• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK PADA MTs GUPPI 2 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK PADA MTs GUPPI 2 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK PADA MTs GUPPI 2 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Bimbingan Konseling. OLEH DEWI NURANI PRIHATIWI NPM : 1311080163 Jurusan : Bimbingan Konseling. FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M.

(2) IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK PADA MTs GUPPI 2 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Bimbingan Konseling. OLEH DEWI NURANI PRIHATIWI NPM : 1311080163 Jurusan : Bimbingan Konseling. Pembimbing I : Drs. H. Badrul Kamil, M.Pd.I Pembimbing II : Andi Thahir, S.Psi.,M.A.,Ed.D. FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M.

(3) ABSTRAK IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK PADA MTs GUPPI 2 TANJUNG KARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh : Dewi Nurani Prihatiwi Masalah dalam penelitian ini adalah terdapat 10% peserta didik yang membolos dan belum dilaksanakannya layanan konseling individu dengan cognotive behaviour therapy. Permasalahan penelitian yaitu apakah layanan konseling individu dengan Cognitive Behaviour Therapy dapat mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui implementasi layanan konseling individu terhadap perilaku membolos peserta didik kelas VIII di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang dan untuk mengetahui implementasi Cognitive Behaviour Therapy perilaku membolos peserta didik kelas VIII di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pre-Eksperimental design. Jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 3 peserta didik kelas VIII MTS GUPPI 2 Tanjung Karang yang dipilih berdasarkan karakteristik perilaku membolos tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki perilaku membolos tinggi mengalami perubahan setelah melaksanakan layanan konseling individu menggunakan CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif pada peserta didik kelas VIII MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil skor yang diperoleh thitung < dari ttabel (8.875 < 1.796), Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya implementasi layanan konseling individu dengan Cognitive Behaviour Therapy berpengaruh terhadap perilaku membolos peserta didik di MTs GUPPI 2 Tanjungkarang Tahun Ajaran 2016/2017. Dengan demikian peserta didik yang dikategorikan memiliki perilaku membolos tinggi terdapat perubahan setelah diberikan layanan konseling individu menggunakan CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif. Kata Kunci: Implementasi, konseling, cognitive behaviour therapy, perilaku.. iii.

(4)

(5)

(6) MOTTO. ْ‫إِنﱠ اﻟﱠﻠﮫَ ﻟَﺎ ﯾُﻐَ ﱢﯿﺮُ ﻣَﺎ ِﺑﻘَ ْﻮمٍ ﺣَﺘﱠﻰٰ ﯾُﻐَ ﱢﯿﺮُوا ﻣَﺎ ِﺑﺄَ ْﻧ ُﻔﺴِﮭِﻢ‬ “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S. Ar-rad : 11).

(7) PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.. Orang tuaku tercinta, H.Saefudin dan Hj. Tri Rosmala Dewi yang selalu memberikan dukungan, cinta dan kasih saying, serta do’a kepada penulis.. 2.. Kepada adik-adik saya, fitri khoirunisa, ghina rodhatul jannah, M.Rizki AlGhifari, M.Alif Rifka yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya.. 3.. Kepada ketua jurusan Bapak Andi Thahir,S.Psi.,M.A.,Ed.D dan dosen pembimbing 1 bapak Drs.H.Badrul Kamil, M.Pd.I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi terhadap saya.. 4.. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan dorongan sehingga skripsi ini terselesaikan.. 5.. Dan juga Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung..

(8) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Dewi Nurani Prihatiwi dilahirkan di Bandar Lampung, tanggal 25 November 1995 anak pertama dari 5 bersaudara, dari pasangan H.Saefudin dan Hj.Tri Rosmala Dewi. Penulis memulai pendidikan di SD Al-Azhar 1 Bandar Lampung tahun 2001 sampai pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Mts.N 2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2010, lalu penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1 Model Bandar Lampung lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis meneruskan studi strata 1 di UIN Raden Intan Lampung pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan prodi Bimbingan Konseling (BK), lulus pada tahun 2017.

(9) KATA PENGANTAR. Bismilahhirohmanirohim Alhamdullahhirobil’allamin,Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. dalam. rangka. memenuhi. syarat. untuk. memperoleh. gelar. Sarjana. Pendidikan(S.Pd.), yang berjudul “Implementasi layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017”. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti telah mendapat bantuan dari banyak pihak untuk hal itu maka peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Chairul Anwar,M.Pd,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung; 2. Bapak Andi Thahir,S.Psi.,MA.Ed.D, selaku ketua jurusan Bimbingan dan Konseling UINRaden Intan Lampung sekaligus pembimbing II yang telah senantiasa memberikan masukan dan membimbing serta memberikan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dengan baik; 3. Bapak Drs.H. Badrul Kamil, M.Pd.I selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai yang diharapkan;. vii.

(10) 4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, terimakasih banyak telah memberikan ilmunya selama perkuliahan. 5. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung khususnya Jurusan Bimbingan dan Konselin, terimakasih atas ketulusan dan kesediannya membantu penulis dalam menyelesaikan syarat-syarat administrasi; 6. Ibu Rahmahwaty, S.Pd.,M.Pd.Iselaku Kepala MTs GUPPI 2 Tanjung Karang yang telah membantu dan memberikan izin kepada peneliti di sekolah yang beliau pimpin dan kepada dewan guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi serta memberikan informasi sehingga kebutuhan data yang diperlukan dapat dipenuhi; 7. Teman-teman jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 khususnya kelas D, sahabat-sahabatku terimakasih atas bantuan, saran, motivasinya dan kebersamaannya selama ini; 8. Semua pihak yang telah turut serta membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga bantuan yang tulus dari berbagai pihak, mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis berharap semoga skripsi inidapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pada pembaca terutama bagi kemajuan pendidikan pada masasekarang ini. Amiinnn .... Bandar Lampung, 18Agustus2017. DEWI NURANI PRIHATIWI NPM : 1311080163. viii.

(11) DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ MOTTO .......................................................................................................... PERSEMBAHAN........................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I.. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.. BAB II.. i ii iii iv v vi vii viii xi xiv xv xvi. Latar Belakang Masalah........................................................... Identifikasi Masalah ................................................................. Batasan Masalah....................................................................... Rumusan Masalah .................................................................... Tujuan Penelitian ..................................................................... Manfaat Penelitian ................................................................... Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 1 9 9 10 10 10 12. LANDASAN TEORI A. Cognitive Behaviour Therapy (CBT) ....................................... 1. Pengertian Cognitive Behaviour Therapy .......................... 2. Tujuan Cognitive Behaviour Therapy................................ 3. Teknik Cognitive Behaviour Therapy................................ 4. Proses Cognitive Behaviour Therapy................................. 5. Intervensi Terapeutik ......................................................... B. Teknik Restrukturisasi Kognitif............................................... 1. Konsep Restrukturisasi Kognitif ........................................ 2. Tujuan Restrukturisasi Kognitif......................................... 3. Tahap Restrukturisasi Kognitif .......................................... C. Perilaku Membolos .................................................................. 1. Pengertian Perilaku Membolos .......................................... 2. Faktor Penyebab Perilaku Membolos ................................ xii. 13 13 14 15 16 17 19 19 20 21 24 24 25.

