BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global
dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,
produktivitas dan daya saing (sisi penawaran) dalam negeri (Made, 2008). Sebagai
gambaran, berikut ini disajikan pertumbuhan ekonomi tahunan beberapa negara Eropa,
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa beberapa negara Eropa mengalami
pertumbuhan fluktuatif yang cenderung meningkat pada tahun 2004-2007, tetapi pada
tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Eropa mulai melemah
dan hal ini terjadi hampir pada seluruh negara-negara Eropa termasuk Jerman dan
Perancis sebagai negara penopang Eropa, demikian juga yang dialami oleh Yunani dan
Portugal (Made, 2008).
Dampak krisis finansial di AS dan Eropa pada tahun 2008 menyebar ke seluruh
markets melalui financial channel dan trade channel, khususnya negara Asean, seperti terlihat di bawah ini :
Gambar 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Negara Kawasan ASEAN 2008 - 2009
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan pada tahun 2008-2009, dengan adanya krisis global menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN khususnya Malaysia, Singapura dan Thailand mengalami pertumbuhan negatif, sedangkan untuk Indonesia dan Filipina mengalami pertumbuhan positif.
Krisis global, diperkirakan akan memberi dampak yang besar dalam jangka
waktu yang lebih panjang (menengah) pada sektor riil terutama perdagangan terkait
perlambatan perekonomian dunia terutama pada negara-negara maju. Krisis global tidak
berpengaruh besar terhadap jalur perdagangan langsung (direct trade) antara Indonesia
dengan Eropa maupun dengan Amerika Serikat. Namun jalur perdagangan tidak
langsung (indirect trade) Indonesia dengan Eropa dan Amerika akan terpengaruh
akan mengurangi impornya disebabkan permintaan negara-negara maju menurun
terhadap barang China.
Sedangkan Indeks saham ASEAN, juga mengalami pertumbuhan negatif untuk indeks Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam, tetapi Indonesia dan Philipina mengalami pertumbuhan positif. Berikut ini dapat dilihat pada gambaran indeks saham pada benua East Asia akibat krisis Eropa
Tabel 1.2
Gambaran Indeks Saham
Krisis suatu negara yang berimbas pada negara lain merupakan efek penularan
(contagion effect) dapat terjadi bagi semua kejadian di berbagai bidang baik krisis
ekonomi maupun keuangan. Krisis di bidang keuangan, seperti fluktuasi harga saham
yang terjadi di suatu pasar modal berdampak pada fluktuasi menurunnya return saham
dan pada akhirnya berpengaruh pada pola abnormal return sebagai tolok ukur kinerja
Dari penelitian yang telah dilakukan (Gerlach dan Smets, 1995), dapat diketahui
bahwa efek penularan dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu karena ada hubungan dagang
(trade links) dan kesamaan kondisi dan kebijakan makroekonomi. Gerlach dan Smets
(1995) mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan mekanisme efek
mata uang menyebabkan mata uang tersebut terdepresiasi sehingga dapat meningkatkan
daya saing produknya. Peningkatan daya saing ini berarti penurunan ekspor bagi
negara-negara pesaingnya, sehingga dapat mengakibatkan negara pesaingnya
mengalami defisit transaksi berjalan, penurunan cadangan devisa secara bertahap, dan
pada akhirnya menghasilkan suatu serangan terhadap mata uangnya.
Ada dua yang mendasari keputusan sumber pendanaan, yaitu teori statis
(balancing/trade-off theory) dan pecking order theory. Keputusan pendanaan dengan
teori statis adalah pendanaan berdasarkan struktur modal optimal, yaitu struktur modal
dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang
terhadap biaya kebangkrutan. Tujuan dari teori statis adalah untuk menyeimbangkan
modal sendiri dengan modal yang berasal dari luar. Perusahaan yang pasar keuangannya
berkembang baik cenderung melakukan penyesuaian ke target leverage optimal jangka
panjangnya, sementara perusahaan yang pasar keuangannya kurang efisien lebih
memilih prioritas penerbitan ekuitas ketimbang mengejar rasio leverage optimal.
Sedangkan pecking order theory menjelaskan bahwa pendanaan didasarkan pada urutan
preferensi pendanaan yang memiliki risiko terkecil, yaitu laba ditahan, hutang dan
penerbitan ekuitas (Myers, 1984).
Struktur modal sebagai perbandingan antara hutang perusahaan (total debt) dan
total aktiva (total asset). Perbandingan ini dilihat dengan bagaimana distribusi aktiva
perusahaan terhadap total kewajiban perusaahaan. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap strukur modal adalah ukuran, pertumbuhan, resiko keuangan,
struktur aktiva dan non debt tax shield perusahaan
Ukuran Perusahaan merupakan cerminan dari besarnya kekayaan perusahaan
besar cenderung mudah untuk mendapatkan pinjaman daripada perusahaan yang
berukuran kecil.
