• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Saluran Akar Gigi Sulung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perawatan Saluran Akar Gigi Sulung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perawatan Saluran Akar gigi sulung

I. PENDAHULUAN

Penyakit pulpa pada gigi anak bermacam-macam seperti resorbsi akar patologik yang dibagi menjadi resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar patologik eksterna serta pulpitis yang dibagi menjadi pulpitis irreversible dan pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa gigi anak biasanya ditemukan akar yang teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag sebagai odontoklas sehingga akan meresorbsi sementum, permukaan akar, dan dentin akar. Resorbsi interna terjadi pada gigi vital sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan peradangan yang meluas dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya. Resorbsi akar juga bisa dikarenakan pemakaian orthodonti, inflamasi, sistemik, dan idiopatik. Perforasi pada pulpa yang menyebabkan terjadinya penyakit pulpa dapat disebabkan karena adanya karies yang terlalu dalam dan trauma mekanis pada saat preparasi cavitas.

Perawatan penyakit pulpa pada anak bisa dengan pulpa capping, pulpotomi, pulpektomi, dan apeksogenesis tergantung penyakit dan tingkat keparahan penyakit pulpa yang dialami pasien. Masing-masing perawatan pulpa pada gigi anak memiliki indikasi, kontraindikasi dan cara yang berbeda-beda. Perawatan saluran akar tadi bertujuan untuk mempertahankan gigi walaupun dalam keadaan non vital, menghilangkan bakteri dari saluran akar, menjaga fungsi bicara, dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.

II. RUMUSAN MASALAH

Dalam scenario, permasalahan utama yang akan dilakukan pembahasan adalah : 1. Sakit gigi pada rahang bawah kanan

2. Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3

teresorbsi

3. Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan

pemeriksaan rontgen akar masih terbuka lebar

4. Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan

(2)

5. Perawatan untuk gigi 85, 46, dan 84

Permasalahan utama tersebut akan dibahas menjadi beberapa pertanyaan, antara lain : 1. Macam penyakit pulpa pada gigi anak

2. Tujuan dilakukan saluran perawatan akar

3. Jenis-jenis perawatan pulpa pada gigi anak

4. Pulpotomi

a. Pengertian

b. Indikasi

c. Kontraindikasi

d. Bahan pengisi yang digunakan

e. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose pulpotomi

5. Apeksogenesis

a. Pengertian

b. Indikasi

c. Kontraindikasi

6. Penyebab akar resorbsi

7. Mengapa gigi 85 akar gigi sudah teresorbsi 2/3 akar?

8. Perbedaan perawatan pada gigi decidui dan gigi permanen muda

9. Perbedaan gigi vital dan non vital

10. Factor yang menyebabkan terjadinya perforasi pulpa

11. Mengapa gigi 46 masih vital dengan keadaan karies profunda dengan perforasi

seujung jarum

12. Mengapa gigi 46 akar masih terbuka lebar

13. Mengapa gigi 84 akar masih utuh dan terdapat gingival abses

(3)

III. PEMBAHASAN

1. Penyakit pulpa pada gigi anak

a. Resorbsi akar patologik

1) Resorbsi interna

Resorbsi akar patologik interna merupakan indikasi adanya peradangan pada pulpa vital yang disebabkan oleh pulpitis kronis. Resorbsi ini terjadi di dalam saluran akar dan dapat terjadi akibat adanya trauma, karies, atau prosedur iatrogenik seperti preparasi yang salah.

2) Resorbsi eksterna

Resorbsi akar patologik eksterna terjadi di sekitar apeks gigi dan merupakan indikasi pulpa non vital dengan peradangan yang meluas berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya.

3) Resorbsi permukaan

Resorbsi yang terjadi secara patologis pada permukaan akar karena aktivitas osteoklas terhadap respon dari injuri ligamen periodontal atau sementum.

4) Resorbsi akibat inflamasi

Karena infeksi jaringan pulpa yang akan merangsang aktivitas osteoklas. 5) Resorbsi akibat tekanan

Resorbsi ini terjadi misalnya pada perawatan orthodonti. Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas akibat tekanan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya resorbsi, tekanan tersebut membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas dan terbentuklah resorbsi.