(12) 3. Gejala-gejala Peserta Didik yang Membolos Sekolah ....... 4. Jenis-jenis Membolos Sekolah........................................... 5. Akibat yang Ditimbulkan oleh Peserta Didik yang Membolos........................................................................... D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. E. Kerangka Pikir ......................................................................... F. Hipotesis Penelitian................................................................... 31 31 32 33 35 36. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H. I.. Sifat dan Jenis Penelitian ......................................................... Desain Penelitian...................................................................... Variabel Penelitian ................................................................... Definisi Operasional................................................................. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 1. Populasi .............................................................................. 2. Sampel................................................................................ Pengembangan Instrumen Penelitian ....................................... Teknik Pengumpulan Data....................................................... Validitas dan Reabilitas Instrumen .......................................... 1. Validitas Instrumen ............................................................ 2. Reliabilitas Instrumen ........................................................ Teknik dan Pengolahan Analisis Data ...................................... 38 38 41 42 44 44 44 45 46 49 49 50 51. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... B. Uji Hipotesis ......................................................................... C. Pembahasan........................................................................... D. Keterbatasan Peneliti.............................................................. 53 63 69 74. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 5.2. Saran...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. xiii. 76 77.

(13) DAFTAR TABEL. Tabel. Halaman. 1. Data Membolos Peserta Didik Kelas VII MTs GUPPI 2 Tanjung Karang ............................................................................................................ 6. 2. Catatan Pikiran ............................................................................................... 23. 3. Tahapan Konseling Individu dengan Cognitive Behaviour Therapy............. 41. 4. Definisi Operasional....................................................................................... 43. 5. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian .............................................. 45. 6. Skor Alternatif Jawaban................................................................................. 48. 7. Kriteria Perilaku Membolos........................................................................... 49. 8. Peserta Didik yang Mengikuti Konseling individu........................................ 53. 9. Jadwal Pemberian Perlakuan Konseling Individu.......................................... 54. 10. Hasil Pre-test Perilaku Membolos Peserta Didik........................................... 61. 11. Hasil Post-test Perilaku Membolos Peserta Didik ......................................... 62. 12. Uji Hasil Pretest, Posttest, Score Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas VIII di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang ............................................... 63. 13. Hasil Uji t Paired Samples T-Test.................................................................. 62. 14. Hasil Uji t Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Indikator Keluarga........ 66. 15. Hasil Uji t Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Indikator Kurangnya Percaya Diri................................................................................. 66. 16. Hasil Uji t Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Indikator Perasaan Termarginalkan .............................................................................................. 67. 17. Hasil Uji t Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Indikator Personal......... 68. 18. Hasil Uji t Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Indikator Sekolah.......... 68. xiv.

(14) DAFTAR GAMBAR Gambar. Halaman. 1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................... 22. 2. Pre Eksperimental Design dengan One Group Pretest-Posttest Design ......................................................................................................... 39. 3. Hubungan Antar Variabel ........................................................................... 42. xv.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran. Halaman. 1. Kuesioner .................................................................................................... 82. 2. Olah Data .................................................................................................... 84. 3. adadadakdka............................................................................................... 4. b.................................................................................................................. 5. c .................................................................................................................. 6. d.................................................................................................................. 7. e .................................................................................................................. 8. f .................................................................................................................. 9. g.................................................................................................................. 10. h.................................................................................................................. 11. i................................................................................................................... 12. j................................................................................................................... 13. k................................................................................................................... xvi.

(16) 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.. Setiap. manusia memerlukan pendidikan untuk. dapat. meningkatkan kualitas hidupnya.1 Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pentingnya pendidikan bagi peserta didik yaitu harus mampu dan berusaha meningkatkan kualitas diri dengan baik, yakni terutama di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan di sekolah merupakan suatu lembaga formal yang bukan hanya untuk menuangkan ilmu pengetahuan saja tetapi juga sebagai sarana untuk mendidik dan membina kepribadian peserta didik, maka dalam hal ini juga pendidikan formal di sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi dalam hal penyadaran diri. Pendidikan akan memberikan dampak positif bagi peserta didik apabila mereka dibimbing, dibina, dan diarahkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan, sehingga peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu: 1. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: PT. Sinar Grafika,2011) h.7.

(17) 2. “Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2” Tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang tersebut adalah untuk mengembangkan dan membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia dan berilmu serta untuk meningkatkan potensi atau kemampuan yang ada pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menentukan dan mengarahkan hidupnya agar sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku, selain itu peserta didik diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling serta pihak sekolah lainnya juga berperan penting dalam membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul pada peserta didik di lingkungan sekolah.Peserta didik sebagai individu yang memiliki beberapa karakteristik yang perlu dipahami, diantaranya peserta didik memiliki keunikan yang berbeda-beda dan selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis.. 2. Tim Redaksi, 2013),h.128.. Amandemen Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika,.

(18) 3. Pada masa perkembangan, tentunya setiap individu mengalami berbagai permasalahan dalam kehidupannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi individu adalah perilaku tidak disiplin. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59:. ‫ٓﯾَٰﺄَ ﱡﯾﮭَﺎٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮٓاْ َأﻃِﯿﻌُﻮاْ ٱﻟﱠﻠﮫَ وََأﻃِﯿﻌُﻮاْ ٱﻟ ﱠﺮﺳُﻮلَ وَأُوْﻟِﻲ ٱﻟَۡﺄﻣۡﺮِ ﻣِﻨ ُﻜﻢۡۖ َﻓﺈِن‬ ِ‫ﺷﻲۡء َﻓﺮُدﱡوهُ إِﻟَﻰ ٱﻟﱠﻠﮫِ وَٱﻟﺮﱠﺳُﻮلِ إِن ﻛُﻨﺘُﻢۡ ُﺗﺆۡﻣِﻨُﻮنَ ﺑِﭑﻟﻠﱠﮫ‬ َ ‫ﺗَ َٰﻨﺰَﻋۡﺘُﻢۡ ﻓِﻲ‬ ٥٩ ‫ﺧﺮِۚ ذَِٰﻟﻚَ ﺧَﯿۡﺮ وََأﺣۡﺴَﻦُ َﺗﺄۡوِﯾﻠًﺎ‬ ِ ‫وَٱﻟۡﯿَﻮۡﻣِﭑﻟۡٓﺄ‬ Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.3 Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur. 3. Al-Kalam Digital Versi 1.0, “Al-Qur’an di:www.penerbitdiponegoro.com ( 6 Agustus 2009).. digital”. (On-Line),. tersedia.

(19) 4. dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh. kedisiplinan. dalam. kehidupan,. baik. dalam. kehidupan. pribadi,. bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara. Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh para anggota atau warganegara tersebut. Kesemuanya akan diawali dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Rasulullah bersabda: Artinya: ‘’Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat’’. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim) 4 Salah satu perilaku tidak disiplin di sekolah adalah perilaku membolos, membolosjika tidak segeradiselesaikan ataudiatasidapat menimbulkandampak yang lebih. parah.Di. AmerikaSerikatmembolosadalahmasalahyangmulaimeresahkan,. karenamenurutbeberapapenelitian prediktor. perilaku. munculnyaperilakudelinkuenpada. membolossangatdipercayasebagai remaja(studi. mencatat75-85%. pelakukenakalanremajaadalahyangsukamembolosatausangatseringabsen darisekolah).DiAmerikaSerikat,siswayangmembolosdisebutsebagaiperson in need of supervision (PINS) atau orang yang membutuhkan.5. 4. Raviv al-Faith,“Disiplin menurut ajaran agama Islam.” (On-Line), tersedia di:http://revivalfaithofpeace.blogspot.co.id/2010/12/disiplin-menurut-ajaran-agama-islam.html (8 Desember 2012) 5 Aris Handoko, “Mengatasi Perilaku membolosMelaluiKonselingIndividual MenggunakanPendekatan Konseling Behavior d engan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina NusantaraUngaran”,(Skripsi, Jurusan Bimbingan dan KonselingUniversitas Negeri Malang, 2002) tersedia di: http://wecareeducation.wordpress.com/2007/02/16/review-artikel-jurnal-.

(20) 5. Kartonosecara. “akademispesertadidikyangseringmembolosakanmenanggung. resiko kegagalandalambelajar.”6Selain itubagipesertadidik yang gemar membolosdapat terlibatdengan terjebak. hal-halyangcenderung. perilakufreesex. merugikan,mulaidaripencandu. narkotika,. danmengidolakantindakkekerasanataudenganistilahlain. adalahtawuran. Oleh sebab itu, manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Proses pemberian bimbangan dan konseling secara formal merupakan salah satu tugas utama guru konseling. Tugas utama guru konseling adalah berusaha mengembangkan perilaku peserta didiknya, agar perilaku peserta didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru konseling seyogyanya dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku para peserta didiknya. Adapaun tugas utama guru bimbingan konseling ini sudah dilakukan oleh guru bimbingan konseling yang ada di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang, hal ini sesuai dengan hasil interview pada saat pra survey terhadap guru disana, yaitu : “Pihak sekolah sudah melaksanakan peran dan fungsi guru Bimbingan dan Konseling. yaitu pelanggaran disiplin dalam hal membolos diatasai dengan pemberian hukuman atau sanksi dari sekolah dengan harapan pembentukan prilaku peserta didik menjadi lebih baik, tetapi teknik-teknik bimbingan dan. approaches-to-truancy-prevention-2002/, h.2 6 Kartono, Kartini.BimbinganBagiAnakdan Remaja yang Bermasalah.(Jakarta:RajawaliPress, 1991, h.78.

(21) 6. konseling belum diterapkan, hal ini disebabkan karena belum memiliki guru yang berlatar belakang bimbingan konseling”.7 Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa guru Bimbingan dan Konseling MTs GUPPI 2 Tanjung Karang sudah melaksanakan pembinaan perilaku peserta didik, namun berdasarkan data dokumentasi masih didapatkan peserta didik yang memiliki perilaku membolos, sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel.1 Data MembolosPeserta Didik Kelas VIIMTs GUPPI 2 Tanjung Karang No 1 2 3. Nama Peserta Didik AW FWP MAJ. Jenis Kelam Juli in L 5 P 9 L 6. Agst 7 8 7. Membolos/Bulan Sept Okt Nov 9 7 9. 7 6 5. Sumber: DokumentasiMTs GUPPI 2 Tanjung Karang 20168. 5 4 4. Des. Jumlah Membolos. 2 3 2. 35 37 33. Berdasarkan tabel di atas jelas bahwa masih ada peserta didik kelas VII MTs GUPPI 2 Tanjung Karang yang memiliki perilaku membolos sebanyak 3 peserta didik. Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja awal. Hal ini berkaitan dengan keinginan remaja awal untuk bebas dari pengaruh orang tua. Teman sebaya memberikan dukungan yang amat besar pada remaja awal dalam mengatasi berbagai tantangan hidup. Dukungan ini juga memungkinkan remaja awal untuk mengembangkan identitas diri lebih besar. Sayangnya, teman sebaya juga dapat. 7. Rahmahwaty, wawancara dengan peneliti, MTs GUPPI 2 Tanjung Karang, Bandar Lampung,26 Juli 2016. 8 Dokumentasi diambil pada saat pra survey yang dilakukan pada 29 Juli 2016.

(22) 7. memberikan pengaruh negatif seperti misalnya membolos.9 Perilaku membolos ini apabila tidak segera diberi bantuan, dikhawatirkan akan memunculkan permasalahan yang lebih kronis sehingga terjadikegagalan dalam proses belajar mengajar. Salah satu bentuk bantuan dalam menangani perilaku membolos ini adalah pemberian layanan konseling. Layanan konseling yang dapat digunakan untuk masalah membolos adalah cognitive behaviour therapy dengan teknik restrukturisasi kognitif. Layanan konseling yang mengarah pada perilaku membolosyang efektif adalah restrukturisasi kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan baru pada konseli dalam berpikir, merasa dan bertindak dengan cara mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan tersebut, dan menggantikan tanggapan/persepsi diri yang negatif/irasional menjadi lebih rasional/realistis. Cognitive behaviour therapyadalah pendekatan yang paling umum yang digunakan untuk membantu masalah membolos dan terbukti efektif dalam mengatasinya.10 Cognitive behaviour therapy adalah teori konseling yang dipopulerkan oleh Aaron T. Beck pada tahun 1960. Dalam awal konsep teori konseling dikenal dengan Cognitive Theraphy (CT) kemudian berkembang menjadi Cognitive Behavior Theraphy (CBT). Terapi kognitif adalah suatu pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi 9. Tri Mega Ralasari. “Pengaruh Teman Sebaya dalam Perilaku Membolos pada Remaja”, Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, (Januari 2015), h.53. 10 Ibid.,.

(23) 8. mood dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang merusak diri. Premis dasar terapi kognitif adalah bahwa cara individu merasa atau berperilaku sebagian besar ditentukan oleh penilaian mereka terhadap peristiwa, dan terapi kognitif berfokus terutama pada pikiran yang merugikan diri yang berperan memuat mood menjadi jelek.11 Serta, pikiran negatif dan perasaan yang tidak nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan bahkan depresi.12 Adapun Cognitive Behavior Theraphy secara garis besar diklasifikasikan ke dalam tiga bagian dengan fokus konseling yang berbeda-beda, menurut Mahoney & Arnkoff yaitu : a. Konseling ketrampilan coping, menekankan pada perkembangan ketrampilan yang dibentuk untuk membimbing konseli melakukan coping terhadap situasi-situasi yang dapat menimbulkan permasalahan. b. Restrukturisasi kognitif, berfokus pada modifikasi kognitif konseli. Teknik restrukturisasi kognitif menekankan bahwa permasalahan yang dialami konseli merupakan konsekuensi dari pikiran yang negatif. Tujuan teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pikir yang lebih sesuai dan positif. c. Terapi pemecahan masalah, merupakan kombinasi dari penerapan konseling ketrampilan coping dan restrukturisasi kognitif. Terapi ini menekankan pada pengembangan strategi umum dalam menghadapi ruang lingkup masalah individual yang luas, dan menekankan pentingnya kolaborasi aktif antara konseli dengan konselor dalam program konseling yang telah direncanakan dan disepakati.13 11. Stephen Palmer, Konseling & Psikoterapi, terjemahan Haris H. Setiadjid (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 99 12 Krisnayana dkk, “Penerapan Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Resiliensi SiswaKelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Singaraja”.(Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, 2014), tersedia di http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/viewFile/3703/2961. (14 April 2016), h.29 13 Seli Apriyanti, “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Mereduksi Kecemasan Komunikasi pada Peserta Didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung TA 2013/2014”. (Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014),tersedia di http://repository.upi.edu/11164/5/S_PSI_0901381_Chapter2.pdf(26 Maret 2016) h.19.

