• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Atas Hak Produser Rekaman Suara Dan Pemegang Hak Cipta (Penelitian Pada Sarana Hiburan Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Atas Hak Produser Rekaman Suara Dan Pemegang Hak Cipta (Penelitian Pada Sarana Hiburan Di Kota Medan)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN ATAS HAK PRODUSER REKAMAN

SUARA DAN PEMEGANG HAK CIPTA

(PENELITIAN PADA SARANA HIBURAN DI KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

MIRVAN SAMEKTO

067011054/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERLINDUNGAN ATAS HAK PRODUSER REKAMAN

SUARA DAN PEMEGANG HAK CIPTA

(PENELITIAN PADA SARANA HIBURAN DI KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MIRVAN SAMEKTO

067011054/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERLINDUNGAN ATAS HAK PRODUSER REKAMAN SUARA DAN PEMEGANG HAK CIPTA ( PENELITIAN PADA SARANA HIBURAN DI KOTA MEDAN)

Nama Mahasiswa : Mirvan Samekto Nomor Pokok : 067011054 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui komisi pembimbing,

(Prof. Dr Runtung, SH, M.Hum) Ketua

(Syahruddin Hasibuan, SH, MH, DFM) (Chairani Bustami, SH, SpN, MKn) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung ,SH, M.Hum

Anggota : 1. Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM 2. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

(5)

ABSTRAK

Undang-undang hak cipta yang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, memberikan perlindungan hukum hak cipta yang lebih ditingkatkan dari peraturan perundang-undangan sebelumnya. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, pemanfaatan dan perdagangan berbagai ciptaan-ciptaan yang termasuk kedalam HAKI turut meningkat. Hali ini tampak dengan maraknya usaha yang memanfaatkan hasil karya cipta sebagai komoditi usaha, khususnya dalam usaha hiburan. Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia, yang dapat juga dikatakan sebagai kota metropolitan untuk pulau sumatera memiliki beragam jenis bidang usaha sebagai penggerak perekonomian provonsi sumatera Utara. Salah satu jenis usaha tersebut adalah usaha hiburan. Hal ini ditandai dengan maraknya bisnis-bisnis hiburan dikota medan. Dengan bermunculannya bisnis hiburan di kota Medan menimbulkan suatu topik penelitian mengenai bagaimana perlindungan atas hak produser rekaman suara dan pemegang hak cipta atas karya cipta yang digunakan dalam bisnis hiburan.

Guna membahas permasalahan tersebut di atas,maka penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analistis,yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan, menelaah dan menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan perlindungan Hak Cipta pada umumnya dan Perlindungan terrhadap Hak untuk mengumumkan pada khususnya. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu untuk menggambarkan bagaimana efektifitas Undang-Undang Hak Cipta memberikan perlindungan hak untuk mempertunjukan dalam kenyataanya di lapangan.

(6)

ABSTRACT

The latest Law on Copyright, Law No.19/2002, provides more legal protection for copyright compared to the previous one. In line with the development of technology and information, the use and trade of various creations included into the Intellectual Property Right are also increasing. This condition is seen through the increasing attempts to use the creation as a business commodity, especially in business entertainment. Medan as one of the biggest cities in Indonesia, which can also be called as a metropolitan for the Sumatera Island, has various businesses as the generator of economy of the Province of Sumatera Utara. One of the businesses is the entertainment business which increasing numbers is significantly seen in Medan. This condition becomes a basis for a topic of study on how the right of a recording producer and the holder of copyright to their creation used in an entertainment business is protected.

To solve the research problem above, this descriptive analytical study was conducted to describe and analyze the existing regulation of legislation related to the legal theories related to the protection of Copyright in general and the protection for the right to generalize in specific. This study employed juridical empirical approach to describe how Law on Copyright can effectively provide protection to generalize in practice.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

kepada kita semua kesehatan, Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul :

”PERLINDUNGAN ATAS HAK PRODUSER REKAMAN SUARA DAN

PEMEGANG HAK CIPTA (PENELITIAN PADA SARANA HIBURAN DI KOTA

MEDAN)”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi

untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKN), pada program studi Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan tesisi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada seluruh Dosen Pembimbing yaitu

kepada Bapak .Prof.Dr. Runtung, SH, M.Hum, Syafruddin Hasibuan, SH, MH,

DFM, Chairani Bustami, SH, SpN, MKn, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan masukkan demi kesempurnaan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dorongan

(8)

1. Bapak Prof.Dr.Charuddin P. Lubis DTM & H., Sp.A(k)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara, atas fasilitas yang diberikan kepada kami untuk

mengikuti dan meyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir.T Chairun Nisa B, MSc. Selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas diberikannya penulis

kesempatan menjadi mahasisiwi Sekolah Pascasarjana Program Magister

Kenotariatan .

3. Ketua Program Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Bapak Prof. Dr.muhammad Yamin, SH, MS,CN dan

Sekretaris program studi Magister kenotariatan Ibu Dr. T.Keizerina A, SH,

M.Hum, CN

4. Bapak – Ibu Guru Besar dan staff pengajar pada program studi Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Secara khusus dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada kedua Orang tua saya yang telah memberikan dorongan dan bantuan

moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana Angkatan tahun 2006,

yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya dalam

(9)

8. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan penelitian tesis ini, baik secara

langsung maupun tidak lansung.

Akhirnya atas segala bantuan semua pihak semoga mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan

khazanah baru dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat

Medan, Maret 2009

Wassalam Penulis

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Mirvan Samekto

Tempat/tgl Lahir : Jakarta 28 April 1982

III. PENDIDIKAN

Tahun 1994 : Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Pendidikan Harapan 1

Tahun 1997 : Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah lanjut Pertama, SMP Negeri 1 Medan

Tahun 2000 : Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri 1 Medan

(11)

DAFTAR ISI

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ……….. 16

(12)

B. Prosedur dan Tata Cara Guna Memperoleh Hak Untuk Mengumumkan

Lagu atau Karya Rekaman Suara yang Terdaftar hak Ciptanya ... 80

1. Prosedur Untuk Memperoleh Hak Mengumumkan ... 80

2. Peranan Yayasan Karya Cipta Indonesia ……… 85

BAB III PENELITIAN TERHADAP PELAKSANAAN PUBLICATION RIGHT DALAM KEGIATAN USAHA HIBURAN DI KOTA MEDAN ... 87

A. Deskripsi lokasi Penelitian ... 92

B. Pelaksanaan Publication Right Dalam Kegiatan Usaha Karaoke di Kota Medan ... 92

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK PRODUSER REKAMAN SUARA DAN PEMEGANG HAK CIPTA ... 107

A. Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta .... ... 107

B. Upaya Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Hak Cipta ... 112

C. Usaha Untuk Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hak Cipta ... 122

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

(13)

ABSTRAK

Undang-undang hak cipta yang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, memberikan perlindungan hukum hak cipta yang lebih ditingkatkan dari peraturan perundang-undangan sebelumnya. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, pemanfaatan dan perdagangan berbagai ciptaan-ciptaan yang termasuk kedalam HAKI turut meningkat. Hali ini tampak dengan maraknya usaha yang memanfaatkan hasil karya cipta sebagai komoditi usaha, khususnya dalam usaha hiburan. Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia, yang dapat juga dikatakan sebagai kota metropolitan untuk pulau sumatera memiliki beragam jenis bidang usaha sebagai penggerak perekonomian provonsi sumatera Utara. Salah satu jenis usaha tersebut adalah usaha hiburan. Hal ini ditandai dengan maraknya bisnis-bisnis hiburan dikota medan. Dengan bermunculannya bisnis hiburan di kota Medan menimbulkan suatu topik penelitian mengenai bagaimana perlindungan atas hak produser rekaman suara dan pemegang hak cipta atas karya cipta yang digunakan dalam bisnis hiburan.

