• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi akad mudharabah antara warga tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan : Studi di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi akad mudharabah antara warga tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan : Studi di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH ANTARA WARGA TUNAGRAHITA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT KARANGPATIHAN BANGKIT DALAM BIDANG KERAJINAN TANGAN. (Studi di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo). SKRIPSI. Oleh : Yuni Nasrul Latifi NIM 14220019. JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018. i.

(2) ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) v.

(6) Motto. ...ِ‫ ِإ َّن هللاَ بَا ِل ُغ أ َ ْم ِره‬,ُ‫لى هللاِ فَ ُه َو َح ْسبُه‬ َ ‫ َو َم ْن يَت ََو َّك ْل‬... َ ‫ع‬ “Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.” (Ath-Thalaq:3). vi.

(7) HALAMAN PERSEMBAHAN. ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬ Dengan segala sujud dan syukurku kepada-Mu Ya Rabb, atas segala karunia-Mu. Skripsi ini kupersembahkan untuk :. •. Kedua malaikat tak bersayap yang dipercaya Allah untuk membimbing, merawat, serta menjagaku, beliau Ayahku M. Faham dan Ibuku Umi Ratnawati, yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat, serta do’a nya yang tidak pernah terputus. Beserta seluruh keluarga tercinta yang tidak pernah lengah menyelipkan do’a untukku. •. Adikku tercinta, M. Agung Nugroho yang selalu memberikan semangat dan do’a kepada kakaknya untuk terus berjuang bersama-sama membuat bangga kedua orang tua. •. Sahabat tersayang Rosydatul Alpi Arumsari, Isnaini Aruming Tyas, Ihda Nafisya, Rizqi Nurlita, Futichatul Zannah, Baina Rizki Syahrida, Fitri Sri Wahyuni, Mu’tamilatun Nisa’, Khoribetul Jennah, Izzatur Rohmaniah, Nurul Khoiriyah, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang tak henti-hentinya membantu dalam segala hal.. •. Dosen Pembimbing ku yang terhormat, Bapak senantiasa dengan. sabar. Dr. Suwandi M.H yang. membantu, membimbing, mengarahkan,. meluangkan waktu, dan memudahkan segala permasalahan dalam penyusunan skripsi ini, Jazakumullah Ahsanal Jaza. vii.

(8) •. Seluruh Dosen dan Staff karyawan di fakultas syariah yang selelau membantu memberikan ilmu dan informasi.. •. Keluarga besar UKM Seni Religius yang dengan senang hati mengajarkan apa artinya kebersamaan, pengorbanan, dan pengalaman-pengalaman yang tak terhitung banyaknya.. •. Seluruh teman-teman jurusan Hukum Bisnis Syari’ah angkatan 2014, yang telah bersama-sama berjuang dalam jihad studi selama kurang lebih 8 semester di Almamater tercinta UIN Maliki Malang. viii.

(9) KATA PENGANTAR. ‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬ Alhamd li Allâhi Rabb al-‘Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al-‘Âliyy al-‘Âdhîm,hanya dengan rahmat-Mu serta hidayah-Mu dalam penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Akad Mudharabah Antara Warga Tunagrahita Dengan Kelompok Masyarakat Karangpatihan Bangkit Dalam Bidang Kerajinan Tangan (Studi Di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo)” dapat diselesaikan dengan curahan kasih sayang-Mu dan ridho-Mu. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada bagindabesar pemimpin umat, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan serta membimbing kita dari zaman penuh kebodohoan yakni zaman Jahiliyyah hingga zaman penuh dengan ilmu dan iman yakni zaman Islamiyyah. Semoga kita tergolong orangorang yang beriman dan mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Aamiin Dengan segala daya dan upaya serta bantuan dan bimbingan maupun pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terkira kepada: 1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Dr. Saifullah, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. ix.

(10) 3. Dr. Fakhruddin, M.HI, selaku Ketua Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Dewan Penguji skripsi yang telah memberikan kritik yang membangun serta arahan dalam menyempurnakan kekurangan yang ada dalam penelitian penulis. 5. Dr. Suwandi, M.H selaku dosen pembimbing penulis skripsi. Penulis haturkan Syukron Katsiron atas waktu yang telah beliau berikan kepada penulis untuk memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga beliau berserta seluruh keluarga besar selalu diberikan rahmat, barokah, limpahan rezeki, dan dimudahkan segala urusan baik di dunia maupun di akhirat. 6. Dr. M. Nur Yasin, S.H., M. Ag, selaku dosen wali penulis selama kuliah di Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penulis mengucapakan terima kasih atas bimbingan, saran, motivasi, dan arahan selama penulis menempuh perkuliahan. 7. Segenap dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah menyampaikan ilmu tiada terkira, mendidik, dan membimbing dengan ikhlas. Semoga Allah SWT memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua beserta keluarga. 8. Ayah M. Faham dan Ibu Umi Ratnawati tercinta, sebagai orang tua yang telah ikhlas memberikan doa, kasih sayang, dan pengorbanan baik dari segi spiritual dan materiil yang tiada tehingga sehingga saya bisa berjuang hingga saat ini dengan harap dan cita untuk masa depan yang jauh lebih baik sesuai do’a dan harapan kalian untukku. x.

(11) 9. Bapak Eko Mulyadi selaku Kepala Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo yang dengan ikhlas mau meluangkan waktunya untuk saya korek-korek informasinya. Semoga apa yang telah saya peroleh selama kuliah di Jurusan Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini dapat bermanfaat bagi perkembangan peradaban Islam. Dan semoga apa yang penulis tulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dimasa yang akan datang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.. Malang, 15 Maret 2018 Penulis,. Yuni Nasrul Latifi NIM 14220019. xi.

(12) PEDOMAN TRANSLITERASI. Dalam karya ilmiah ini, terdapat beberapa istilah atau kalimat yang berasal dari bahasa arab, namun ditulis dalam bahasa latin. Adapun penulisannya berdasarkan kaidah berikut1: A. Konsonan ‫ا‬ = tidak dilambangkan. ‫ = ض‬dl. ‫ب‬. =b. ‫ط‬. = th. ‫ت‬. =t. ‫ظ‬. = dh. ‫ث‬. = ts. ‫ع‬. = ‘ (koma menghadap keatas). ‫ج‬. =j. ‫غ‬. = gh. ‫ح‬. =h. ‫ف‬. =f. ‫خ‬. = kh. ‫ق‬. =q. ‫د‬. =d. ‫ك‬. =k. ‫ذ‬. = dz. ‫ل‬. =l. ‫ر‬. =r. ‫م‬. =m. ‫ز‬. =z. ‫ن‬. =n. ‫س‬. =s. ‫و‬. =w. ‫ش‬. = sy. ‫ه‬. =h. 1. Berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Syariah. Tim Dosen Fakultas Syariah UIN Maliki Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Fakultas Syariah UIN Maliki, 2015), hlm-73-76.. xii.

(13) ‫ص‬. ‫ي‬. = sh. =y. Hamzah (‫ )ء‬yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di awal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka dilambangkan dengan tanda koma (‘) untuk mengganti lambang “‫”ع‬. B. Vocal, Panjang dan Diftong Setiap. penulisan. bahasa. Arab. dalam. bentuk. tulisan. latin. vocalfathahditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”. Sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut: Vokal (a) panjang = , misalnya‫قال‬menjadi qla Vokal (i) panjang = ,misalnya ‫ قيل‬menjadi q la Vokal (u) panjang = ,misalnya ‫ دون‬menjadi dna Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î” melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat diakhirnya.Begitu juga dengan suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut: Diftong (aw) = ‫ لو‬misalnya ‫ قول‬menjadi qawlun Diftong (ay) = ‫ ىىب‬misalnya ‫ خري‬menjadi khayrun C. Ta’Marbuthah (‫)ة‬ Ta’Marbûthah(‫ )ة‬ditransliterasikan dengan ”ṯ” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila ta’ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka. xiii.

(14) ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya‫ الرساةل للمدرسة‬menjadi alrisalaṯli al-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “t”yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya ‫ىف‬. ‫رمحة هللا‬menjadi fi rahmatillâh. D. Kata Sandang dan lafdh al-Jallah Kata sandang berupa “al” (‫ )ال‬ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jal lah yang berada di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Contoh: 1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan... 2. Billâh ‘azza wa jalla. E. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, tidak perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Perhatikan contoh berikut: “... Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI keempat, dan Amin Rais, mantan ketua MPR pada masa yang sama, telah melakukan kesepakatan untuk menghapuskan nepotisme, kolusi dan korupsi dari muka bumi Indonesia, dengan salah satu caranya melalui pengintensifan salat diberbagai kantor pemerintahan, namun...” xiv.