(24) 9. Dari berbagai teknik yang ada, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik restrukturisasi kognitif dari CBT. Pemilihan ini didasari oleh latar belakang bahwa membolos merupakan sebuah evaluasi diri, dan memiliki esensi yang terletak pada keyakinan dasar yang negatif mengenai dirinya. Keyakinan dasar ini melibatkan kognisi individu. Oleh karena itu peneliti memandang intervensi yang melibatkan fungsi kognitif individu seperti konseling kognitif perilaku lebih sesuai untuk meningkatkan kognitif. Tipe intervensi ini fokus pada identifikasi belief (keyakinan) yang disfungsional dan mengubahnya menjadi belief yang lebih realistis. Berdasarkan gambaran dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan. latar. belakang. penelitian. yang. telah. diuraikan,. maka. permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1.. Terdapat 10% peserta didik yang membolos;. 2.. Belum dilaksanakannya layanan konseling individu dengan cognotive behaviour therapy.. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas penelitian ini dibatasi masalahnya yaitu:.

(25) 10. 1. Pada peserta didik kelas VIII yang melakukan perilaku membolos dengan jumlah 3 peserta didik dan pada tahun ajaran 2016/2017; 2. Pada konseling individu dengan teknik cognotive behaviour therapyuntuk mengatasi perilaku membolospeserta didik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “perilaku membolos”, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakahlayanan konseling individu dengan Cognitive Behaviour Therapy dapat mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahuiimplementasi layanan konseling individuterhadapperilaku membolospeserta didik kelas VIII di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang; 2. Untuk. mengetahuiimplementasiCognitive. Behaviour. Therapyperilaku. membolospeserta didik kelas VIII di MTs GUPPI 2 Tanjung Karang. F. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis.

(26) 11. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam menurunkan perilaku membolos. b. Secara Praktis 1. Bagi Peserta Didik Diharapkan dapat menurunkan perilaku membolosmelalui layanan konseling CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif dan dapat lebih aktif mengikuti serangkaian kegiatan layanan konseling.. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan harga diri peserta didik melalui layanan konseling CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif. 3. Bagi Guru Bimbingan Konseling Dapat menambah. pengetahuan. guru bimbingan. konseling. dalam. melaksanakan layanan konseling CBT di sekolah terkait dengan perilaku membolos peserta didik, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan layanan konseling yang tepat terhadap peserta didik yang melakukan perilaku membolos. 4. Bagi Peneliti Penelitian nantinya dapat memberikan informasi bagi peneliti tentang seberapa besar teknik restrukturisasi kognitif yang dilakukan dapat.

(27) 12. mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas VII MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017. G. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah : a.. Peneliti hanya membahas tentang layanan konseling individu CBT dengan teknik restrukturisasi kognitif;. b.. Peneliti akan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengatasi perilaku membolos peserta didik..

(28) 13. BAB II LANDASAN TEORI A. Cognitive Behaviour Therapy (CBT) 1.. Pengertian Cognitive Behaviour Therapy CBT adalah suatu pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan teknik. kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang merusak diri. Terapis bertindak seperti pelatih, mengajari kliennya teknik dan strategi yang bisa ia gunakan untuk mengatasi masalah-masalahnya.1 Asumsi dasar mengenai Cognitive Behaviour Therapy adalah setiap perilaku individu merupakan hasil dari proses berpikir. Dalam konseling kognitif, individu diajak untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan individu mengenai masalah yang dihadapi.2 Aaron T. Beck juga mendefinisikan Cognitive Behaviour Therapysebagai terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja sama aktif antara konseli dan konselor untuk mencapai tujuan terapeutik.. 1. Stephen Palmer, Op.Cit, h. 99 Seli Apriyanti,Op.Cit,h. 18. 2.

(29) 14. Terapi ini berorientasi pada masalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metode individu juga digunakan.3 Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Cognitive Behaviour Therapy merupakan pendekatan konseling yang mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk membantu menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan konseli. 2. Tujuan Cognitive Behaviour Therapy Tujuan dari Cognitive Behaviour Therapy yaitu mengajak peserta didik untuk menentang pikiran dan emosi yang maladaptif dengan menampilkan buktibukti yang bertentangan dengan keyakinan peserta didik tentang masalah yang sedang dihadapi. Konseling kognitif berfungsi untuk memperbaiki pola pikir peserta didik menjadi lebih rasional dengan mengubah pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri dan situasi-situasi di luar diri menjadi pikiran-pikiran yang positif. Setelah peserta didik memiliki pemikiran yang positif diharapkan dapat mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari sebagai perilaku yang konstruktif dan positif.4. 3. Lailatul Fathriyah, dan Muhammad Jauhar, Pengantar Psikologi Klinis, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014), h. 239 4 Seli Apriyanti, Loc.Cit. h. 19.

(30) 15. Beck mengatakan, tujuan terapi kognitif adalah agar klien belajar menjadi terapis bagi dirinya, termasuk mengajarinya untuk : 1. 2. 3.. Memonitor pikiran otomatis negatifnya Mengenali hubungan antara kognisi, afek, dan perilaku. Memeriksa dan menguji realitas bukti-bukti yang mendukung dan berlawanan dengan pikiran otomatis yang terdistorsi Menggantikan kognisi-kognisi terbias dengan interpretasi-interpretasi yang realistis Belajar mengidentifikasidan mengubah keyakinanyang 5 mempredisposisikannya untuk mendistorsi pengalamannya.. 4. 5.. 3. Teknik Cognitive Behaviour Therapy Teknik yang digunakan dalam Cognitive Behaviour Therapy adalah teknik yang digunakan untuk membantu perubahan kognitif dan perilaku. Pada konseling kognitif perilaku terdapat proses modifikasi kognitif yang diartikan sebagai upaya untuk merubah perilaku yang muncul dengan mengubah pikiranpikiran, interpretasi-interpretasi, asumsi-asumsi, dan cara-cara merespon stimulus yang datang. Modifikasi terhadap perilaku konseli merupakan fokus akhir setelah konseling berfokus pada modifikasi pikiran konseli. Mahoney & Arnkoff mengungkapkan secara garis besar, teknik Cognitive Behaviour Therapy diklasifikasikan ke dalam tiga bagian dengan fokus konseling yang berbeda-beda, yaitu : a. Konseling ketrampilan coping, menekankan pada perkembangan ketrampilan yang dibentuk untuk membimbing konseli melakukan coping terhadap situasisituasi yang dapat menimbulkan permasalahan.. 5. Richard Nelson Jones. Teori dan Praktik Konseling. Terjemahan Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 573.

(31) 16. b. Restrukturisasi kognitif, berfokus pada modifikasi kognitif konseli. Teknik restrukturisasi kognitif menekankan bahwa permasalahan yang dialami konseli merupakan konsekuensi dari pikiran yang negatif. Tujuan teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pokir yang lebih sesuai dan positif. c. Terapi pemecahan masalah, merupakan kombinasi dari penerapan konseling ketrampilan coping dan restrukturisasi kognitif. Terapi ini menekankan pada pengembangan strategi umum dalam menghadapi ruang lingkup masalah individual yang luas, dan menekankan pentingnya kolaborasi aktif antara konseli dengan konselor dalam program konseling yang telah direncanakan dan disepakati.6 Safaria dan Saputra menjelaskan ada beberapa pendekatan dari teknik terapi kognitif sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.. Pencatatan pikiran negatif Pembuatan lembar kesenangan Memvisualisasi keberhasilan Teknik self control and management Teknik problem solving.7. 4. Proses Cognitive Behaviour Therapy Selama sesi awal, terapis dan klien membuat daftar permasalahan. Daftar permasalahan bisa terdiri atas gejala, perilaku, dan masalah pervasif yang spesifik. Fungsinya adalah untuk menetapkan prioritas penangan. Pertimbangan dalam memprioritaskan penanganan termasuk besarnya distres, beratnya gejala dan pervasivitas. Sementara itu, tahap-tahap awal terapi mungkin difokuskan pada penghilangan gejala, tahap pertengahan dan akhir lebih menekankan pada. 6. Seli Apriyanti, Loc.Cit.h.19 Triantoro Safaria &Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h. 132 7.

(32) 17. mengubah pola pikir klien. Klien dibantu memahami saling hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilakunya. Begitu bisa mengevaluasi pikiran otomatis yang mengganggu fungsi efektifnya, klien kemudian dapat mengidentifikasi dan menalaah asumsi yang mendasari atau keyakinan pemikiran tersebut.Seiring berjalannya terapi kognitif, klien mengembangkan keterampilan menjadi terapis bagi dirinya dan memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk mengidentifikasi permasalahnya, menganalisis pikirannya, dan membuat tugastugas PR yang cocok. Frekuensi sesi berkurang setelah klien menjadi lebih profisien. Ada sejumlah cara untuk mengakses kemajuan, termasuk: terbebas dari gejela, perubahan pada perilaku yang dilaporkan dan yang terlihat dan perubahan dalam berpikir baik di dalam maupun di luar terapi. Kinerja dalam tugas-tugas PR, seperti Daily Record of Automatic Thoughts (catatan harian untuk pikiranpikiran otomatis) dan melaksanakan tugas-tugas dan eksperimen-eksperimen tertentu, juga membantu dalam mengases kemajuan. Secara khusus terapis melihat kemampuan klien menguji realitas dan bila perlu memodifikasi atau membuang interpretasi-interpretasi yang terdistorsi.8 5. Intervensi Terapeutik a. Intervensi Kognitif 1. Memunculkan dan Mengidentifikasi Pemikiran Otomatis 8. Richard Nelson Jones. Op.Cit h. 575.

(33) 18. 1) Memberikan alasan, pentingnya menelaah hubungan antara bagaimana klien berpikir, merasakan dan bertindak. 2) Questioning, klien ditanyai tentang pikiran-pikiran otomatis yang muncul selama situasi yang meresahkan. 3) Menggunakan whiteboard, klien menuliskan dipapapn tulis, hal ini dapat memicunya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang tidak jelas dan menakutkan. 4) Mendorong klien untuk terlibat dalam kegiatan yang diikutinya. 5) Memfokuskan pada imagery 6) Memonitorkan sendiri pikiran-pikirannya, dengan mengisi Daily Record of Automatic Thoughts 2. Menguji Realitas dan Mengoreksi Pikiran Otomatis 1) Melaksanakan dialog Socratik 2) Mengidentifikasi distorsi kognitif 3) Decatastrophizing, bidang yang dicakup: probabilitas dan beratnya kejadian, kapasitas coping klien dan faktor pendukung dan kemampuan klien dalam menghadapi kemungkinan terburuk. 4) Reatribusi, teknik ini menguji pikiran otomatis dan keyakinan yang mendasari dengan mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk menetapkan tanggung jawab dan penyebab. 5) Redifiniting, redifinisi masalah melibatkan membuat masalahnya lebih konkret. 6) Decantring, membantu klien untuk mengevaluasi keyakinannya bahwa setiap orang memfokuskan perhatian mereka kepadanya. 7) Membentuk respon-respon rasional 8) Membuat catatan harian respons-respons rasional. 9) Teknik-teknik imagery, membantu klien mendapatkan perspektif yang lebih realitas melalui visualisasi fantasi secara berulangulang. 3. Mengidentifikasi dan Memodifikasi Keyakinan yang Mendasari 1) Socartic questions, menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong klien untuk memeriksa keyakinannya. 2) Menguji hipotesis, merancang eksperimen untuk mendorong klien menguji realitas keyakinannya. 3) Menggubakan imagery 4) Menghidupkan kembali masa kanak-kanak 5) Refashioning beliefs, membantu merombak keyakinan. b. Intervensi Perilaku 1. Activity Scheduling (Menjadwalkan Kegiatan), Merencanakan kegiatan-kegiatan tertentu bersama klien bisa penting dalam.

(34) 19. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. membantu klien untuk menyadari bahwa ia dapat mengontrol waktunya. Merating penguasaan dan kesenangan, Menggunakan skala 1-10, klien dapat merating derajat penguasaan dan kesenangan yang dialaminya di setiap kegiatan di siang hari. Menguji hipotesis, Latihan perilaku dan role playing Memberikan graded tasks Menggunakan teknik pengalihan Memberikan PR (self monitoring), untuk memperpendek waktu yang digunakan dalam terapi maupun memfasilitasi pengembangan ketrampilan kognitif dan perilaku untuk digunakan setelah konseling.9. B. Teknik Restrukturisasi Kognitif 1. Konsep Restrukturisasi Kognitif Murk mendefinisikan Restrukturisasi Kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan baru pada klien/konseli dalam berfikir, merasa, bertindak dengan cara mengidentifikasi kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan tersebut, dan menggantikan tanggapan/perspsi diri yang negatif/irasional menjadi lebih rasional/relistis.10Cognitive Restructuring memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiranpikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan klient/konseli yang tidak rasional. CR menggunakan asumsi bahwa respons-respons perilaku dan emosional yang tidak adaptif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan persepsi (kognisi) klien/konseli.11. 9. Ibid, h. 579-591 Seli Apriyanti, Op.Cit. h. 20 11 Mochamad Nursalim, Strategi dan Intervensi Konseling, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 32 10.

(35) 20. Konseling dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif akan diarahkan pada perbaikan fungsi berfikir, merasa dan bertindak dengan menekankan otak sebagai pusat penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, dan bertindak dan memutuskan kembali. Kesalahan berpikir yang biasanya bersifat tidak rasional menimbulkan pernyataan diri individu yang negatif. Rendahnya harga diri siswa dipengaruhi oleh irasionalitas, kebutaan terhadap realitas, pola pikir yang kaku, ketakutan pada hal baru dan persepsi pemikiran yang salah akan kondisi dirinya. Peneliti tertarik untuk menggunakan teknik restrukturisasi kognitif dari pendekatan Cognitive Behaviour Therapy. Pemilihan ini didasari oleh latar belakang bahwa harga diri merupakan sebuah evaluasi diri, dan memiliki esensi yang terletak pada keyakinan dasar yang negatif mengenai dirinya. Keyakinan dasar ini melibatkan kognisi individu. Oleh karena itu peneliti memandang intervensi yang melibatkan fungsi kognitif individu seperti Cognitive Behaviour Therapy lebih sesuai untuk meningkatkan harga diri. Tipe intervensi ini fokuspada identifikasi belief (keyakinan) yang disfungsional dan mengubahnya menjadi belief yang lebih realistis.12. 12. Sarandria, “Efektifitas Cognitive Behavioural Therapy (CBT) untuk Meningkatkan Self Esteem Pada Dewasa Muda” (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012). Tersedia di http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20315071-T31798-Efektifitas%20cognitive.pdf.(17 agustus 2016).

(36) 21. 2. Tujuan Restrukturisasi Kognitif Tujuan dari implementasi teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pikir yang lebih adaptif atau sesuai. Menurut Connolly, restrukturisasi kognitif membantu konseli untuk belajar berpikir secara berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah, mendasar dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif. Kesalahan berpikir diekspresikan melalui pernyataan diri yang negatif. Pernyataan diri yang negatif mengindikasikan adanya pikiran, pandangan dan keyakinan yang irasional.13 Proses konseling yang didasarkan pada restrukturisasi kognitif diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada konseli atas pemikiran yang irasional, emosi dan pola perilaku, harapan Cognitive Behaviour Therapy yaitu munculnya restrukturisasi kognitif dari pemikiran yang irasional dan sistem kepercayaan yang menyimpang untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik. 3. Tahap Restrukturisasi Kognitif Tahapan implementasi restrukturisasi kognitif yaitu sebagai berikut : a. Assesmen dan Diagnosa Assesmen dan diagnosa di tahap awal bertujuan untuk memperoleh data tentang kondisi konseli yang akan ditangani serta mengantisipasi. 13. Seli Apriyanti, Loc.Cit..

(37) 22. kemungkinan kesalahan pada proses konseling. Di tahap pertama dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Penyebaran alat ukur untuk mengumpulkan informasi 2) Melakukan kontrak konseling dengan konseli supaya konseli mampu berkomitmen untuk mengikuti proses konseling dari tahap awal sampai akhir b. Mengidentifikasi Pikiran-Pikiran Negatif Sebelum konseli diberikan bantuan untuk mengubah pikiran-pikiran yang mengalami disfungsi, terlebih dahulu konselor perlu membantu konseli untuk menyadari disfungsi pikiran-pikiran yang konseli miliki dan memberitahukan secara langsung kepada konselor. Pada level umum, konseli didorong untuk kembali pada pengalaman dan melakukan intropeksi atau merefleksikan pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui. c. Memonitor Pikiran-Pikiran Peserta Didik Melalui Though Record Pada tahap ketiga, konseli dapat diminta untuk membawa buku catatan kecil yang berguna untuk menuliskan tugas pekerjaan rumah, hal-hal yang berhubungan dengan perlakuan dalam konseling, dan mencatat pikiranpikiran. negatif.. Berikut. ini. adalah. format. “Thought. Record. (Rekaman/Catatan Pikiran)” yang diajukan untuk mencatat pikiran-pikiran negatif konseli. Format dapat dibuat oleh konseli atau disiapkan oleh konselor sebagai format yang sudah dicetak dalam kertas, format dapat di modifikasi sesuai dengan kebutuhan, karena yang terpenting bukan terletak pada format.

(38) 23. rekaman pikiran akan tetapi pada isi informasi yang terdapat pada format. Melalui format yang disepakti, konseli harus menjadi partisipan yang aktif dalam memutuskan cara-cara merekam informasi, sehingga dapat berguna dan dapat meningkatkan efektivitas pengerjaan pekerjaan rumah.. Situasi (A). Tabel 2 Catatan Pikiran Emosi (C) Tantangan Pikiran (B) Intensitas (1-100) (D). Afek (E). Berikut ini merupakan tahapan mengisi Form ABC untuk menggali pemikiran otomatis negatif pada konseli secara aktif : 1. Konseli menuliskan kejadian, peristiwa, atau situasi-situasi yang terjadi saat mengalami emosi tersebut (berupa kejadian masa kini/masa sekarang) 2. Konseli menuliskan pikiran, keyakinan/asumsi apapun yang muncul secara otomatis saat mengalami peristiwa yang ada dikolom A. 3. Konseli menuliskan emosi-emosi yang pernah dialaminya terutama emosi negatif, seperti marah, sedih, sepresi,iri, merasa bersalah, sakit, cemburu, malu pada kolom C. 4. Konseli menuliskan alternatif pikiran/keyakinan yang lebih fleksibel, relistis, tidak ekstrim dan berguna untuk setiap pikiran dan keyakinan yang sudah ditulis di kolom B dan pikiran alternatif ditulis dikolom D. 5. Konseli menulikan konsekuensibaru yang mungkin terjadi serta ukuran intensitas emosi yang dirasakan jika ia menggunakan pikiran dan keyakinan alternatif pada kolom D. d. Intervensi Pikiran-Pikiran Negatif peserta didik menjadi Pikiran-pikiran yang Positif.

(39) 24. Pada tahap ke empat, pikiran-pikiran negatif konseli yang telah terkumpul dalam thought record dimodifikasi. Beberapa hal mengenai pikiran-pikiran negatif meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Menemukan pikiran-pikiran negatif yang berhubungan dengan reaksi emosi yang kuat 2) Menemukan pikiran-pikiran yang berkaitan dengan pola respon perilaku yang kuat 3) Menemukan pikiran-pikiran yang memiliki tingkat keyakinan yang tinggi 4) Menemukan pikiran-pikiran yang berulang, karena pikiran-pikiran yang dikemukakan berulang-ulang menunjukkan pola berpikir konseli.14 C. Perilaku Membolos 1. Pengertian Perilaku Membolos Menurut Azwar bahwa perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang bersifat sederhana maupun kompleks yaitu perilaku yang merupakan reaksi seorang siswa terhadap adanya stimulus guna mencapai tujuan tertentu.15 Dikemukakan oleh Singgih D. Gunarso bahwa “ membolos adalah meninggalkan sekolah tanpa meminta izin dengan guru.. 16. Membolos dapat. diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan. 14. Seli Apriyanti, Op cit, h.21-24 Azwar Syaifudin, Sikap Manusia, (Yogyakarta: PTPustaka Belajar, 2003). h. 9 16 Suparjo, Upaya Mengatasi Anak Membolos dengan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) di SMP Karang Malang Tahun Ajaran 2008-2009. 15.

(40) 25. dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.Membolos sekolah adalah pergi meningglakan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.17 Menurut Kartono membolos sekolah merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses kondisi lingkungan yang buruk.18Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang jelas.19 Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud perilaku membolos sekolah yaitu suatu bentuk perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang terwujud sebagai bentuk perilaku yang melanggar norma sekolah dalam bentuk siswa tidak masuk sekolah dan meninggalkan sekolah tanpa izin. 2. Faktor penyebab perilaku membolos Siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor-faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar. 17. diri siswa, misalnya kebijakan. Suparwoto, Konseling Teman Sebaya, (Bandung: Rineka Cipta, 2008). h. 211 Kartono, Patologi Sosial Kenakalan Remaja, (Jakarta:Rajawali Press, 2003). h. 21 19 Pengertian membolos” (On-line), tersedia di: http://triagung2503.blogspot.com/artikel-membolossekolah.html(21 agustus 2016) 18.

(41) 26. sekolah yang tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.20 Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas, Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada siswa juga dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Faktor Keluarga Mungkin kita pernah mendengar ada siswa yang tidak diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalnya kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut boleh sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang siswa tersebut tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga pihak sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan, lambat laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. 20. FaktorPenyebab Perilaku Membolos” (On-line), tersedia di: http://www.pemberianbimbingan.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-x-none-x-html(21 desember2016).

(42) 27. 2. Kurangnya Kepercayaan Diri Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktivitas. Faktor utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan kreativitas siswa. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa. tidak percaya diri dengan segala yang. dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang siswa. merasa tidak. mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang siswa tidak suka, siswa cenderung berusaha untuk menghindarinya. 3. Perasaan yang Termarginalkan Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul tanpa kita inginkan. Sering kali siswa dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan)..

