tertentu,. seperti. kepekaan,. empati,. kemampuan. mengomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, dan mempertahankan komitmen. Penelitian menjadi penting dilakukan karena peneliti ingin melihat pola kelekatan yang dimiliki ibu bekerja dan kelekatan ibu bekerja dengan pasangan dan teman sebaya. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan dalam diri peneliti “Apakah ada hubungan antara kesejahteraan psikologis seorang ibu bekerja dilihat dari pola kelekatan yang dimilikinya?” Penelitian ini akan lebih melihat pada kesejahteraan psikologis wanita yang mempunyai peran ganda yaitu dengan pola kelekatan yang diterima dari orangtuanya.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara kesejahteraan psikologis ibu bekerja dengan pola kelekatan yang dimilikinya?.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis ibu bekerja dengan pola kelekatan yang dimilikinya.. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dan memperkaya hasil penelitian dalam bidang psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi keluarga terutama berkaitan dengan pola kelekatan dan kesejahteraan psikologis ibu bekerja.. 2. Manfaat Praktis : a. Pada ibu bekerja Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ibu yang bekerja dalam memberikan informasi mengenai tingkat atau dimensi kesejahteraan psikologis didalam dirinya dan memperoleh gambaran mengenai pola kelekatan yang mereka miliki..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. b. Pada suami yang memiliki pasangan yang bekerja Penelitian ini diharapkan dapat memahami mengenai pola kelekatan yang dimiliki oleh pasangannya dan dapat memberikan informasi bagi suami mengenai tingkat kesejahteraan psikologis pasangannya. c. Pada pembaca Penelitian diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam memberikan informasi mengenai macam-macam pola kelekatan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan psikologis individu..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori kelekatan (attachment) Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain, terutama ibunya. Oleh karena itu, ibu mempunyai peranan yang penting terhadap perkembangan kepribadian anak (Sarwono, 2009). Interaksi antara ibu dan anak dapat membentuk. perkembangan. kelekatan. yang. berperan. besar. dalam. perkembangan segala kemampuan anak, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, moral, dan sebagainya (Cook, 1972). 1. Pengertian Kelekatan Kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dengan ibu (Santrock, 2002). Relasi dengan figur sosial yang melibatkan fenomena tertentu akan mewakili karakteristik relasi sehingga membentuk kelekatan. Dalam hal ini periode masa perkembangan saat masa bayi, figur-figur sosial adalah bayi dengan pengasuh dan fenomenanya ialah ikatan yang terjadi diantara mereka. Papalia, Sally dan Ruth Dunskin (2010) mengemukakan kelekatan merupakan ikatan emosional abadi dan resipokal antara bayi dan pengasuh. Pengasuh yang memberikan respon terhadap bayi akan menghasilkan kualitas hubungan yang baik, sedangkan pengasuh yang. 16.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. suka menyendiri dan kurang konsisten terhadap bayi akan menghasilkan kualitas hubungan yang kurang baik. Hal ini karena antara bayi dan pengasuh sama-sama memberikan kontribusi terhadap kualitas hubungan tersebut. Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (2005), kelekatan adalah tingkat keamanan individu yang dialami dalam hubungan interpersonal. Pada awal masa bayi, individu membangun pola-pola yang berbeda, namun perbedaan kelekatan yang dimiliki oleh individu akan tampak mempengaruhi perilaku interpersonal sepanjang hidup. Kelekatan yang terbentuk pada masa kecil akan mempengaruhi perilaku individu di masa depan. Saat awal masa bayi tingkat keamanan individu akan terbentuk dari hubungan interpersonal yang terjadi antara bayi dengan pengasuh. Cinta kelekatan orang dewasa adalah suatu ikatan afeksional kuat dengan orang tertentu yang mengalami kesedihan ketika tanpa sengaja terpisah dari orang tersebut dan berusaha untuk dekat dengannya ketika kita merasa terancam (Mercer dan Clayton, 2012). Individu dewasa akan merasakan kesedihan jika terpisah dari orang tertentu atau orang terdekat yang dalam hal ini adalah pasangannya. Kelekatan dewasa (adult attachment) adalah hubungan emosi antara dua orang yang ditandai oleh keinginan untuk bersama orang tersebut dan menyayangi orang tersebut serta kondisi tersebut menggambarkan keadaan diri individu (Hazan & Shaver, 1987). Individu dewasa memiliki.