(15) DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... HALAMAN JUDUL ............................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii BUKTI KONSULTASI......................................................................................iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v MOTTO ..............................................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii KATA PENGANTAR........................................................................................ix PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv ABSTRAK .................................................................................................... xviii ABSTRACT .....................................................................................................xix. ‫ ملخص البحث‬.................................................................... xx BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Batasan Masalah .............................................................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................................ 7 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 xv.

(16) E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 F. Definisi Operasional ........................................................................ 8 G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 11 BAB II :KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 13 A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 13 B. Kajian Pustaka ............................................................................... 20 1. Tinjauan Umum Tentang Akad ................................................. 20 a. Asal-Usul Akad ..................................................................... 20 b. Pengertian Akad .................................................................... 21 c. Dasar Hukum Akad ............................................................... 24 d. Rukun Akad .......................................................................... 25 e. Syarat Akad ........................................................................... 29 f. Macam-Macam Akad ............................................................ 33 g. Macam-Macam Akad dalam Sistem Ekonomi Syariah ........ 39 h. Berakhirnya Akad ................................................................. 50 2. Tinjauan Umum tentang Tunagrahita ........................................ 51 a. Pengertian ............................................................................. 51 b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ............................................... 52 BAB III : METODE PENELITIAN................................................................. 54 A. Jenis Penelitian............................................................................... 54 B. Pendekatan Penelitian .................................................................... 55 xvi.

(17) C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 56 D. Sumber Data................................................................................... 56 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 57 F. Metode Analisis Data ..................................................................... 58 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 61 A. Deskripsi Objek Penelitian............................................................. 61 B. Paparan Dan Analisis Data ............................................................ 69 1. Paparan Data .............................................................................. 69 2. Analisis Data .............................................................................. 81 BAB V : PENUTUP ........................................................................................ 93 A. Kesimpulan .................................................................................... 93 B. Saran .............................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN. xvii.

(18) ABSTRAK Yuni Nasrul Latifi. 14220019, Implementasi Akad Mudharabah Antara Warga Tunagrahita Dengan Kelompok Masyarakat Karangpatihan Bangkit Dalam Bidang Kerajinan Tangan (Studi Di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo). Skripsi, Jurusan Hukum Bisnis Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Pembimbing: Dr. Suwandi, M.H. Kata Kunci: Akad Mudharabah, Warga Tunagrahita, Karangpatihan Bangkit. Di dunia ini tidak semua manusia yang lahir di ciptakan dengan keadaan normal termasuk orang-orang yang mengalami keterbelakangan mental, seperti halnya yang terjadi di Desa Karangpatihan. Dalam praktiknya terjadi akad mudharabah di sana, yang mana bahan baku disediakan oleh pihak kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit lalu hasil penjualannya dibagi dengan warga Tunagrahita sebagai pengelolanya. Karena salah satu pihak yang terlibat adalah masyarakat yang mengalami keterbelakangan mental sehingga bisa dikatakan sebagai orang yang tidak cakap hukum. Tujuan di lakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis implementasi akad mudharabah antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis dengan metode studi lapangan (Field Research). Dalam mencari data dari informan yang terdiri dari Kepala Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, Ketua kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit, dan Ketua Bidang Kerajinan Tangan. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan metode yaitu: wawancara (Interview), dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengecek data yang diperoleh dari lapangan, klasifikasi, verifikasi, analisis data dan penyimpulan. Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian di Desa karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo ini bahwa akad Mudharabah antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan adalah akad yang dilakukan berdasarkan saling rela antara pihak yang berakad, obyek akadnya juga jelas, serta tujuan dari akad ini tidak melanggar syariat agama.. xviii.

(19) ABSTRACT. Yuni Nasrul Latifi. 2018. Analysis of Agreement between Residents of Tunagrahita With Karangpatihan Bangkit Community Group In the Field of Handicrafts (Study In Karangpatihan Village Balong Subdistrict Ponorogo District). Thesis, Department of Sharia Business Law, Faculty of Sharia, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang. Supervisor: Dr. Suwandi, M.H.. Keywords: Mudharabah, Residents of Tunagrahita, Karangpatihan Bangkit In this world not all human beings born in created with normal circumstances including people who have mental retardation, as is the case in Karangpatihan Village. In practice there is a mudharabah contract there, which raw materials are provided by the community group Karangpatihan Bangkit then the sales proceeds divided by the residents of the Tunagrahita as a manager. Because one of the parties involved is a society experiencing mental retardation so it can be said that the person is not legally competent. The purpose of doing this research is to know, review and analyze the practice of agreement between resident of Tunagrahita with Karangpatihan Bangkit group in the field handicrafts in Karangpatihan Village, Balong Subdistrict, Ponorogo District. The research approach used in this research is sociological approach with field study method (Field Research). In searching data from informants consisting of Village Head Karangpatihan Balong Subdistrict Ponorogo District, Chairman of Karangpatihan Bangkit community group, and Chairman of Handicraft. Data collection is done by the method of: interview (Interview), and documentation. Data analysis is done by collecting and checking data obtained from field, classification, verification, data analysis and inference. The results of research found by researchers in research in Karangpatihan Village District Balong Ponorogo Regency that the Mudharabah contract between residents of the Tunagrahita community Karangpatihan Bangkit in the field of crafts is a contract made on the basis of mutual willingness between the party berakad, the object akadnya also clear, and the purpose of this contract does not violate the religious shari'a.. xix.

(20) ‫ملخص‬ ‫يوني نصر اللطيفي‪ 2018 .‬تنفيذ عقد المضاربة بين سكان ‪ Tunagrahita‬مع مجموعات‬ ‫المجتمع ‪ Karangpatihan Bangkit‬في مجال الحرف اليدوية (دراسة في قرية‬ ‫‪ Karangpatihan‬منطقة ‪ Balong‬بمحافطة‪ .)Ponorogo‬بحث علمي‪ ،‬قسم حكم‬ ‫التجارية الشريعة ‪ ،‬كلية الشريعة‪ ،‬جامعة موالنا مالك إبراهيم ماالنج الحكومية‬ ‫اإلسالمية‪ .‬المشرف‪ :‬الدكتور سواندى األحكم الماجستير‪.‬‬. ‫الكلمات المفتاح‪ :‬اعقد المضاربة‪ ،‬سكان ‪Karangpatihan Bangkit ،Tunagrahita‬‬ ‫في هذا العالم ليس كل البشر ولدوا في خلق مع الظروف العادية بما في ذلك الناس‬ ‫الذين لديهم تخلف عقلي ‪ ،‬كما هو الحال في قرية ‪ Karangpatihan‬في الممارسة هناك عقد‬ ‫المضاربة هناك يتم توفير المواد الخام من قبل مجموعات المجتمع ‪Karangpatihan‬‬ ‫‪ Bangkit‬ثم العائدات المبيعات مقسوما على المقيمين في ‪ Tunagrahita‬كمديرين‪ .‬ألن‬ ‫أحد األطراف المعنية هو مجتمع يعاني من التخلف العقلي لذلك يمكن القول أن الشخص غير‬ ‫قادر على القانون‪.‬‬ ‫يهدف هذا البحث معرفة ومراجعة وتحليل التطبيقات بين سكان ‪Tunagrahita‬‬ ‫مع مجموعات المجتمع ‪ Karangpatihan Bangkit‬في مجال الحرف اليدوية في قرية‬ ‫‪Karangpatihan‬منطقة‪ Balong‬بمحافطة‪.Ponorogo‬‬ ‫المدخل المستخدم لهذا البحثالمدخل الكيفي الوصفي بالمنهج الميداني (البحث الميداني)‪ .‬في‬ ‫البحث عن البيانات من المخبرين تتكون من رئيس القرية ‪Karangpatihan‬منطقة‪Balong‬‬ ‫بمحافطة ‪ ،Ponorogo‬رئيس مجموعة المجتمع ‪ ،Karangpatihan Bangkit‬ورئيس‬ ‫الحرف اليدوية‪ .‬وأما طريقة جمع البيانات فتتكون من المقابلة والوثائق‪ .‬وقد تم تحليل‬ ‫البيانات من خالل جمع والتحقق من البيانات التي تم الحصول عليها من الميدان‪ ،‬والتصنيف‪،‬‬ ‫والتحقق‪ ،‬وتحليل البيانات واالستدالل‪.‬‬ ‫نتائج البحث التي عثر عليها الباحثون في البحث في منطقة قرية ‪Karangpatihan‬‬ ‫منطقة‪ Balong‬بمحافطة ‪ Ponorogo‬أن اتفاق المضاربة بين شعب توناغرايتا ومجموعة‬ ‫‪Karangpatihan Bangkit‬هو عقد يتم على أساس استعداد بين األطراف التي ترتبط‬ ‫بالعقد موضوع العقد واضح أيضا ‪ ،‬والغرض من هذا العقد ال ينتهك الشريعة الدينية‪.‬‬. ‫‪xx‬‬.

