• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia sejak era orde baru hingga saat ini buruh migran Indonesia ikut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia sejak era orde baru hingga saat ini buruh migran Indonesia ikut"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena buruh migran di Indonesia khususnya buruh migran perempuan yang bekerja diluar negeri menjadi isu sentral ketenagakerjaan di tanah air. Dalam struktur ekonomi Indonesia sejak era orde baru hingga saat ini buruh migran Indonesia ikut memberikan konstribusi yang tidak kecil baik dalam menambah devisa negara atau dalam mengantisipasi meningkatnya angka pengangguran dan langkanya kesempatan kerja di dalam negeri. Indonesia merupakan salah satu negara terbanyak yang menyumbang tenaga kerja ke luar negeri. Jumlah tenaga kerja migrasi yang bekerja di luar negeri menjadi buruh migran setidaknya mencapai angka 6,5 juta jiwa yang bekerja di 142 negara, dengan melihat jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia, dapat dipastikan betapa banyak para penduduk di Indonesia yang meninggalkan negaranya hanya untuk mencari perekonomian yang lebih baik lagi , tenaga kerja tersebut berasal dari 392 kota / kabupaten di Indonesia, padahal di Indonesia hanya terdapat 500 kota. Salah satu provinsi di Indonesia yang menyumbangkan jumlah tenaga kerja migran yang cukup banyak adalah provinsi Jawa Timur dengan jumlah angka tenaga kerja mencapai 1,3 juta jiwa. Dapat dilihat bahwa jumlah angka tenaga kerja migran pada setiap tahunnya akan selalu bertambah, hal ini dapat dilihat di tabel dibawah ini :

(2)

Tabel 1.1

Grafik Angka Jumlah Tenaga Kerja Migran yang Bekerja Diluar Negeri di Jawa Timur

Tahun Jumlah TKW / TKI

2010-2011 90.000 jiwa

2012 98.000 jiwa

2013 110.000 jwa

Sumber : Tribunnews.com (2013)

Melihat tabel tersebut dapat diketahui bahwa setiap tahunnya provinsi jawa timur menyumbangkan jumlah tenaga kerja migran dengan jumlah yang semakin meningkat. Salah satu daerah di jawa timur yang banyak memasok tenaga kerja migran adalah daerah kabupaten Magetan. Tenaga kerja yang dihasilkan dari kabupaten Magetan ini setiap tahunnya juga mengalami peningkatan, faktor terbatasnya lapangan kerja yang ada di kota Magetan membuat para buruh migran ini mencari nafkah di negara orang. Dengan upah kerja di negara lain yang lebih besar, para tenaga kerja ini rela meninggalkan kota asalnya untuk mencari pekerjaan dan perekonomian yang lebih baik lagi. Tenaga kerja yang berasal dari Desa Parang, kabupaten Magetan ini rata-rata adalah perempuan dan sudah berkeluarga, laki-laki hanya sedikit yang bekerja menjadi buruh migran di negara lain, yang laki-laki banyak menjadi seorang petani di daerahnya dengan masih memanfaatkan lahan pertanian yang ada. Jumlah antara perempuan migran jauh lebih besar dengan jumlah laki-laki migran yang bekerja di luar negeri, perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

(3)

Tabel 1.2

Grafik Angka Jumlah Tenaga Kerja Migran di Kabupaten Magetan. Tahun Jumlah Tenaga Kerja

Perempuan Jumlah Tenaga Kerja laki-laki 2009 446 orang 88 orang 2011 887 orang 100 orang 2012 1259 orang 177 orang 2013 1387 orang 191 orang

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Magetan (2014)

