BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Dalam penelitian hukum, adanya kerangka teoritis dan kerangka konsepsional menjadi syarat penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Dan didalam kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu system aneka “theore’ma” atau ajaran.23
1. Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah merupakan kerangka berfikir lebih lanjut terhadap masalah-masalah yang diteliti. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dara kerangka teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori.
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi, dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang menunjukkan ketidak benarannya.
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustofa Adidjoyo “ teori diartikan sebagai ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan (variable) dalam bidang-bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berfikir (frame of thinking) dalam memehami serta menangani permasalahan yang timbul di dalam bidang tertentu. Maria S. W. Sumardjono, menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah
23
Soejono Soekanto dan Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Ed. 1, Cet 7, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal.6
didefinisikan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.
Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini agar tidak salah arah. M. Solly Lubis, menyebutkan
“ bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan rumusan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan24.
Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Dalam hal ini fungsi teori selaras dengan apa yang dipaparkan oleh Sugiyono bahwa
“ teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variable yang akan diteliti. Setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan”. Artinya bahwa teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.25
Berawal dari pemikiran tentang ciptaan atau karya cipta, sudah sewajarnya apabila Negara menjamin perlindungan segala macam ciptaan yang merupakan karya intelektual manusia sebagai hasil dari olah pikirnya baik dalam bidang pengetahuan, industri, maupun seni dan sastra. Dasar pemikiran diberikannya kepada seorang
24
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994. hal.80 25
individu perlindungan hukum terhadap ciptaan seorang individu tersebut berawal dari teori yang tidak lepas dari dominasi pemikiran Mazhab atau Doktrin Hukum Alam yang menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal seperti yang dikenal dalam Sistem Hukum Sipil yang merupakan sistem hukum yang dipakai di Indonesia.26 Pengaruh Mazhab Hukum Alam ini terhadap seorang individu yang menciptakan berbagai ciptaan yang kemudian memperoleh perlindungan hukum atas ciptaan yang merupakan kekayaan intelektual.
Pasal 27 ayat 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, menyatakan : “ Setiap orang mempunyai hak sebagai pencipta untuk mendaptkan perlindungan atas kepenringan-kepentingan moral dan material yang merupakan hasil dari ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni.”27. Pengakuan universal ini mengakibatkan sudah tidak diragukan lagi bahwa suatu ciptaan mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan mempunyai nilai ekonomi sehingga menimbulkan adanya tiga macam konsepsi, yaitu :
1. Konsepsi Kekeayaan 2. Konsepi Hak
3. Konsepsi perlindungan Hukum
Ketiga konsepsi ini lebih lanjut menimbulkan kebutuhan adanya pembangunan hukum dalam bentuk pelbagai undang-undang, misalnya mengenai HAKI. Mengenai pembangunan hukum ini, Mochtar Kusumaatmadja berpendapat
26
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Edisi ke-2 cetakan ke-3, Bandung, Alumni, 2005.hal. 17
27
bahwa sanya hukum adalah sebagai sarana bagi pembangunan dan sarana pembaharuan masyarakat.28 Pendapatnya yang demikian ini bertolak dari pandangan tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang dapat dikembalikan pada pertanyaan fundamental yaitu : Apakah tujuan hukum itu ?. Jawaban yang dapat diajukan atas pertanyaan tersebut adalah bahwa pada akhirnya tujuan pokok dari hukum tersebut apabila akan direduksi pada suatu hal saja, adalah ketertiban (order)29. Disamping ketertiban, tujuan hukum lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda sisi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengalami penjajahan Belanda selama 3 ½ abad. Sebagai negara jajahan, masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya, demikian juga masalah hukum dan hak cipta semuanya dikuasi dan ditenukan oleh penjajah. Kedaulatan, termasuk dalam hubungan internasional dikendalikan oleh pemerintah kolonia tersebut.
Ketika negeri Belanda menandatangani naskah Konveksi Bern pada tanggal 1 April 1913, sebagai negara jajahanya Indonesia diikutsertakan dalam konvensi tersebut, sebagaimana tersebut dalam Staatsbalad tahun 1914, Nomor 797. Ketika Konvensi Bern ditinjau kembali di Roma pada tanggal 2 Juni 1928, peninjauan kembali ini dinyatakan pula berlaku untuk Indonesia (Staatsblad tahun 1912 )30.
28
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung, Alumni, 2002. hal.13-14
29
Eddy Damian, Op.Cit., hal. 19 30
Ketika kemudian Indonesia dijajah oleh Jepang selama 3 ½ tahun, secara di facto kekuasaan dalam pemerintah, politik, ekonomi, sosial dan juga dalam bidang hukum, termasuk dalam hal Hak Cipta ini juga dikendalikan oleh pemerintah Jepang. Namun karena pergolakan dan kemelut peperangan, hukum perang yang berlaku waktu itu seakan tidak memungkinkan pelaksanaan dan pemeliharaan Hak Cipta. 31
Dalam penduduk Jepang ini, Hak Cipta di Indonesia berada dalam keadaan
status quo. Sebagai konsekuensi peperangan, pemerintah Jepang tidak berkesepatan
untuk mengurus dan menata perkembangan dengan masalah Hak Cipta ini.32
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan dirinya sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dan bersatu. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tangal 18 Agustus 1945 menetapkan berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 10 Oktober 1945 dalam Pasalnya menyatakan : 33
”Sebagai badan-badan dan negara dan peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar, masih berlaku asal saja tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut.”