(21) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan makhluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan manusia lain.. Artinya manusia. membutuhkan manusia lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Di dalam perkembangannya, individu sebagai makhluk sosial membutuhkan komponen atau bantuan dari individu lain sehingga saling ketergantungan. Bantuan tidak hanya berupa materi, akan tetapi perhatian, kasih sayang, rasa aman, bahkan motivasi hidup juga bisa mempengaruhi tingkat kesejahteraan sosial. Definisi kesejahteraan sosial menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial pasal 1 ayat (1) adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 1 Kondisi kesejahteraan seseorang memang tidak dapat diukur dengan terpenuhinya segala kebutuhan, akan tetapi dengan adanya interaksi antara manusia satu dengan manusia lain secara baik maka itu bisa menjadi hal kecil yang dapat memicu terpenuhinya kesejahteraan sosial.. 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1 Ayat (1). 1.

(22) Salah satu bentuk interaksi manusia dengan manusia lain dalam Islam disebut dengan kegiatan muammalah. Kegiatan muammalah bisa terjadi dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang perekonomian. Agama Islam memberikan aturan dalam kegiatan muammalah baik mengenai rukun, syarat, maupun bentuk muammalah yang diperbolehkan maupun yang dilarang guna keabsahan transaksi. Berbicara mengenai keabsahan suatu transaksi, berarti timbul pemikiran mengenai akad atau perjanjian yang menjadi dasar atau ikatan antara para pihak dalam melakukan. suatu. hubungan. interaksi. sosial. khususnya. dalam. bidang. perekonomian. Dalam hukum Islam, yang dimaksud dengan akad adalah suatu hal yang sangat signifikan adanya karena dari akad tersebut akan memunculkan hak dan kewajiban terhadap para pihak serta akan berakibat hukum terhadap objek dalam akad. Atau dengan kata lain akad adalah hubungan antara ijab (pewajiban) dengan qabul (penerimaan) secara syariat yang menimbulkan efek terhadap objeknya. 2 Di antara macam akad adalah akad musamma. Akad musamma adalah akad yang disebutkan oleh Syara’ dengan terminologi tertentu beserta akibat hukumnya. Contoh akad musamma yang sering digunakan dalam bidang muammalah adalah jual beli atau bai’, kerjasama atau musyarakah, bagi hasil atau mudharabah, perwakilan atau wakalah dan lain-lain. Adanya kampung yang didalamnya terdapat warga Tunagrahita yang terletak di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo melatarbelakangi peneliti untuk melakukan sebuah penelitian. Di dalam kampung tersebut ada 2. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 4, Terj. Abdul hayyi Al-Kattani, (Cet 1, Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 420.. 2.

(23) sembilan puluh delapan (98) warga setempat yang menyandang Tunagrahita atau down syndrome (keterbelakangan mental). Hal ini berawal dikarenakan kampung tersebut berdiri di tanah tandus kering kawasan lereng gunung kapur. Dengan situasi alam seperti ini jelas warga kampung tersebut tidak mungkin dapat menggerakkan ekonomi mereka dengan cara bertani atau berkebun. Tidak tersedianya koperasi simpan pinjam dan pasar untuk menggerakkan ekonomi masyarakat juga memperburuk situasi di kampung ini. Akibat tekanan ekonomi dan mahalnya bahan-bahan pokok di kampung ini, banyak dari warga di kampung ini menjadikan nasi gaplek atau tiwul, nasi yang dikeringkan (nasi karak), dan bonggol pepaya sebagai makanan utamanya selama bertahun-tahun, alhasil banyak warga mengalami masalah gizi buruk yang konon menjadi penyebab retardasi mental yang turun-temurun di kampung ini.3 Seiring berjalannya waktu, keadaan kampung ini lama kelamaan berangsur membaik. Hal ini berawal dari Kepala Desa yang memelopori untuk merubah kondisi masyarakat penderita down syndrome yang dulunya dianggap menjadi beban bagi orang lain, beban bagi negara, bahkan beban bagi pemerintah. Status kepemimpinan Kepala Desa tersebut masih bisa dibilang baru, namun beliau mampu membaca peluang bagaimana seharusnya. masyarakat. penderita. Tunagrahita ini melakukan hal yang dapat membantu membangun perekonomian desa umumnya, dan membantu perekonomian bagi penderita Tunagrahita itu sendiri khususnya. Karena sebelum menjabat sebagai Kepala Desa, beliau bersama rekan-rekannyalah yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan 3. Felix Kusmanto, “Dari Kampung Idiot Menjadi Kampung Pioner”, KOMPASIANA.com. diakses pada tanggal 3 September 2017. 3.

(24) sosial warga Tunagrahita, beliau mampu memanfaatkan situasi dan kondisi masyarakat yang mengalami down syndrome ini untuk menjadi masyarakat yang produktif dengan upaya yang kreatif dan inovatif. Beliau menggagas adanya pemberdayaan masyarakat bagi warga Tunagrahita ini. Berbagai terobosan telah beliau lakukan, salah satunya adalah dengan membentuk sebuah organisasi sosial yang disebut dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit. 4 Di dalam pelaksanaannya, kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit mempunyai berbagai macam bidang pemberdayaan yang melibatkan warga Tunagrahita, diantaranya adalah dalam bidang peternakan yaitu beternak lele, kambing, bebek, dan ayam, dalam bidang kerajinan tangan seperti pembuatan keset, sapu, kemoceng, tas, pembuatan tasbih, anyaman bambu, serta membatik, dalam bidang pertanian yaitu penanaman tanaman hydroponik. Karena program ini dilakukan secara terus menerus, maka menurut hemat peneliti perlu diadakan sebuah penelitian yang mendalam tentang bagaimana analisis terhadap kegiatan bermuammalah yang melibatkan warga penderita down syndrome khususnya dalam bidang kerajinan tangan. Dalam hal ini bahan baku disediakan oleh pihak kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit lalu hasil penjualannya dibagi dengan warga Tunagrahita sebagai pengelolanya. Akad seperti ini dalam Islam lebih di kenal dengan nama mudharabah. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua sebagai. 4. Much Nurcholis, “Desa Karangpatihan Sulap Kampung Idiot Menjadi Sentra Batik Ponorogo”, KABARDESA.com. diakses pada tanggal 3 September 2017. 4.

(25) pengelola usaha (mudharib).5 Karena salah satu pihak yang terlibat adalah masyarakat yang mengalami keterbelakangan mental atau menderita down syndrome, sehingga bisa dikatakan sebagai orang yang tidak cakap hukum. Dalam Islam seseorang dipandang sempurna dan dinyatakan sah dalam bermuammalah di antaranya adalah memiliki ahliyatul ada’ yang sempurna. Ahliyatul ada’ adalah kelayakan seseorang untuk melakukan perbuatan yang dipandang sah oleh syara’ baik dalam bidang ibadah, muammalah dan lain sebagainya. Tolak ukur ahliyatul ada’ pada seseorang adalah akal. Terdapat tiga (3) keadaan seseorang ketika dihubungkan dengan ahliyatul ada’, ahliyatul ada’ yang dimiliki seseorang itu dikatakan sempurna yaitu seseorang yang sudah dewasa dan berakal, adakalanya seseorang memiliki ahliyatul ada’ yang kurang sempurna seperti anak mumayyiz yang sudah bisa membedakan baik dan buruknya sesuatu, akan tetapi adakalanya seseorang tidak memiliki ahliyatul ada’ sedikitpun yaitu seseorang yang belum dewasa dan orang gila, oleh karena itu keduanya dianggap belum atau tidak mempunyai akal, maka mereka tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat, segala perbuatan dan tingkah laku nya tidak dapat menimbulkan perbuatan hukum.6 Berbicara mengenai sah atau tidaknya perbuatan hukum seseorang, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) juga mempunyai syarat keabsahan suatu perjanjian, ada empat syarat yaitu: (a) kesepakatan mereka yang. 5. Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2012), h. 141. 6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu Jilid 4, h. 453. 5.