Guna membahas permasalahan tersebut di atas,maka penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analistis,yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan, menelaah dan menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan perlindungan Hak Cipta pada umumnya dan Perlindungan terrhadap Hak untuk mengumumkan pada khususnya. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu untuk menggambarkan bagaimana efektifitas Undang-Undang Hak Cipta memberikan perlindungan hak untuk mempertunjukan dalam kenyataanya di lapangan.

(14)

ABSTRACT

The latest Law on Copyright, Law No.19/2002, provides more legal protection for copyright compared to the previous one. In line with the development of technology and information, the use and trade of various creations included into the Intellectual Property Right are also increasing. This condition is seen through the increasing attempts to use the creation as a business commodity, especially in business entertainment. Medan as one of the biggest cities in Indonesia, which can also be called as a metropolitan for the Sumatera Island, has various businesses as the generator of economy of the Province of Sumatera Utara. One of the businesses is the entertainment business which increasing numbers is significantly seen in Medan. This condition becomes a basis for a topic of study on how the right of a recording producer and the holder of copyright to their creation used in an entertainment business is protected.

To solve the research problem above, this descriptive analytical study was conducted to describe and analyze the existing regulation of legislation related to the legal theories related to the protection of Copyright in general and the protection for the right to generalize in specific. This study employed juridical empirical approach to describe how Law on Copyright can effectively provide protection to generalize in practice.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Hak Cipta bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta yang

dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programer komputer

dan sebagainya. Hak-hak para pencipta ini perlu dilindungi dari perbuatan orang lain

yang tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak karya cipta pencipta.1

Kepemilikan Hak Cipta dalam industri musik secara garis besar terdiri atas

bermacam bentuk yang masing-masing terpisah dan mempunyai dasar kepemilikan

yang berbeda satu sama lain. Hak cipta atas karya musical (Lagu) baik yang

mempunyai lirik ataupun tanpa lirik, dan hak atas karya rekaman (Sound Recording

Right ) yaitu hak seseorang atau badan hukum atas suatu karya rekaman tertentu 2 Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 memuat

definisi Hak Cipta sebagai berikut 3:

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1

Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, , Tomi Suryo Utomo, “ Hak Kekayaan Intelektual,

Suatu Pengantar”, Penerbit PT. Alumni , Bandung, 2006, hal. 96

2

Pelatihan Teknis Yustisial Peningkatan Pengetahuan Umum, Masalah HAKI, Proyek Pembinaan Teknis Yustisial Mahkamah Agung Republik Indonesia, 1998, Hal.15

3

(16)

Dengan demikian, Hak cipta didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi para

pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan

izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang

berlaku.4

Dan berdasarkan ketentuan diatas, maka Hak Cipta dapat juga didefinisikan

lebih lanjut sebagai suatu hak monopoli untuk memperbanyak atau mengumumkan

ciptaan yang dimiliki oleh pencipta atau mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh

pencipta atau pemegang hak lainnya yang dalam implementasinya memperhatikan

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku5.

Salah satu hak eksklusif yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang

Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 adalah Hak untuk mengumumkan bagi para

pencipta atau bagi para pihak lain yang telah mendapatkan izin untuk itu.6 Kata “mengumumkan “termasuk di dalamnya menyiarkan, menyewakan,

mengkomunikasikan pada publik melalui sarana apapun. Dalam pasal 2

Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menyebutkan :7

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4

Muhammad, Abdulkadir, Hak Milik Intelektual, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2003, hal.97

5

Hanafi, Tindak Pidana Hak Cipta Dan Problematika Penegakan Hukumnya, Insan Budi Maulana dkk, (ed) Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual, Pusat Studi Hukum UII, Yogyakarta 200, hal.189

6

Tim Lindsey.,Blit,Ph.D, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, op.cit, hal.97

(17)

Dan lebih lanjut penjelasan pasal 2 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19

Tahun 2002 menjabarkan sebagai berikut :8

Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.

Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan

menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual,

menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada

publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik

melalui sarana apa pun.9

Undang-Undang Hak Cipta menyediakan dua pola eksploitasi ekonomi, yaitu

hak mengumumkan dan hak untuk memperbanyak. Hak untuk memperbanyak dalam

musik dikenal juga dengan istilah mechanical right. Sedangkan hak untuk

mengumumkan dikenal dengan istilah publication right. Dalam prakteknya terdapat

kemungkinan mem ”variasi” kan kedua jenis hak diatas. Dengan demikian hak

mengumumkan dapat dikatakan sebagai hak ekslusif yang dimiliki oleh pencipta

selain dalam rangka perlindungan hak atas ciptaannya dalam rangka mengumumkan

kepada masyarakat luas tetapi juga untuk eksploitasi ekonomi atas suatu karya

cipta.10

8 ibid 9

Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt , Tomi Suryo Utomo,S.H,LL.M, op.cit, hal.6

10

(18)

Hak mengumumkan atau publication right adalah suatu hak yang dapat

menjamin hak pencipta atas diumumkannya ciptaannya. Pemutaran musik/lagu

didepan umum tentunya memberikan hak bagi pencipta. Pada umumnya lisensi

Publication Rights diberikan melalui blanket licence yang dijalankan oleh collecting

societies.11

Publication Right atau hak untuk mempertunjukkan ini merupakan salah satu

Hak Terkait dengan Hak Cipta (neighbouring right) merupakan hak eksklusif bagi

pelaku dan pemegang kuasa dari pelaku ataupun pencipta, yang dapat terdiri dari artis

film/ televisi, pemusik, penari, pelawak dan lain sebagainya untuk menyiarkan

pertunjukannya. Yang dimaksud dengan menyiarkan termasuk menyewakan,

melakukan pertunjukan umum (public performance), mengkomunikasikan secara

langsung (live performance) dan mengkomunikasikan secara interaktif suatu karya

rekaman pelaku. Selain pelaku, juga produser rekaman suara dan lembaga-lembaga

penyiaran mempunyai hak-hak terkait.12

Maka dengan demikian tampaklah bahwa hak untuk mengumumkan atau

publication right merupakan salah satu hak terkait ( neighbouring right ) dari hak

cipta yang sifatnya eksklusif dan dilindungi oleh undang-undang yaitu

Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta yang tertuang dalam pasal 1 ayat 1

dan ditegaskan kembali dalam pasal 2 dalam undang-undang yang sama.

11 Ibid 12

(19)

Salah satu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta adalah

musik. Musik merupakan rangkaian nada yang terharmonisasi menjsdi satu kesatuan

yang merupakan gambaran ekspresi penciptanya, baik yang tertuang dalam musik

tersebut maupun lirik yang diiringi oleh musik itu sendiri13.

Musik yang mempunyai lirik ataupun tanpa lirik dalam era globalisasi saat ini

telah menjadi salah satu industri cultural menempati posisi yang cukup

diperhitungkan dalam perdagangan internasional. Ditinjau dari sudut yuridis,

”komoditi“ utama yang bereparan dalam industri musik adalah Hak Cipta. Hal ini

melahirkan pemahaman terhadap keberadaan Hak Cipta dalam industri musik

merupakan suatu dasar pemikiran untuk dapat memahami pola-pola transaksi serta

bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi dalam industri tersebut.