Berdasarkan pasal 5 Persetujuan Peralihan yang dihasilkan dalam Konfrensi Meja Bundar antara Republik Indonesia dengan negeri Belanda, yang setelah dibatalkan tidak mempunyai kekuatan hukum lagi. Maka dengan sendirinya 31 Ibid,Hal.18 32 ibid 33
Faizal Ramzi, Serba-serbi Peraturan Hukum Indonesia : Pasca Kemerdekaan 1945. Penerbit Kebangsaan, Jakarta. 1991. Hal 34
perjanjian-perjanjian yang diadakan oleh pemerintah Belanda ketika menjajah Indonesia dimana peraturan-peraturan tersebut dinyatakan juga berlaku bagi negara jajahnya, praktis dengan merdekanya Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 seyogyanya beralih pula kepada pemerintah Indonesia. 34
Indonesia baru berhasil menciptakan hukum Hak Cipta nasional sendiri pada tahun 1982 yaitu pada saat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara 1982 Nomor 15 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3117) diundangkan. Di dalam pertimbangan undang-undang yang mencabut Autersweat 1912 ini ditegaskan bahwa pembuatan undang-undang baru itu dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipaan, menyebarlaskan hasil kebudayaan di bidang ilmu seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan bangsa. Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1987, UUHC 1982 disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara 1987 Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3362). Di dalam pertimbangan undang-undang ini dijelaskan bahwa penyempurnaan dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan susastra35.
34 Ibid
35
Sanusi Bintang, SH, MLIS, Hukum Hak Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998 hlm 18
Ditambah bahwa kegiatan pelaksanaan pembangunan nasional yang semakin meningkat, khusunya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan susastra ternyata telah berkembang pula kegiatan pelanggaran Hak Cipta, terutama dalam bentuk tindak pidana pembajakan, yang telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat merusak tatana kehidupan masyarakat pada umumnya dan minat untuk mencipta pada khusunya.
Penyempurnaan berikutnya dari UUHC adalah pada tahun 1997 dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 29 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3679). Dalam pertimbangannya disebutkan bahwa penyempurnaan ini diperlukan sehubungan adnaya perkembangan kehidupan yang berlangsung cepat, terutama di bidang perekonomian di tingkat nasional dan internasional yang menuntut pemberian perlindungan yang lebih efektif. Disamping itu juga karena penerimaan dan keikutsertakan Indonesia dalam persetujuan mengenai aspek-aspek dagang hak atas kekayaan intelektual (Agreement
on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeif Goods / TRIPS) yang merupakan bagian dari persetujuan pembentukan
organisasi perdagangan dunia (Agreement Establishing The Work Trade
Organization). Pertimbangan lainnya ialah pengalaman, khususnya terhadap
kekurangan dalam penerapan UUHC sebelumnya.
Akhirnya, pada tahun 2002, UUHC yang baru telah diundangkan yaitu Undang-Undang Nomro 19 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220) yang memuat perubahan-perubahan
untuk disesuaikan dengan TRIPS dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektural yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisional Indonesia.
Selain itu, yang penting artinya dalam UUHC yang baru, ditegaskan dan dipilih kedudukah Hak Cipta disatu pihak dan Hak Terkait (neighboruing rights), di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan karya intelektual secara lebih jelas.36
2. Konsepsi
Konsepsi adalah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.37
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping hal yang lain- lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan penting dalam hukum.
36
Tim Linsey, B.A., LL.B.,Blitt.Eddy Damian,., Simon Butt,., Tomi Suryo Utomo,., Hak
Kekayaan Inteletural suatu pengantar Bandung, Alumni 2002, hlm.94
37
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis38
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil, kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan dapat pegangan konkrit didalam proses penelitian. 39
Hans Kelsen mengemukakan :
”Suatu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Biasanya, yakni dalam hal sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dalam kasus ini subjek dari tanggung jawab hukum dan subjek dari kewajiban hukum tertentu ”40
Pendapat tersebut sesuai dengan konsep teori M. Solly Lubis yang mengatakan ”kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis penulis mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti ”41
38
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995,hal. 7
39
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986, hal.133
40
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul Buku Asli General Theory of Law and
State, Alih Bahasa Somardi, Rimdipress, Jakarta 1995,hal.65
41
Selanjutnya, konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, jika masalah dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris42
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesisi ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu sebagai berikut :
1. Hak Cipta
Hak cipta berarti hak seseorang sebagai miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang merupakan hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.
2. Mempertunjukkan (Publication)
Mempertunjukkan dapat diartikan sebagai mempertontonkan, mempertunjukkan, mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, seniman peragawati
42
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal.21
3. Mengumumkan
Mengumumkan adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran sesuatu ciptaan, dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat di baca, di dengar atau dilihat oleh orang lain.
4. Hak Untuk Mempertunjukkan (Publication right )
Hak untuk mempertunjukkan adalah Hak Terkait (neighboring rights) yaitu hak yang berkaitan dengan hak cipta. Dimana kepada pemegang Hak untuk mempertunjukkan ini diberikan hak untuk mempertunjukkan suatu karya ciptaan di bidang seni.
5. Hak Produser Rekaman Suara dan Pemegang Hak Cipta
Hak Produser Rekaman Suara merupakan Hak yang dimiliki oleh seorang Produser Rekaman Suara atas suatu hasil karya ciptaannya yang merupakan hasil rekaman suara dengan komposisi dan aransemen sang pencipta (Produser). Dan Pemegang Hak Cipta adalah orang-orang ataupun pihak –pihak yang menguasai atau memegang Hak Cipta atas suatu ciptaan yang diperoleh baik secara langsung, jual-beli, maupun dengan system royalty.
6.Sarana Hiburan yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah sarana hiburan yang dalam kegiatan usahanya memanfaatkan ataupun mengkomersilkan hasil karya rekaman, yang lebih spesifik lagi yaitu sarana hiburan karoke