(26) mengikatkan dirinya (b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan (c) suatu pokok persoalan tertentu (d) suatu sebab yang tidak terlarang.7 Oleh karena itu berdasarkan fakta yang benar terjadi adanya di Desa Karangpatihan. Kecamatan. Balong. Kabupaten. Ponorogo. maka. peneliti. mengangkat sebuah judul “Implementasi akad Mudharabah antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan (Studi di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo)” B. Batasan Masalah Dalam penelitian skripsi ini perlu adanya pembatasan masalah, guna supaya penelitian dan pembahasannya tidak melebar terhadap pemasalahan lain dan supaya fokus terhadap permasalahan yang dimaksudkan oleh peneliti. Selain hal itu, adanya pembatasan masalah ini supaya peneliti dapat meneliti, mengupas, membahas dan nantinya menyajikan hasil penelitian secara maksimal. Di antara pembatasan masalah yang dimaksudkan adalah terhadap objek penelitian yaitu penerapan akad antara warga Tunagrahita dan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan saja di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Dalam kelompok masyarakat tersebut terdapat berbagai macam bidang kegiatan yang melibatkan warga Tunagrahita. Diantaranya adalah dalam bidang peternakan yaitu beternak lele, kambing, bebek, dan ayam, dalam bidang kerajinan tangan seperti pembuatan. 7. Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), h. 329.. 6.

(27) keset, sapu, kemoceng, tas, pembuatan tasbih, anyaman bambu, serta membatik, dalam bidang pertanian yaitu penanaman tanaman hydroponik. Dalam skripsi ini peneliti membatasi terhadap bagaimana implementasi akad mudharabah antara masyarakat Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan saja. Alasan peneliti memilih dan membatasi pada hal tersebut adalah karena menurut peneliti program tersebut dilakukan secara terus menerus hingga saat ini dan membutuhkan pelatihan ekstra karena warga Tunagrahita berbeda dengan masyarakat pada umumnya. C. Rumusan Masalah Permasalahan sesuai dengan latar belakang di atas yang perlu dibahas oleh peneliti adalah bagaimana implementasi akad mudharabah antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis implementasi akad mudharabah antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu manfaat teoritis dan praktis.. 7.

(28) 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka memperkaya ilmu pengetahuan, serta menjadi acuan bagi mahasiswa atau akademisi mengenai praktik akad dalam kegiatan bermuammalah dengan warga yang mengalami down syndrome. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Sebagai acuan dalam melihat fenomena sekarang mengenai penerapan akad dalam kegiatan bermuammalah dengan warga yang mengalami down syndrome, serta sejauh mana batasan, hak dan tanggung jawab praktik akad tersebut yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi masyarakat Supaya memberikan pengetahuan dan pemahaman yang dalam dan terperinci terhadap masyarakat dalam pengaplikasian akad kerjasama dengan warga penderita down syndrome yang telah ada aturannya yang jelas dalam hukum Islam, serta dapat mempraktikkannya dengan baik dan benar. c. Bagi civitas akademika UIN Malang Diharapkan bisa memberikan sumbangan ilmiah dalam disiplin ilmu khususnya mata kuliah fiqh muammalah serta bisa dijadikan sebagai literatur pengembangan kajian hukum dalam lingkup akademisi. F. Definisi Operasional Dari judul penelitian di atas, terdapat beberapa penjelasan tentang pengertian, yang bersifat operasional dan konsep atau variabel penelitian sehingga bisa. 8.

(29) dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji, (mengukur variabel tersebut) melalui penelitian yakni : 1. Implementasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.8 Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang). 2. Akad Secara terminology, ulama fiqih membagi akad dilihat dari dua segi, yaitu secara umum dan khusus. Akad secara umum adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya mmembutuhkan keinginan dua orang, seperti jual beli, perwakilan dan gadai. Sedangkan pengertian akad secara khusus adalah pengaitan ucapan salah seorang yang berakad dengan yang lainnya secara syara’ pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya.9 3. Tunagrahita Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Anak Tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu yang menyebabkan permasalahanpermasalahan lainnya yang muncul pada masa perkembangannya. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut: a. Lemah pikiran (Feeble Minded) 8. https://kbbi.web.id/implementasi, diakses pada tanggal 17 April 2018 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah Untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 43-44. 9. 9.

(30) b. Terbelakang mental (Mentally Retarded) c. Bodoh atau dungu (Idiot) d. Pandir (Imbecile) e. Tolol (Moron) f. Oligofrenia (Oligophrenia) g. Mampu Didik (Educable) h. Mampu Latih (Trainable) i. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh rawat j. Mental Subnormal k. Defisit Mental l. Defisit Kognitif m. Cacat Mental n. Defisiensi Mental o. Gangguan Intelektual10 4. Karangpatihan Bangkit Karangpatihan Bangkit merupakan suatu organisasi sosial. Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.11 Kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit sendiri merupakan suatu organisasi sosial yang berada di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo yang di dalamnya merupakan wadah berkreasi bagi 10 11. https://id.wikipedia.org/wiki/Tunagrahita, diakses pada tanggal 13 November 2017 https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial, diakses pada tanggal 5 September 2017. 10.

(31) masyarakat penderita Tunagrahita. Masyarakat yang menderita keterbelakangan mental ini di latih dan dibina untuk menjadi masyarakat yang produktif dan mampu menghasilkan uang untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. G. Sistematika Pembahasan Untuk menjadikan penelitian ini lebih terarah, diperlukan adaya sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini diuraikan mengenai pembahasan yang disusun secara sistematis yaitu terdiri dari V (lima) Bab dengan beberapa hal pembahasan sebagai berikut : BAB I, dalam bab ini berisi mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang menjelaskan mengenai alasan peneliti memilih permasalahan tersebut sebagai objek yang perlu adanya penelitian sehingga merumuskan judul tersebut. Kemudian rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II, dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang didalamnya meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori yang membahas meliputi gambaran umum akad (definisi, dasar hukum, rukun-rukun, syarat-syarat, macam-macam, dan sebagainya), dan gambaran umum tentang tunagrahita. BAB III, dalam bab ini berisi mengenai metode penelitian, yang terdiri dari Jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, metode pengambilan data, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data. BAB IV, pada bab ini berisi mengenai pemaparan dan analisis data. Yaitu menguraikan fakta atau data di lapangan yang telah terkumpul kemudian 11.

(32) menganalisis menggunakan teori-teori yang telah dipilih dan dipaparkan pada bagian kajian teori. BAB V, yaitu penutup. Yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir penelitian yang berisi mengenai daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup peneliti.. 12.

(33) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya tentang Tunagrahita. Berikut adalah penelitian terdahulu yang dilakukan : 1. Penelitian oleh Lutfia Andriana Pada skripsi yang berjudul Kesejahteraan Sosial Tunagrahita (Studi Kasus di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo),12 jenis penelitian pada skripsi ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, kondisi kesejahteraan sosial, dan aktivitas sosial. Metode penelitian pada skripsi ini adalah metode wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan Tunagrahita sebagai variabel dalam objek penelitian, akan tetapi perbedaannya sangat signifikan karena dalam penelitian terdahulu ini penerapannya terdapat dalam kesejahteraan sosial Tunagrahita, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis terhadap penerapan akad antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat karangpatihan bangkit khususnya dalam bidang kerajinan tangan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas kondisi warga Tunagrahita kategori ringan dan sedang dapat dikatakan sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas mereka yang masih berfungsi secara sosial, seperti bekerja 12. Lutfia Andriana, Kesejahteraan Sosial Tunagrahita (Studi Kasus di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo), Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2015. 13.

(34) untuk memenuhi kebutuhannya, membantu orang lain, dan lingkungan masyakarat yang memberikan kenyamanan. Selain itu, di desa ini juga terdapat peluang bagi warga Tunagrahita seperti pelatihan, bantuan dari pemerintah berupa hewan ternak, beras miskin, kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, serta adanya pusat kesehatan, pendidikan, dan tempat beribadah yang mudah dijangkau, bahkan kepedulian masyarakat dalam hal pernikahan Tunagrahita. Berbeda, dengan warga tungarahita kategori berat, mereka tidak bisa dikatakan sejahtera, karena mereka sudah tidak mampu bekerja dan hanya bergantung kepada orang lain. 2. Penelitian oleh Siti Nur Maidah Pada skripsi yang berjudul Upaya Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita Untuk Mengentaskan Kemiskinan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,13 penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, actual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari perangkat desa dan masyarakat Desa Karangpatihan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan analisisi deksriptif kualitatif. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan warga Tunagrahita sebagai variabel dalam objek penelitian, akan tetapi perbedaannya sangat signifikan karena dalam penelitian terdahulu ini penerapannya terdapat dalam upaya pemberdayaan. 13. Siti Nur Maidah, Upaya Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita untuk Mengentaskan Kemiskinan di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, Skripsi, (Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo), 2015. 14.