Pertumbuhan perusahaan merupakan cerminan produktivitas perusahaan dan
merupakan suatu harapan yang diinginkan pihak internal & eksternal perusahaan (Fraser, 2006); hubungannya dengan struktur modal adalah perusahaan yang
pertumbuhannya bagus cenderung tidak akan menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaannya.
Risiko keuangan merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan
karena semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang
mengarah kebangkrutan (Agnes, 2005); hubungannya dengan struktur modal adalah
perusahaan yang terlalu menggantungkan hutang sebagai sumber pembiayaan
cenderung mempunyai risiko keuangan yang besar karena dapat mengarah
kebangkrutan
Struktur aktiva merupakan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dapat
dijadikan jaminan ketika perusahaan menerbitkan hutang (Chen dan Jiang, 2001);
hubungannya dengan struktur modal adalah perusahaan yang mempunyai aktiva tetap
yang besar cenderung mudah untuk mendapatkan pinjaman, karena struktur aktiva
tersebut dapat dijadikan jaminan hutang
Non debt tax shield besarnya biaya non kas yang menyebabkan penghematan pajak dan dapat digunakan sebagai modal untuk mengurangi hutang, dengan
berhutangnya perusahaaan maka ada penghematan pajak sehingga dapat menaikkan
Penelitian ini hanya dilakukan 6 negara di ASEAN yaitu negara Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, namun negara seperti Kamboja
dan Laos tidak diuji karena kedua negara tersebut tidak mempunyai bursa efek.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis Pengaruh
Faktor Ukuran, Pertumbuhan, Risiko Keuangan, Struktur Aktiva dan Non Debt Taxes Shield Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Bursa Efek Enam Negara Asean
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield secara simultan
terhadap struktur modal ?
2. Apakah terdapat pengaruh faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield secara parsial terhadap
struktur modal ?
1.3Tujuan Penelitian
1. Menguji dan menganalisis pengaruh faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield secara
simultan terhadap struktur modal
2. Menguji dan menganalisis pengaruh faktor ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, risiko keuangan, struktur aktiva dan non debt tax shield secara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah, memperluas wawasan dan mengembangkan
ilmu manajemen keuangan, khususnya bagi riset-riset keuangan korporasi. Studi
ini menekankan kinerja proses yang mengintegrasikan pandangan teori struktur
modal melalui metode penelitian berbeda dengan riset-riset terdahulu.
2. Bagi Manager, secara praktis studi ini memberikan pedoman dalam
mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber dana yang dipilih dalam
melakukan pengambilan keputusan pendanaan. Dengan mengetahui struktur
modal optimal, diharapkan studi ini memberikan sumbangan bagi pihak kreditur
sebagai pedoman untuk mengucurkan kredit
3. Bagi investor (shareholder dan bondholder) sebagai bagian dari pedoman pemberdayaan investor (sharing informasi) untuk menempatkan penyertaan
modalnya kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki perimbangan hutang
dan modal sendiri yang favorable.
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Werner
(2009) yang berjudul determinan struktur modal : studi di Asia Tenggara.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : Penelitian
sebelumnya menggunakan Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Asset Tangibility,
Pertumbuhan Perusahaan dan Non Debt Tax Shield. Variabel dependen pada
penelitian yang dilakukan Werner adalah utang. Sedangkan pada penelitian ini,
peneliti menggunakan variabel independen, terdiri dari Ukuran, Pertumbuhan,
yang digunakan adalah Struktur Modal. Pada penelitian ini, peneliti tidak
memasukkan variabel Profitabilitas dan Asset Tangibility, dan menambahkan
variabel baru yaitu Resiko Keuangan dan Struktur Aktiva. Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2013 sedangkan penelitian Werner pada Tahun 2009. Objek penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Enam Negara ASEAN, sedangkan objek pada penelitian sebelumnya
pada perusahaan yang ada di Asia tenggara. Fokus penelitian ini adalah Negara
ASEAN karena sebagaimana yang kita ketahui, sejak krisis ekonomi 2008, pusat
kekuatan ekonomi dunia secara perlahan bergeser dari Negara-negara barat yaitu
Eropa dan Amerika Utara, menjadi ke ASIA. Di ASIA sendiri, salah satu zona
perekonomian yang berkembang pesat adalah ASEAN sehingga penelitian ini
mengambil fokus pada perusahaan yang tergabung dalam zona ASEAN. Variable
profitabilitas tidak dipakai dalam penelitian ini, karena profitabilitas merupakan
proporsi dari EBIT dan Total Asset, karena EBIT sudah dipakai ukuran perusahaan
dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan EBIT juga sudah dipakai dalam dalam