6) Resorbsi sistemik

Resorbsi akibat gangguan sistemik seperti gangguan endokrin. 7) Resorbsi idiopatik

Resorbsi ini terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dan resorbsinya lambat, biasanya bertahun-tahun, dan bisa terjadi cepat dan agresif melibatkan jaringan dengan jumlah besar.

b. Pulpitis

1) Pulpitis reversible

Rasa sakit yang dirasakan bila ada suatu rangsangan, dan rasa sakit itu akan hilang bila rangsangan dihilangkan. Kondisi inflamasi pulpa dari ringan sampai sedang yang disebabkan oleh rangsangan tetapi pulpa mampu kembali setelah rangsangan hilang.

(4)

Nyeri spontan yang dirasakan tanpa adanya suatu rangsangan .Kondisi peradangan pulpa yang persisten sehingga pulpa tidak bisa kembali normal. Pulpitis irreversible dibagi menjadi 3 yaitu :

 Akut

 Kronis

 Eksaserbasi akut

2. Perawatan saluran akar pada pulpa gigi anak

a. Pulpotomi

Pulpotomi merupakan pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di kamar pulpa dan bagian corona meninggalkan jaringan pulpa di bagian radikuler dengan cara bedah, biasanya diikuti dengan obat-obatan pada orifis vital. Pulpotomi dilakukan untuk menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi. Ada 3 macam pulpotomi, yaitu :

1) Pulpotomi vital

Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami infeksi namun tetap meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar yang sehat dan vital dengan melakukan anastesi kemudian memberikan medikamen diatas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikuler tetap vital. Indikasi dilakukannya pulpotomi vital adalah :

a) Gigi masih didukung 2/3 akar

b) Terbukanya pulpa karena factor mekanis selama preparasi

c) Pulpa masih vital dan bebas dari supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis

d) Pulpa terbuka oleh faktor mekanis atau trauma preparasi selama preparasi kavitas

yang kurang hati-hati

e) Tidak ada inflamasi pada kamar pulpa

f) Tidak ada fistula

g) Tidak ada kalsifikasi pulpa

Sedangkan untuk kontraindikasi pulpotomi vital adalah : a) Gigi yang non vital

b) Terdapat resorbsi interna dan eksterna (apabila ada kehilangan tulang pada apeks

dan intraradikuler)

c) Dijumpai rasa sakit yang spontan atau terus menerus

d) Adanya supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis

(5)

f) Adanya radiolusen pada daerah periapikal

g) Perdarahan yg berlebihan setelah amputasi pulpa

h) Adanya pembengkakan

Cara melakukan pulpotomi vital :

 Melakukan anastesi

 Jar pulpa dalam ruang pulpa diambil

 Luka pulpa ditekan menggunakan kapas larutan formokresol krg lebih 3-5 menit

 Diberikan pasta formokresol

 Diberikan basis

 Restorasi tetap menggunakan SSC

Dalam melakukan pulpotomi vital digunakan bahan-bahan seperti berikut :

 Decidui digunakan formokresol untuk mendisinfeksi dan mengfiksasi jaringan

pulpa. Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa akan membentuk area yang terfiksasi dan pulpa dibawahnya tetap dalam keadaan vital.

Formula buckley (formokresol)

Bahannya : formaldehid 19 %, cresol 35%, gliserin 15%, dan aquades 100%

Formokresol berfungsi untuk membentuk zona fiksasi yg bersifat keras, tahan terhadap autolisis, dan tahan terhadap barier

 Permanen muda menggunakan kalsium hidroksit karena bila pada decidui akan

menyebabkan resorbsi interna. Kalsium hidroksit termasuk bahan yang meningkatkan penyembuhan pulpa. Selain kalsium hidroksit, ada juga zinc oksida eugenol menyebabkan suatu reaksi inflammatory kronis yang resisten bila diaplikasikan pada pulpa.

2) Pulpotomi devital

Pengambilan jaringan pulpa yang terdapat di saluran akar yang sebelumnya telah didevitalisasi kemudian diberi obat-obatan agar saluran akar dalam keadaan steril.