Tabel diatas menjelaskan bahwa setiap tahun di Magetan masih ada yang tertarik bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri, meskipun dengan resiko yang harus ditanggung terutama bagi buruh migran perempuan, salah satu daerah yang menghasilkan buruh migran yang paling banyak di Magetan adalah desa Parang. Hal ini menjelaskan bahwa fenomena perempuan yang bekerja di sektor produktif semakin kesini akan semakin bertambah pesat. Perkembangan zaman yang semakin canggih menyebabkan tidak sedikit perempuan yang memasuki sektor produktif, untuk bekerja di berbagai sektor kehidupan salah satunya menjadi pekerja migran di luar negeri. Masuknya perempuan dalam sektor produktif tersebut menyebabkan terjadi perubahan peran dalam keluarga, yang seharusnya perempuan menguasai sektor domestik dalam keluarga, mengurus anak digantikan oleh sosok orang lain. Keterlibatan perempuan dalam sektor tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu tekanan ekonomi, lingkungan keluarga yang sangat mendukung dalam bekerja, tidak adanya peluang kerja yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki di daerahnya. Kondisi tersebut yang mempengaruhi para perempuan di Indonesia khususnya di daerah-daerah pedesaan yang

(4)

mempunyai lapangan pekerjaan yang sedikit mengakibatkan para perempuan ini mencari pekerjaan di luar negeri. Faktor kemisikinan atau ekonomi juga berpengaruh besar dalam pendorong para perempuan yang ada di Desa Parang , Magetan yang sebagian masih dikategorikan dalam wilayah pedesaan serta bergantung pada pertanian kemudian menjadi perempuan migran yang bekerja ke luar negeri. Dengan berbagai cara perempuan ikut berperan aktif dalam menaikkan pendapatan keluarga, sehingga dengan cara seperti itu fenomena perempuan yang terjun dalam ranah produktif akan semakin bertambah.

Dalam sistem patriarkhi yang rata-rata masih dianut oleh masyarakat Indonesia, perempuan pekerja kemudian menjadi suatu fenomena yang sangat mempengaruhi sistem tersebut. Dari pemahaman dimana perempuan adalah penguasa domestik dalam keluarga kemudian akan semakin pudar dengan ikut sertanya perempuan keranah produktif yang seharusnya itu menjadi ranah dari kaum laki-laki. Di dalam keluarga seperti ini kemudian akan muncul sebuah kekuasaan baru dalam sebuah keluarga. Dalam ilmu sosial, yang dimaksud dengan istilah “hubungan-hubungan gender” ( relasi-relasi gender ) adalah hubungan sosial timbal balik dalam masyarakat dan dalam kebudayaan, yang menentukan batas-batas feminim dan maskulin (memutuskan apa saja yang dianggap bersifat kewanitaan dan bersifat kelelakian).

Dengan sistem tersebut kemudian dapat di masukkan dalam kasus mantan buruh migran perempuan di Desa Parang, Magetan, dimana perempuan atau mantan buruh migran ini bekerja keluarga dari ranah domestik ke dalam ranah produktif, hal tersebut dilakukan dengan tujuan memperbaiki perekonomian dalam keluarga. Pembagian kerja

(5)

dalam sistem patriarkhi yang selama ini terjadi dalam keluarga di masyarakat Magetan yang masih termasuk kategori masyarakat pedesaan Jawa, mengalami sebuah pergeseran karena keikutsertaan perempuan dalam aktor pencari nafkah utama keluarga. Saat ini batas sektor produktif dan domestik sebagai batas antara wilayah laki-laki dan perempuan kemudian menjadi kabur atau tidak jelas. Kekuasaan yang sebelumnya di dominasi oleh laki-laki kemudian akan menjadi tersaingi oleh seorang perempuan karena perempuan mempunyai kekuatan ekonomi dalam keluarga. Berbicara persoalan buruh migran perempuan ini tidak terlepas dari tiga permasalahan utama, yaitu migrasi internasional, hubungan perburuhan, dan perubahan struktur di dalam keluarga, permasalahan-permasalahan perubahan struktur di dalam keluarga memang belum seramai pembicaraan pada permasalahan kekerasaan yang dialami oleh buruh migran perempuan, tetapi permasalahan perubahan struktur keluarga pada keluarga migran perempuan ini cukup menimbulkan dampak yang serius terhadap sistem keluarga di Indonesia yang rata-rata masih menganut system patriarkhi, dimana laki-laki atau seorang suami adalah pencari nafkah utama bagi keluarga ( bread winner ). Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pola relasi gender pada keluarga buruh migran perempuan tersebut serta akan berdampak dalam berbagai aspek di dalam keluarga, salah satunya adalah aspek meningkatnya kekuasan perempuan dalam keluarga. Secara terpadu semua hal diatas menjadi penentu bagaimana kekuasaan dibagikan diantara perempuan dan laki-laki dan bagaimana perbedaan penggunaan kekuasaan yang telah dibagikan itu ( Daulay, 2001 : 01). Tentunya hal tersebut mempengaruhi pola dalam keluarga buruh migran yang rata-rata masih menganut sistem patriarkhi yang kemudian

(6)

luntur dengan adanya perempuan yang bekerja dalam ranah produktif. Hal tersebut menimbulkan suatu perubahan dalam keluarga buruh migran perempuan ini, perubahan yang terjadi ini menyangkut perubahan ( bread winner ) dalam sebuah keluarga. Dengan menjadi seorang perempuan yang sudah mampu menghasilkan kehidupan perekonomian keluarga tentunya akan menggeser posisi perempuan di dalam sebuah keluarga. Banyak peran baru yang diciptakan oleh perempuan dalam keluarga, misalnya peran sebagai kepala keluarga dalam keluarga karena perempuan sudah mempunyai kekuasaan ekonomi yang lebih dari seorang suami, akan mempengaruhi posisi perempuan dalam keluarganya karena status perempuan akan menjadi setara dengan laki-laki ketika mereka dapat menguasai perekonomian dalam keluarga. Disaat para mantan buruh migran perempuan ini menjadi penghasil perekonomian utama di keluarga tentunya posisi mereka dalam keluarga juga akan diperhitungkan, dalam arti kesetaraan akan terjadi antara suami dan istri atau bisa juga terjadi istri lebih berkuasa dibandingkan dengan suami. Oleh karena itu akan memunculkan sebuah hal yang menarik, ketika istri atau mantan buruh migran ini sudah tidak bekerja menjadi buruh migran dan tidak menghasilkan perekonomian bagi keluarganya. Dengan pengalaman kerja yang selama ini mereka miliki akan menjadikan mereka perempuan yang sudah berpengalaman dan mengenal ranah produktif yang dulunya tidak mereka kenal. Kemudian akan menjadi menarik untuk diteliti, akankah perempuan mantan buruh migran ini kembali ke ranah produktif untuk bekerja lagi atau kembali menjadi perempuan penguasa domestik dalam keluarganya, yang kemudian akan terbentuk pola-pola negosiasi yang terjalin dengan sang suami untuk menentukan hal tersebut.

(7)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana terjadinya pola negosiasi mantan buruh migran perempuan untuk kembali berpendapatan di dalam keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dapat mengetahui terjadinya pola negosisasi mantan buruh migran perempuan dengan suami dalam hal menentukan untuk kembali berpendapatan di dalam keluarga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah manfaat, diantara manfaat itu adalah :

1. Penelitian ini dapat memberikan ilmu baru dan pengetahuan baru bagi peneliti maupun orang lain.

2. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai mantan buruh migran perempuan yang berfokus pada keluarga.

3. Dapat mengetahui persoalan-persoalan setelah menjadi buruh migran perempuan di dalam keluarga.

(8)

4. Dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi calon buruh migran perempuan agar kiranya mengetahui persoalan yang dihadapi dalam keluarga ketika menjadi seorang buruh migran dan setelah menjadi buruh migran perempuan.