(43) 28. 4. Faktor Personal Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras. 5. Faktor yang Berasal dari Sekolah Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada siswa, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya. Ketidak konsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengansangsi-sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan. Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah siswa yang membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di.

(44) 29. sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustrasi.Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa nya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas. Dalam setting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat setiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran. Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat siswa atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan siswa melakukan aktivitas belajar. Jadi, suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi.

(45) 30. belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannya. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.21 Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa. Menurut Prayitno dan Amti sebab siswa membolos sekolah yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.. Tidak senang dengan sikap dan perilaku guru. Merasa kurang mendapatkan perhatian guru. Merasa dibeda-bedakan oleh guru. Proses belajar mengajar membosankan. Merasa gagal dalam belajar. Kurang berminat terhadap mata pelajaran. Terpengaruh oleh teman yang suka membolos. Takut masuk kerena tidak membuat tugas. Tidak membayar kewajiban SPP tepat pada waktunya.22 Dari berbagai faktor penyebab siswa membolos di atas secara garis. besar dapat dikelompokkan memjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dalam diri individu. Faktor internal yang menyebabkan siswa membolos diantaranya tidak adanya minat siswa untuk pergi ke sekolah atau motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu, faktor 21. Titik Kristiani, “Sebab Siswa http://www.kompas.com,html (22 agustus 2016) 22 Prayitno dan Amti, Op. Cit, h. 61. Membolos”. (On-line),. tersedia. di:.

(46) 31. eksternal penyebab siswa membolos dapat berasal dari keluarga, teman, dan sekolah. 3. Gejala-gejala Peserta didik yang Membolos Sekolah Dalam kasus membolos biasanya ditandai oleh sering tidak datang di sekolah dan meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran selesai. Mempunyai tingkah laku yang berlebih-lebihan, tidak memperhatikan bila guru memberi pelajaran.23 Menurut Prayitno dan Amti gejala siswa yang membolos, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Berhari-hari tidak masuk sekolah. Tidak masuk sekolah tanpa izin. Masuk sekolah berganti hari. Sering keluar pada jam pelajaran tertentu. Tidak masuk kembali setelah meminta izin. Masuk sekolah berganti hari. Mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi. 8. Meminta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya. 9. Mengirim surat izin tidak masuk dengan alasan yang dibuat-buat, dan 10. Tidak masuk dengan alasan yang dibuat-buat, dan tidak masuk kelas lagi setelah jam istirahat.24 4. Jenis-jenis Membolos Sekolah Menurut Hurlock terdapat dua jenis membolos.Pertama, siswa absen sekolah tanpa sebab yang jelas dan tanpa izin orang tua maupun pihak sekolah. Mereka pergi sesuka hati mereka tanpa terlihat orang tua, tetangga, guru, dan kepala sekolah. Mereka mungkin meninggalkan sekolah pada 23. Supriyo, Bimbingan dan Konseling Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2008). h. 122 Prayitno dan Amti, Op. Cit, h. 61. 24.

(47) 32. waktu siang hari, sambil mengeluh bahwa mereka merasa tidak enak badan atau orang tua menyuruh mereka pulang secepat mungkin. Karena selalu terdapat kemungkinana bahwa orang tua akan diberitahu bila seorang anak meninggalkan sekolah pada waktu siang, siswa biasanya tidak masuk sekolah sepanjang hari. Pada jenis yang kedua seorang anaka biasanya meninggalkan sekolah sepengetahuan dan seizin orang tua. Ini sering kali halnya dengan anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, yang orang tuanya sedikit menghargai pendidikan atau yang ingin anaknya membantu dirumah atau meninggalakan sekolah untuk sesegera mungkin mencari pekerjaan.25 5. Akibat yang Ditimbulkan oleh Siswa yang Membolos Kartono mengemukan bahwa perilaku membolos berakibat pada dirinya sendiri dan bagi orang lain. Bagi dirinya sendiri maka ia akan ketinggalan pelajaran. Hal ini akan menyebab kan siswa mengalami kegagalan dalam pelajaran, tidak naik kelas, nilainya jelek dan kegagalan lain di sekolah. Sedangkan bagi orang lain, terutama pada siswa sekelas, meraka akan terganggu dengan siswa yang membolos karena kemungkinan guru akan. 25. Jenis-jenis Membolos Sekolah” (On-line), tersedia di: http://www.gudangilmu:analisis perilakumembolos,html (21 november2016).

(48) 33. menegur siswa yang membolos pada pertemuan selanjutnya sehingga menyita waktu pelajaran.26 Sedangkan menurut Prayitno akibat dari membolos adalah: 1. 2. 3. 4. 5.. Minat terhadap pelajaran akan semakin berkurang. Gagal dalam ujian. Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Tidak naik kelas. Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari teman-teman lainnya. 6. Dikeluarkan dari sekolah.27 D. Hasil Penelitian Relevan Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dalam kaitannya tentang konseling individu dan pendekatan behavioral. 1. Puti Ami Nurjanah dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTsN 2 Bandar Lampung”, Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pre-eksperimental designs dengan desain penelitianone-group pretest-posttest design. Subyek penelitian 12 sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh untuk menangani peserta didik tersebut.Hasil rata-rata skor harga diri sebelum mengikuti layanan konseling kognitif perilaku teknik restrukturisasi kognitif adalah 44,8 dan setelah mengikuti layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif meningkat menjadi 65,8. Dari hasil uji-t dengan derajat kebebasan df = 11 dengan taraf signifikan α= 0.05 sebesar 1.796. karena 26. Akibat yang ditimbulkan dari Membolos” (On-line), tersedia http://www.pendidikanekonomi.com/akibat-perilaku-membolos,html (21 desember 2016) 27 Prayitno. Erman Amti, Op. Cit, h. 62. di:.

(49) 34. thitung< dari ttabel (-13.472 < 1.796), maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengharuh penerapan layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif terhadap harga diri peserta didik kelas VIII di MTs N 2 Bandar Lampung.28. 2. Mahmudah dalam penelitiannya yang berjudul “Mengurangi perilaku membolos siswa dengan menggunakan layanan konseling behavior.” Berdasarkanhasil penelitian menunjukkan, bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Bisa dilihat dari penelitian bahwa layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior memberikan keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. 29 3. Aris Handoko dalam penelitiannya yang berjudul“Mengatasi perilaku membolos melalui konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self. management. pada. siswa. kelas. x. TKJ. smk. bina. nusantara. ungaran.”bahwahasil pre test menunjukkan terdapat 6 siswa yang memiliki perilaku membolos dengan kategori tinggi. Setelah dilakukan konseling menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management, 6 siswa tersebut menunjukkan hasil pos test yang menurun yaitu perilaku membolos berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil pre test dan post test yang ada menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa kelas X TKJ SMK Bina Nusantara 28. Puti Ami Nurjanah, “Pengaruh Konseling Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas VIII di MTsN 2 Bandar Lampung”,(Skripsi Bimbingan dan Konseling IAIN Raden Intan, Lampung, 2015), h.ii 29 Mahmudah, Mengurangi perilaku membolos siswa dengan menggunakan layanan konseling behavior pada peserta didik, (Skripsi Bimbingan dan Konseling IAIN Raden Intan, Lampung, 2015), h.ii.

(50) 35. Ungaran yang mengalami penurunan perilaku membolos setelah dilakukan konseling individual menggunakan pendekatan behavior dengan teknik self management.30 E. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.31 Cara yang digunakan untuk menangani peserta didik dengan harga diri rendah adalah dengan cara memberikan layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif.Teknik restrukturisasi kognitif membantu konseli untuk belajar berpikir secara berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah, mendasar dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif. Kesalahan berpikir di ekspresikan melalui pernyataan diri yang negatif. Pernyataan diri yang negatif mengindikasikan adanya pikiran, pandangan dan keyakinan yang irasional. Restrukturisasi kognitif dilakukan karena dianggap mampu untuk membantu peserta didik dengan harga diri rendah dengan tujuan mengubah pemikiran yang salah/irasional menjadi rasional. Peneliti membuat kerangka berpikir seperti bagan berikut: 30. Aris Handoko, “Mengatasi Perilaku membolosMelaluiKonselingIndividual MenggunakanPendekatan Konseling Behavior d engan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina NusantaraUngaran”, (Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang, 2002) tersedia di: http://wecareeducation.wordpress.com/2007/02/16/review-artikeljurnal-approaches-to-truancy-prevention-2002/, h.ii. 31 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 61..

(51) 36. PERILAKU. (MEMBOLOS).     . Faktor Keluarga. Kurangnya Kepercayaan Diri Perasaan yang Termarginalkan Faktor Personal. Faktor yang Berasal dari Sekolah. Konseling individu. Persiapan. Pelaksanaan. Aspek-Aspek 1. Kognisi 2. Afektif 3. Perilaku. Cognitive Behaviour Therapy. Evaluasi. Teknik Konseling Kognitif :  Konseling Ketrampilan Coping  Restrukturisasi Kognitif  Terapi Pemecahan Masalah. Berkurangnya Perilaku Membolos. Gambar 1 : Kerangka PikirPenelitian F. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena.

(52) 37. jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.32 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Implementasi layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017”. Sedangkan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho. : Implementasi Layanan Konseling individu dengan Cognitive Behaviour TherapyTidak Berpengaruh TerhadapPerilaku Membolos Peserta Didik di MTs GUPPI 2 Tanjungkarang Tahun Ajaran 2016/2017.. Ha. : Implementasi Layanan Konseling individu dengan Cognitive Behaviour TherapyBerpengaruh TerhadapPerilaku Membolos Peserta Didik di MTs GUPPI 2 Tanjungkarang Tahun Ajaran 2016/2017.. Ho : µ1 = µ0 Ha : µ1 ≠ µ0 Untuk pengujian hipotesis, selanjutnya nilai t (thitung), dibandingkan dengan nilai-t dari tabel distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai ttabel didasarkan pada taraf signifikasi tertentu (misal α = 0, 05) dan dk = n-1. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji satu pihak kanan, yaitu: Tolak H0, jika thitung> ttabel, dan Terima H0, jika thitung<ttabel.. 32. Ibid, h.64..

(53) BAB III METODE PENELITIAN. A. Sifat dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.1 Pada penelitian eksperimen dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara treatment yang diberikan guna meningkatkan harga diri peserta didik. Penelitian eksperimen digunakan peneliti sesuai dengan tujuan dan permasalahan yaitu implementasi layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik pada MTs GUPPI 2 Tanjung Karang Tahun Ajaran 2016/2017. B. Desain Penelitian Penelitian menggunakan pre-Eksperimental design yaitu jenis penelitian yang masih terdapat variabel dependen.2 Dalam penilitian ini, penelitian menggunakan bentuk One-Group Pretest-Posttest Design yaitu pada rancangan penelitian ini mulamula suatu kelompok subyek diberikan pre-test kemudian dilaksanakan perlakuan pada waktu tertentu kemudian dilakukan pengukuran kembali post-test untuk membandingkan keadaan sesudah dan sebelum diberikan perlakuan. Alasan peneliti 1 2. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 23 Sugiyono, Ibid, h.74.

(54) 39. menggunakan desain ini adalah dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan keadaan sample sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan , sehingga pada desain ini tidak memiliki kelompok kontrol untuk membandingkan keadaan sample yang akan peneliti berikan perlakuan. Dan untuk mengetahui apakah adanya perubahan signifikan telah melakukan dua kali penilaian. Penilaian awal (pretest) dilakukan untuk melihat kondisi sampel sebelum diberikan perlakuan dan penilaian akhir (posttest) setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Kelebihan dari desain ini adalah adanya data pembanding yang diperoleh dari pretest dan posttest. Sedangkan kelemahan pada desain ini adalah adanya beberapa variabel sekunder yang kurang terkontrol karena tidak dilakukannya randomisasi. Desain ini digambarkan seperti berikut : Pengukuran (Pretest) O1. Perlakuan X. Pengukuran (Post-test) O2. Gambar 2. Pre Eksperimental Design dengan One Group Pretest-Posttest Design Keterangan : O1 : Pretest yaitu pengukuran awal sebelum peserta didik diberikan perlakuan layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy . X : Pemberian perlakuan layanan konseling individu dengan cognitive behaviour therapy . O2 : Posttest pengukuran akhir setelah peserta didik diberikan perlakuan layanan konseling dengan cognitive behaviour therapy.3 3. Ibid, h. 111..

(55) 40. Berdasarkan pendapat. tersebut. dapat. disimpulkan. bahwa penelitian. eksperimen merupakan penelitian untuk mencari pengaruh saat sebelum diberikan perlakuan tindakan dan saat sesudah diberikan perlakuan tindakan. Desain penelitian eksperimen pre-test and post-test one group design Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahapan Pretest Tujuan dari pre-test dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peserta didik kelas VIII MTs GUPPI 2 Tanjung Karang yang memiliki kriteria perilaku membolos tinggi sebelum diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan angket. 2. Pemberian Treatment Memberikan perlakuan berupa layanan konseling kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif. Rencana pemberian treatment akan dilakukan 4 tahap dengan waktu 45-60 menit dapat dilihat pada tabel 1. Dalam. setiap. tahapan. dilakukan. 3. kali. pertemuan. untuk. dapat. memaksimalkan ketercapaian tujuan kegiatan. Setiap pertemuan konseling individu menggunakan CBT dengan Teknik restrukturisasi kognitif dalam 1 kali pertemuan dilakukan 3 konseling individu yaitu AW, MAJ, FWP. Adapun pada tiap tahapan dapat dilihat pada tabel di bawah ini..

(56) 41. Tabel 3 Tahapan Konseling individu dengan Cognitive Behaviour Therapy No. 1. 2. 3. 4.. Perte Kegiatan Jumlah Waktu muan Pertemuan 1 Assessment & Diagnosa 3 Kali 45-60 Menit 2 Menetapkan Tujuan dengan 3 Kali Mengetahui Kebutuhan Konseli 3 Implementasi cognitive 3 Kali behaviour therapy 4 Evaluasi dan Pengakhiran 3 Kali. 3. Post-test Dalam kegiatan ini peneliti memberikan angket kepada peserta didik setelah pemberian treatment. Setelah itu membandingkan persentase hasil dari angket dengan indikator peserta didik dengan harga diri rendah antara sebelum dan sesudah pemberian treatment. C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian, yaitu variable bebas dan variable terikat, adapun kedua variabel tersebut adalah: a. Variabel independen/bebas (X) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan dan timbulnya variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu cognitive behaviour therapy..

Gambar

Tabel 2 Catatan Pikiran Situasi (A) Pikiran (B) Emosi (C)
Gambar 1 : Kerangka PikirPenelitian

Referensi

Dokumen terkait