Indikasi pulpotomi devital antara lain :

a) Gigi decidui dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma

b) Pasien yang tidak dapat dilakukan anastesi

c) Pasien yang mengalami perdarahan abnormal seperti hemofili

Untuk kontraindikasinya adalah : a) Infeksi periapikal

(6)

b) Apeks yang masih terbuka

Cara melakukan pulpotomi devital :

 Pada kunjungan I

 Rontgen foto

 Karies dihilangkan

 Pasta devital paraformaldehid dengan cotton pellet diletakkan diatas pulpa

 Tutup dengan tambalan sementara

 Hindarkan tekanan pd pulpa

 Orang tua diberi tahu untuk memberikan analgesik jika timbul rasa sakit pada

malam harinya

 Kunjungan II (Kunjungan kedua setelah 7 sampai 10 hari setelah kunjungan I)

 Tambalan sementara dibuka

 Kapas dan pasta dihilangkan

 Membuka atap pulpa

 Tutup bagian pulpa dengan campuran ZOE dan formokresol dengan

perbandingan 1:1

 Tutup ruang pulpa dengan semen

 Restorasi

Bahan pengisi pulpotomi devital adalah pasta paraformaldehid.

3) Pulpotomi non vital

Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan medikamen atau pasta antiseptic untuk mengawetkan dalam keadaan yang aseptic. Indikasi pulpotomi non vital hanya untuk gigi desidui yang mengalami resorbsi 1/3 akar dan gigi desidui resorbsi patologik karena abses akut

Cara melakukan pulpotomi non vital adalah : Kunjungan I :

 Rontgen foto di area kerja

 Buka atap pulpa

 Hilangkan isi ruang pulpa dengan ekscavator atau round bur yang besar sejauh

mungkin dalam sal akar

(7)

 Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan kapas kedalam

ruang pulpa kemudian ditambal sementara Kunjungan II (setelah 2-10 hari)

 Periksa gigi sampai tdk ada tanda2 sakit dan infeksi

 Buka tumpatan sementara

 Bersihkan kavitas dankeringkan

 Letakkan pasta ZOE dengan formokresol 1:1 dalam kamar pulpa

 Tekan agar pasta sejauh mungkin masuk dalam saluran akar

b. Pulpa capping

Penempatan suatu material pada pulpa yang terbuka dan berdiameter kurang dari 1 mm. Ada 2 macam pulpa capping :

1) Direct

Pemilihan bahan pada pulpa yang sudah terbuka Indikasi :

Pulpa vital terbuka kecil seujung jarum karena kesalahan preparasi kavitas Kontraindikasi :

Adanya rasa sakit spontan

Tanda2 kondisi patologi klinis maupun radiografis 2) Indirect

Pemberian bahan terapetik pada kavitas dalam, pulpa belum terbuka.

Tujuan : Mempertahankan pulpa tetap vital dengan membentuk dentin reparative. Indikasi :

Karies dalam

Tanpa adanya gejala inflamasi Kontraindikasi :

Adanya rasa sakit spontan

c. Pulpektomi

Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar. Ada 3 bagian :

1) Pulpektomi vital

2) Pulpektomi devital

(8)

Indikasi :

1) Gigi vital atau non vital

2) Ada tanda-tanda inflamasi

3) Pada foto rontgen akar masih utuh

4) Saluran akar terlihat jelas

5) Akar tidak membengkok

d. Apeksogenesis

Perawatan gigi vital dalam masa pertumbuhan untuk mendapatkan pertumbuhan selanjutnya dan penutupan foramen apikal.

Indikasi apeksogenesis :

1) Gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum sempurna tertutup

2) Pulpa bag koronal rusak tp bag radikuler masih vital

3) Korona masih dalam keadaan baik dan dapat direstorasi

Kontraindikasi apeksogenesis : 1) Ankilosis

2) Fraktur vertikal dan horizontal pada gigi

3) Gigi avulsi, replantasi, mobility tinggi

4) Karies tidak dapat ditumpat lagi

IV. PEMBAHASAN DALAM SKENARIO

Pada scenario permasalahan utama adalah :

1. Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3

teresorbsi

- Perforasi disebabkan karena karies yang sudah terlalu dalam

- 2/3 akar teresorbsi diduga karena pulpitis kronis, tetapi dapat juga karena gigi

(9)

2. Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan

pemeriksaan rontgen akar masih terbuka lebar

- Dimungkinkan terkena pulpitis irreversible akut

- Akar terbuka lebar karena gigi tersebut adalah gigi permanen muda sesuai di

scenario usia anak 7 tahun sehingga akar masih terbuka lebar Baru erupsi  permanen muda  akarnya masih terbuka

3. Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan

rontgen akar gigi masih utuh

- Akar masih utuh : erupsi giginya masih lama

- Gingival abses karena bakteri masuk dari karies

4. Perawatan untuk gigi 85, 46, dan 84

- Gigi 85

Dicabut dan dilakukan perencanaan SM - Gigi 46

Dengan pulp capping direct, karena perforasi seujung jarum. - Gigi 84

Gingival abses bila sudah fase lunak dilakukan drainase untuk mengeluarkan pus. Karies profunda perforasi dilakukan pulpotomi

V. KESIMPULAN

Penyakit pulpa pada gigi anak ada resorbsi akar patologik dan pulpitis.

Resorbsi dapat dibagi menjadi resorbsi interna, resorbsi eksterna, resorbsi karena inflamasi, resorbsi karena tekanan yang berlebihan, dan resorbsi idiopatik. Perawatan saluran akar berguna untuk mengembalikan fungsi gigi yang masih vital dan mempertahankan gigi yang telah non vital. Perawatan saluran akar ada bermacam-macam seperti pulpotomi, pulpektomi, pulp capping, dan apeksogenesis. Masing-masing perawatan tersebut memiliki cara dan indikasi serta kontraindikasi yang berbeda-beda.

Pada scenario, gigi 85 akan dicabut dan dilakukan space maintainer karena dalam pemeriksaan intraoral gigi 85 karies profunda dan pemeriksaan rontgen ditemukan 2/3 akar yang sudah teresorbsi sehingga tidak dimungkinkan dilakukan perawatan saluran akar. Gigi 46 dilakukan pulpa capping direct karena terdapat perforasi seujung jarum dan gigi masih vital serta masih merupakan gigi permanen muda. Gigi 84 akan dilakukan drainase

(10)

apabila gingival abses telah mencapai fase lunak sedangan untuk karies profunda perforasi akan dilakukan pulpotomi karena akar masih utuh dan tidak ada resorbsi.

Perawatan saluran akar tidak dapat dilakukan pada semua gigi tergantung bagaimana tingkat keparahan karies dan penyakit pulpa yang dialami pasien. Sebelum memutuskan dilakukan perawatan saluran akar, dokter harus melakukan pemeriksaan intraoral dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen. Gigi vital maupun non vital dapat dilakukan perawatan saluran akar, namun apabila akar telah teresorbsi 2/3 nya dengan karies yang sangat dalam lebih baik untuk dicabut.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui data kemampuan siswa yang dihasilkan dari output pemodelan Rasch, dapat dilihat kecenderungan capaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) lebih mudah

Titik kritis pada tahapan ini yang tidak dilakukan/tidak sesuai dan kemudian menyebabkan permasalahan Kontrak, yaitu tidak dilaksanakannya rapat persiapan pelaksanaan Kontrak

(1) Dalam hal pemilik, pengelola, dan/atau penanggung jawab kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 melakukan kegiatan yang tidak dikecualikan dari

1) Norma, merupakan seperangkat kode perilaku yang didasari oleh asumsi, nilai dan terus menerus diabadikan ketika anggota kelompok menyaksikan norma tersebut. 2) Bahasa,

Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan digunakan adalah profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas, operating leverage dan

Sedangkan penjumlahan dengan aturan jajargenjang yaitu dengan memperte mukan kedua awal vektor, kemudian membuat vektor kembarannya pada masing- masing ujung kedua

Mengetahui manfaat dari protein spesifik yang ditemukan pada susu kambing, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan informasi yang sudah ada sebelumnya untuk