E. Tinjauan Pustaka

Berbicara mengenai permasalahan buruh migran perempuan di Indonesia yang berhubungan dengan keluarga tidaklah menjadi sebuah persoalan baru untuk diteliti dan dikaji. Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai relasi gender pada keluarga buruh migran perempuan tersebut. Beberapa penelitian itu diantara lain , yang pertama adalah penelitian yang berbentuk skripsi yang berjudul “ Pola Komunikasi Keluarga Buruh Migran Perempuan : Studi tentang relasi gender terhadap pola asuh anak pada keluarga buruh migran perempuan di desa Binangun, kabupaten Cilacap”. Penelitian skripsi ini dibuat oleh Endri Yulistika pada tahun 2010, mahasiswi Ilmu Komunikasi UNSOED. Dalam penelitian tentang keluarga buruh migran perempuan ini ditemui beberapa persamaan dan perbedaan antara skripsi ini dengan rencana penelitian yang akan dilakukan, yaitu : (1) obyek penelitian yang diteliti berfokus pada pola negosiasi yang terbentuk pada keluarga mantan buruh migran perempuan, pada skripsi ini lebih terfokus pada pola komunikasi pada pengasuhan anak di dalam keluarga buruh migran perempuan, sedangkan rencana penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus pada pola negosiasi yang terjadi pada keluarga mantan buruh migran dan pengaruhnya dalam kekuasaan di keluarga. (2) Didalam skripsi ini mempunyai tujuan penelitian yaitu mengetahui pola komunikasi keluarga buruh migran perempuan menyangkut tentang

(9)

pola asuh anak dan untuk mengetahui pola relasi gender dalam pengasuhan anak pada keluarga buruh migran perempuan. Sedangkan rencana penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola negosiasi dalam keluarga mantan buruh migran perempuan ini tersebut terbentuk dan bagaimana pola negosiasi tersebut dapat mempengaruhi mantan buruh migran untuk kembali berpendapatan dalam keluarga.

Penelitian yang kedua tentang buruh migran perempuan adalah “ Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan Mantan Buruh Migran : Studi tentang mantan buruh migran Kaliwedi kabupaten Cilcap “. Penelitian ini dibuat oleh Drs. Togiaratua Nainggolan, M.Si, dari pusat penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial RI, pada tahun 2006. Dalam penelitian tentang buruh migran perempuan ini berfokus pada kelangsungan hidup buruh migran setelah menjadi TKW, sedangkan rencana penelitian yang akan dilaksankan berfokus pada pola negosiasi dalam keluarga mantan TKW. Fokus penelitian sama-sama menuju pada keluarga buruh migran perempuan atau TKW. Tujuan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah mengidentifikasi kondisi sosial-ekonomi mantan tenaga kerja wanita setelah menjadi buruh migran, serta mendiskripsikan beberapa strategi kelangsungan hidup yang dilakukan oleh para mantan TKW dalam mengahadapi kesulitan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan tujuan dari permasalahan yang akan diteliti adalah dapat mengetahui terbentuknya pola negosiasi yang ada di dalam keluarga mantan buruh migran di desa Parang, kabupaten Magetan serta dapat mengetahui kesetaraan dalam hal negosiasi pada keluarga mantan buruh migran perempuan, yang kemudian dapat mempengaruhi keputusan untuk negosiasi yang dilakukan.

(10)

Dari penelitian yang sebelumnya memang sudah mengupas permasalahan yang ada pada buruh migran perempuan, terutama sistem dalam keluarga buruh migran perempuan ini. Tetapi penelitian yang akan dilakukan dengan lebih meneliti pola negosiasi mantan buruh migran dalam keluarga di desa Parang, Magetan yang difokuskan pada suami-istri. Dimana ketika masih menjadi seorang buruh migran yang bekerja dan menghasilkan perekonomian yang lebih besar daripada suami posisi perempuan sebagai istri dalam keluarga juga akan naik, perempuan mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam keluarga, bisa juga dikatakan bahwa perempuan lebih berkuasa daripada laki-laki. Dalam hal ini kemudian penelitian ini akan meneliti tentang bagaimana keadaan buruh migran setelah tidak menjadi buruh migran lagi dan tidak menghasilkan perekonomian untuk keluarga.

F. Landasan Teori

I. Teori Tindakan Sosial.

Teori tindakan sosial Weber membahas tentang sebuh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam pilihan-pilihan rasionalitas mereka. Dalam penjelasan Weber sebelum adanya sebuah tindakan sosial ada tipe-tipe ideal yang dapat dikonstruksikan menurut tingkat yang berbeda-beda. Orang dapat mengembangkan tipe ideal dalam pola-pola personalitas, hubungan sosial, kelompok atau kolektivitas yang lebih besar. Tipe ideal yang dibentuk memungkinkan untuk mengabaikan sebuah karakteristik yang unik dari suatu gejala sosial, dan memusatkan perhatiannya pada karakteristik yang khas. Dengan hal tersebut kemudian Weber dapat mempelajari

(11)

satuan-satuan sosialyang lebih besar, yang didasarkan pada tindakan-tindakan yang khas dari individu dalam situasi yang khas pula (Johnson, 1994;219). Weber menjelaskan bahwa tindakan-tindakan sosial yang berbeda karena disebabkan oleh suatu konsep rasionalitas terhadap analisa obyektif terhadap arti-arti subyektif. Asumsi yang biasanya mendasari adalah bahwa pendekatan “obyektif” hanya berhubungan dengan gejala yang dapat diamati (benda fisik atau perilaku nyata), sedangkan pendekatan subyektif berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang sukar ditangkap dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikirannya, dan motif-motifnya. Tindakan-tindakan sosial Weber adalah acuan dari tindakan rasionalitas, dimana tindakan tersebut adalah tindaka yang berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan (Johnson,1994;220). Tipe-tipe tindakan sosial menurut Weber terbagi dalam empat macam tindakan, yang pertama adalah rasionalitas instrumental, rasonalitas yang berorientasi pada nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif.

Rasionalitas instrumental adalah sebuah tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu, dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki bermacam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan. Kemudian individu tersebut menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi. Hal tersebut mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan serta hambatan atau resiko yang akan terjadi dari tindakan yang dipilihnya tersebut. Rasionalitas yang berorientasi pada nilai adalah tindakan kedua

(12)

yang disebutkan Weber, dalam hal ini Weber membahas tentang orientasi nilai, pengertiannya adalah alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai itu akan bersifat nonrasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Nilai-nilai yng terdapat dalam sistem ini sudah ada dan sudah mengikat, tindakan religius mungkin merupakan bentuk dasar dari rasionalitas yang berorientasi pada nilai ini. Yang ketiga yang dimaksud Weber dalam tindakan sosialnya adalah tindakan tradisional. Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Misalnya jika seseorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Tindakan ini lebih ke tindakan yang dilakukan karena sudah turun temurun dari nenek moyang, tindakan ini tidak bisa disalahkan karena sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan. Keempat adalah tindakan afektif tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seperti seseorang yang sedang marah, senang, jatuh cinta, atau gembira akan melakukan suatu tindakan yang spontan dan tindakan tersebut tergolong dalam tindakan nonrasional, karena kurang mempertimbangkan logika, ideologi atau kriteria rasionalitas lainnya. Dalam semua tindakan yang ada pada tindakan sosial Weber ini merupakan sebuah pola perilaku khusus yang mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Tindakan sosial ini dapat dimengerti

(13)

hanya menurut arti subyektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu ( Johnson, 1994;222).

Dalam pola negosiasi yang ada pada mantan buruh migran perempuan untuk kembali berpendapatan dalam keluarga yang disini adalah sebuah ranah untuk mencari uang atau hal yang menghasilkan bagi keluarga, teori tindakan sosial Weber dapat menjelaskan bahwa pola-pola negosiasi yang dilakukan dan dipilih oleh mantan buruh migran perempuan adalah sebuah bagian dari tindakan-tindakan sosial. Pilihan-pilihan yang dipilih manan buruh migran yang kemudian menjadi sebuah pola negosiasi jug tegolong dalam pilihan rasional atau nonrasional. Pola negosiasi yang dilakukan mantan buruh migran perempuan ini juga mempunyai sebuah tujuan, tujuan yang ingin dicapai adalah bisa kembalinya bekerja mencari uang tambahan untuk keluarga. Masing-masing pola kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan teori tindakan sosial yang ada pada tindakan-tindakan sosialnya Weber.

G. Metode Penelitian

1. Obyek Penelitian dan Unit Analisis

Dalam penjelesan di latar belakang masalah, bahwa penelitian tentang mantan buruh migran perempuan berfokus pada pola negosiasi mantan buruh migran

(14)

perempuan di Desa Parang, Kabupaten Magetan. Di dalam permasalahan ini aktor-aktor yang terlibat adalah suami dan istri, dengan berfokus pada keluarga mantan buruh migran perempuan. Diharapkan obyek penelitian tersebut dapat menjelaskan sifat-sifat dan karakteristik obyek penelitian, dengan demikian dapat mempermudah dalam proses memahami permasalahan pola negosiasi mantan buruh migran perempuan dalam keluarga di Desa Parang, Magetan.

Unit analisis menjadi salah satu komponen yang penting bagi penelitian selain pertanyaan penelitian, proposisi, logika yang mengaitkan data dengan proposisi, dan kriteria untuk menginterpretasi temuan penelitian. Dalam penelitian ini, studi kasus terhadap permasalahan keluarga mantan buruh migran perempuan menjadi kasus yang akan dikaji dan kelompok tersebut menjadi unit analisis primernya. Melalui tinjauan pustaka terkait dengan penelitian tentang kasus buruh migran perempuan sebelumnya, menjadi acuan untuk penetapan kasus dan unit analisis karena rencana penelitian harus sejalan dengan apa yang dikaji oleh peneliti sebelumnya dan harus jelas perbedaannya secara jelas.

2. Metode Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif

(15)

fokus pada perhatian prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan sosial (Melia, 2008:78). Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik lisan maupun tertulis dari informan-informan yang menjadi obyek penelitian. Pendekatan kualitatif mengarah pada latar dan individu obyek penelitian secara holistic (utuh) (Moleong,1999:3). Penelitian kualitatif mempunyai ciri dengan melihat latar alamiah sebagai keutuhan, manusia sebagai alat penelitian, menggunakan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, dengan sifat yang deskriptif, mementingkan proses daripada hasil penelitian, batasan antara studi dengan fokus, memiliki kriteria khusus untuk memeriksa keabsahan data penelitian, rancangan penelitian bersifat sementara, serta hasil penelitian disepakati dan dirundingkan bersama yaitu peneliti dan subyek penelitian tersebut.

Penelitian tentang pola negosiasi mantan buruh migran perempuan dalam keluarga ini memungkinkan untuk dikaji dengan menggunakan metode kualitatif karena salah satu ciri dari penelitian kualitatif adalah lebih menekankan pada unsur subjektif dari peneliti agar lebih jelas menggambarkan dan mendiskripsikan objek penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus , studi kasus merupakan pendekatan penelitian terhadap kasus yang dilakukan secara intensif dan mendalam dalam lingkungan sosial tertentu (Narbuko, 2003:16). Sesuai dengan fokus penelitian dan rumusan masalah yang ada dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi kasus sebagai alat analisis. Diamana secara umum studi

(16)

kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan dalam rumusan masalah berkenaan dengan “ How” atau “ Why”, apabila penelitian hanya memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan jika fokus penelitian yang dilakukan berkaitan dengan fenomena kontemporer ( masa kini), dalam konteks kehidupan yang nyata. ( Yin, 2000 : 01 ).

Penelitian studi kasus lebih memusatkan perhatian pada aspek pendesainan dan penyelenggaraan agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik tradisional tertentu terhadap metode penelitian. Pendekatan studi kasus juga akan berusaha menelaah satu kasus secara mendalam, detail, komprehensif, dan intensif. Dalam hal ini kemudian peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang pola negosiasi mantan buruh migran perempuan dalam keluarga, dengan menggunakan pertanyaan dasar bagaimana (how). Berpatokan dengan menggunakan pertanyaan tersebut diharapkan mampu mengupas dan memperoleh hasil penelitian yang maksimal, serta memberikan manfaat dan solusi dari permasalahan yang ada.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif tehnik pengumpulan data menggunakan beberapa cara atau metode yang dilakukan di lapangan agar memperoleh data penelitian yang diinginkan. Tehnik yang dipakai dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber data primer dan sekunder. Sumber data tersebut dapat dihasilkan dari beberapa cara dibawah ini antara lain :

(17)

a. Wawancara mendalam ( Indept Interview )

Metode wawancara mendalam digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian dari wawancara langsung kepada informan yang disini sebagai objek penelitian. Wawancara mendalam ini bertujuan untuk menerapkan pendekatan yang lebih interaksi dan intensif antara peneliti dengan informan guna memperoleh data primer. Lebih lanjut hasil wawancara kemudian akan diolah dengan hasil observasi atau data sekunder lainnya supaya lebih valid dan mendapatkan hasil yang maksimal.

b. Observasi

Tehnik observasi digunakan sebagai langkah awal untuk memulai sebuah penelitian, dengan melakukan pendalaman mengetahui kondisi lokasi penelitian berfungsi untuk menguatkan data primer. Observasi dapat dilakukan dengan pengamatan, ataupun melakukan interaksi dengan masyarakat secara singkat. Dalam penelitian ini observasi dapat dilakukan di lingkungan Desa Parang, Magetan dengan mengambil contoh di beberapa dusun di Desa Parang, Magetan yang paling tinggi jumlah penghasil buruh migran perempuan dari angka 1 sampai dengan 3. Observasi di lakukan hanya sebatas mengamati, mencatat hal-hal yang penting yang ditemui dan mendokumentasikan setiap peristiwa yang ditemui yang berkaitan dengan permasalahan mantan buruh migran perempuan.

(18)

Dalam penelitian peneliti juga harus melihat keadaan lokasi penelitian, dengan melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan penelitian dapat didokumentasikan dengan menggunakan camera, rekaman suara, rekaman video, sehingga dapat menghasilkan foto serta rekaman suara yang dapat digunakan untuk mendukung hasil penelitian.

d. Studi Pustaka

Data primer juga dapat diperoleh dari studi pustaka dengan data-data yang bersifat literatur seperti jurnal, buku, atau sumber bacaan dari website.

4. Sumber Informan.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal dibutuhkan informan yang menjawab rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan informan ini juga dijadikan sebagai objek penelitian, kualitas hasil penelitian yang baik atau tidak juga ditentukan oleh informan yang ada. Oleh karena itu informan ini harus sesuai dan tepat seperti apa yang dituju dalam rumusan masalah yang ada di penelitian. Dari permasalahan pola negosiasi mantan buruh migran perempuan dalam keluarga yang ada di Desa Parang, Magetan ini dapat ditentukan pihak-pihak yang dijadikan informan sebagai berikut :

a. Perempuan migran (istri) yang sudah tidak menjadi buruh migran perempuan di Desa Parang, Magetan sebagai informan utama atau primer. Sumber utama penelitian ini selain suami adalah istri atau perempuan sudah tidak

(19)

menjadi buruh migran tersebut. Karena yang akan detiliti dari pola negosiasi mantan buruh migran dalam keluarga adalah kedudukan mantan buruh migran perempuan tersebut setelah tidak menjadi buruh migran lagi.

b. Keluarga mantan buruh migran perempuan yang ada di Desa Parang, Magetan diantaranya adalah suami mantan buruh migran sebagai informan tambahan. Karena obyek penelitian utama pada keluarga mantan buruh migran salah satunya adalah suami dari mantan buruh migran. Dengan mendapatkan informasi dari suami mantan buruh migran perempuan ini maka penelitian akan mendapatkan hasil penelitian yang lengkap.

