62
Self-Regulation Learning:Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani
Dian Budaiana1
FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak
Tujuan filisofis dari pembelajaran pendidikan jasmani adalah memperkem-bangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan
norma-norma sosial dan kesehatan. Penggunaan pendekatan self reglated learning
dalam pembelajaran pendidikan jasmani dipandang sangat penting terutama karena self-regulated learning merupakan fondasi proses belajar sepanjang hayat yang membelajarkan siswa untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kata Kunci: Self regulated learning, kompetensi, pendidikan jasmani
PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan norma-norma sosial dan kesehatan. Barrow (1983) menyebutnya Physically-Educated Person. Penerapan model pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik untuk lebih mandiri, bertanggung jawab, dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting sebab selama ini model pembelajaran masih relatif bersifat teknis. Metode pembelajaran masih lekat dengan warna behavior-ristik, peserta didik sering diperlakukan seperti sebuah benda pasif yang proses hidupnya tergantung pada elemen-elemen di luar dirinya. Pengembangan materi ajar yang digunakan dalam buku ajar yang ada selama ini lebih terkonsentrasi pada pengembangan aspek psikomotorik, sementara aspek kognitif dan afektif masih terabaikan.
Selain itu, interaksi dalam proses belajar mangajar kerapkali bersifat monolog, guru masih lebih banyak berperan sebagai perekayasa tingkah laku peserta didik, proses pembelajaran lebih berpusat pada guru, peserta didik lebih banyak dituntut untuk menyesuaikan semua aktivitasnya dengan lingkungan
*Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian Hibah Bersaing DIKTI tahun 2008-2010.
*Penulis adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan Olahraga (Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi) Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia. Jln. Dr. Setiabudhi 229. Bandung. Mobile. 081395402906. E-mail: a_deanz@yahoo.com
63
belajar yang ada, peserta didik lebih banyak melaksanakan aktivitas jasmani sesuai dengan instruksi guru, masih kurang diberi kesempatan untuk mengem-bangkan kemandirian, tanggung jawab, dan motivasi dirinya. Dengan begitu peserta didik menjadi pasif, aktivitas perilakunya lebih banyak diarahkan oleh guru dalam lingkungan yang terbatas. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia. Berkenaan dengan hal tersebut, model pembelajaran yang dikembangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembel-ajaran regulasi diri sangat penting diadakan, terutama karena membimbing peserta didik untuk belajar lebih mandiri, bertanggung jawab, dan termotivasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkannya, juga dapat mendorong peserta didik dan guru lebih kreatif dan inovatif dalam memodifikasi alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan ketersediaan di lingkungan sekitar.
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Pendekatan Self Regulated Learning
Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupa-kan sebuah strategi belajar atau berlatih yang dikembangmerupa-kan dari teori triadik kognisi sosial dari Bandura (Zimmerman dan Martinez-Pons, 1990). Menurut teori triadik kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interdependen dari aspek-aspek yang meliputi perilaku, pribadi, dan lingkungan (Bandura, 1997). Gelombang SRL berkembang dengan menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan bukan pada pengajaran. Winne (1997) menjelas-kan bahwa topik-topik yang dikaji dalam SRL meliputi strategi kognitif, belajar cara belajar, dan belajar sepanjang hayat (life long education). Istilah SRL mulai popular sejak tahun 1980-an dengan penekanan pada pentingya otonomi dan tanggung jawab pribadi bagi kegiatan belajarnya.
Menurut Bandura (dalam Zimmerman, 1989) terdapat tiga aspek deter-minan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku, dan lingkungan. Jadi, SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga aspek perilaku dan lingkungan. Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a) individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan (c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (Bandura dalam Zimmerman, 1989). Dalam proses tersebut masing-masing aspek determinan saling berpengaruh satu sama lain.
Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai tingkatan dimana partisipan (siswa atau atlet) secara aktif melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek meta-kognisi dalam SRL mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur
64
pemilihan dan penggunaan berbagai jenis pengetahuan (Zimmerman, 1989). Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen harapan (an expectancy component), yakni keyakinan siswa atau atlet mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya minat terhadap suatu tugas, (3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang muncul dalam interaksinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar atau berla-tihnya (Pintrich & DeGroot, 1990). Zimmerman (dalam Bumert, dkk, 2002) selanjutnya menjelaskan bahwa siswa atau atlet yang melaksanakan SRL memi-liki efikasi diri dan motivasi intrinsik yang tinggi, siswa atau atlet yang melaksa-nakan pengelolaan diri dalam belajar secara aktif menciptakan lingkungan, kondisi sosial, dan materi belajar untuk mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Definisi yang hampir sama dengan definisi di atas diungkapkan oleh Schiefele dan Pekrun (dalam Baumert, dkk, 2002) yang mendefinisikan SRL sebagai bentuk belajar individual dengan bergantung pada motivasi belajar mereka, secara otonomi mengembangkan pengukuran (kognisi, metakognisi dan perilaku) dan memonitor kemajuan belajarnya. McCombs dan Morzano (dalam Paris dan Winograd, 2002) secara rinci mendeskripsikan konsep SRL sebagai berikut:
Individu yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya. Mereka mendefinisikan tujuan dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, mengembangkan standar tingkat kesempurnaan dalam pencapaian tujuan, dan mengevaluasi cara yang paling baik untuk mencapai tujuannya. Mereka memiliki jalan alternatif atau strategi untuk mencapai tujuan dan beberapa strategi untuk mengkoreksi kesalahannya dan mengarahkan kembali dirinya ketika perencanaan yang dibuatnya tidak berjalan. Mereka mengetahui kelebihan dan keku-rangannya dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkannya secara produktif dan konstruktif. Siswa yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar juga mampu membentuk dan mengelola perubahan.
Deskripsi McCombs dan Morzano di atas secara singkat dapat diringkas sesuai dengan penjelasan Pudie, Hattie dan Douglas (1996) yang menyatakan bahwa konsep SRL memfokuskan perhatiannya pada ”kenapa” dan ”bagaimana” siswa atau atlet mengawali dan mengontrol kegiatan belajar atau berlatihnya. Istilah ”bagaimana” dalam SRL mengacu pada bagaimana siswa atau atlet meng-gunakan strategi untuk melaksanakan tugas-tugas belajar atau latihan yang harus dilakukannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa SRL merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan aspek meta-kognisi, motivasi dan perilaku. Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan
65
kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakan-nya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Siswa atau atlet yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajanya akan dapat dicapai.
Model Struktur Faktor SRL
Seperti telah disebutkan SRL adalah sebuah strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi triadik resiprokalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa SRL dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan lingkungan. Setiap faktor menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena itu disebut dengan triadic reciprocality theory (Zimmerman, 1989; Kuiper, 2002; Schunk & Ertmer, 1999).
SRL merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman, 1989; Purdie, Hattie dan Douglas, Zimmerman dalam Elliot, 1999; Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Smith, 2001; Schiefele dan Pekrun dalam Baumert, dkk, 2002; McCombs dan Morzano dalam Paris dan Winograd, 2002). Keterlibatan aspek metakognisi ter-jadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengerahan perilaku untuk mencapai tujuan kegiatan belajar, sedangkan aspek perilaku dalam SRL berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Atlet atau siswa yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena mereka menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajar atau berlatih akan dapat dicapai.
Sebagai sebuah strategi belajar, SRL merupakan rencana tindakan yang menggambarkan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan diarahkan pada orientasi sasaran belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan menentukan proses berfikir atau cara-cara siswa atau atlet menginterpretasi dan merespon achievement situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan keterampilan (Brett & VandeWalle, 1999; Barron & Harackiewecz, 2001).
66
Sesuai dengan hasil penelitian Kermarrec, dkk. (2004) dan hasil penelitian Hidayat, dkk. (2008, 2009), ada tiga komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning strategi), strategi pengelolaan (management strategi), dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa atau atlet memilih dan mempro-ses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa atau atlet secara mental mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan infor-masi. Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang digunakan oleh siswa atau atlet untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau latihan. Selanjutnya, ketiga komponen SRL dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu 7 sub komponen strategi belajar, 7 strategi pengelolaan, dan 4 pengetahuan tentang belajar, setiap komponen dan sub komponen berkaitan satu sama lain.