(35) masyarakat Tunagrahita untuk mengentaskan kemiskinan, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis terhadap penerapan akad antara warga Tunagrahita dengan kelompok masyarakat karangpatihan bangkit khususnya dalam bidang kerajinan tangan. Hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat Tunagrahita memberikan dampak yang positif terutama dalam kesejahteraan warga penyandang Tunagrahita pada sektor perekonomian. 3. Penelitian oleh Rosydatul Alpi Arumsari Pada skripsi yang berjudul Kepala Desa Sebagai Wakil Warga Tunagrahita Dalam Transaksi Jual Beli Perspektif Madzhab Syafi’i,14 penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi lapangan (Field Research), yang mana peneliti mencari data dari informan yang terdiri dari Kepala Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, dan juga dari beberapa wali warga Tunagrahita dan perwakilan anggota masyarakat. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan akad sebagai variabel dan lokasi Desa Karangpatihan sebagai objek penelitian, akan tetapi perbedaannya sangat signifikan karena dalam penelitian terdahulu ini fokus permasalahan terdapat dalam akad wakalah antara Kepala Desa mewakili warga Tunagrahita dalam transaksi jual beli perspektif madzhab syafi’i, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah permasalahannya terfokus tentang bagaimana analisis terhadap kegiatan bermuammalah yang melibatkan warga yang mengalami keterbelakangan mental yang dilakukan secara terus menerus. 14. Rosydatul Alpi Arumsari, Kepala Desa Sebagai Wakil Warga Tunagrahita Dalam Transaksi Jual Beli Perspektif Madzhab Syafi’i, Skripsi, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang), 2017. 15.

(36) Kegiatan muammalah disini terdiri dari dua pihak yakni pihak dari kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dengan Warga Tunagrahita. Karena dalam faktanya akad yang ada dalam program Karangpatihan Bangkit tersebut jumlahnya lebih dari satu maka fokus peneliti terhadap penelitian ini yakni bagaimana analisis praktik akad antara warga Tunagrahita dan kelompok masyarakat Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan. Hasil dari penelitian tersebut adalah praktik wakalah atau perwakilan yang dilakukan oleh kepala desa yang bertindak sebagai wakil bagi warga Tunagrahita dalam transaksi jual beli di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo ini jika ditinjau berdasarkan perspektif madzhab syafi’i bisa dikatakan sah dan benar menurut hukum Islam ditinjau dari segi rukun dan syaratnya karena telah terpenuhi. Meskipun salah satu pihak tidak memiliki ahliyatul ada’yang sempurna karena menderita Tunagrahita, akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa yang menyerahkan perwakilan tersebut adalah walinya. No Nama Peneliti, Perguruan. Judul. Tinggi, dan. Penelitian. Persamaan. Perbedaan. Tahun 1.. Lutfia. Kesejahteraan. Persamaan. Penelitian terdahulu ini. Andriana,. Sosial. dengan. penerapannya terdapat. Universitas. Tunagrahita. penelitian ini dalam. Islam. Negeri (Studi. Sunan Kalijaga di. kesejahteraan. Kasus adalah. sosial. Tunagrahita,. Dusun penggunaan. sedangkan. dalam yang. Yogyakarta,. Tanggungrejo. warga. penelitian. 2015. Desa. Tunagrahita. dilakukan oleh peneliti. 16.

(37) Karangpatihan sebagai. adalah analisis terhadap. Kecamatan. variabel dalam penerapan akad antara. Balong. objek. warga. Kabupaten. penelitian. dengan. Ponorogo). Tunagrahita kelompok. masyarakat karangpatihan bangkit dalam bidang kerajinan tangan.. 2.. Siti. Nur Upaya. Persamaan. Maidah,. Pemberdayaan dengan. Universitas. Masyarakat. penerapannya terdapat. penelitian ini. Muhammadiyah Tunagrahita. adalah. Ponorogo, 2015. penggunaan. Untuk. Penelitian terdahulu ini. Mengentaskan warga. dalam. upaya. pemberdayaan masyarakat. Kemiskinan di Tunagrahita Desa. sebagai. Tunagrahita. untuk. Karangpatihan variabel dalam mengentaskan Kecamatan. objek. Balong. penelitian.. kemiskinan, sedangkan dalam penelitian yang. Kabupaten Ponorogo. dilakukan oleh peneliti adalah analisis terhadap penerapan akad antara warga dengan. Tunagrahita kelompok. masyarakat karangpatihan bangkit dalam bidang kerajinan. 17.

(38) tangan. 3.. Rosydatul Alpi Kepala. Desa Persamaan. Arumsari,. Sebagai Wakil dengan. Universitas. Warga. Islam. Negeri Tunagrahita. Maulana Malik Dalam. Dalam. penelitian. terdahulu. ini. penelitian ini penerapannya terdapat. adalah penggunaan. Ibrahim. Transaksi Jual warga. Malang, 2017.. Beli. Tunagrahita. Perspektif. sebagai. Madzhab. variabel. Syafi’i. lokasi. dalam akad wakalah antara. Kepala. mewakili. warga. dan Tunagrahita Desa. transaksi. Desa. dalam jual. beli. Karangpatihan sebagai objek penelitian. perspektif syafi’i,. madzhab sedangkan. dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis. bagaimana terhadap. kegiatan bermuammalah. yang. melibatkan warga yang mengalami keterbelakangan mental yang dilakukan secara terus. 18. menerus..

(39) Kegiatan. muammalah. disini terdiri dari dua pihak yakni pihak dari kelompok. masyarakat. Karangpatihan Bangkit dengan. Warga. Tunagrahita.. Karena. dalam faktanya akad yang. ada. dalam. program Karangpatihan Bangkit. tersebut. jumlahnya lebih dari satu. maka. peneliti. terhadap. penelitian. ini. bagaimana praktik. fokus. yakni analisis. akad. antara. warga Tunagrahita dan kelompok. masyarakat. Karangpatihan Bangkit dalam bidang kerajinan tangan.. 19.

(40) B. KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum tentang Akad a. Asal-usul Akad Akad adalah bagian dari macam-macam tasharruf, yang dimaksud dengan tasharruf ialah:. َّ ‫علَ ْي ِه ال‬ ‫ع نَت َابِ َح ُحقُ ْوقِيَّ ٍة‬ ُ ‫ش ْر‬ ُ ِ‫ص بِإ ِ َرا َدتِ ِه َوي َُرت‬ ْ َ‫ُك ُّل َما ي‬ ٍ ‫صد ُُر ِم ُن ش َْخ‬ َ ‫ب‬ “segala yang keluar dari seorang manusia dengan kehendaknya dan syara’ menetapkan beberapa haknya”15 Tasharruf terbagi dua, yaitu tasharruf fi’li dan tasharruf qauli. tasharruf fi’li ialah usaha yang dilakukan manusia dengan tenaga dan badannya, selain lidah, misalnya memanfaatkan tanah yang tandus, menerima barang dalam jual beli, merusakkan benda orang lain. Tasharruf qauli ialah tasharruf yang keluar dari lidah manusia, tasharruf qauli terbagi dua yaitu ‘aqdi dan bukan ‘aqdi. Yang dimaksud tasharruf qauli ‘aqdi ialah:. َ ِ‫َمايَت َّ َك َّو ُن ِم ْن قَ ْولَي ِْن ِم ْن َجانِبَي ِْن يَ ْرتَب‬ ‫ان‬ ِ ‫ط‬ “sesuatu yang dibentuk dari dua ucapan kedua belah pihak yang saling bertalian.”16 Contohnya, jual beli, sewa menyewa, dan perkongsian. Tasharruf qauli bukan ‘aqdi ada dua macam yaitu: a) Merupakan pernyataan pengadaan suatu hak atau mencabut suatu hak, seperti wakaf, talak, dan memerdekakan. 15 16. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 43. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 43.. 20.