c. Keluarga luas mantan buruh migran perempuan ( misalnya nenek, kakek, kakak, adik), sebagai informan tambahan atau sekunder. Keluarga hanya menjadi pendukung data dari hasil penelitian, karena dalam hal ini keluarga mantan buruh migran perempuan juga menjadi salah satu dampak dari pola negosiasi mantan buruh migran perempuan yang terjadi dalam keluarga. d. Tokoh masyarakat yang berada di lingkungan keluarga mantan buruh migran

tersebut sebagai informan pembantu. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan memandang tentang permasalahan kedudukan perempuan dalam keluarga yang terjadi pada keluarga mantan buruh migran perempuan.

e. LSM yang terkait dengan isu-isu perempuan sebagai informan pembantu. Mengetahui informasi tentang bagaimana LSM memaknai terjadinya pola negosiasi mantan buruh migran dalam keluarga serta mengetahui kasus-kasus yang ditangani berkaitan dengan permasalahan yang sama.

(20)

f. Badan Perlindungan Perempuan di Kabupaten Magetan sebagai informan pembantu. Mengetahui informasi bagaimana badan perlindungan perempuan memaknai terjadinya fenomena perubahan kedudukan perempuan akibat dari meningkatnya produksi perempuan di sektor produktif, serta mengetahui kasus-kasus yang ditangani oleh badan perlindungan perempuan tentang permasalahan yang sama.

5. Tehnik Analisis Data

Proses analisis data adalah proses penyederhanaan data sehingga data yang diperoleh dapat dibaca dengan diinterpretasikan secara lebih mudah , efektif, dan efisien. Analisis data kualitatif dikatakan sebagai model alir yang mengikuti keseluruhan proses penelitian dari tahapan awal hingga akhir penelitian untuk kemudian dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti. Proses analisis data kualitatif berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Analisis data mencakup reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi ( Salim,2006:22-24).

a. Reduksi data ( data reduction )

Proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul ketika melakukan penelitian di lapangan. Data yang tidak sesuai dengan penelitian akan dihilangkan dan data yang mendukung penelitian akan dipertahankan untuk

(21)

memperkuat hasil penelitian. Proses pemilahaan data tersebut dilakukan di dalam data primer ataupun sekunder.

b. Penyajian data ( data display )

Diskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu pengumpulan data dan reduksi data kemudian diakhiri dengan membuat bagan-bagan atau tabel-tabel yang memudahkan pembacaan data hasil observasi,wawancara maupun studi pustaka.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data ( conclusion drawing and verivication )

Selama pengumpulan data, peneliti mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi di lapangan , mancari pola penjelasan dan konfigurasi yang ada, mencari alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian berlangsung setiap kesimpulan yang ditentukan akan terus menerus diverifikasi hingga diperoleh data yang benar-benar valid.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, penulis mencoba merancang suatu sistem kontrol traffic light otomatis yang bisa mendeteksi panjangnya antrian kendaraan dan bisa mendeteksi jika

Penggunaan Berlebihan (paling dominan dan berpengaruh) pada pelaksanaan proyek dermaga di Sulawesi Utara, aspek Perubahan Lingkungan yang Tak Terduga, aspek

Oszlács Enikő a budapesti Baár-Madas Református Gimnázium növendéke, tanára: Marton Ágota Czakó Emese a budapesti Budai Ciszterci Szent Imre Gimnázium növendéke, tanára:

articulatum merupakanjenis tumbuhan parasit yang memiliki preferensi jenis inang yang sangat rendah, karena jenis tersebut hanya didapati memarasiti jenis benalu yang lain. Dengan

Harun Alrasyid Dama- nik, SpPD, SpGK, menjadi internis Sumatera Utara yang paling sibuk dengan diadakannya Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)

Matematika merupakan ilmu yang universal, mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Kata ganti persona kedua adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada lawan bicara. Dengan kata lain, bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk

Kawasan padat penduduk Kelurahan Naikoten I, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang setiap terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi selalu terjadi banjir/genangan air. Hal