Tabel 1. Komponen, Sub Komponen Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani dan olahraga
Variabel Komponen Sub Komponen dan Unit Analisis
Regulasi Diri Dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan olahraga
1. Strategi
Belajar
1.1. Menetapkan tujuan
1.2. Mendengarkan instruksi;
1.3. Berfikir dan menemukan pemahaman;
1.4. Melihat dan meniru;
1.5. Memvisualisasikan;
1.6. Memfokuskan perhatian;
1.7. Mengulang dan melatih
2. Strategi
Pengelolaan
2.1. Mengelola perhatian;
2.2. Mencari bantuan;
2.3. Mengelola tugas dan menyesuaikan
tingkat kesulitan;
2.4. Mengelola waktu;
2.5. Mengurangi interaksi teman sebaya;
2.6. Mengelola motivasi;
2.7. Melakukan evaluasi diri
3. Pengetahuan
Tentang Belajar
3.1. Pengetahuan tentang diri;
3.2. Pengetahuan tentang strategi;
3.3. Pengetahuan tentang situasi
3.4. Pengetahuan tentang orang lain
Selanjutnya semua komponen dan sub komponen tersebut dikatego -risasikan kedalam tiga jenis model regulasi diri dalam pendidikan jasmani dan olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan repeating),
67
(2) model penggunaan informasi verbal (using verbal infor-mation), dan (3) model informasi nonverbal (nonverbal information). Tabel di bawah ini menya-jikan model regulasi diri dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan olahraga. Tabel 2. Model Regulasi Diri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Komponen Regulasi Diri Indikator Regulasi diri Jenis Model Regulasi Diri
1. Strategi Belajar a. Menetapkan tujuan Menggunakan informasi verbal
b. Mendengarkan instruksi Menggunakan informasi verval
c. Berpikir dan menemukan
pemahaman
Menggunakan informasi verval
d. Melihat dan meniru Membuat asosiasi dengan informasi
non verbal
e. Membayangkan Membuat asosiasi dengan informasi
non verbal
f. Memfokuskan perhatian Latihan dan mengulang
g. Mengulang dan melatih Latihan dan mengulang
2. Strategi
Pengelolaan
a. Mengelola perhatian Membuat asosiasi dengan informasi
non verbal
b. Mencari bantuan Menggunakan informasi verbal
c. Mengelola tugas dan menye
suaikan tingkat kesulitan
Menggunakan informasi verbal
d. Mengelola waktu Menggunakan informasi verbal
e. Menguragi interaksi teman
sebaya
Menggunakan informasi verbal
f. Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal
g. Melakukan evaluasi diri Membuat asosiasi dengan informasi
non verbal
3. Pengetahuan
tentang belajar
a. Pengetahuan tentang diri Membuat asosiasi dengan informasi
non verbal
b. Pengetahuan tentang strategi Menggunakan informasi verbal
c. Pengetahuan tentang situasi Latihan dan mengulang
d. Pengetahuan tentang orang
lain
Menggunakan informasi verbal
Pentahapan Model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berdasar-kan Pendekatan Self-Regulated Learning
Berdasarkan hasil penelitiannya, Hidayat dkk. (2009) telah mengembang-kan struktur atau pentahapan pembelajaran pendidimengembang-kan jasmani berdasarmengembang-kan menerapkan pendekatan Self-Regulated Learning. Struktur model yang dimaksud disajikan sebagai berikut:
68
Tabel 3. Pentahapan Model Pembelejaran Pendidikan Jasmani dan Contoh Unit Analisis Berdasarkan Pendekatan SRL
Tahapan
Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri
1. Bagian
Pendahuluan
1.1. Menyampaikan informasi 1.1.1. Mendengarkan instruksi
1.1.2. Berpikir dan menemukan
pemahaman
Menggunakan informasi verval
Saya mendengarkan penjelasan guru tentang materi dan tujuan pembelajaran
Menggunakan informasi verval
Saya memikirkan instruksi guru untuk menemukan pemahaman
Saya melakukan analisis tentang cara menggiring bola dan lempar tangkap bola
1.2. Memusatkan perhatian
siswa pada materi
1.2.1. Mengelola perhatian Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Saya sedang mencoba untuk lebih memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang akan pelajari
1.3. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
1.3.1. Menetapkan tujuan (merasa
terlibat dalam menetapkan tujuan pembelajaran
Menggunakan informasi verval
Saya merumuskan tujuan belajar saya sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan guru.