(41) b) Tidak menyatakan suatu kehendak, tetapi dia mewujudkan tuntutantuntutan hak, misalnya gugatan, iqrar, sumpah untuk menolak gugatan, jenis kedua ini tak ada akad, tetapi semata perkataan.17 b. Pengertian Akad Menurut bahasa ‘Aqad mempunyai beberapa arti, antara lain:. ُ ‫)الر ْب‬ a) Mengikat (‫ط‬ َّ , yaitu: ْ ‫صبِ َح َك ِق‬ َ ‫َج ْم َع‬ ُ َ‫طرفَ ْي َح ْبلَي ِْن َوي‬ ٍ‫احدَة‬ ِ ‫طعَ ٍة َو‬ ْ ُ‫ص َال فَي‬ ِ َّ ‫شدُّ ا َ َحدُ ُه َما بِ ْاألَخ َِر َحتَّى يَت‬ “mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong benda.”18 b) Sambungan ٌ)‫ع ْقدَة‬ َ (, yaitu:. ‫ص ُل الَّذِى ي ُْم ِس ُك ُه َما َوي َُوثِقُ ُه َما‬ ِ ‫ا َ ْل َم ْو‬ “sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.”19 c) Janji (ُ ‫ )ا َ ْلعَ ُهد‬sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:. َّ ‫بَلَ ٰى َم ْن أ َ ْوفَ ٰى بِعَ ْه ِد ِه َوات َّقَ ٰى فَإ ِ َّن‬ )۷٦ :‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمتَّقِينَ (ال عمران‬ “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 76).. 17. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 44. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 44. 19 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 44. 18. 21.

(42) )1:‫َيااَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ ا َ َمنُ ْواأ َ ْوفُ ْوا ِب ْالعُقُ ْو ِد (المائدة‬ “hai orang-orang yang beriman, tepatilah janji-janjimu” (QS. Al-Maidah: 1).20 Lafal akad berasal lafal Arab al-aqd yang berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan al-ittifaq. Secara etimologi akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.21 Secara terminologi, ulama fiqih membagi akad dilihat dari dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus. Akad secara umum adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang, seperti jual-beli, perwakilan dan gadai. Pengertian akad secara umum di atas adalah sama dengan pengertian akad dari segi bahasa menurut pendapat ulama Syafi’iyyah, Malikiyyah dan Hanabilah, yaitu:. َّ ‫اء َو‬ ‫ق‬ ِ ْ ‫ف َو‬ ِ ‫اْلب َْر‬ ِ ‫ص َد َر بِا َِرا َدةٍ ُم ْنفَ ِر َدةٍ َك ْل َو ْق‬ َ ‫عزَ َم ْال َم ْر ُء‬ َ ‫ُك ُّل َما‬ َ ‫علَى فِ ْع ِل ِه‬ َ ‫س َوا ٌء‬ ِ َ‫الطلال‬ ‫الر ْه ِن‬ َّ ‫ار َوالت َّ ْو ِك ْي ِل َو‬ ِ ‫اْل ْي َج‬ ِ ْ ‫لى ِإ َرا َدتَي ِْن فِى ِإ ْنشَائِ ِه َك ْالبَيْعِ َو‬ َ ‫َو ْاليَ ِمي ِْن أ َ ْم اِحْ ت َا َج ِإ‬ Artinya : “segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai.”22. 20. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 44-45. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah Untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, h. 43. 22 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h.43. 21. 22.

(43) Pengertian akad dalam arti khusus adalah pengaitan ucapan salah seorang yang berakad dengan yang lainnya secara syara’ pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya. Kemudian pengertian akad secara khusus yang dikemukakan ulama fiqih, antara lain:. ُ ‫إِ ْرتِبَا‬ ‫علَى َوجْ ٍه َم ْش ُر ْوعٍ يَثْبُتُ اَث َ ُرهُ َم َح ِل ِه‬ ٍ ‫ط إِ ْي َجا‬ َ ‫ب بِقَب ُْو ٍل‬ Artinya : “pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan.”23 Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang yang lain (yang menyatakan kabul).24. ْ َ‫علَى َوجْ ٍه ي‬ ‫ظ َه ُر أَث َ ُرهُ فِى ْال َم َح ِل‬ ً ‫تَعَلُّ ُق َك َال ِم أ َ َح ِد ْالعَاقِ َدي ِْن بِ ْاْلَخ َِر ش َْر‬ َ ‫عا‬ Artinya : “pengaitan ucapan salah seorang yang akad dengan yang lainnya secara syara’ pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya.”25. 23. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h.44. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 51. 25 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 44. 24. 23.

(44) Contoh ijab adalah pernyataan seorang penjual, “saya telah menjual barang iini kepadamu.” Atau “saya serahkan barang ini kepadamu.” Contoh qabul, “saya beli barangmu.” Atau “saya terima barangmu.” Dengan demikian, ijab-qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan suatu keridaan dalam berakad di antara dua orang atau lebih, sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan syara’. Oleh karena itu, dalam Islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridaan dan syariat Islam.26 c. Dasar Hukum Akad Al-Qur’an. ْ َّ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ْوفُوا بِ ْالعُقُو ِد أ ُ ِحل‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم‬ ‫غي َْر ُم ِح ِلي‬ َ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِهي َمةُ األ ْنعَ ِام إِال َما يُتْلَى‬ َّ ‫ص ْي ِد َوأ َ ْنت ُ ْم ُح ُر ٌم ِإ َّن‬ ُ ‫َّللاَ يَحْ ُك ُم َما ي ُِريد‬ َّ ‫ال‬ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah : 1).27 Maksud dari ayat di atas yaitu keharusan memenuhi janji atau akad baik antara seseorang dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, atau antara seseorang. 26. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 45. Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits Sahih, (Bandung: PT. Sygma Examedia ArkanLeema, 2010), h. 106. 27. 24.

(45) dengan hamba-hamba Allah. Demikian pula keharusan saling tolongmenolong di atas kebaikan dan takwa.28 d. Rukun Akad Terdapat perbedaan pandangan di kalangan Fuqoha berkenaan dengan rukun akad. Menurut Jumhur Ulama rukun akad terdiri atas: a) Al-aqidain, para pihak yang terlibat langsung dengan akad. Orang yang berakad terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa orang, misalnya penjual dan pembeli beras di pasar biasanya masing-masing pihak satu orang, ahli waris sepakat untuk memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang terdiri dari beberapa orang. Seseorang yang berakad terkadang orang yang memiliki haq (aqid Ashli) dan terkadang merupakan wakil dari yang memiliki haq.29 b) Ma’qud alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah. 30 c) Maudhu’ al-‘aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam akad jual beli tujuan pokoknya ialah memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan diberi ganti. Tujuan akad hibah ialah memindahkan barang dari pemberi kepada yang diberi untuk dimilikinya tanpa ada pengganti (‘iwadh). Tujuan pokok akad ijarah adalah memberikan manfaat dengan. 28. http://www.tafsir.web.id, diakses pada tanggal 4 Oktober 2017. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 47. 30 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 47. 29. 25.

(46) adanya pengganti. Tujuan pokok i’arah adalah memberikan manfaat dari seseorang kepada yang lain tanpa ada pengganti.31 d) Sighat al-aqd, yakni pernyataan kalimat akad, yang lazimnya dilaksanakan melalui pernyatan ijab dan pernyataan qabul. Definisi ijab adalah melakukan perbuatan tertentu yang menunjukkan kerelaan dan yang muncul pertama kali dari salah seorang dari dua orang yang berakad, atau sesuatu yang menggantikan posisinya, baik ia timbul dari mumallik (orang yang memberikan kepemilikan) maupun mutamallik (orang yang memiliki). Sementara qabul adalah apa yang disebutkan oleh salah seorang diantara dua orang yang berakad, di mana penyebutannya itu menunjukkan persetujuan dan ridhanya atas ijab yang diucapkan oleh pihak pertama.32 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-aqd (akad) ialah: 1. Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya. Kata-kata dalam ijab qabul harus jelas dan tidak memiliki banyak pengertian, misalnya seseorang berkata “aku serahkan benda ini”, kalimat tersebut masih kurang jelas sehingga masih menimbulkan pertanyaan, apakah benda tersebut diserahkan sebagai pemberian, penjualan atau titipan. Kalimat yang lengkapnya adalah “aku serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah atau sebagai pemberian”.33 2. Harus bersesuian antara ijab dan qabul. Tidak boleh antara yang berijab dan yang menerima berbeda lafazh, misalnya seseorang berkata 31. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 47. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu Jilid 4, h. 430. 33 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 53. 32. 26.