Permasalahan Hak Cipta pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat

sorotan, khususnya dari kalangan pengusaha-pengusaha industri maupun masyarakat

konsumen. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek pelanggaran Hak Cipta.

Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut

digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.14

Mengenai pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik juga terjadi

banyak pelangaran-pelangaran. Namun pelanggaran yang menjadi fokus utamanya

adalah pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan media atau alat yang

13

Sudjatmiko ,Bagus,Pengantar Ethnomusikologi I, Citra Utama Grafindo, Jakarta, 1997, Hal. 5

14

(20)

digunakan. Dimana media atau alat tersebut dapat berupa kaset maupun cakram optik

seperti Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD), maupun Digital Video Disc

(DVD).

Permasalahan berkaitan pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik

yang berkaitan dengan media atau alat yang digunakan ini sudah bergulir sejak tahun

1990 an, dimana banyak beredar kaset Compact Disc (CD), Video Compact Disc

(VCD), maupun Digital Video Disc (DVD) yang berisi penyanyi dari dalam dan luar

negeri yang dijual sebagai hasil kopi bajakan. Pelanggaran seperti inilah yang

dikategorikan sebagai pelanggaran “Mechanical right” yang mengacu pada kata

memperbanyak secara fisik. Medium fisik untuk penggandaan tersebut bisa

bermacam-macam seperti yang dikenal selama ini, antara lain piringan hitam,

compact disk, atau kaset.15

Namun selain pelanggaran terhadap Mechanical right sebagaimana yang

disebutkan diatas. Jenis lain pelanggaran Hak cipta dalam bidang musik atau lagu

adalah pelanggaran atas “ Performing Right “.16

Maraknya bisnis hiburan pada masa sekarang ini menyebabkan industri

musik saat ini telah menjadi salah satu industri kultural menempati posisi yang cukup

diperhitungkan dalam perdagangan internasional. Banyak Negara yang menjadikan

industri musik ini sebagai sumber pendapatannya. Dimana musik merupakan salah

15

http://dgip.go.id/ebscript/publicportal. (diakses pada tanggal 22 Agustus 2008)

16

(21)

satu komoditi unggulan dalam bisnis hiburan tersebut. Tidak sedikit sarana hiburan

yang saling bersaing untuk mendapatkan musik-musik atau lagu yang terbaru.

Persaingan diantara sesama sarana hiburan ini tidak lain adalah untuk menyedot

animo para konsumennya dalam hal ini penikmat musik, baik yang berasal dari

kalangan yang sekedar menikamati musik atau lagu tersebut hingga pengamat musik.

Persaingan untuk menyedot animo sebanyak mungkin ini tidak terlepas dari nilai

financial yang dapat diperoleh dari bisnis hiburan ini.17

Banyak para musisi, baik itu pencipta, komposor ataupun performer

berlomba-lomba untuk menghasilkan karya cipta. Persaingan dalam menghasilkan

karya cipta baik itu berupa musik baik yang dengan lirik (lagu) ataupun tanpa lirik

dilatar belakangi oleh keuntungan financial yang dapat diperoleh dari sisi

komersialitas musik atau lagu tersebut, selain persaingan untuk mengukuhkan

eksisitensi musisi tersebut dikancah industri musik.

Adanya hubungan antara pelaku bisnis hiburan ini, yaitu antara pemilik sarana

hiburan dengan musisi dalam bisnis industri musik dan hiburan telah melahirkan

hubungan yang tidak terlepaskan dan saling menguntungkan. Dimana baik pemilik

sarana hiburan dan musisi saling diuntungkan. Para musisi tidak akan dapat

mempertunjukkan kepada masyarakat hasil ciptaan mereka, jika tidak ada sarana

untuk mempertunjukkan. Salah satu sarana itu adalah tempat-tempat hiburan. Tempat

hiburan atau sarana hiburan merupakan salah satu sarana bagi para musisi untuk

17

(22)

mempertunjukkan hasil karyanya, selain melalui sarana atau media lainnya seperti

kaset, kepingan cakram seperti Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD),

maupun Digital video Disc (DVD) ataupun media elektronik seperti radio dan

televisi. Bahkan seiring dengan perkembangan jaman, musik pada saat sekarang ini

juga dapat dinikmati melalui layanan nada tunggu telefon selular atau yang dikenal

dengan sebutan “ Ring Back Tone “. Namun dari keseluruhan sarana tersebut terdapat

satu benang merah yaitu adalah dalam rangka performing suatu karya cipta,

khususnya musik (lagu).

Sejalan dengan maraknya pelanggaran “Mechanical right” yang mengacu

pada kata memperbanyak secara fisik. Medium fisik untuk penggandaan tersebut bisa

bermacam-macam seperti yang dikenal selama ini, antara lain piringan hitam,

compact disk, atau kaset. Yang ditandai dengan masih maraknya pembajakan karya

cipta musik (lagu) dalam bentuk Compact Disc (CD), Video Compact Disc (VCD),

maupun Digital Video Disc (DVD). Pelanggaran “ Performing Right” di-indikasikan

juga marak terjadi, salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah gugatan

Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap Telkomsel atas layanan Ring Back Tone

(RBT) yang memperdengarkan lagu-lagu dan musik yang terdaftar hak cipta nya

berkaitan tentang royalty bagi pemegang hak cipta atas musik (lagu) yang dijadikan

“Ring Back Tone”.

Kasus pelanggaran Hak Cipta yang berkaitan dengan digunakannya lagu

sebagi Ring Back Tone atau nada sambung pribadi tersebut terjadi karena minimnya

(23)

pengeksploitasian lagu yang tergolong aktivitas memperbanyak (Reproduction) lagu

adalah merekam lagu dan menggadakan rekamannya. Sedangkan mengumumkan

(publick performing) lagu adalah menyiarkan dan memperdengarkan lagu kepada

khalayak ramai. Jika pengelolaan hak memperbanyak lagu pada umumnya jelas tidak

demikian halnya dengan pengelolaan hak mengumumkan (performing right) lagu.

Untuk memperbanyak lagu, pencipta cukup menemui produser rekaman lalu

menerima bayaran sekaligus royalty. Jika ada pihak lain yang melakukan perekaman

dan penggandaan rekaman lagu tanpa izin (lisensi) dari pencipta. Maka persoalan

hukumnya jelas. Berbeda dengan mengumumkan lagu, berhubung hal ini bukan atas

inisiatif pencipta sehingga hal perizinan (pelisensian) dan pembayaran royalty

cenderung tidak jelas.18

Jika suatu lagu diminati masyarakat, maka spontan banyak pihak berinisiatif

“mengumumkan“ lagu. Televisi dan radio akan gencar menyiarkan lagu-lagu yang

popular. Dan tidak turut ketinggalan dengan perkembangan teknologi pada saat ini,

para pengguna telepon seluler (ponsel) akan memasang lagu-lagu hit sebagai (nada

dering) ringtone atau nada sambung pribadi (Ring Back Tone) dengan membayar

kepada penyedia jasa layanan selular (content provider) atau operator seluler.19

Penggunaan lagu-lagu hits inilah yang menimbulkan gugatan dari ASIRI

(Asosiasi Rekaman Indonesia) yang mewakili para pencipta lagu menuntut Telkomsel

18

Otto Hasibuan, Kolom Hukum, “ Kasus Ring Back Tone “, Kompas, 26 juli 2007 19

(24)

sebagai salah satu operator seluler yang menyediakan layanan Ring Back Tone terkait

dengan royalty atas lagu-lagu yang dijadikan Ring Back Tone.20

Permasalahan baru timbul dikala lagu-lagu hit tersebut diperdengarkan

ataupun dipertunjukan baik secara live performance ataupun melalui media rekam

elektronik (CD, CVD,DVD, MP3, MP4) pada tempat-tempat hiburan seperti bar, kafe,

diskotek, karoeke, maupun restoran baik yang bertujuan untuk mencari profit dan ada

pula yang melakukannya dalam rangka peningkatan pelayanan atau meramaikan

suasana.. Jika ASIRI menggugat Telkomsel terkait royalty atas lagu-lagu yang

dijadikan Nada Sambung Pribadi (Ring Back Tone), permasalah ini berbeda dengan

public performance yang dilaksanakan di tempat-tempat hiburan. Perbedaan ini

tampak dari sarana yang digunakan dalam kegiatan performing tersebut. Dimana Ring

Back Tone menggunakan sarana layanan seluler, sedangkan public performance yang

terjadi di tempat-tempat hiburan malam ini menggunakan sarana live performance

dan atau sarana media elektronik yang berupa rekaman-rekaman.

Perkara atau gugatan terkait dengan permsalahan Performing Right yang telah

berlangsung antara lain adalah :

1. Gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap Hotel Grand Angkasa Medan terkait dengan pemutaran lagu-lagu hits di sarana lobby hotel, dimana gugatan ini diselesaikan dengan jalan perdamaian.

2. Gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap PT. Hotel Sahid Jaya Internasional terkait dengan pemutaran lagu-lagu melalui perangkat media rekam elektronik dan pertunjukan secara langsung dalam kegiatan usaha PT. Hotel Sahid Jaya Internasional, dimana perkara ini dimenagkan oleh Yayasan

(25)

Karya Cipta Indonesia Pedasarkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 17 /Hak Cipta/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.21

3. Gugatan Yayasan Karya Cipta Indonesia terhadap Sirkuit Karaoke dan The Club Diskotik tekait dengan kegiatan tergugat yang melakukan kegiatan nmengumumkan dalam kegiatan usahanya, dimana perkara ini dimenangkan oleh tergugat sesuai dengan Putusan Pengadilan Niaga Nomor 48/Hak Cipta/2005/PN.Niaga.JKT.PST. 22

Ragam permasalahan sebagai mana yang telah diuraikan terebut diatas

melatar belakangi suatu permasalahan yaitu bagaimana perlindungan hak produser

suara dan pemegang hak cipta terkait dengan pengumuman (publication) ataupun

pertunjukan (performing) suatu karya cipta yang berupa lagu baik itu yang diiringi

dengan musik ataupun lagu yang hanya terdiri atas musik saja dimana lagu tersebut

terdaftar hak cipta nya.

Dasi sisi bidang kenotariatan dalam kegiatan alih guna hak cipta ataupun

hak-hak yang terkait didalam hak-hak cipta itu sendiri yang merupakan hak-hak khusus (eksclusive

rights) terdapat peran serta notaris didalamnya. Dimana dalam prakteknya peralihan

hak cipta ataupun hak-hak yang terkait didalamnya dilangsungkan dengan

menggunakan suatu perjanjian tertulis yang notariil, walaupun lebih banyak

perjanjian tersebut dilakukan dengan perjanjian dibawah tangan. Notaris sebagai

pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik yang salah satunya adalah

perjanjian dimana dalam pembuatan perjanjian tersebut seorang notaris haruslah jeli

apakah ada unsure-unsur yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, hal ini

dimaksudkan guna menghindari timbulnya gugatan-guagatan di masa yang akan

21

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 17 /Hak Cipta/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst. 22

(26)

datang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga menyatakan bahwa suatu

perjanjian dilangsungkan dan dibenarkan apabila tidak bertentangan dengan peraturan

hukum yang berlaku dan norma-norma yang ada.

Dengan demikian seoarang notaris apabila akan melaksanakan suatu

perjanjian yang berhubungan dengan Hak Cipta, khusunya mengenai peralihan

ataupun perpindahan penguasaan hak cipta haruslah jeli melihat unsur-unsur yang

diperjanjikan apakah didalamnya ada yang bertentangan dengan peraturan hukum

khususnya peraturan hukum yang berkaitan dengan hak cipta.

Permasalahan mengenai Perlindungan atas hak produser rekaman suara dan

pemegang hak cipta tersebut yang menarik perhatian penulis untuk membahas secara

akademis satu topik yakni “ Perlindungan atas Hak Produser Rekaman Suara dan

Pemegang Hak Cipta (Penelitian pada Sarana Hiburan di Kota Medan).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah :

1. Bagaimana prosedur dan tata cara untuk mendapatkan hak untuk

mempertunjukkan lagu atau karya rekaman suara yang telah terdaftar

Hak Ciptanya?

2. Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengusaha hiburan di kota

Medan untuk mendapatkan ijin mengumumkan hasil karya rekaman

(27)

3. Bagaimana perlindungan atas Hak Produser Rekaman Suara dan

Pemegang Hak Cipta ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana tata cara dan prosedur untuk

mendapatkan hak untuk mempertunjukkan lagu atau karya rekaman

suara yang telah terdaftar Hak Ciptanya.

2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh pengusaha hiburan di kota

Medan untuk mendapatkan ijin mengumumkan hasil karya rekaman

lagu atau musik

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perlindungan atas Hak Produser

Rekaman Suara dan Pemegang Hak Cipta

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara toritis

maupun secara praktis, yaitu :

Secara teoritis, kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa

sumbang saran dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut khasanah ilmu

pengetahuan untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang pada gilirannya dapat

memberikan andil bagi perkembangan ilmu hukum dalam lingkup perlindungan hak

(28)

Secara Praktis, diharapkan kegiatan penelitian ini dapat digunakan :

1. Sebagai masukan kepada instansi terkait, guna menentukan kebijakan

dan langkah-langkah untuk memecahkan masalah-masalah yang

timbul sehubungan dengan hak untuk mempertunjukan (Publication

Right)

2. Sebagai informasi bagi masyarakat bagaimana efektifitas

pemberlakuan Undang-Undang Republik Nomor 19 tahun 2002

tentang Hak Cipta, khususnya mengenai Hak untuk Mempertunjukan

(Publication Right) atas lagu-lagu yang dipertunjukan pada Sarana

Hiburan di Kota Medan

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang tersedia dan penelusuran kepustakaan di

lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan, khusunya di lingkungan kepustakaan

Magister Kenotariatan, sudah pernah beberapa penelitian yang mengkaji tentang Hak

Cipta antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Lasmauli Sylvia Riolina,

Mahasiswi Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara, dengan judul Perlindungan Hak Bagi Pencipta Lagu ditinjau

dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, penelitian ini

menitik beratkan pembahasannya mengenai masalah pelanggaran

(29)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Dwi Astuti, Mahasiswi

Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan

judul Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap

Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik, penelitian ini menitik

beratkan pembahasannya mengenai masalah pelangaran Hak Cipta

yang berupa pembajakan Hak Cipta Lagu ataua Musik dalam bentuk

Compact Disc (CD) maupun Video Campact Disc (VCD).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti belum menemukan kajian penelitian yang

persis sama secara spesifik dengan beberapa judul yang telah dikemukakan di atas,

dalam penelitian yang berjudul Efektifitas Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Dalam Rangka Perlindungan Hak Untuk

Mempertunjukan (Publication Right) Atas Lagu-Lagu Yang Terdaftar Hak Ciptanya

(Penelitian Publication Right pada Sarana Hiburan di Kota Medan), penelitian ini

menitik beratkan mengenai daya berlaku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, khusunya dalam rangka Perlindungan Hak Untuk

Mempertunjukan (Publication Right) Atas Lagu-Lagu Yang Terdaftar Hak Ciptanya.

Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan asli dan dapat

(30)

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

Dalam penelitian hukum, adanya kerangka teoritis dan kerangka konsepsional

menjadi syarat penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa

konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.

Dan didalam kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori

sebagai suatu system aneka “theore’ma” atau ajaran.23

1. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap

masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dara kerangka

teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori.

Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses

tertentu terjadi, dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang

menunjukkan ketidak benarannya.

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adidjoyo “ teori diartikan

sebagai ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan

(variable) dalam bidang-bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka

berfikir (frame of thinking) dalam memehami serta menangani permasalahan yang

timbul di dalam bidang tertentu. Maria S. W. Sumardjono, menyebutkan bahwa teori

adalah seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah

23

(31)

didefinisikan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan

pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel sehingga

menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu

variable dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel

tersebut.

Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini agar tidak

salah arah. M. Solly Lubis, menyebutkan

“ bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan rumusan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan24.

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan atau

petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Dalam hal ini fungsi

teori selaras dengan apa yang dipaparkan oleh Sugiyono bahwa

“ teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variable yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan”. Artinya bahwa teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.25

Berawal dari pemikiran tentang ciptaan atau karya cipta, sudah sewajarnya

apabila Negara menjamin perlindungan segala macam ciptaan yang merupakan karya

intelektual manusia sebagai hasil dari olah pikirnya baik dalam bidang pengetahuan,

industri, maupun seni dan sastra. Dasar pemikiran diberikannya kepada seorang

24

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994. hal.80 25

(32)

individu perlindungan hukum terhadap ciptaan seorang individu tersebut berawal dari

teori yang tidak lepas dari dominasi pemikiran Mazhab atau Doktrin Hukum Alam

yang menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal seperti yang dikenal

dalam Sistem Hukum Sipil yang merupakan sistem hukum yang dipakai di

Indonesia.26 Pengaruh Mazhab Hukum Alam ini terhadap seorang individu yang menciptakan berbagai ciptaan yang kemudian memperoleh perlindungan hukum atas

ciptaan yang merupakan kekayaan intelektual.

Pasal 27 ayat 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, menyatakan : “

Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendaptkan perlindungan atas

kepenringan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil dari ciptaannya di

bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.”27. Pengakuan universal ini mengakibatkan sudah tidak diragukan lagi bahwa suatu ciptaan mempunyai manfaat bagi kehidupan

manusia dan mempunyai nilai ekonomi sehingga menimbulkan adanya tiga macam

konsepsi, yaitu :

1. Konsepsi Kekeayaan

2. Konsepi Hak

3. Konsepsi perlindungan Hukum

Ketiga konsepsi ini lebih lanjut menimbulkan kebutuhan adanya

pembangunan hukum dalam bentuk pelbagai undang-undang, misalnya mengenai

HAKI. Mengenai pembangunan hukum ini, Mochtar Kusumaatmadja berpendapat

26

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2 cetakan ke-3, Bandung, Alumni, 2005.hal. 17

27

(33)

bahwa sanya hukum adalah sebagai sarana bagi pembangunan dan sarana

pembaharuan masyarakat.28 Pendapatnya yang demikian ini bertolak dari pandangan tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang dapat dikembalikan pada pertanyaan

fundamental yaitu : Apakah tujuan hukum itu ?. Jawaban yang dapat diajukan atas

pertanyaan tersebut adalah bahwa pada akhirnya tujuan pokok dari hukum tersebut

apabila akan direduksi pada suatu hal saja, adalah ketertiban (order)29. Disamping ketertiban, tujuan hukum lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda sisi

dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengalami penjajahan Belanda

selama 3 ½ abad. Sebagai negara jajahan, masalah politik, ekonomi, sosial dan

budaya, demikian juga masalah hukum dan hak cipta semuanya dikuasi dan

ditenukan oleh penjajah. Kedaulatan, termasuk dalam hubungan internasional

dikendalikan oleh pemerintah kolonia tersebut.

Ketika negeri Belanda menandatangani naskah Konveksi Bern pada tanggal 1

April 1913, sebagai negara jajahanya Indonesia diikutsertakan dalam konvensi

tersebut, sebagaimana tersebut dalam Staatsbalad tahun 1914, Nomor 797. Ketika

Konvensi Bern ditinjau kembali di Roma pada tanggal 2 Juni 1928, peninjauan

kembali ini dinyatakan pula berlaku untuk Indonesia (Staatsblad tahun 1912 )30.

28

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung, Alumni, 2002. hal.13-14

29

Eddy Damian, Op.Cit., hal. 19 30

(34)

Ketika kemudian Indonesia dijajah oleh Jepang selama 3 ½ tahun, secara di

facto kekuasaan dalam pemerintah, politik, ekonomi, sosial dan juga dalam bidang

hukum, termasuk dalam hal Hak Cipta ini juga dikendalikan oleh pemerintah Jepang.

Namun karena pergolakan dan kemelut peperangan, hukum perang yang berlaku

waktu itu seakan tidak memungkinkan pelaksanaan dan pemeliharaan Hak Cipta. 31 Dalam penduduk Jepang ini, Hak Cipta di Indonesia berada dalam keadaan

status quo. Sebagai konsekuensi peperangan, pemerintah Jepang tidak berkesepatan

untuk mengurus dan menata perkembangan dengan masalah Hak Cipta ini.32

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan

dirinya sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dan bersatu. Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tangal 18 Agustus 1945 menetapkan

berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang

kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 yang

ditetapkan pada tanggal 10 Oktober 1945 dalam Pasalnya menyatakan : 33

”Sebagai badan-badan dan negara dan peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar, masih berlaku asal saja tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut.”

Berdasarkan pasal 5 Persetujuan Peralihan yang dihasilkan dalam Konfrensi

Meja Bundar antara Republik Indonesia dengan negeri Belanda, yang setelah

dibatalkan tidak mempunyai kekuatan hukum lagi. Maka dengan sendirinya

(35)

perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh pemerintah Belanda ketika menjajah

Indonesia dimana peraturan-peraturan tersebut dinyatakan juga berlaku bagi negara

jajahnya, praktis dengan merdekanya Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945

seyogyanya beralih pula kepada pemerintah Indonesia. 34

Indonesia baru berhasil menciptakan hukum Hak Cipta nasional sendiri pada

tahun 1982 yaitu pada saat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara 1982 Nomor 15 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3117)

diundangkan. Di dalam pertimbangan undang-undang yang mencabut Autersweat

1912 ini ditegaskan bahwa pembuatan undang-undang baru itu dimaksudkan untuk

mendorong dan melindungi pencipaan, menyebarlaskan hasil kebudayaan di bidang

ilmu seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan bangsa. Beberapa

tahun kemudian tepatnya pada tahun 1987, UUHC 1982 disempurnakan dengan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan disempurnakan dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara 1987

Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3362). Di dalam pertimbangan

undang-undang ini dijelaskan bahwa penyempurnaan dimaksudkan sebagai upaya

mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta

di bidang ilmu pengetahuan, seni dan susastra35.

34 Ibid

35

(36)

Ditambah bahwa kegiatan pelaksanaan pembangunan nasional yang semakin

meningkat, khusunya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan susastra ternyata telah

berkembang pula kegiatan pelanggaran Hak Cipta, terutama dalam bentuk tindak

pidana pembajakan, yang telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat

merusak tatana kehidupan masyarakat pada umumnya dan minat untuk mencipta pada

khusunya.

Penyempurnaan berikutnya dari UUHC adalah pada tahun 1997 dengan

berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997

Nomor 29 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3679). Dalam pertimbangannya

disebutkan bahwa penyempurnaan ini diperlukan sehubungan adnaya perkembangan

kehidupan yang berlangsung cepat, terutama di bidang perekonomian di tingkat

nasional dan internasional yang menuntut pemberian perlindungan yang lebih efektif.

Disamping itu juga karena penerimaan dan keikutsertakan Indonesia dalam

persetujuan mengenai aspek-aspek dagang hak atas kekayaan intelektual (Agreement

on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in

Counterfeif Goods / TRIPS) yang merupakan bagian dari persetujuan pembentukan

organisasi perdagangan dunia (Agreement Establishing The Work Trade

Organization). Pertimbangan lainnya ialah pengalaman, khususnya terhadap

kekurangan dalam penerapan UUHC sebelumnya.

Akhirnya, pada tahun 2002, UUHC yang baru telah diundangkan yaitu

Undang-Undang Nomro 19 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85

(37)

untuk disesuaikan dengan TRIPS dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk

memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk

upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektural yang berasal dari

keanekaragaman seni dan budaya tradisional Indonesia.

Selain itu, yang penting artinya dalam UUHC yang baru, ditegaskan dan

dipilih kedudukah Hak Cipta disatu pihak dan Hak Terkait (neighboruing rights), di

lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan karya intelektual secara lebih

jelas.36

2. Konsepsi

Konsepsi adalah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam

penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan

kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.37

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus

didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil dalam

penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan.

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping hal yang

lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep

merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan penting dalam hukum.

36

Tim Linsey, B.A., LL.B.,Blitt.Eddy Damian,., Simon Butt,., Tomi Suryo Utomo,., Hak

Kekayaan Inteletural suatu pengantar Bandung, Alumni 2002, hlm.94

37

(38)

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis38

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan

suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang

seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil,

kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi

operasional yang akan dapat pegangan konkrit didalam proses penelitian. 39 Hans Kelsen mengemukakan :

”Suatu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Biasanya, yakni dalam hal sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dalam kasus ini subjek dari tanggung jawab hukum dan subjek dari kewajiban hukum tertentu ”40

Pendapat tersebut sesuai dengan konsep teori M. Solly Lubis yang

mengatakan ”kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis penulis

mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca

menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak

disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti ”41

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995,hal. 7

39

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986, hal.133

40

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul Buku Asli General Theory of Law and

State, Alih Bahasa Somardi, Rimdipress, Jakarta 1995,hal.65

41

(39)

Selanjutnya, konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu

penelitian, jika masalah dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah

diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu

konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu.

Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan

antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris42

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesisi ini perlu didefinisikan

beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu sebagai berikut :

1. Hak Cipta

Hak cipta berarti hak seseorang sebagai miliknya atas hasil penemuannya

yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang merupakan hak khusus bagi

pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.

2. Mempertunjukkan (Publication)

Mempertunjukkan dapat diartikan sebagai mempertontonkan,

mempertunjukkan, mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh

musisi, seniman peragawati

42

(40)

3. Mengumumkan

Mengumumkan adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran

sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian

rupa sehingga suatu ciptaan dapat di baca, di dengar atau dilihat oleh orang lain.

4. Hak Untuk Mempertunjukkan (Publication right )

Hak untuk mempertunjukkan adalah Hak Terkait (neighboring rights) yaitu

hak yang berkaitan dengan hak cipta. Dimana kepada pemegang Hak untuk

mempertunjukkan ini diberikan hak untuk mempertunjukkan suatu karya ciptaan

di bidang seni.

5. Hak Produser Rekaman Suara dan Pemegang Hak Cipta

Hak Produser Rekaman Suara merupakan Hak yang dimiliki oleh seorang

Produser Rekaman Suara atas suatu hasil karya ciptaannya yang merupakan hasil

rekaman suara dengan komposisi dan aransemen sang pencipta (Produser). Dan

Pemegang Hak Cipta adalah orang-orang ataupun pihak –pihak yang menguasai

atau memegang Hak Cipta atas suatu ciptaan yang diperoleh baik secara

(41)

6.Sarana Hiburan yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah sarana hiburan yang

dalam kegiatan usahanya memanfaatkan ataupun mengkomersilkan hasil karya

rekaman, yang lebih spesifik lagi yaitu sarana hiburan karoke

G. Metode Penelitian

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian diawalai

dengan pengumpulan data hingga analisis data dilakukan dengan memperhatikan

kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut :

1.Sifat Penelitian

Penelitian dalam bidang hukum sifatnya hanya merupakan gambaran atau

deskripsi kepada masyarakat tentang adanya suatu kejadian di bidang hukum,

berdasarkan hal tersebut maka sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu

penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan, menelaah dan menganalisa

peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang

berkaitan dengan Perlindungan Hak Cipta pada umumnya dan Perlindungan terhadap

Hak untuk Mempertunjukkan (publication right) pada khususnya.

Sifat analisi yang dicerminkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

perlindungan hukum terhadap pemegang Hak untuk Mempertunjukkan atas lagu atau

(42)

2.Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode peneltian yuridis empris.

Penggunaan pendekatan yuridis empiris yaitu untuk menggambarkan bagaimana

efektifitas Undang-Undang Hak Cipta memberikan perlindungan Hak untuk

Mempertunjukkan (publication Right) dalam kenyataannya di lapangan.

3.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kota Medan, Propinsi Sumatera Utara,

khususnya pada daerah sentra hiburan masyarakat.

4.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah usaha sarana hiburan masyarakat umum

yang terdapat di kota medan. Dimana dalam menjalankan usuaha hiburan,

tempat-tempat hiburan tersebut mempertunjukkan lagu atau musik baik secara langsung

maupun melalui media elektronik. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

mengkategorikan usaha keroke kedalam jenis usaha jasa-jasa, dimana berdasarkan

hasil pendaftaran sensus ekonomi 2006 dengan proyeksi hingga tahun 2008, jumlah

usaha/perusahaan yang bergerak dibidang jasa-jasa menurut kabupaten/kota,

khususnya di kota medan adalah sebanyak 35.36543. Dimana jenis usaha yang

termasuk kedalam kategori jasa-jasa antara lain adalah mencakup kategori jasa

43

(43)

pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa kemasyarakatan, sosial budaya,

hiburan, dan perorangan lainnya, serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga.

Dengan demikian usaha karoke yang merupakan usaha yang bersifat jasa hiburan

dikategorikan dalam usaha jasa-jasa. Dengan asumsi dari total keseluruhan jumlah

usaha/perusahaan yang termasuk kategori jasa-jasa tersebut,tiap-tiap kategori

memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 14,2 %. Maka setidaknya dapat

dikalkulasikan setidaknya terdapat kurang lebih 5021 usaha/perusahaan hiburan. Dari

ke 5021 usaha/perusahaan hiburan tersebut juka kita bagi lagi berdasarkan jenis usaha

hiburan yang antara lain sarana ketangkasan billiard, bioskop, launge, diskotik, pub,

sarana ketangkasan bermain (video games), dan jasa penyewaan kaset dan video.

Maka setidaknya dapat dikalkulasikan setidaknya ada 721 usaha/perusahaan yang

bergerak dibidang usaha jasa hiburan karoke di kota medan. Sebagai akibat dari

banyaknya jumlah usaha karoke dan letaknya yang tersebar, maka sebagai Sampel

penelitian diambil sebanyak 10 (sepuluh) tempat hiburan karoke yang dipilih

berdasarkan kuantitas pengunjung. Pengambilan sample dilakukan secara purposive

sample, dimana kesepuluh tempat usaha/perusahaan jasa hiburan karoke tersebut

antara lain adalah :44

1. JP Karoke& lounge, yang terletak di dalam kompleks pusat perbelanjaan Carefour, Medan.

2. Nav Karoke yang terletak di Jl.Raden Saleh, Medan. 3. K2 Karoke yang terletak di JL. Multatuli, Medan. 4. MC Karoke , yang terletak di JL.Glugur, Medan.

5. Strm Karoke, yang merupakan fasilitas tambahan dari Selecta Building yang terletak di JL. Listrik, Medan.

44

(44)

6. Clssl Karoke& bar, yang terletak di kompleks gedung Capital Building, Jl. Putri Hijau, Medan.

7. CW Karoke & lounge, yang merupakan sarana tambahan dari Hotel Polonia, Medan.

8. Int Karoke& bar, yang merupakan sarana hiburan tambahan dari Hotal Danau Toba, Medan.

9. Stn Ktv, live music & lounge, yang merupakan sarana hiburan tambahan dari hotel Tiara Medan

10.Airport karoke& lounge, yang terletak di Jl. Perniagaan, Medan.

5.Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, baik berupa pengetahuan

ilmiah, maupun tentang suatu fakta atau gagasan, maka pengumpulan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan (library Research), yang dilakukan dengan penelaahan

bahan kepustakaan, baik berupa dokumen-dokumen, maupun Peraturan

Perundang-Undangan, yang berkaitan dengan perlindungan Hak Produser

Rekaman Suara dan Pemegang Hak Cipta.

b. Studi Lapangan (Field Research) yaitu untuk melakukan wawancara

dengan pelaku usaha ataupun staff operasional unit usaha hiburan tersebut.

Agar wawancara yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka

(45)

6.Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat :

a.Studi Dokumentasi

Guna memperoleh data sekunder perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu

dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori dan dokumen-dokumen lain

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

b.Wawancara

Mengingat jumlah populasi yang relative cukup banyak, maka tidak

mungkin dilakukan penelitian terhadap setiap orang. Maka penarikan sample

dilakukan dengan menggunakan non probality sampling yaitu dengan teknik

purposive sampling.

Alasan penulis menggunakan cara purposive sampling dalam penelitian ini

adalah karena populasi penelitian yang menyebar sedemikian rupa, dimana jumlah

yang hendak diteliti juga sangat banyak.

Guna memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan

mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan yang disusun secara

kombinasi antara bentuk tertutup dan bentuk terbuka yang dilakukan dengan cara

melakukan wawancara secara langsung terhadap para pihak-pihak yang terkait dan

untuk melengkapi dan mendukung data-data agar penelitian ini menjadi lebih

(46)

yaitu para pihak yang terlibat secara langsung dalam objek yang diteliti. Berikut

daftar yang diwawancarai secara langsung, yaitu :

a. 10 orang pemilik usaha ataupun manager operasional tempat hiburan karoke

sebagai responden

b. 1 orang Pejabat dari Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) sebagai nara

sumber

7. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh

dilapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode

deduktif45 dan induktif46

Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan

pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam

prakyek di lapangan. Dengan metode induktif, data primer yang diperoleh dilapangan

setelah dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang perkaitan dengan

perlindungan Hak untuk mengumumkan (Publication Right) maka akan diketahui

efektifitas Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2002 tentang Hak

Cipta dalam rangka perlindungan Hak untuk Mengumumkan (Publication Right).

45

Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya, Hal . 2. Prosedur Dedukrif yaitu bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahu dan diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat lebih khusus.

46

(47)

BAB II

PROSEDUR DAN TATA CARA MEMPEROLEH HAK UNTUK MEMPERTUNJUKKAN LAGU ATAU KARYA REKAMAN SUARA YANG

TERDAFTAR HAK CIPTANYA

A. Hak Cipta

1. Sejarah Perkembangan Pengaturan Hak Cipta

Perlindungan hak cipta secara domestik saja tidaklah cukup dan kurang

membawa arti atau manfaat bagi menumbuhkan kreativitas para pencipta. Kreativitas

dan aktivitas para pencipta dalam rangka memacu pertumbuhan untuk mendorong

karya cipta tentu sangat berarti jika perlindungan itu di jamin di setiap saat dan

tempat, sehingga kepastian hukum yang diharapkan itu benar-benar mereka peroleh.

Konvensi Internasional adalah perjanjian internasional. Mochtar

memberikan definisi bahwa, “Perjanjian Internasional itu adalah suatu perjanjian

yang diadakan antar anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.47

Suatu hal yang penting adalah bahwa suatu perjanjian internasional tidak

menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak ke tiga tanpa persetujuan pihak ke tiga.

Untuk keadaan seperti ini dalam teori mengenai perjanjian internasional disebutkan

sebagai “treaty contract”, yaitu menimbulkan hukum bagi para peserta, sedangkan

yang berikutnya adalah “law making treaty” yaitu secara langsung menimbulkan

47

(48)

kaedah-kaedah bagi semua masyarakat Internasional dan tidak hanya bagi

pihak-pihak peserta.48

Selanjutnya mengenai prosedur ratifikasi tergantung pula konstitusi

masing-masing negara. Untuk Indonesia, hal ini diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Dasar

1945 yang berbunyi : “Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang dan

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain”. Dari ketentuan ini untuk

Indonesia dapat di lihat bahwa prosedur ratifikasi itu dilakukan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Maka dengan pemberian ratifikasi tersebut

berarti suatu negara yang bersangkutan telah menyatakan persetujuannya untuk

mengikatkan dirinya pasa suatu perjanjian. Sebaliknya apabila ratifikasi itu di tolak

maka perjanjian itu hapus sama sekali, walaupun tadinya telah ditandatangani oleh

wakil-wakil negara yang bersangkutan.49

Di atas telah disebutkan bahwa dengan perjanjian itu dimaksudkan

menimbulkan akibat hukum tertentu. Secara yuridis perjanjian internasional itu akan

menerbitkan hak-hak dan kewajiban bagi negara peserta.

Maka apabila persetujuan telah tercapai timbullah hak-hak dan kewajiban

bagi para negara peserta yang telah mengikatkan dirinya. Hak yang ada pada kita

menimbulkan pula kewajiban kepada orang lain untuk menghormatinya, demikian

pula sebaliknya.

48

Ibid.hal.115 49

(49)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya perjanjian

internasional adalah untuk melindungi atau memberikan kepastian hak atas suatu hak

yang ditimbulakan dari suatu perjanjian tersebut kepada setiap peserta negara

anggota. Kesimpulan tersebut jika dikaitkan dengan Konvensi Internasional tentang

hak cipta secara internasional.

Maka sejalan dengan pemikiran di atas, pendirian yang mengatakan bahwa

perjanjian internasional hanya berlaku dalam wilayah suatu negara yang menjadi

peserta setelah diundangkannya undang-undang pelaksanaan yang lazim di negara

yang terikat dalam konvensi ini akan menikmati perlindungan yang sama seperti

diperoleh mereka dalam negaranya sendiri. Pada akhirnya individulah yang menjadi

tujuan perlindungan diadakannya konvensi internasional tentang hak cipta ini.

Oleh karena itu perlindungan hak cipta secara internasional adalah suatu

keharusan. Untuk perlindungan hak cipta secara internasional saat ini ada beberapa

konvensi internasional antara lain :

a. Persetujuan TRIPs

Persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects Of Intellectual Property Rights :

Aspek-aspek Perdagangan yang bertalian dengan Hak Milik Intelektual),

merupakan salah satu issue dari 15 issue dalam Persetujuan GAAT (Putaran

(50)

Keikutsertaan Indonesia dalam Persetujuan ini sejak tahun 1989. Didalam

persetujuan ini terdapat beberapa aturan baru di bidang Hak Milik Intelektual

dengan standar pengaturan dan perlindungan yang lebih dari memadai

dibandingkan dengan pengaturan perundang-undangan nasional, dengan disertai

pula sanksi keras berupa pembalasan (cross retaliation) di bidang ekonomi yang

ditujukan kepada suatu negara (anggota) yang tidak memenuhi ketentuannya.

Hadirnya persetujuan TRIPs ini, yang secara tidak langsung juga

mengharuskan para anggotanya untuk menyesuikan peraturan

perundang-undangan dengan berbagai konvensi internasional di bidang Hak Milik

Intelektual, mau tidak mau akan memaksa Indonesia untuk melakukan

penyesuaian-penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangannya.

TRIPs memiliki ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip dasar bagi para

anggotanya dalam melaksanakan aturannya. Ketentuan-ketentuan dan

prinsip-prinsip dasar ini tertuang dalam Bab I (pasal 1-8). Ketentuan dan prinsip-prinsip-prinsip-prinsip

dasar tersebut antara lain.50

1. Ketentuan Free to Determine, yaitu ketentuan yang memberikan kebebasan

kepada anggotanya untuk menentukan cara-cara yang dianggap sesuai untuk

menerapkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam TRIPs ke dalam

sistem dan praktek hukum mereka.

50

(51)

2.Ketentuan Intellektual Property Convention, yaitu ketentuan yang

mengharuskan para anggotanya menyesuaikan aturan perundang-undangan

dengan berbagai konvensi internasional di bidang Hak Milik intelektual.

3.Ketentuan National Treatment, yaitu ketentuan yang mengharuskan para

anggotanya memberikan perlindungan Hak Milik Intelektual yang sama

antara warga negaranya sendiri dengan warga negara anggota lainnya.

4.Ketentuan Most Favoured Nation Treatment, yaitu ketentuan yang

mengharuskan para anggotanya memeberikan perlindungan Hak Milik

Intelektual yang sama terhadap seluruh anggotanya.

5.Ketentuan Exhaution, yaitu ketentuan yang mengharuskan para anggotanya,

dalam menyelesaikan sengketa, untuk tidak menggunakan suatu ketentuan

pun di dalam Persetujuan TRIPs sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan

Hak Milik Intelektual di dalam negeri mereka.

Adapun TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum Hak

Milik Intelektual guna mendorong timbulnya inovasi, peralihan, serta penyebaran,

teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan

teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta

keseimbangan antara hak dan kewajiban (pasal 7 TRIPs). Untuk itu perlu

dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan

(52)

memadai terhadap Hak Milik Intelektual tidak kemudian menjadi penghalang

bagi perdagangan yang sah.

Ada beberapa hal penting di dalam Persetujuan TRIPs ini yang

menyangkut bidang Hak Cipta bila dikaitkan dengan Undang-Undang hak cipta

nasional yaitu:51

a. Di dalam persetujuan ini perlindungan hak cipta atas program komputer lamanya harus tidak dikurangi dari lima puluh tahun (pasal 2 TRIPs), sementara dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional juga telah disesuaikan menjadi lima puluh tahun (pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997).

b. Di dalam persetujuan ini dikenal adanya Hak penyewaan (Rental Rights) bagi pemegang hak cipta karya film (video) dan program komputer (pasal 11 TRIPs), yaitu hak yang diberikan kepada pencipta atas kegiatan penyewaan yang bersifat komersial. Pengaturan ini sudah ada dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional.

c. Dalam Persetujuan ini terdapat pengaturan yang tegas terhadap pelaku pertunjukkan, prosedur rekaman musik dan badan penyiaran, hal mana dalam Undang-Undang Hak Cipta Nasional yang baru sudah di atur secara tegas.

b. Berne Convention

Konvensi Bern yang mengatur tentang perlindungan karya-karya literer

(karya tulis) dan artistik, ditandatangani di Bern pada tanggal 9 September 1986, dan

telah berulang kali mengalami revisi serta penyempurnaan. Yang menjadi obyek

perlindungan hak cipta dalam konvensi ini adalah karya-karya sastra dan seni yang

meliputi segala hasil bidang sastra, ilmiah dan kesenian dalam cara atau bentuk

pengutaraan apapun, demikian yang dapat ditangkap dari rumusan pasal 2 Konvensi

51

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Triptomo dan Udan (2005:89) menyatakan bahwa critical success factors adalah faktor-faktor internal organisasi (sumber daya dan kompetensi) yang paling kritis atau

Kuesioner yang diberikan merupakan kuesioner secara langsung yaitu responden mengisi sendiri jawaban pertanyaan dari kuesioner yang diajukan mengenai partisipasi

IT pun juga menekankan bahwa hal itu hanyalah pengibaratan saja, bukan berarti status BLUD Bertahap membuatnya menjadi “swasta” layaknya terbebas dari kungkungan

Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa makna kata ﺔﻨﺘﻓ / fitnatun / dalam bahasa arab yang bermakna ءﻼﺘﺑﻻﺍﻭ ﺓﺮﺒﺨﻟﺍ / al-khibratu wa al-

Berdasarkan contoh kasus dan penelitian-penelitian diatas, penulis berinisiatif melakukan penelitian untuk menciptakan sebuah aplikasi darurat untuk wilayah Kabupaten

Oleh karena itu, penelitian ini memiliki lima buah variabel yaitu citra Prabowo (X) sebagai variabel bebas, keputusan memilih (Y) sebagai variabel terikat, persepsi

krena „u perlu rasanya untuk meningkatkan keberadaan kerajinan tersebut <* Kabupaten Magetan dengan menyediakan satu tempa, husu tuk.. promosi dan

Upaya Orangtua dalam memberikan nasehat kepada anak remaja, dalam rangka membina akhalak mereka. Menyimpulkan berdasarkan data yang penulis dapatkan dilapangan