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. keinginan hidup bersama dengan figur lekatnya. Figur lekat adalah pasangannya. Bartholomew dan Horowitz (1991) menjelaskan bahwa kelekatan pada masa dewasa adalah pandangan kelekatan (ikatan afeksi) diri individu dewasa terhadap orang lain yang dihasilkan dari model mental diri sendiri dan model mental orang lain, baik secara positif maupun negatif. Model mental diri yang dimaksud adalah keyakinan bahwa diri dicintai (lovability) dan layak mendapatkan perhatian (worthiness of care) dari orang lain sedangkan model mental orang lain dipahami sebagai harapan bahwa orang lain hadir secara emosional dan responsif. Menurut teori-teori Bowlby (1969) dan Ainsworth (1978) kelekatan menunjukkan bahwa cara individu membentuk ikatan dengan pengasuh utama mempengaruhi skema individu tersebut untuk membentuk dan mengembangkan hubungan di masa dewasa (Mercer dan Clayton, 2012). Kelekatan yang terbentuk dapat mempengaruhi kualitas hubungan di masa dewasa. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kelekatan diatas, peneliti mengambil kesimpulan mengenai pengertian dari kelekatan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sejak perkembangan masa bayi akan terbentuk kelekatan. Kelekatan merupakan ikatan yang dibentuk antara bayi dan pengasuhnya. Kelekatan yang terbentuk sejak kecil akan mempengaruhi individu di masa depan. Ketika dewasa, figur kelekatan akan berubah dari ibu atau pengasuh menjadi pasangannya. Individu.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. dewasa akan mengalami kesedihan ketika terpisah dari figur lekatnya. Dalam hal ini, figur kelekatannya adalah pasangannya. Jadi yang dimaksud dengan kelekatan dalam penelitian ini adalah ikatan yang terbentuk dari masa bayi yang menjadi dasar dalam memberikan pengaruh pada kehidupan interpersonal individu di masa dewasa yang dimana individu tersebut mempunyai pandangan mengenai model diri sendiri dan model orang lain.. 2. Proses terbentuknya Kelekatan Psikoanalisa dari Inggris John Bowlby (1969, 1989) menekankan pentingnya kelekatan pada tahun awal kehidupan bayi dengan respon dari pengasuh bayi tersebut. Bowlby yakin bahwa bayi dan ibunya membentuk suatu kelekatan secara naluriah. Ia juga mengemukakan bahwa secara biologis bayi yang baru lahir diberi kemampuan untuk memperoleh perilaku kelekatan dari ibu. Bayi menangis, menempel, merengek, dan tersenyum. Kemudian bayi akan merangkak perlahan-lahan dan berjalan mengikuti ibu. Hal tersebut dilakukan bayi untuk mempertahankan agar ibu selalu dekat (Santrock, 2002). Penyatuan kembali bayi dengan ibu akan membentuk kelekatan yang kuat. Erikson (1968) yakin bahwa tahun pertama kehidupan merupakan kerangka waktu kunci bagi perkembangan kelekatan. Tahap pertama dari delapan tahap perkembangan psikososial Erikson adalah kepercayaan (trust) dan ketidakpercayaan (mistrust). Tahap ini berlangsung hingga.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. berusia 18 bulan. Pada bulan-bulan awal, bayi akan mengembangkan perasaan percaya terhadap individu-individu dan objek-objek dalam dunia mereka. Rasa percaya pada masa bayi akan membentuk harapan seumur hidup bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan menyenangkan untuk dihuni (Santrock, 2002). Kelekatan yang aman akan merefleksikan rasa kepercayaan dan kelekatan yang tidak aman akan merefleksikan rasa ketidakpercayaan. Bayi yang mempunyai kelekatan aman telah belajar untuk percaya tidak hanya dengan para pengasuhnya tetapi juga kepada kemampuannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (Papalia, 2010). Jika rasa ketidakpercayaan (mistrust) lebih mendominasi maka anak akan memandang dunia sebagai tempat yang tidak bisa diprediksi dan akan memiliki masalah dalam pembentukan hubungan (Papalia dan Feldman, 2014). Cindy Hazan (dalam Myers, 2012)menjelaskan bahwa pengalaman kelekatan di awal kehidupan membentuk dasar model kerja internal atau karakteristik cara berpikir mengenai suatu hubungan. Oleh karena itu, ibu yang memberikan respon akan memberikan rasa dasar kepercayaan bahwa dunia dapat dipercaya maka bayi akan mempunyai kelekatan dengan rasa aman. Penelitian tentang adult attachment menunjukkan bahwa individu dengan secure attachment dibentuk dengan hubungan yang hangat dengan orang tua dan avoidant attachment terbentuk oleh orang tua memiliki hubungan yang dingin dan menolak kebutuhan anak (Collins & Read,.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. 1990). Collins dan Read (1994) menunjukkan bahwa model kerja harus berkaitan dengan empat komponen, yaitu: a. Kelekatan berkaitan dengan kenangan dan pengalaman individu (terutama pada figur utama). b. Kelekatan berkaitan dengan keyakinan, sikap dan harapan pada diri sendiri dan orang lain. c. Tujuan dan kebutuhan hidup berkaitan dengan kelekatan. d. Strategi dan rencana merupakan pencapaian tujuan yang berkaitan dengan kelekatan.. General Model of Self and Others in Relation to Attachment. General Model of Self and Others in. Mother. Model of Peer Relationships. Father Friendship. Gambar 1. Hierarki Struktur Model Kerja. Romantic Relationship.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. Gambar diatas menunjukkan bahwa model umum mengenai diri sendiri dan orang lain yang berkaitan dengan kelekatan. Pada masa anakanak, model atau pola kelekatan terjadi antara hubungan orangtua dan anak dimana ayah dan ibu merupakan figur kelekatan utama. Semakin bertambahnya usia individu kehadiran teman sebaya merupakan hal yang penting selain kehadiran orangtua dalam kehidupan individu. Model kelekatan pada masa remaja terjadi pada teman sebaya yang membentuk suatu hubungan yang dinamakan persahabatan. Individu dewasa akan menjalin hubungan dengan teman sebaya dan akan membentuk suatu ikatan yang kuat. Ikatan tersebut akan semakin kuat dan akan berkembang menjadi hubungan romantik dengan lawan jenis. Berdasarkan data diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kelekatan terbentuk pada awal tahun kelahiran bayi. Bayi akan protes dan marah ketika ibu mereka berada jauh. Ini merupakan bentuk kekhawatiran perpisahan dan tekanan emosional yang terlihat pada bayi ketika mereka berpisah dengan ibu yang dianggap sebagai figur kelekatan (attachment). Respon baik yang diberikan ibu dapat membentuk kelekatan yang aman bagi sang bayi.. 3. Perkembangan Kelekatan pada Masa Dewasa Pola kelekatan yang dimiliki pada masa anak-anak akan mempengaruhi hubungan dimasa dewasa (Mercer dan Clayton, 2012). Menurut Bowlby,sebelum individu memperoleh keterampilan bahasa.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. individu mampu membentuk skema dasar mengenai diri sendiri dan orang lain yang membimbing perilaku interpersonal sepanjang hidup individu tersebut. Pada awal masa bayi akan mempengaruhi interaksi individu dengan anggota keluarga, teman sebaya, sahabat, pasangan romantis, pasangan hidup dan orang asing (Hazan dan Shaver, dalam Myers 2012). Banyak studi yang menggunakan kuesioner dan wawancara menemukan keterkaitan pola kelekatan di masa bayi akan mempengaruhi kualitas hubungan di masa dewasa (Mercer dan Clayton, 2012). Bayi dengan pengasuh yang memberikan respon akan kebutuhan bayi akan memiliki pola kelekatan aman (secure attachment) sehingga bayi cenderung akan memiliki tingkat kepercayaan tinggi, tidak memiliki kekhawatiran akan ditinggalkan oleh orang lain dan memiliki harga diri yang tinggi.Pada masa dewasa, individu yang memiliki pola kelekatan ini cenderung mudah untuk dekat dengan orang lain, mempunyai kemampuan untuk mempercayai orang lain serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang matang. Dengan hal-hal tersebut individu mampu memiliki hubungan yang bertahan lama dengan pasangannya. Selain itu, mereka cenderung tidak merasa khawatir bila harus bergantung dengan orang lain sehingga menghasilkan kepuasaan dan penyesuaian diri lebih besar. Bayi yang mempunyai pengasuh tidak konsisten dan senang menguasai akan memiliki pola kelekatan cemas/ambivalen (anxiousambivalent attachment) akibatnya bayi memiliki tingkat kecemasan yang.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. lebih tinggi daripada rata-rata individu yang lain. Individu dengan pola kelekatan anxious-ambivalent attachment juga dinamakan dengan pola kelekatan preoccupied. Pada masa dewasa, individu ini cenderung memiliki keinginan untuk dekat dengan orang lain namun memiliki kekhawatiran jika orang lain tidak membalas upaya-upaya intimasi atau tidak memiliki kedekatan seperti yang mereka inginkan. Maka dari itu, individu ini cenderung mudah menjalin hubungan dengan orang lain namun mereka cenderung kesulitan mempertahankan hubungan dekat sehingga mereka cenderung memiliki hubungan jangka pendek dan memiliki hubungan yang kurang memuaskan. Selain itu, individu ini memiliki kekhawatiran apabila orang lain tidak menghargai dirinya seperti ia menghargai orang lain. Pengasuh yang menyendiri, menjauh dan menolak upaya-upaya untuk intimasi maka bayi akan menekan kebutuhan untuk kelekatan atau ikatan. Hal ini akan berdampak pada masa dewasa. Maka dari itu, individu ini akan memiliki karakteristik menghindar sehingga memiliki pandangan negatif mengenai orang lain. Individu ini terlihat dalam pola kelekatan dismissing dan fearful. Individu dengan pola kelekatan dismissing akan merasa nyaman meskipun tidak memiliki hubungan emosional dengan orang lain, merasa nyaman tidak bergantung dengan orang lain dan orang lain tidak bergantung pada mereka. Selain itu, individu ini memiliki kesulitan untuk mempercayai orang lain, menolak untuk menjalin hubungan dengan orang.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. lain sehingga kemungkinan kecil untuk menjalin suatu hubungan, memiliki komitmen yang rendah dan kesulitan untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain. Individu ini juga cenderung menekan dan menyembunyikan perasaan mereka. Individu dengan pola kelekatan fearful memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain tetapi merasa tidak nyaman untuk dekat dengan orang lain. Individu ini mempunyai pandangan negatif mengenai diri sendiri dan orang lain sehingga merasa mendapat respon yang kurang dari pasangan dan cenderung memiliki rasa ketidakpercayaan dengan pasangan. Oleh karena itu, individu dengan pola kelekatan ini akan menghindari keintiman dan menutupi perasaan terhadap orang lain. Individu yang memiliki pola kelekatan dismissing dan fearful memiliki karakteristik menghindar dari orang lain. Individu tersebut akan menggambarkan hubungan dengan pasangan bahwa pasangannya penuh kecemburuan dan cenderung kurang rasa ketidakpercayaan dengan pasangannya sehingga hubungan mereka kurang bertahan lama. Selain itu, individu ini memandang diri sendiri sebagai orang yang tidak disukai oleh orang lain dan mandiri. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan yang dibentuk pada saat bayi akan mempengaruhi individu tersebut dalam hubungan interpersonalnya. Setiap individu memiliki pola kelekatan yang berbeda-beda. Setiap pola kelekatan yang dimiliki seseorang akan.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. membentuk. perilaku. yang. mempengaruhi. dalam. 26. hubungan. interpersonalnya dan kontrol emosi dimasa dewasa.. 4. Jenis-jenis Kelekatan pada Masa Dewasa Berdasarkan konseptualisasinya mengenai interaksi ibu dan anak serta skema yang dipelajari, Bowlby (1982) mengemukakan bahwa bayi membentuk satu dari tiga pola kelekatan yaitu pola kelekatan aman (secure attachment), kelekatan tidak aman-menghindar (insecure-avoidant), dan pola kelekatan tidak aman-ragu-ragu (insecure-ambivalent). Ainsworth (1978) mengobservasi pola-pola yang sama dari masa bayi pada interaksi antara ibu dan anak. Interaksi antara model diri sendiri dan model orang lain akan menghasilkan. pola. kelekatan.. Bartholomew &. Horowitz. (1991). mengungkapkan bahwa pada masa dewasa individu memiliki empat pola kelekatan (attachment), yaitu secure, preoccupied, dismissing dan fearful. Pola kelekatan secure (aman) mengarah pada secure attachment (kelekatan aman) sedangkan pola kelekatan preoccupied, dismissing dan fearful mengarah pada pola insecure attachment (kelekatan tidak aman). Bartholomew dan Horowitz (1991) mengajukan empat pola kelekatan. Gambar 2 mengilustrasikan empat pola kelekatan pada masa dewasa sebagai berikut:.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. MODEL OF SELF (Dependence). Positive (Low) MODEL OF OTHER (Avoidance). Negative(High). Positive. Negative. (Low). (High). Area I. Area II. Secure. Preoccupied. Comfortable with. Preoccupied with. intimacy and. relationship. autonomy. Overly dependent. Area III. Area IV. Dismissive. Fearful. Dismissing of. Fearful of. attachment. attachment. Counter-. Socially avoidant. dependent. Tabel 2.1. Pola kelekatan pada masa dewasa Bartholomew dan Horowitz (1991) menegaskan bahwa pola kelekatan pada masa dewasa dipengaruhi oleh gambaran individu mengenai diri sendiri dan orang lain. Penjelasan ciri khas setiap area dari empat pola kelekatan tersebut adalah sebagai berikut: Area I: Individu dengan pola kelekatan secure memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri, orang lain dan hubungan yang mereka jalani..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Individu ini tidak mudah bergantung dengan orang lain (low dependence) dan tidak ingin menghindar (low avoidance) dari orang lain serta memiliki keseimbangan antara keintiman dan kemandirian. Maka dari itu, individu dengan pola kelekatan secure cenderung memiliki hubungan yang akrab dengan orang lain. Mereka memiliki sikap memandang diri layak sehingga merasa nyaman untuk terlibat dalam hubungan akrab dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk mandiri dan mampu untuk membangun rasa kepercayaan terhadap orang lain. Mereka juga terbuka dengan orang lain dan merasa nyaman pada saat dibutuhkan oleh orang lain. Individu ini cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang efektif dan dapat menyelesaikan konflik secara konstruktif atau membangun. Hal ini dikarenakan individu tidak hanya memiliki pandangan terhadap diri sendiri tetapi juga memiliki pandangan terhadap orang lain secara positif. Area II: Individu dengan pola kelekatan preoccupied memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri namun memiliki pandangan positif terhadap orang lain. Oleh karena itu, individu tersebut cenderung memiliki harapan positif terhadap orang lain tetapi merasa diri mereka tidak berharga. sehingga. mereka. cenderung. mudah. bergantung. (high. dependence) dengan orang lain dan cenderung tidak ingin menghindar (low avoidance). Individu ini memiliki kekhawatiran bahwa orang lain mempunyai penilaian yang berbeda dengan penilaian mereka terhadap orang lain. Oleh karena itu, mereka memiliki penerimaan diri sendiri yang bersumber pada penilaian positif dari orang lain sehingga mereka.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal ini berpengaruh terhadap penyelesaian masalah. Dalam penyelesaian masalah, mereka cenderung bergantung kepada orang lain. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pandangan positif terhadap orang lain namun memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri. Dengan pandangan positif terhadap orang lain, mereka cenderung mudah bergaul dengan orang lain dan selalu ingin diperhatikan oleh orang lain. Dalam hubungan romantik dengan pasangan, mereka cenderung mencari keintiman dan menginginkan respon yang lebih dari pasangannya. Area III: Individu dengan pola kelekatan dismissing memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri tetapi memiliki pandangan negatif terhadap orang lain. Individu ini cenderung tidak mudah bergantung (low dependence) pada orang lain dan cenderung ingin menghindar (high avoidance) dari orang lain. Pola ini mengindikasikan sikap saling menghindar yang ditandai dengan ketidakpercayaan terhadap satu sama lain sehingga mereka cenderung merasa tidak nyaman dalam menjalin suatu hubungan dengan orang lain dan memilih untuk tidak bergantung dengan orang lain. Mereka memiliki sikap memandang diri layak dengan menolak nilai-nilai dalam hubungan akrab dengan orang lain dan tidak memiliki kekhawatiran mengenai kemandirian. Mereka bergantung pada diri sendiri sehingga memiliki kemandirian secara emosional. Ketika mereka terpisah dengan orang lain atau pasangan, mereka tidak mudah cemas atau cemburu. Dalam penyelesaian masalah pun, mereka tidak.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. berusaha mencari pertolongan atau dukungan dari orang lain. Hal ini dikarenakan mereka memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri namun memiliki pandangan negatif terhadap orang lain. Area IV: Individu dengan pola kelekatan fearful memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu ini cenderung mudah bergantung (high dependence) dengan orang lain dan cenderung ingin menghindar (high avoidance) dari orang lain. Maka dari itu, individu ini cenderung menghindari keintiman dan menutupi perasaan mereka. Secara umum, individu ini memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri sehingga mereka cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Akan tetapi, mereka memiliki keinginan untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain. Disisi lain, mereka merasa tidak nyaman dengan orang lain karena memiliki kekhawatiran terhadap penolakan-penolakan dari orang lain sehingga mereka menghindari keintiman dengan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka memiliki pandangan negatif mengenai orang lain sehingga mereka mengalami kesulitan dalam membangun rasa kepercayaan terhadap orang lain. Mereka juga cenderung memiliki ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah secara emosional namun mereka tidak berusaha untuk mencari dukungan dari orang lain..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. B. Kesejahteraan Psikologis (psychological well-being) 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Menurut Diener dan Jahoda (dalam Ryff, 1989) penelitian mengenai kesejahteraan psikologis (psychological well-being) mulai berkembang pesat sejak para ahli menyadari bahwa ilmu psikologi lebih banyak menaruh perhatian pada rasa ketidakbahagiaan dan gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh manusia dibandingkan dengan menaruh perhatian pada faktorfaktor yang dapat mendukung dan mendorong individu dapat berfungsi secara positif (positive function). Penelitian tentang kesejahteraan psikologis (psychological well-being) didasari oleh dua pandangan utama. Pandangan pertama adalah hedonicyang memandang bahwa mencapai kebahagiaan merupakan tujuan hidup yang utama. Hedonic dapat dipahami sebagai well-being yang tersusun atas kebahagiaan subjektif dan berfokus pada pengalaman subjektif dari individu yang menyakini bahwa segala sesuatu berupa kebahagiaan. Maka dari itu, hedonic dapat disebut juga dengan subjective well-being. Pandangan hedonic membentuk well-being dengan konsep kepuasaan hidup dan kebahagiaan (Bradburn, 1969). Pandangan yang kedua menekankan pada kepuasaan hidup merupakan kunci utama dari well-being. Pandangan dari Ryff (1989) ini disebut dengan eudaimonic atau psychological well-being (Ryan & Deci, 2001). Waterman (1993). mengemukakan. bahwa. konsepwell-being. dalam. pandangan. eudaimonic menekankan pada bagaimana cara individu untuk hidup dalam.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. dirinya yang sejati (true self). Diri yang sejati ini terjadi ketika individu melakukan aktivitas yang paling sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan dilakukan secara menyeluruh serta benar-benar terlibat didalamnya (fully engaged) (Ryan & Deci, 2001). Pandangan eudaimonic lebih berfokus pada realisasi diri, ekspresi pribadi dan sejauh mana seorang individu memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya (Waterman, dalam Ryan & Deci, 2001). Menurut Ryff (1989) psychological well-being merupakan istilah yang digunakan. untuk. menggambarkan. kesehatan. psikologis. individu. berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif (positive psychological. functioning).. Ryff. (1989). mengemukakan. bahwa. psychological well-being sebagai pencapaian penuh diri dari potensi psikologis seseorang individu. Individu membutuhkan dimensi-dimensi untuk dapat mencapai penuh seluruh fungsi dalam dirinya atau menjadi sehat secara psikologis (Ryff, 1989). Dimensi-dimensi tersebut antara lain: kemampuan. menerima. diri. sendiri. apa. adanya. (self-acceptance),. kemampuan mengembangkan potensi dirinya (personal growth), hidup yang memiliki tujuan (purpose in life), hubungan positif atau hangat dengan orang lain (positive relationship with others), kemampuan mengatur lingkungan sosial (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy). Ryff dan Singer (1996) menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi ditandai dengan individu yang memiliki hubungan baik dengan lingkungan.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. sekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, mampu membangun hubungan personal yang baik dengan orang lain dan memiliki tujuan pribadi serta tujuan dalam pekerjaannya. Warr. (dalam. Suryawidjaja,. 1998). mengemukakan. bahwa. psychological well-being merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas-aktivitasnya dalam kehidupan. sehari-hari.. Menurut. Bartram. dan. Boniwell. (2007). mengemukakan bahwa psychological well-being berhubungan dengan kepuasaan pribadi, harapan, rasa syukur, stabilitas suasana hati, pemaknaan diri sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasaan dan optimisme. Individu tersebut juga mengetahui kelebihan dan mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Psychological well-being memimpin individu untuk menjadi kreatif dan memahami apa yang sedang dilakukannya. Pada awalnya Psychological well-being Ryff merupakan integrasi beberapa teori psikologi klinis dan psikologi perkembangan yang mengarah pada definisi fungsi psikologis positif (positive psychological function). Teori-teori tersebut diantaranya adalah aktualisasi diri (self actualization) menurut Maslow (1968) dan fully functioning person menurut Carl Roger (1961), Erikson (1959) tentang individu yang mencapai integritas. Kesejahteraan psikologis dan psikologi humanistik memiliki kesamaan. Psikologi humanistik mengacu pada konsep kebutuhan hierarki dan meletakkan aktualisasi diri merupakan tingkatan yang paling tinggi. Orangorang yang berhasil mengaktualisasikan dirinya akan lebih menyukai.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. kemandirian dan memiliki kemampuan untuk menerima diri sendiri dan orang lain (Boeree, 2010). Kesejahteraan psikologis juga berkaitan dengan teori Rogers yang memiliki konsep orang yang berfungsi sepenuhnya. Rogers. memandang. bahwa. kesehatan. mental. merupakan. proses. perkembangan hidup yang alamiah. Rogers juga mempunyai teori kecenderungan aktualisasi yang diartikan sebagai motivasi yang ada dalam diri individu yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi-potensi yang ada (Boeree, 2010). Menurut Ryff (1989) konsep-konsep mengenai positive psychological function dapat diintegrasikan menjadi sebuah model psychological wellbeing sebagai pencapaian penuh individu melalui enam dimensi yang multidimensional. Masing-masing dari dimensi tersebut menjelaskan tantangan berbeda-beda yang akan dihadapi oleh individu dalam usahanya berfungsi secara penuh dan positif. Berdasarkan beberapa pengertian psychological well-being yang dikemukakan. oleh. beberapa. tokoh. diatas,. peneliti. menyimpulkan. psychological well-being dalam penelitian ini mengacu pada penelitian kesejahteraan psikologis yang dilakukan Ryff (1989) bahwa kesejahteraan psikologis tidak hanya sebatas pencapaian kesenangan namun sebagai perjuangan menuju kesempurnaan yang dapat menggambarkan perwujudan dari potensi sesungguhnya yang dimiliki seseorang individu. Individu memiliki kemampuan dalam menghadapi berbagai hal yang dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupannya, mampu melalui periode.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. sulit dalam kehidupan dengan mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan menjalankan fungsi psikologis positif yang ada dalam dirinya sendiri sehingga individu tersebut dapat merasakan adanya kesejahteraan batin dalam hidupnya.. 2. Dimesi Kesejahteraan Psikologis Ryff (1989) menjelaskan kesejahteraan psikologis dengan enam dimesi yang dimiliki individu. Keenam dimensi tersebut adalah: a. Penerimaan diri (self-acceptance) Penerimaan diri merupakan sikap yang dapat menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri dapat dicapai saat individu mengetahui diri sendiri dengan berusaha memahami tingkah laku diri sendiri, melakukan evaluasi diri, menyadari kesalahan dan keterbatasan diri serta menyadari akan kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Individu dapat menerima diri sendiri dengan baik apabila individu tersebut memiliki kesadaran dan penerimaan yang positif terhadap diri sendiri dengan mengakui kelebihan dan kelemahan diri sendiri serta merasa positif pada masa lalu yang individu miliki. Sebaliknya, individu yang merasa kurang puas terhadap dirinya sendiri, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupannya dimasa lalu, memiliki masalah dengan kelebihan maupun kelemahan dirinya dan berharap untuk menjadi orang yang berbeda dengan dirinya.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. sendiri dapat dikatakan memiliki nilai yang rendah dalam penerimaan diri. Individu dikatakan memiliki taraf kesejahteraan psikologis dalam aspek penerimaan diri apabila individu tersebut: 1. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. 2. Mengakui dan menerima diri sendiri apa adanya (baik positif maupun negatif). 3. Merasa positif terhadap kehidupan masa lalu dan masa sekarang. b. Otonomi diri (autonomy) Otonomi diri dicirikan dengan individu yang menentukan pilihan sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dengan kata lain, individu ini memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri tanpa memperhitungkan persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dengan standar personal yang dimiliki. Kemampuan ini ditandai dengan sikap mandiri, dapat membuat keputusan sendiri dan dapat menghadapi tekanan sosial serta mengatur atau mengendalikan diri secara internal. Sebaliknya, individu yang kurang memiliki otonomi diri akan memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, serta bersikap konformis terhadap tekanan sosial. Jadi, taraf kesejahteraan psikologis (psychological well-being) seorang individu dalam aspek otonomi terlihat dari sejauh mana individu tersebut:.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. 1. Mampu mengevaluasi standar personal bagi perilakunya. 2. Mampu mengendalikan diri dan bersikap mandiri. 3. Mampu bertahan terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan cara tertentu. c. Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others) Aspek ini menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang hangat dan positif dengan orang lain serta adanya rasa kepercayaan antara individu pada orang lain. Individu yang memiliki hubungan yang positif dengan orang lain mempunyai rasa empati dan afeksi yang kuat pada orang lain, dan mampu memiliki rasa cinta dan persahabatan yang mendalam, membina hubungan yang intim dengan orang lain serta kemampuan untuk mengarahkan atau membimbing orang lain dan juga berkonsentrasi pada kesejahteraan orang lain. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam aspek hubungan positif dengan orang lain ditandai dengan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, sulit peduli dan terbuka dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain serta tidak memiliki keinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan taraf kesejahteraan psikologis individu dalam aspek hubungan positif dengan orang lain dapat dilihat dari sejauh mana ia:.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. 1. Memiliki hubungan hangat, rasa cinta dan persahabatan yang mendalam. 2. Memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. 3. Mampu membina hubungan yang intim pada orang lain. d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) Penguasaan lingkungan merupakan aspek yang menekankan pada kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikis dan kepribadiannya. Individu dikatakan mampu menguasai lingkungannya apabila individu tersebutmemiliki kemampuan untuk mengatur dan mengontrol lingkungan yang beragam, berpartisipasi dalam lingkungan diluar dirinya, serta menguasai dan melakukan perubahan secara kreatif melalui aktifitas fisik maupun mental. Dengan kata lain, aspek ini melihat kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian di luar dirinya dan mengatur sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. Individu yang kurang baik dalam aspek penguasaan lingkungan akan mengalami kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan keadaan di lingkungan sekitarnya, kurang peka terhadap kesempatan yang ada di lingkungannya dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan. Taraf kesejahteraan psikologis (psychological well-being) inidvidu dalam aspek penguasaan lingkungan dapat terlihat dari sejauh mana individu tersebut:.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. 1. Mampu mengelola dan mengontrol lingkungan. 2. Mampu memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi dirinya dan kepribadiannya. 3. Memiliki kompetensi dalam mengelola lingkungan. 4. Mampu melakukan perubahan secara kreatif. e. Tujuan hidup (purpose in life) Aspek ini menekankan pada keyakinan perasaan terhadap tujuan dan makna hidup. Kemampuan ini ditunjukkan dengan sikap individu yang memiliki pemahaman menyeluruh mengenai tujuan hidup, mempunyai keyakinan terhadap tujuan hidup, serta memiliki tujuan dan objektif untuk kehidupan. Selain itu, individu memiliki perubahan tujuan dalam hidup seperti menjadi individu yang lebih produktif dan kreatif dalam mencapai integrasi emosional pada tahapan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, kemampuan tersebut dapat membantu individu dalam menemukan tujuan dan makna hidup melalui pengalaman individu sendiri. Individu dapat dikatakan kurang memiliki tujuan hidup apabila ia kehilangan makna hidup, kurang memiliki tujuan hidup, merasa kehilangan arah dalam hidup, kehilangan keyakinan yang memberikan tujuan hidup dan tidak melihat kejadian masa lalu sebagai makna dalam hidupnya. Jadi, taraf kesejahteraan psikologis individu dalam aspek tujuan hidup terlihat dari sejauh mana ia:.

Gambar

Gambar 1.  Hierarki Struktur Model Kerja .........................................................
Gambar 1. Hierarki Struktur Model Kerja General Model of Self and Others in Relation
Tabel 2.1. Pola kelekatan pada masa dewasa

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan lama penyimpanan herbisida nabati alang-alang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian gulma dan lama

Gilir petik panjang akan menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini diperoleh dari studi dokumentasi yang

Selain itu, minuman isotonik yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan di dalam tubuh akan membuat minuman ini dengan segera bisa langsung diserap

Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013 489 media dan metode komunikasi yang disukai oleh petani dalam menerima informasi guna merumuskan program

Proporsi siswa dengan kemampuan literasi tinggi didominasi oleh siswa dengan kemampuan numerasi tinggi pula 8. Keterkaitan kedua aspek pada grafik 8 menunjukkan pentingya

Kesimpulan dari karya ini adalah dapat menghasilkan sebuah animasi film pendek dengan menambahkan elemen humor agar penonton dapat terhibur dan tertawa, serta