(47) “aku serahkan benda ini kepadamu sebagai titipan”, tetapi yang mengucapkan qabul berkata, “aku terima benda ini sebagai pemberian”. Adanya kesimpangsiuran dalam ijab dan qabul akan menimbulkan persengketaan yang dilarang oleh agama Islam karena bertentangan dengan ishlah diantara manusia.34 3. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak terpaksa, atau tidak karena diancam atau ditakuttakuti oleh orang lain karena dalam tijarah harus saling ridha.35 Mengucapkan dengan lidah merupakan salah satu cara yang ditempuh dalam mengadakan akad, tetapi ada juga cara yang lain yang dapat menggambarkan kehendak untuk berakad. Para ulama fiqh menerangkan beberapa cara yang ditempuh dalam akad, yaitu: 36 1. Dengan cara tulisan (kitabah), misalnya dua ‘aqid berjauhan tempatnya, maka ijab kabul boleh dengan kitabah. Atas dasar inilah para fuqaha membentuk kaidah:. َ ‫أ َ ْل ِكت َابَةُ َكا ْل ِخ‬ ‫ب‬ ِ ‫طا‬ “tulisan itu sama dengan ucapan”37 Dengan ketentuan, kitabah tersebut dapat dipahami kedua belah pihak dengan jelas. 2. Isyarat. Bagi orang-orang tertentu, akad atau ijab dan kabul, tidak dapat dilaksanakan dengan ucapan dan tulisan, misalnya seseorang 34. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 53. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 53. 36 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 53. 37 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiedqi, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 30. 35. 27.

(48) yang bisu tidak dapat mengadakan ijab kabul dengan bahasa, orang yang tidak pandai tulis baca tidak mampu mengadakan ijab dan kabul dengan tulisan. Maka orang yang bisu dan tidak pandai tulis baca tidak dapat melakukan ijab kabul dengan ucapan dan tulisan. Dengan demikian, kabul atau akad dilakukan dengan isyarat. Maka dibuatkan kaidah sebagai berikut:. ‫ان‬ َ ‫ان بِ ْال ِل‬ َ ‫ا َ ْ ِالش‬ َ ‫َارة ُ ا َ ْل َم ْع ُه ْودَة ُ ِأل َ ْخ َر‬ ِ ‫س‬ ِ َ‫س َك ْالبَي‬ “Isyarat bagi orang bisu sama dengan ucapan lidah”.38 3. Ta’athi (saling memberi), seperti seseorang yang melakukan pemberian kepada seseorang dan orang tersebut memberikan imbalan kepada yang memberi tanpa ditentukan besar imbalannya. Dengan contoh yang jelas dapat diuraikan sebagai berikut: seorang pengail ikan sering memberikan ikan hasil pancingannya kepada seorang petani, petani ini memberi beberapa liter beras kepada pengail yang memberikan ikan tanpa disebutkan besar imbalan yang dikehendaki oleh pemberi ikan. Proses di atas itu dinamakan ta’athi, tetapi menurut sebagian ulama, jual beli seperti itu tidak dibenarkan.39 4. Lisan. al-hal.. Menurut. sebagian. ulama,. apabila. seseorang. meninggalkan barang-barang di hadapan orang lain, kemudian dia pergi dan orang yang ditinggali barang-barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada akad ida’ (titipan) antara orang yang. 38 39. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 54. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 54.. 28.

(49) meletakkan barang dan yang menghadapi barang titipan ini dengan jalan dalalah al-hal.40 5. Syarat Akad Akad akan terjadi apabila terpenuhinya rukun di atas, akan tetapi akad akan di anggap sah apabila telah memenuhi syarat sah akad. Di antara yang menjadi syarat sah terjadinya akad adalah: a. Syarat terjadinya akad Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya akad secara syara’.41 Jika tidak memenuhi syarat tersebut, akad menjadi batal. Syarat ini terbagi atas dua bagian, yaitu syarat obyek akad dan syarat subjek akad: a) Syarat obyek akad, yakni syarat-syarat yang berkaitan dengan obyek akad. Obyek akad bermacam-macam, sesuai dengan bentuknya. Dalam akad jual-beli, obyeknya adalah barang yang yang diperjualbelikan dan harganya. Dalam akad gadai obyeknya adalah barang gadai dan utang yang diperolehnya, dan lain sebagainya.42 Agar sesuatu akad dipandang sah, obyeknya harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Telah ada pada waktu akad diadakan Barang yang belum wujuh tidak dapat menjadi obyek akad menurut pendapat kebanyakan Fuqaha’ sebab hukum dan akibat akad tidak mungkin bergantung pada sesuatu yang belum wujuh. Oleh kerena itu, 40. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiedqi, Pengantar Fiqh Muamalah, h. 31. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 65. 42 Ahmad Azar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, cet. Ke-2, 2004), h. 78. 41. 29.

(50) akad salam (pesan barang dengan pembayaran harga atau sebagian atau seluruhnya lebih dulu), dipandang sebagai pengecualian dari ketentuan umum tersebut. Ibnu Taimiyah, salah seorang ulama mazhab Hambali memandang sah akad mengenai obyek akad yang belum wujuh dalam berbagai macam bentuknya, selagi dapat terpelihara tidak akan terjadi persengketaan di kemudian hari. Masalahnya adalah sudah atau belum wujuhnya obyek akad itu, tetapi apakah akan mudah menimbulkan sengketa atau tidak.43 2) Dapat menerima hukum akad Para Fuqaha’ sepakat bahwa sesuatu yang tidak dapat menerima hukum akad tidak dapat menjadi obyek akad. Dalam jual misalnya, barang yang diperjualbelikan harus merupakan benda bernilai bagi pihak-pihak yang mengadakan akad jual-beli. Minuman keras bukan benda bernilai bagi kaum muslimin, maka tidak memenuhi syarat menjadi obyek akad jual beli antara para pihak yang keduanya atau salah satunya beragama Islam.44 3) Dapat ditentukan dan diketahui Obyek akad harus dapat ditentukan dan diketahui oleh dua belah pihak yang melakukan akad. Ketentuan ini tidak mesti semua satuan yang akan menjadi obyek akad, tetapi dengan sebagian saja, atau ditentukan sesuai. 43 44. Ahmad Azar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, h. 79. Ahmad Azar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, h. 80.. 30.

(51) dengan urfI yang berlaku dalam masyarakat tertentu yang tidak bertentangan dengan ketentuan agama.45 4) Dapat diserahkan pada waktu akad terjadi Yang dimaksud di sini adalah bahwa obyek akad tidak harus dapat diserahkan seketika, akan tetapi menunjukkan bahwa obyek tersebut benar-benar ada dalam kekuasaan yang sah pihak bersangkutan.46 b) Syarat subyek akad, yakni syarat-syarat yang berkaitan dengan subyek akad. 1) Ahliyyah (kecakapan) Dalam Islam seseorang dipandang sempurna dan dinyatakan sah dalam bermuammalah di antaranya adalah memiliki ahliyatul ada’ yang sempurna. Ahliyatul ada’ adalah kelayakan seseorang untuk melakukan perbuatan yang dipandang sah oleh syara’ baik dalam bidang ibadah, muammalah dan lain sebagainya. Tolak ukur ahliyatul ada’ pada seseorang adalah akal. Terdapat tiga (3) keadaan seseorang ketika dihubungkan dengan ahliyatul ada’, ahliyatul ada’ yang dimiliki seseorang itu dikatakan sempurna yaitu seseorang yang sudah dewasa dan berakal, adakalanya seseorang memiliki ahliyatul ada’ yang kurang sempurna seperti anak mumayyiz yang sudah bisa membedakan baik dan buruknya sesuatu, akan tetapi adakalanya seseorang tidak memiliki ahliyatul ada’ sedikitpun yaitu seseorang yang belum dewasa dan orang gila, oleh karena itu keduanya dianggap belum atau tidak mempunyai akal, 45. 46. Ahmad Azar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, h. 81. Ahmad Azar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, h. 82.. 31.

(52) maka mereka tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat, segala perbuatan dan tingkah laku nya tidak dapat menimbulkan perbuatan hukum.47 2) Wilayah (kewenangan) Adalah kekuasaan hukum yang pemiliknya dapat beratasharruf dan melakukan akad dan menunaikan segala akibat hukum yang ditimbulkan. Dalam terminology syari’at, wilayah adalah kewenangan yang bersifat syar’i yang memungkinkan seseorang untuk membuat akad, berbagai tasharruf serta mengaplikasikannya, artinya memberikan efek atau pengaruh syar’i terhadap akad dan tasharruf itu.48 3) Wakalah (perwakilan) Menurut kalangan Syafi’iyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah, wakalah adalah. penyerahan. seseorang. terhadap. sesuatu. yang. ia. berhak. melakukannya di mana sesuatu itu termasuk perbuatan yang bisa diwakilkan dalam melakukannya kepada orang lain untuk dilakukan ketika ia masih hidup.49 b. Syarat pelaksanaan akad Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat, yaitu kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas beraktivitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara’. Adapun kekuasaan adalah kemampuan seseorang ber-tasharruf sesuai 47. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu Jilid 4, h. 453. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu Jilid 4, h. 468. 49 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu Jilid 4, h. 476. 48. 32.