2. Bagian Inti 2.1. Penyajian materi
(penjelasan, peragaan atau modeling)
2.1.1. Melihat dan meniru
2.1.2. Membayangkan
2.1.3. Memfokuskan perhatian
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya melihat peragaan yang dilakukan guru Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya melihat diri sandiri sedang menendang bola Latihan dan mengulang
Saya sedang berpikir hanya kepada bola
Saya sedang memfokuskan perhatian saya pada gerakan menandang bola
69
Tahapan
Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri
2.2. Melakukan aktivitas
pembelajaran
2.2.1. Melihat dan meniru
2.2.2. Membayangkan
2.2.3. Memfokuskan perhatian
2.2.4. Mengulang dan melatih
2.2.5. Mencari bantuan
2.2.6. Mengelola tugas dan
menyesuaikan tingkat kesulitan
2.2.7. Mengelola waktu
2.2.8. Menguragi interaksi teman
sebaya
2.2.9. Mengelola motivasi
2.2.10. Melakukan evaluasi diri
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya melihat siswa lain yang melakukan gerakan Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Sebelum melakukan saya melihat diri sandiri sedang menggiring bola
Saya membayangkan gerakan menggiring bola yang dilakukan oleh teman saya
Latihan dan mengulang
Saya sedang memfokuskan perhatian saya pada gerakan menggiring bola yang dilakukan oleh teman saya
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya mengulang beberapa kali gerakan menggiring bola Menggunakan informasi verbal
Saya meminta kepada guru dan untuk membantu saya melakukan gerakan sambil menunggu giliran
Menggunakan informasi verbal
Saya memilih menggiring bola dengan tangan kanan sebab lebih mudah
Menggunakan informasi verbal
Saya mencoba untuk lebih tenang ketika melakukan gerakan menggiring bola
Menggunakan informasi verbal
Saya mengurangi bercanda dengan siswa lain agar bisa berhasil
Menggunakan informasi verbal
Saya bicara pada diri sendiri bahwa saya harus berhasil melakukan gerakan menggiring bola
Menggunakan informasi verbal
Saya mencoba memikirkan apa saya sudah berhasil
melakukan gerakan menggiring bola dengan gerakan yang
70
Tahapan
Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri
2.3. Melakukan koreksi
individual dan klasikal
2.3.1. Memfokuskan perhatian
2.3.2. Melakukan evaluasi diri
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya mencoba lebih memperhatikan koreksi yang diberikan oleh guru
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya mencoba memikirkan apa saya sudah berhasil melakukan gerakan menggiring bola dengan gerakan yang benar 3. Bagian Penutup 3.1. Merumuskan kesimpulan dan menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya 3.1.1. Mendengarkan instruksi/penjelasan 3.1.2. Memfokuskan perhatian
Menggunakan informasi verval
Saya bertanya kepada guru tentang bagian gerakan menggiring bola yang belum saya kuasai
Membuat asosiasi dengan informasi non verbal Saya mencoba lebih memperhatikan kesimpulan yang yang diberikan oleh guru
3.2. Evaluasi klasikal 3.2.1. Memfokuskan perhatian Membuat asosiasi dengan informasi non verbal
Saya akan menjawab jika guru bertanya kepada saya
3.3. Penenangan dan
rileksasi
3.1.3. Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal
Saya bicara pada diri untuk bisa lebih tenang agar bisa melakukan gerakan dengan lebih benar
3.4. Pemberian
penghargaan
3.1.4. Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal
Saya bicara pada diri sendiri bahwa saya harus lebih berhasil melakukan gerakan menggiring bola dengan benar agar mendapatkan penghargaan
71
Untuk komponen pengetahuan belajar dan su-sub komponennya dapat diterapkan pada setiap tahapan proses pembelajaran:
Komponen SRL Sub Komponen SRL
Pengetahuan tentang Belajar
1. Pengetahuan tentang diri
Saya tahu sekarang bahwa saya tertarik dengan teknik menggiring bola
2. Pengetahuan tentang strategi
Ketika dirumah saya ingat apa yang saya lupa dan saat itulah saya mencoba gerakannya dan saya berhasil melakukannya
3. Pengetahuan tentang situasi
Saya tahu bahwa jika waktu yang dibutuhkan untuk menguasai gerakan menggiring bola lebih lama, maka gerakan tersebut lebih sulit
4. Pengetahuan tentang orang lain
Saya tahu bahwa guru atau siswa lain dapat membantu saya melakukan gerakan menggiring bola
Selanjutnya, setelah melakukan eksperimen terhadap 120 orang siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Cisitu I dan II, Hidayat, Budiana, dan Budiman (2010) menemukan bahwa (1) model pendekatan SRL dan Konven-sional memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa, (2) model pendekatan SRL memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan signifikan terhadap pening-katan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa dibandingkan dengan model pendekatan konvensional, (3) kemampuan analisis dan keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL lebih tinggi dan signifikan daripada siswa puteri, sementara pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional tidak ada perbedaan pada kemampuan analisis dan siswa putera memiliki kete-rampilan gerak yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa puteri, (4) tidak ada perbedaan motivasi olahraga yang signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri baik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL maupun konvensional. Hasil penelitian pada tahun ketiga ini menguatkan bukti bahwa model pendekatan pembelajaran SRL dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh guru Penjas.
PENUTUP
Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupa-kan sebuah strategi belajar atau berlatih yang dikembangmerupa-kan dari teori triadik
72
kognisi sosial dari Bandura. Ada tiga aspek penting yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek individu, perilaku, dan lingkungan. Keterlibatan ketiga aspek ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan berdam-pak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya. Siswa yang mela-kukan SRL akan melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku selama proses belajarnya.
Model pendekatan SRL bisa menjadi salah satu model alternatif yang dapat digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan proses pembelajaran. Aplikasinya harus mempertimbangkan tiga komponen penting dalam SRL, yaitu strategi belajar, strategi pengelolaan, dan pengetahuan tentang belajar. Ketiga komponen strategi tersebut dielaborasi kedalam 18 sub -komponen, yaitu menetapkan tujuan, mendengarkan instruksi berpikir dan mene-mukan pemahaman, melihat dan meniru, membayangkan, memfokuskan perha-tian, mengulang dan melatih, mengelola perhaperha-tian, mencari bantuan, mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat, kesulitan mengelola waktu, menguragi interaksi teman sebaya, mengelola motivasi, melakukan evaluasi diri, pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang strategi, pengetahuan tentang situasi, dan pengetahuan tentang orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.
Barrow, M.H. (1983). Man and movement principles of physical education. physical education---its philosophic bases. Philadelphia: Lea & Febiger. Barron, K.E., & Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal
motivation: Testing multiple goal models. Journal of Personality and Social Psychology, 80 (5), 706-722.
Brett, J.F. & VandeWalle, D.(1999). Goal orientation and goal content as predict-tors of performance in a training program. Journal of Applied Psychology, 84 (6), 863-873.
Griffin, L.L. Mitchell, S.A., & Oslin, J.L. (1997). Teaching sport concept and skills: a tactical games approach. Illionois: Champaign.
Joyce, B. Dan Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kermarrec, G., Todorovich, J.R., & Fleming, D.S. (2004). An investigation of the self-regulation componens student employ in physical education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2), 142.
Kirk, D. & McPhail, A. (2002). Teaching games for understanding and situated learning: Rethinking the Bunker-Thorpe Model. Journal of Teaching in Physical Education, 21 (2).
73
Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in Nursing, 33 (2), 78-92.
Nisbet, J., d& Shucksmih, J. (1986). Learning strategies. London, Uk: Routledge & Kegan Paul.
Oslin, J.L. (1996). Tactical approach to teaching games. JOPERD, 67 (1).
Schunk, D.H. & Ertmer, P.A.(1999). Self regulatory process during computer skill acquisition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educa-tional Psychology, 91 (2), 251-260.
Singer, R.N. & Dick, W. (1980). Teaching physical education: Asystem approach. Boston: Houghton Miffin Company.
Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues in Accounting Education, 16 (4), 663-689.
Zimmerman, BJ. (1989). Social cognitive views of self regulated academic learning. Journal of Educational Psychology, 81 (3), 329-339.
Zimmerman, BJ. (1990). Self-regulated learning and academic performance: an overview. Educational Psychologist, 25 (1), 3-17.
Zimmerman, B.J & Kitsantas, A. (1996). Self-regulated learning of a motoric skill: the role of goal setting and self-monitoring. Journal of Applied Sport Psychology, (8), 60-75.
Zimmerman, B.J a& Kitsantas, A. (1997). Developmental phases in self-reglation: shifting from process to outcome goals. Journal of Educational Psychology, 89 (1), 29-36.
Korespondensi untuk artikel ini dapat dialamatkan ke Sekretariat Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI. Jln. Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung. Phone: (022) 70902870 / (022) 70902867; 081321994631; 081395402906. E-mail: Jurnal_por2009@yahoo.com atau ke Dian Budiana, M.Pd., Mobile. 081395402906. E-mail: a_deanz@yahoo.com
Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia ISSN: ISSN: 2085-6180