(53) dengan ketetapan syara’, baik secara asli, yang dilakukan oleh dirinya, maupun sebagai penggantian (menjadi wakil seseorang). Dalam hal ini, disyaratkan antara lain: a) Barang yang dijadikan akad harus kepunyaan orang yang akad b) Barang yang dijadikan akad tidak berkaitan dengan kepemilikan orang lain.50 c. Syarat kepastian hukum (luzum) Dasar dalam akad adalah kepastian. Di antara syarat luzum dalam jual-beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual-beli, seperti khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain.51 6. Macam-Macam Akad Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad itu dapat dibagi dilihat dari beberapa segi. 1) Jika dilihat dari segi keabsahannya menurut syara’, akad terbagi dua, yaitu: a. Akad Shahih, adalah akad yang memenuhi seluruh persyaratan dan rukunrukun berlakunya pada setiap unsur akad. Hukum dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu dan mengikat kepada pihak-pihak yang berakad.52 Akad yang shahih ini dibagi lagi oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah menjadi dua macam, yakni:. 50. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 65. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 65-66. 52 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 56. 51. 33.

(54) a) Akad yang nafiz (sempurna untuk dilaksanakan), ialah akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.53 b) Akad mawquf, ialah akad yang dilakukan seseorang yang cakap bertindak hukum, tetapi ia tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan melaksanakan akad ini, seperti akad yang dilangsungkan oleh anak kecil yang telah mumayyiz. Dalam kasus seperti ini, akad ini baru sah secara sempurna dan memiliki akibat hukum apabila jual beli itu diizinkan oleh wali anak kecil ini. Contoh lain dari akad mawquf adalah yang disebut dalam fiqh dengan ‘aqad al-fudhuli. Misalnya, ahmad memberikan uang sebesar Rp. 2.000.000,kepada Hasan untuk membeli seekor kambing. Ternyata di tempat penjualan kambing, uang Rp. 2.000.000,- itu dapat membeli dua ekor kambing, sehingga Hasan membeli dua ekor kambing. Keabsahan akad jual beli dengan dua ekor kambing ini amat tergantung kepada persetujuan Ahmad, karena Hasan diperintahkan hanya membeli seekor kambing. Apabila Ahmad menyetujui akad yang telah dilaksanakan Hasan itu maka jual beli itu menjadi sah. Jika tidak disetujui Ahmad maka jual beli itu tidak sah. Akan tetapi, ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menganggap jual beli mawquf itu sebagai jual beli yang batil.54. 53 54. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 56. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 56.. 34.

(55) Jika dilihat dari sisi mengikat atau tidaknya jual beli yang shahih itu, para ulama fiqh membaginya kepada dua macam, yaitu: a) Akad yang bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad, sehingga salah satu pihak tidak boleh membatalkan akad itu tanpa seizin pihak lain, seperti akad jual beli dan sewa menyewa.55 b) Akad yang tidak bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad, seperti dalam akad al-wakalah (perwakilan), al-‘ariyah (pinjammeminjam), dan al-wadhi’ah (barang titipan).56 Akad yang mengikat bagi pihak-pihak yang melangsungkan akad itu dibagi lagi oleh para ulama fiqh menjadi tiga macam, yaitu: a) Akad yang mengikat dan tidak dapat dibatalkan sama sekali. Akad perkawinan termasuk akad yang tidak boleh dibatalkan, kecuali dengan cara-cara yang dibolehkan syara’, seperti melalui talak dan alkhulu’ (tuntutan cerai yang diajukan istri kepada suaminya dengan kesediaan pihak istri untuk membayar ganti rugi.57 b) Akad yang mengikat, tetapi dapat dibatalkan atas kehendak kedua belah pihak, seperti akad jual beli, sewa-menyewa, perdamaian, almuzara’ah (kerja sama dalam pertanian), dan al-musaqah (kerja sama dalam perkebunan). Dalam akad-akad seperti ini berlaku hak khiyar (hak memilih untuk meneruskan akad yang telah memenuhi rukun dan syaratnya atau membatalkannya).58. 55. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 57. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 57. 57 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 57. 58 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 57. 56. 35.

(56) c) Akad yang hanya mengikat salah satu pihak yang berakad, seperti arrahn dan al-kafalah.59 b. Akad Ghairu Shahih, yaitu akad yang sebagian unsurnya atau sebagian rukunnya tidak terpenuhi.60 Sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad. Kemudian ulama Hanafiyah membagi akad Ghairu Shahih ini menjadi dua macam, yakni akad yang batil dan fasid. Suatu akad dikatakan batil apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukunnya atau ada larangan langsung dari syara’. Misalnya, objek jual beli itu tidak jelas. Atau terdapat unsur tipuan, seperti menjual ikan dalam lautan, atau salah satu pihak yang berakad tidak cakap bertindak hukum. Adapun akad fasid menurut mereka merupakan suatu akad yang pada dasarnya disyariatkan, akan tetapi sifat yang diakadkan itu tidak jelas. Misalnya, menjual rumah atau kendaraan yang tidak ditunjukkan tipe, jenis, dan bentuk rumah ynag dijual, sehingga menimbulkan perselisihan antara penjual dan pembeli. Jual beli seperti ini, menurut ulama Hanafiyah, adalah fasid, dan jual beli ini dianggap sah apabila unsur-unsur yang menyebabkan kefasidannya itu dihilangkan, misalnya dengan menjelaskan tipe, jenis, dan bentuk rumah yang dijual, atau menjelaskan brand dan jenis kendaraan yang dijual.61. 59. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 57. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 66. 61 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 58. 60. 36.

(57) Akan tetapi, jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa akad yang batil dan fasid mengandung esensi yang sama, yaitu tidak sah dan akad itu tidak mengakibatkan hukum apa pun.62 2) Dilihat dari segi penamaannya a.. Akad Musamma Sejumlah akad yang disebutkan oleh syara’ dengan terminologi tertentu. beserta akibat hukumnya dinamakan akad musamma. Diantaranya: menyewah. (al-ijarah),. pemesanan. (al-istisnha),. jual. beli. sewa. (al-bai’),. penanggungan (al-kafalah), pemindahan utang (al-hiwalah), pemberian kuasa (al-wakalah), perdamaian (ash-shulh), persekutuan (asy-syirkah), bagi hasil (al-mudharabah), hibah (al-hibah), gadai (ar-rahn), penggarapan tanah (almuzaraah), pemeliharaan tanaman (al-mu’amalah/al-musaqah), penitipan (alwadi’ah), pinjam pakai (al-‘ariyah), pembagian (al-qismah), wasiat-wasiat (al-washaya), perhutangan (al-qardh).63 b. Akad Ghairu Musamma Sedangkan akad ghoiru musammaa dalah akad yang mana Syara’ tidak menyebutkan dengan terminologi tertentu dan tidak pula menerangkan akibat hukum yang ditimbulkannya. Akad ini berkembang berdasarkan kebutuhan manusia dan perkembangan kemaslahatan masyarakat.64 3) Dari Segi Maksud dan Tujuannya a. Akad al-tamlikiyyah, yakni akad yang dimaksud sebagai proses kepemilikan, baik kepemilikian benda maupun pemilikan manfaat. 62. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, h. 58. Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 66. 64 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, h. 66. 63. 37.

Referensi

Dokumen terkait

KEPALA SUB BAGIAN MONITORING DAN EVALUASI - BAGIAN ADMINISTRASI PEREKONOMIAN - SEKRETARIAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 03/06/1984 30/09/2014

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin

Dari simpulan tersebut di atas, disarankan: (1) Kepada guru-guru khususnya guru di Gugus 14 SD 03 Kabawetan, dalam menyusun skenario pembelajaran agar memanfaatkan

Subyek penelitian ini adalah balita yang berusia 1-4 tahun yang menderita diare pada bulan Januari-Maret 2016 di wilayah kerja Puskesamas Wedung II. Umur minimum

Putting aside whatever project she was working on, Lin offered a pleasant “hello” and patiently listened to the request often just pointing to the right drawer to help us find

Menurut Curtis (1985), Regional- isme menumbuhkan sebuah harapan bahwa wujud Arsitektur yang dihasil- kan dapat memiliki sifat abadi, serta melebur menjadi satu antara yang lama

[r]

Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : faktor hewan yaitu: bobot badan, umur dan kondisi, stress yang diakibatkan oleh lingkungan: