SUPLEMEN MATERI KULIAH FI-1102
FISIKA DASAR II
RINGKASAN MATERI KULIAH
PEMBAHASAN SOAL UJIAN TPB SEM. II
oleh
MIKRAJUDDIN ABDULLAH
PROGRAM STUDI FISIKA
Kata Pengantar
Diktat ini berisi ringkasan materi Fisika dasar II dan pembahasan ujian Fisika Dasar II beberapa tahun sebelumnya. Banyak mahasiswa mengalami kesulitan menjawab soal ujian Fisika Dasar walaupun sebenarnya soal-soal tersebut tidak terlalu sulit. Hal tersebut mungkin disebabkan perubahan cara menjawab soal antara ujian di sekolah menegah atas dan di ITB. Ujian-ujuan di sekolah menengah atas lebih didominasi oleh soal-soal pilihan ganda. Dengan tipe soal seperti itu siswa hanya dituntut medapatkan hasil akhir, tanpa terlalu risau dengan proses mendapatkan hasil tersebut. Hal sebaliknya terjadi di TPB. Tiap langkah dalam mencapai jawaban akhir akan mendapat penilaian. Sekalipun hasil akhir benar, namun jika langkah yang ditempuh mencapai hasil tersebut salah maka jawabab dianggap salah.
Cara menjawab soal yang disampaikan dalam diktat ini mungkin tampak panjang. Hal ini sengaja dilakukan agar mahasiswa mengetahui alasan mengapa langkah-langkah yang dilakukan seperti itu. Dalam menjawab soal ujian sebenarnya, para mahasiswa dapat meringkasnya lagi tetapi tetap mempertahankan aliran logika/alasan yang benar.
Penulis sangat menyarankan agar para mahasiswa tidak hanya mengandalkan diktat ini dalam mengikuti kuliah Fisika Dasar. Isi diktat ini tidak terlalu banyak dan hanya sebagai pelengkap referensi-referensi standar lainnya. Bacalah buku sebanyak-banyaknya karena ilmu yang kalian miliki sebanding dengan jumlah halaman buku yang kalian baca. Selamat belajar dan semoga sukses.
Bandung, Oktober 2007
Daftar Isi
Bab 1 Hukum Coulomb dan Hukum Gauss 1
Bab 2 Potensial Listrik dan Kapasitor 17
Bab 3 Listrik Arus Searah 30
Bab 4 Kemagnetan 36
Bab 5 Hukum Biot Savart 42
Bab 6 Hukum Ampere 51
Bab 7 GGL Induksi dan Induktansi 57
Bab 8 Arus Bolak-Balik 66
Bab 9 Besaran Gelombang 83
Bab 10 Gejala Gelombang dan Gelombang Bunyi 92 Bab 11 Interferensi Gelombang Elektromagnetik 98
Bab 12 Model Atom dan Molekul 107
Bab 13 Pembahasan Ujian I Semester II 1998/1999 113 Bab 14 Pembahasan Ujian I Semester II 2000/2001 126 Bab 15 Pembahasan Ujian I Semester II 2003/2004 138 Bab 16 Pembahasan Ujian I Semester II 2006/2007 150 Bab 17 Pembahasan Ujian II Semester II 1998/1999 162 Bab 18 Pembahasan Ujian II Semester II 1999/2000 174 Bab 19 Pembahasan Ujian II Semester II 2000/2001 183 Bab 20 Pembahasan Ujian II Semester II 2001/2002 195 Bab 21 Pembahasan Ujian II Semester II 2002/2003 203 Bab 22 Pembahasan Ujian II Semester II 2003/2004 212 Bab 23 Pembahasan Ujian II Semester Pendek 2003/2004 220 Bab 24 Pembahasan Ujian II Semester II 2006/2007 230 Bab 25 Pembahasan Ujian III Semester II 2002/2003 239 Bab 26 Pembahasan Ujian III Semester II 2003/2004 248 Bab 27 Pembahasan Ujian III Semester II 2003/2004 257
Bab 1
Hukum Coulomb dan Hukum Gauss
1.1 Gaya antara dua muatan listrik
i) Dua muatan sejenis melakukan gaya tolak-menolak. ii) Dua muatan tidak sejenis melakukan gaya tarik-menarik.
1.2 Gaya Coulomb antara dua muatan titik
Misalkan ada dua muatan q1 dan q2 yang masing-masing berada pada posisi r1
r dan . Vektor posisi muatan q
2
rr 2 relatif terhadap q1 adalah
ambar 1.1 Posisi muatan q1 dan q2 dalam system koordinat
(1.1)
arak antara dua muatan = besar posisi relatif dua muatan
1 rr 2 rr 21 rr q1 q 2 1 rr 2 rr 21 rr q1 q 2 G 1 2 21 r r rr = r −r J r21 = rr21 = rr −2 rr1 . Vektor satuan
yang searah dengan vektor rr21 adalah
1 2 1 2 21 21 21 ˆ r r r r r r r r r r r r − − = = (1.2)
Besar gaya Coulomb pada muatan q2 oleh muatan q1
2 1 2 2 1 2 21 2 1 21 4 1 1 q q qq 4 r r r F o o r −r = = πε πε (1.3)
rah gaya F21 searah dengan vektor satuan ˆr21 sehingga dalam notasi vektor A
21 2 1 2 2 1 21 ˆ 4 1 r r r q q F o r r r − = πε (1.4)
Dengan mensubstitusi ˆr21 ke dalam persamaan (1.4) dapat juga ditulis
) ( 4 1 ) ( 4 1 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 21 r r r r q q r r r r r r q q F o o r r r r r r r r r r r − − = − − − = πε πε (1.5)
Dengan hukum aksi-reaksi Newton, gaya coulomb pada muatan q1 oleh muatan q2 adalah
21
12 F
Fr =−r
1.3 Gaya Coulomb oleh sejumlah muatan
Misalkan terdapat muatan q1, q2, q3, dan q4. Berapa gaya pada muatan q4?
anbar 1.2 Posisi koordinat sejumlah muatan dan gaya total yang bekerja pada satu muatan
q1 q2 q3 q4 1 rr 2 rr 3 rr 4 rr 41 rr 42 rr 43 rr 41 Fr 42 Fr 43 Fr x y 41 Fr 42 Fr 43 Fr 42 41 F Fr + r 43 42 41 F F Fr + r + r q1 q2 q3 q4 1 rr 2 rr 3 rr 4 rr 41 rr 42 rr 43 rr 41 Fr 42 Fr 43 Fr x y q1 q2 q3 q4 1 rr 2 rr 3 rr 4 rr 41 rr 42 rr 43 rr 41 Fr 42 Fr 43 Fr x y 41 Fr 42 Fr 43 Fr 42 41 F Fr + r 43 42 41 F F Fr + r + r 41 Fr 42 Fr 43 Fr 42 41 F Fr + r 43 42 41 F F Fr + r + r G
Gaya oleh q1 pada q4: 3 41 41 4 1 41 4 1 r r q q F o r r r πε =
Gaya oleh q2 pada q4: 3 42 42 4 2 42 4 1 r r q q F o r r r πε =
Gaya oleh q3 pada q4: 3 43 43 4 3 43 4 1 r r q q F o r r r πε =
Gaya total pada muatan q4: F4 F41 F42 F43
r r r r + + =
Secara umum, gaya pada qo oleh sejumlah muatan q1, q2, q3, …, qN:
∑
∑
= = = = N i i i i o N i i a r r q q F F o 1 0 3 0 0 1 0 4 1 r r r r πε (1.6) 1.4 Medan listrikMedan listrik yang dihasilkan muatan q1 pada posisi muatan q2, E21
r , didefinisikan sebagai berikut 21 2 21 q E Fr = r (1.7)
Dengan membandingkan (1.7) dan (1.5) maka
21 3 21 1 21 4 1 r r q E o r r r πε = (1.8)
Dinyatakan dalam skalar, besar medan listrik yang dihasilkan muatan sembarang pada jarak r dari muatan tersebut:
2 4 1 r q E o πε = (1.9)
Arah medan listrik didefinisikan sebagai berikut: i) Keluar dari muatan positif.
E E
E E
Gambar 1.3 Arah medan listrik: (a) keluar dari muatan positif dan (b) masuk ke muatan negatif.
1.5 Medan listrik yang dihasilkan distribusi muatan a) Medan listrik oleh muatan cincin
Cincin berjari-jari a dan bermutan q yang tersebar secara merata.
ambar 1.4 Medan listrik di sumbu cincin r θ h a ∆E ∆Eh ∆Ev r θ h a ∆E ∆Eh ∆Ev G
(
2 2)
3/2 4 1 a h qh E o + = πε (1.10)) Medan listrik oleh muatan batang
Kita akan bahas medan listrik yang dihasilkan oleh batang dengan panjang L di
posisi yang sejajar dengan sumbu batang. Batang memiliki kerapatan muatan homogen dengan muatan total Q. Titik pengamatan adalah pada jarak a dari ujung batang terdekat.
Gambar 1.5 Medan listrik yang dihasilkan oleh batang
) ( 4 1 Q E= L a a o + πε (1.11)
c) Medan listrik oleh dipol
Dipol adalah muatan yang sama besar tetapi berbeda tanda yang dipisahkan oleh hat dari jauh, dipol tampak netral karena kedua muatan sangat berdekat
jarak yang cukup kecil. Dili
an. Tetapi dilihat dari dekat, yaitu pada orde yang sama dengan jarak pisah dua muatan, dipol tampak sebagai dua muatan terpisah. Besar medan listrik sepanjang garis yang memotong tegak lurus sumbu dipol di tengah-tengah pada jarak h dari pusat dipol adalah
[
2 2]
3/2 ) 2 / ( 4 1 qd E= (1. d h o + πε 12)Kita mendefinisikan momen dipol
(1.13) Dengan demikia qd p= n, diperoleh
[
2 2]
3/2 ) 2 / ( 4 1 p E= d h o + πε (1.14) x a a+L dL x a a+L x a a+L dLambar 1.6 Menentukan medan listrik oleh dipol
Jika jarak titik pengamatan sangat besar dibandingkan dengan jarak antara dua muatan, E2 -q +q β β d/2 d/2 h r r E1 E θ E2 -q +q β β d/2 d/2 h r r E1 E θ -q +q β β d/2 d/2 h r r E1 E θ G
atau d <<h, maka kita dapat mengaproksimasi h2 +(d/2)2 ≈h2sehingga
[ ]
2 3/2 3 4 1 4 1 h p h p E o o πε πε = ≈ (1.15).6 Perhitungan medan dengan metode integral
eperti pada Gambar 1.7.
ambar 1.7 Kuat medan listrik yang dihasilkan benda kontinu sembarang
1
Misalkan kita memiliki benda sembarang s
rr P rr r rr −P r P rr P rr r rr −P r P G
Kuat medan listrik pada titik sembarang P dengan vektor posisi rr
∫
− − = ( ) 4 1 dq r r 2 3 r r r r E P o P r r r πε (1.16)Persamaan (1.16) merupakan bentuk umum dari persamaan untuk mencri kuat medan listrik ang dihasilkan oleh muatan yang terdistribusi kontinu. Berdasarkan jenis distribusi muatan, y
kita menemui tiga macam yaitu distribusi muatan, yaitu satu dimensi, dua dimensi, dan tiga dimensi.
i) Untuk distribusi muatan satu dimensi, misalnya muatan pada kawat, maka dq=λdx dengan λ adalah rapat muatan per satuan panjang dan dx adalah elemen panjang kawat. ii) Untuk distribusi muatan dua dimensi, misalnya muatan pada pelat, maka dq=σdS dengan σ adalah rapat muatan per satuan luas permukaan dan dS adalah elemen luas permukaan.
iii) Untuk distribusi muatan tiga dimensi maka dq=ρdV dengan ρ adalah rapat muatan per satuan volum dan dV adalah elemen volum benda.
Garis gaya listrik adalah garis khayal yang keluar dari muatan positif dan masuk ke menggambarkan garis gaya listrik maka kita dapat mendefinisikan medan l
titik sama sejajar dengan garis singgung garis gaya pada titik
1.6 Fluks listrik
Fluks listrik didefinisikan sebagai perkalian skalar antara vektor kuat medan listrik
1.5 Garis gaya listrik
muatan negatif. Setelah istrik sebagai berikut
i) Besarnya medan listrik sebanding dengan kerapatan garis gaya per satuan luas permukaan ii Arah medan listrik di suatu
tersebut. A B C A B C
dengan vektor luar permukaan yang ditembus oleh medan tersebut.
Gambar 1.9 Definisi fluks listrik
Pada Gambar 1.9 me Er Ar θ Er Ar
dan listrik Er menembus permukaan dengan vektor luas permukaan Ar. Fluks listrik yang melewati permukaan memenuhi
θ
φ =Er•Ar = EAcos (1.17)
m m
. Contohnya, untuk Gbr 1.10, fluks total apat ditulis sebegai
Jika permukaan yang ditembus edan terdiri dari sejumlah segmen, maka fluks total sa a dengan jumlah fluks pasa masing-masing segmen
θ 1 E 2 3 E 1 Ar Ar3 4 Ar 1 θ 3 θ 4 θ d r r 4 Er 2 Ar 2 θ Er 1 E 2 3 E 1 Ar Ar3 4 Ar 1 θ 3 θ 4 θ r r 4 Er 2 Ar 2 θ Er
Gambar 1.10 Medan listrik menembus sejumlah segmen permukaan
4 3 2 1 φ φ φ φ φ = + + + 4 4 3 3 2 2 1 1 A E A E A E A Er • r + r • r + r • r + r • r =
4 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1
1A cosθ E A cosθ E A cosθ E A cosθ
E + + + = (1.18) ecara umum S
∑
= • = n i i i A E 1 r r φ∑
= = n i i i iA E 1 cosθ (Untuk kasus umum di mana permukaan yang dikenai medan listrik adalah permukaan sembarang dan kuat serta arah medan listrik juga sembarang maka fluks yang melewati permukaan ditentukan dengan integral sebagai berikut
(1.20)
untuk mencari kuat medan strik di sekitar muatan kantinu pada benda yang memiliki simetri. Hukum tersebut dirumuskan sebagai beri
1.19)
∫
= E θdA
φ cos
1.7 Hukum Gauss
Hukum Gauss merupakan metode yang sangat efektif li kut o tertutup permukaan i ε − atau tertutup permukaan q A
∑
− = r i E∑
r • o tertutup permukaan tertutup permukaan i i i q A E ε θ∑
∑
− − = cos (1.21)Untuk permukaan yang sembarang, hukum Gauss dapat diungkapkan dalam bentuk integral, yaitu o q dA E ε θ
∑
∫
cos = atauo q A d E ε
∑
∫
r• r = (1.22) ol∫
Simb menyatakan bahwa integral dilakukan pada permukaan tertutup.
1.8 Memilih permukaa
Langkah pertama yang harus ditempuh ketika akan menggunakan hukum Gauss
em kaan Gauss yang
digunakan dalam menentukan kuat medan listrik
n Gauss
adalah m iliih permukaan Gauss yang tepat. Berikut adalah bentuk permu
a) Kawat lurus panjang
Permukaan Gauss yang kita gunakan berupa silinder dengan jari-jari r dengan kawat adalah sumbu. Panjang silinder bisa bebas, misalkan L.
r
L r
L
Gambar 1.11 sekitar kawat lurus
panjang
Penjumlahan dapat dinyatakan sebagai penjumlahan tiga bagian, yaitu Permukaan Gauss untuk menentukan kuat medan listrik di
∑
EiAicosθi{
E A}
{
E A}
{
E A}
A
E cosθ = cosθ + cosθ + cosθ
∑
i i i 1 1 1 alas 2 2 2 tutup 3 3 3 selubung (1.23)o cos 1 1 1 1 1 1 1A = E θ Tutup: θ = 90o Selubung θ = 0o. Dengan demikian Alas: θ = 90 . 0E A cos90o =E A ×0= . 0E2A2cosθ2 =E2A2cos90o =E2A2×0=
3 3 3 3 3 3 3 = E A θ 3 3 cos0 E A 1 E A o = × =
engan A3 = luas selubung
cos A E L r× =2π D L,
E
1θ
1A
2E
2θ
2E
3A
3alas tutup selubung
Gambar 1.12 Arah medan listrik di alas, tutup, dan selubung silinder
Muatan yang dilingkupi permukaan gauss hanya ada berada pada bagian kawat sepanjang
yaitu
∑
q=λL. Dengan menggunakan hukum Gauss, makao ε L rLE λ π = + +0 2 0 3 r o πε E λ 2 3 Muatan titik = (1.24)
Misalkan kita memiliki muatan titik Q dan kita ingin menentukan kuat medan listrik pada jarak r dari muatan tersebut. Pilih permukaan Gauss berupa permukaan bola dengan jari-jari r dan berpus
=
∑
= E (luas permukaan bola) = . at di muatan. Karena hanya ada satu permukaan maka
θ
θ cos
cos EA A
Ei i i
Arah medan di permukaan bola adalah radial. Arah vektor permukaan juga radial sehingga θ = 0 atau cos θ = 1. Dengan demikian
EA A Ei i i =
∑
cosθ × E×(4πr2)A
1A
1E
1θ
1A
1E
1θ
1A
2E
2θ
2A
2E
2θ
2E
3A
3E
3A
3Jumlah total muatan yang dilingkupi permukaan Gaus adalah muatan titik itu sendiri Q q=
∑
. Diperoleh o Q r E ε π = ×(4 2) atau 2 4 1 r Q E o πε =Hasil ini persis sama dengan apa yang diperoleh dengan menggunakan hukum Coulomb.
tak berhingga
Misal muatan er satuan luas yang dimiliki pelat kita anggap σ. Kita buat permukaan Gauss yang berbentuk silinder seperti pada Gbr. 1.13. Misalkan luas alas atau tutup silinder
dalah A. Pelat p a A A1 A2 A3 E E A A1 A2 A3 E E
Gambar 1.13 Permukaan Gauss di sekitar pelat tak berhingga
{
}
alas{
}
tutup{
}
se ungi i
iA E A E A E A
E cosθ = 1 1cosθ1 + 2 2cosθ2 + 3 3cosθ3 lub
∑
las silinder: A E E1 = A A1 = = 0 1 θ EA EA A E1 1cosθ1 = cos0o =Tutup silinder: E E2 = A2 = A 2 θ = 0 Selubung silinder: 3 = = o A E E Diperoleh 2 0= + + = θ
Muatan yang dikandung permukaan Gauss hanya berlokasi pada bagian pelat yang beririsan
engan silinder, A. Jumlah muatan adalah EA EA A E2 2cosθ2 = cos0o = E E3 = o 90 = θ3 0 3 A cosθ3 3 3cos90 EA EA EA A Ei icos i
∑
A q=σ∑
.d yaitu bagian pelat seluas
o i i i q A E ε θ
∑
∑
cos = atau o ε E σ 2 = (1.25)Medan listrik oleh dua pelat sejajar
Prinsip yang kita gunakan adalah prinsip superposisi medan listrik. Medan total di suatu titik merupakan penjum edan yang dihasilkan oleh masing-masing pelat. Misalkan kita memiliki pelat yang memiliki kerapatan muatan σ1 dan σ2. Masing-masing
menghasilkan medan listrik yang konstan ke segala arah yang besarnya lahan kuat m pelat o E ε σ 2 1 1 = o ε 2 2
Kuat medan listrik di mana-mana memenuhi
2
1 E
E
E= + (1.26)
Pada penjumlahan tersebut kita harus memperhatikan arah.
Bola isolator homogen
Misalkan muatan total bola adalah Q dan jari-jari bola R. Volume bola V =4πR3/3. Kerapatan muatan bola adalah
3 3 4 R Q V Q π ρ = = (1.27)
Permukaan Gauss untuk mencari medan listrik di dalam bola adalah permukaan bola deengan ari bola isolator.
(1.28)
Dengan θ = 0 dan jari-jari kurang dari jari-j
r
Gambar 1.14 Permukaan Gauss untuk mencari medan lsitrik di dalam bola
θ θ cos cos EA A Ei i i =
∑
1 cosθ = dan .uatan yang dilingkupi permukaan Gauss hanya berada dalam bola berjari-jari r. Volume ola Gauss adalah .
2 4 r A= π M b V'=4πr3/3 3 3 3 3 3 4 3 4 ' R r Q r R Q V q= = × =
∑
π π ρ (1.29)engan hukum Gauss D R Permukaan bola Permukaan Gauss r Permukaan bola Permukaan Gauss R
3 3 1 R r Q o × ε 2 ) 4 ( r E π = r R Q E o 3 4 1 πε =
di luar bola kita buat permukaan Gauss dengan jari-jari r > R. Dengan alas an serupa kita dapatkan
(1.30)
Untuk mencari medan
( )
r r E E EAcos0o = 4π 2 ×1=4π 2 A Ei icosθi =∑
Gambar 1.15 Permukaan Gauss di luar bola
Jumlah muat atan bola, karena seluruh
bagian bola ada di dalam per
an yang dilingkupi permukaan Gauss adalah seluruh mu
mukaan Gauss. Dengan demikian,
∑
q=Q. Dengan hukum auss G o ε Q E r π 2 = 4 2 4πεo r Bola konduktor Kon 1 Q E= (1.31)duktor adalah bahan yang sangat mudah mengantarkan arus listrik. Dalam keadaan
stasioner:
(a) medan listrik dalam konduktor selalu nol,
(b) muatan yang dimiliki konduktor selalu menempati permukaan, r R Permukaan bola Permukaan Gauss r R Permukaan bola Permukaan Gauss
(c) medan listrik di pe
engan sifat-sifat ini maka kita dapat dengan mudah menghitung medan listrik yang la konduktor yang diberi muatan Q. Misalkan jari-jari bola adalah R. Di dal
perlu menerapkan hukum Gauss saat menghitung medan di luar bola. Dan g medan listrik yang dihasilkan bola isolator. rmukaan konduktor selalu tegak lurus permukaan
D
dihasilkan oleh bo
am bola, yaitu pada r < R, medan listrik nol karena daerah tersebut merupakan konduktor. Kita hanya
perhitungannya sama dengan saat menghitun Kita akan dapatkan, medan listrik di luar bola adalah
2
4πεo r
1 Q
Bab 2
Potensial Listrik dan Kapasitor
2.1 Energi potensial listrik
Jika muatan q berada dalam ruang yang mengandung medan listrik Er, maka energi potensial yang dimiliki muatan tersebut adalah
∫
• − = r r o o r d E q r U r U r r r r r r) ( ) ( (2.1)dengan U(rro) adalah energi potensial pada posisi acuan rro . Posisi bisa bermacam-macam, misalnya tak berhingga, pusat koordinat, di permukaan benda, dan sebagainya, bergantung pada di mana nilai energi potensial sudah diketahui.
o
rr
2.2 Potensial listrik
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial per satuan muatan listrik. Dengan menggunakan persamaan (2.1) maka definisi potensial listrik adalah
q r U r V( ) ( ) r r = q r d E q q r U r r o o
∫
• − = r r r r r) (∫
• − = r r o o r d E r V r r r r r) ( (2.2)2.3 Potensial listrik oleh sebuah partikel
Untuk kasus ini kita dapat mengambil arah medan listrik Er dan sejajar, sehingga r dr dr E dr E r d
Er• r = cos0o = . Dengan demikian,
∫
∫
• = − − = r r o r r o o o dr E r V r d E r V r V( ) ( ) r r ( )∫
= −∫
− = r r r r o o o o o o r dr Q r V dr r Q r V 2 2 4 ) ( 4 1 ) ( πε πε r r o o o r Q r V ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡− − = 1 4 ) ( πε⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − = r r Q r V o o o 1 1 4 ) ( πε
Dengan menetapkan bahwa pada jarak tak berhingga besar potensial sama dengan nol maka,
⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ∞ − ∞ = r Q r Q V r V o o 1 0 4 0 1 1 4 ) ( ) ( πε πε r Q o πε 4 1 = (2.3)
2.4 Potensial listrik yang dihasilkan banyak partikel
Cara menentukan potensial listrik yang dihasilkan banyak partikel cukup mudah, yaitu hanya dengan melakukan penjumlahan aljabar (penjumlahan biasa) potensial listrik yang dihasilkan masing-masing partikel.
Lihat skema pada Gambar 2.3.
ambar 2.1 Menentukan potensial listrik yang dihasilkan oleh sejumlah titik muatan.
Potensial yang dihasilkan muatan q1:
1 rr 2 rr 3 rr rr
q
1q
2q
3P
x
y
1 rr 2 rr 3 rr rrq
1q
2q
3P
x
y
G 1 1 1 4 1 r r q V o r r − = πε i) 2 2 2 4 1 r r q V o r r − = πεii) Potensial yang dihasilkan muatan q2:
3 3 3 4 1 r r q V o r r − = πε
iii) Potensial yang dihasilkan muatan q3:
otensial total di titik pengamatan adalah P
3 2 1 V V V V = + + 3 3 2 2 1 1 4 1 4 1 4 1 r r q r r q r r q o o o r r r r r r− + − + − = πε πε πε
.5 Potensial Momen Dipol
tensial pada jarak r dari pusat dipol (titik tengah antara dua muatan)
ambar 2.2 Hubungan antara r1, r2, dan r pada sebuah dipol
, ,
2
Kita akan hitung po
yang membentuk sudut θ dengan sumbu dipol (sumbu vertikal). Tampak: i) Jarak titik pengamatan ke muatan –q adalah r1
ii) Jarak titik pengamatan ke muatan +q adalah r2
P
P
-q
d/2
d/2
+q
r
2r
1r
θ
θ
2θ
1∆r
1∆r
2-q
d/2
d/2
+q
r
2r
1r
θ
θ
2θ
1∆r
1∆r
2 G 1 1 r r r = +∆ r2 =r−∆r2 ∆r1 =dcosθ1/2, ∆r2 =dcosθ2/2ika jarak titik pengamatan sangat besar dibandigkan dengan d maka dapat didekati J
θ θ
θ1 ≈ 2 ≈ sehingga ∆r1 =dcosθ/2 dan ∆r2 =dcosθ/2 . Potensial di titik P yang leh muatan – dihasilkan o q: 1 1 4 1 r q V o πε − =
otensial di titik P yang dihasilkan oleh muatan +q: P 2 2 4 1 r q V o πε =
2 1 4 1 4 1 r q r q o o πε πε + 2 1 V V V = + =− ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = 2 1 2 2 1 1 1 2 4 1 1 4 rr r r r r q r r q o o πε πε
[
] [
]
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛∆ +∆ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ +∆ − −∆ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 4 4 4 rr r r q r r r r r r q r r r r q o o o πε πε πε ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + = 2 1 2 1 cos 4 cos 2 cos 2 4 rr d q r r d d q o o θ πε θ θ πεUntuk jarak r yang sangat besar dibandingkan dengan , d r1×r2 ≈r×r=r2 sehingga
2 2 cos ) ( 1 cos qd d q V ≅ ⎜⎛ θ ⎟⎞= θ 4 4πεo ⎝ r ⎠ πεo r θ µ πε cos 4 1 2 r o = (2.4)
2.6 Potensial listrik pelat sejajar
Kapasitor pelat sejajar memiliki pelat yang terpisah sejauh d. Rapat muatan pada pelat adalah σ.
x=0
x=d
x
y
x=0
x=d
x
y
Gambar 2.3 Posisi pelat sejajar dalam koordinat
d d
[ ]
o d o d x o x o x o d x dx dx dx E V V V ε σ ε σ ε σ ε σ =− =− =− − = − = − = ∆∫
∫
∫
= = = 0 0 0 0 (2.5)2.7 Potensial listrik akibat kehadiran bahan dielektrik
Kehadiran bahan dielektrik menyebabkan kuat medan yang dihasilkan muatan n juga berubah. Untuk menentukan potensia
berubah. Akibatnya, potensial listrik di sekitar suatu muata
l listrik akibat kehadiran bahan dielektrik, kita dapat menggunakan rumus potensial tanpa bahan dielektrik dengan mengganti εo dengan κεo, dengan κ adalah konstanta dielektrik bahan. Sebagai contoh, jika antara dua pelat sejajar dipasang bahan dielektrik, maka beda potensial antara dua pelat menjadi
o d V κε σ − = ∆ (2.6)
Potensial listrik di sekitar muatan titik yang ditempatkan dalam medium dengan kosntanta ielektrik d κ adalah r Q V 1 o πκε 4 = (2.7) 2.8 Bidang equipotensial
Jika kita tempatkan sebuah muatan listrik dalam ruang, maka titik-titik di sekitar listrik tertentu. Besarnya potensial listrik bergantung pada jarak titik pen
muatan memiliki potensial
gamatan ke muatan. Jika muatan yang kita tempatkan berbentuk titik maka potensial pada jarak r dari muatan memenuhi
r q V = 1 o πε 4
Titik-titik yang berjarak sama dari muatan memiliki potensial yang sama. Permukaan atau idang yang memiliki potensial listrik yang sama dinamakan bidang ekipotensial.
i) Untuk
muatan bola yang tersebar homogen, bidang ekipotensial juga berupa kulit bola tau silinder, bidang ekipotensial b
Beberapa bentuk bidang ekipotensial dari benda yang bentuknya khusus sebagai berikut:
muatan titik, bidang ekipotensial berupa kulit bola ii) Untuk
iii) Untuk muatan yang tersebar homogen pada kawat a berupa kulit silinder
pelat
Ada satu yang menarik dari bidang ekipotensial yaitu selalu tegak lurus garis gaya listrik.
muatan bola, dan ) pelat sejajar
r adalah piranti elektronik yang dapat menyimpan muatan listrik. emampuan kapasitor menyimpan muatan listrik diungkapkan oleh besaran yang namanya
sebuah kapasitor dapat menyimpan muatan Q ketika dihubungkan dengan beda pot
(a)
(b)
(c)
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.4 Bidang ekipotensial yang dihasilkan oleh (a) muatan titik, (b) (c
2.10. Kapasitor
Kapasito K
kapasitansi. Jika
ensial V, maka kapasitansi kapasitor tersebut didefinisikan sebagaian
V Q
C= (2.8)
Satuan kapasitans
disingkat F. Jadi 1 F = 1 C/V
ari dua pelat konduktor yang sejajar dan dipisahkan oleh sebuah i kapasitor adalah C/V. Satuan ini memiliki nama khusus, yaitu Farad yang
2.11 Kapasitor pelat sejajar
lapisan isolator.
Luas masing-masing pelat adalah A. Jarak antar pelat adalah d. Kerapatan muatan g pelat adalah +σ dan -σ. Besar muatan yang ikandung masing-masing pelat adalah Q = σ A. Kapasitansi kapasitor pelat sejajar adalah Gambar 2.5 Skema kapasitor pelat sejajar
listrik yang diberikan pada masing-masin d d A V Q C= =εo (2.9)
2.12 Kapasitor satu bola konduktor
Bola kobduktor yang berjari-jari V relatif terhadap tanah. Potensial di ermukaan bola konduktor adalah
d Luas A Luas A d Luas A Luas A
R
+Q
V
Gambar 2.6 Bola konduktor yang diberi potensial
R memiliki potensial p
R o πε 4 Q V = 1
apasitansi bola konduktor menjadi K
R V
Q
C= =4πεo (2.10)
.13 Kapasitansi dua bola konduktor konsentris
Ke dua bola dih
bola adalah +Q dan –Q. Kuat m ola R1, yaitu
2
ubungkan dengan beda potensial V. Misalkan muatan masing-masing edan listrik antara dua bola hanya ditentukan oleh muatan b 2 4 1 r Q E o πε =
Gambar 2.7 Dua bola konsentris dipasang pada suatu beda potensial
Beda potensial antara dua bola memenuhi
⎟⎟ ⎠ ⎝ ⎦ ⎣ 1 1 2 1 1 o R o R o R ⎞ ⎜⎜ ⎛ − = ⎥ ⎤ ⎢ ⎡− = = =
∫
∫
2 1 1 4 1 4 4 2 2 2 R R Q r Q r dr Q dr E V R R R πε πε πε (2.11) Kapasitansi adalah(
1/ 1 1/ 2)
4 R R V Q C o − = = πε (2.12) R1 R2 V -Q +Q R1 R2 V -Q +Q2.14 Kapasitor dua silinder konsentris
Silinder dalam emiliki jari-jari R2. Kuat medan listrik atan silinder dalam, yaitu
R2 R1 V R2 R1 V
Gambar 2.8 Dua silinder konsentris dipasang pada suatu beda potensial
memiliki jari-jari R1 dan silinder luar m antar dua silinder hanya ditentukan oleh mu
r E o λ πε 2 1 = (2.12)
engan λ adalah rapat muatan per satuan panjang silinder. Beda potensial antara dua silnder d adalah
[ ]
⎟⎟ ⎠ ⎜⎜ ⎝ = =∫
1 ln 2 ln 2 2 1 1 R r r o R o R o πε πε πε (2.13) ⎞ ⎛ 2 2 R dr R R λ λ λ = =∫
2 2 1 dr E V R RRapat muatan silinder memenuhi λ =Q/L. Kita dapat menulis
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = 1 2 ln 2 / R R L Q V o πε (2.14) Kapasitansi adalah
(
2 / 1)
ln 2 L Q C o R R V πε = = (2.15) 2.15 Rangkaian kapasitorrangkaian kapasitor dapat dikelompokkan atas dua bagian besar, yaitu ngkaian seri dan parallel. Rangkaian-rangkaian kapasitor yang lain dapat dipandang sebagai
Secara umum ra
kombinasi rangkaian seri dan
) Rangkaian seri
n C2 dirangkaian secara seri seperti pada gambar di bawah. Besar kapasita
parallel.
a
Dua kapasitor C1 da
nsi pengganti dua kapasitor di atas adalah C yang memenuhi
2 1 1 1 1 = + C C C (2.16)
Jika terdapat N kapasitor yang disusun secara seri seri maka kapasitansi total, C, memenuhi
N C C3 C C C 1 ... 1 1 1 1 2 1 + + + + = atau
∑
= = N 1 1 (2.17)Gambar 2.9 (a) Rangkaian seri kapasitor C1 dan C2 dan (b) adalah kapasitor pengganti (ekivalen) b) Susunan paralel i Ci C 1
C
1C
2C = …?
(b)
C
1C
2C = …?
(b)
(a)
(a)
Susunan lain yang dapat diterapkan pada kapasitor adalah susunan parallel. Gambar berikut adalah susunan parallel dua kapasitor C1 dan C2
Gambar 2.10 Susunan parallel dua kapasitor
(2.18)
Jika ter
Kapasitansi pengganti memenuhi
2
1 C
C C= +
dapat N buah kapasitor yang disusun secara parallel maka kapsitansi pengganti memenuhi N C C C C C= 1+ 2 + 3 +...+ (
∑
= = N i i C C 1 (2.16 Energi yang tersimpan dalam kapasitor
Kapasitor yang bermuatan menyimpan sejumlah energi yang besarnya
2.19) atau 2.20) C Q U 2 2 1 = (2.21)
arena Q = CV maka dapat pula ditulis K 2 2 1 ) ( 1 CV CV U = = 2 2 C (2.22)
ntuk kapasitor pelat sejajar, berlaku hubungan V =Ed dan C =κεoA/dsehingga
C1 C2 C = …? C1 C2 C = …? U
( )
Ed E Ad E Vol A U = 1⎛⎜κε ⎞⎟ 2 = 1κε 2( )= 1κε 2 d o o o 2 2 2⎝ ⎠dengan Vol adalah volum ruang ant
Kita definisikan rapat energi yang tersimpan dalam kapasitor (= energi per satuan volum), yaitu
ar dua pelat (volum kapasitor).
2 2 1 E Vol U u= = κεo (2.23) 2.17 Pen
isalkan sebuah kapasitor yang berisi muatan dihubungkan secara seri dengan sebuah hambatan R
lama-kelamaan mu
engosongan kapasitor (discharge). Perubahan muatan kapasitor terhadap waktu pada proses
gosongan kapasitor
M
maka muatan kapasitor akan mengalir melalui hambatan R sehingga atan kapasitor makin kecil dan akhirnya habis. Peristiwa ini disebut p pengosongan memenuhi ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡− = RC t Q Q oexp (2.24)
dengan Qo muatan saat t = 0. Dengan menggunakan hubungan Q = VC, kita dapat menentukan kebergantungan tegangan antara dua ujung kapasitor terhadap waktu
⎥⎦ ⎢⎣ RC o atau ⎤ ⎡− =V C t VC exp ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡− = RC t V V oexp (2.25)
C
R
C
R
1 Sebuah kapasitor dihubung seri dengan sebuah tahanan Gambar 2.1
2.18 Pengisian kapasitor
Sebaliknya kita akan mengkaji proses pengisian kapasitor. Mula-mula kapasitor kosong dan saklar dalam keadaan tegangan. Tegangan antara dua kaki kapasitor nol. Pada saat t = 0 saklar ditutup sehingga arus listrik mengalir dan kapasitor mulai terisi. Dengan demikian
gan antara dua ujung kapasitor makin meningkat.
Gambar 2.12 Skema rangkaian pengisian kapasitor
esar arus yang mengalir sebagai fungsi waktu memenuhi
e I I = − / (2.26) Teganga tegan B RC t o
n antara dua ujung kapasitor memenuhi
(
t RC)
o kap V e V = 1− −/ (2.27)R
C
S
+
-
R
C
S
+
-Bab 3
Listrik Arus Searah
3.1 Arus listrik
Arus listrik adalah aliran muatan listrik. Jika dalam selang waktu jumlah muatan listrik yang mengalir adalah , maka besarnya arus listrik didefinisikan sebagai
t ∆ Q ∆ t Q I ∆ ∆ = (3.1)
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda potensial. Hubungan antara arus listrik dan beda potensial, V, adalah
V R
I = 1 (3.2)
dengan R hambatan listrik. Simbol untuk hambatan listrik adalah
atau atau
Gambar 3.1 Simbol hambatan listrik
3.2 Arus pada percabangan
Jumlah arus masuk percabangan = jumlah arus keluar percabangan
Ungkapan ini dikenal dengan hukum kekekalan muatan listrik, dan dikenal pula dengan hukum Kirchoff I.
ambar 3.2 Arus yang masuk dan keluar dari percabangan
I1 I2 I3 I4 I5 I1 I2 I3 I4 I5 G
(3.3)
.3 Hambatan listrik
l memiliki hambatan listrik. Hambatan listrik mengukur sulitnya benda dilewati
iliki sifat-sifat: i) Makin
han makin besar.
ubungan antara hambatan listrik yang dimiliki bahan dengan ukuran bahan memenuhi
5 3 4 2 1 I I I I I + + = + 3 Semua materia
arus listrik. Benda yang tidak dapat dialiri arus listrik dinamakan isolator. Material yang mudah dialiri arus listrik dinamakan konduktor.
Hambatan listrik yang dimiliki bahan mem besar jika bahan makin panjang
ii) Makin kecil jika ukuran penampang ba
H
A L
R=ρ (3.4)
engan R hambatan yang dimiliki bahan, L panjang bahan, A luas penampang bahan, dan ρ
.4 Kebergantungan hambatan pada suhu
gan terjadinya perubahan suhu. Umumnya, makin tinggi su
d
disebut hambatan jenis bahan.
3
Hambatan suatu material berubah den
hu maka makin besar hambatan benda. Secara matematik, kebergantungan hambatan pada suhu diberikan oleh
[
1 ( o)]
o T T
R
R= +α − (3.5)
engan T suhu, To suhu acuan, R hambatan pada suhu T, Ro hambatan pada suhu acuan To, dan α
.5 Potensiometer
ter adalah hambatan listrik yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah. Penguba
ambar 3.3 Simbol potensiometer d
koefisien suhu dari hambatan.
3
Potensiome
han hambatan dilakukan dengan memutar atau menggeser knob.
atau atau
.6 Konduktivitas listrik
Gambar 3.4 adalah ilsutrasi sebuah kabel konduktor. Dalam kabel tedapat t bergerak. Jika tidak ada beda potensial antara dua ujung kabel maka peluang
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa kecepatan terminal elektron dalam konduktor emenuhi
3
elektron-elektron yang dapa
elektron bergerak ke kiri dan ke kanan sama sehingga arus total yang mengalir dalam kabel nol. Jika diberikan beda potensial antara dua ujung kabel maka muncul medan listrik dalam kabel. Medan listrik menarik elektron-elektron bergerak dalam arah yang berlawanan dengan arah medan. Akibatnya elektron memiliki percepatan dalam arah yang berlawanan dengan arah medan
Gambar 3.4 Ilustrasi kabel konduktor yang dialiri arus listrik
m
E
v=µ (3.6)
dengan µ ada
Kerapatan arus dalam kawat (arus per satuan luas penampang) adalah lah sebuah konstanta yang dikenal dengan mobilitas elektron.
E J =σ (3.7) engan d σ =ne (3.8) µ dikenal dengan
engantarkan listrik. Hubungan antara konduktivitas dan resistivitas adalah
konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik mengukur kemampuan bahan m ρ σ = 1 (3.9)
A
L
A
L
.7 Rangkaian hambatan listrik
ambar 3.5 Hambatan disusun secara seri.
secara seri. Susunan ke tiga hambatan tersebut enghasilkan hambatan total R yang memenuhi
(3.10)
b) Hambatan paralel
parallel. Susunan ke tiga hambatan tersebut enghasilkan hambatan total R yang memenuhi
3 a) Hambatan seri
R
1R
2R
3a
b
c
d
II
d
R
1R
2R
3a
b
c
GTiga hambatan R1, R2, dan R3 disusun m 3 2 1 R R R R= + +
R
1R
2R
3a
b
I
1I
2I
3I
R
1R
2R
3a
b
I
1I
2I
3I
Gambar 3.6 Hambatan disusun secara parallel.
Tiga hambatan R1, R2, dan R3 disusun secara m 3 2 1 1 1 1 1 = + + R R R R (3.11)
3.8 Rangkaian yang mengandung hambatan dan sumber
Dalam rangkaian listrik, kadang kita jumpai sejumlah hambatan dan sejumlah sumber
tegangan. Bagaimana menentukan arus yang mengalir rta tegangan dalah
R
1R
2a
b
I
ε
R
1R
2a
b
I
ε
Gambar 3.7 Contoh rangkaian yang mengandung hambatan dan sumber tegangan
Rumus yang menghubungan besar arus yang mengalir dan besarnya hambatan se a
∑
∑
−= IR ε
Vab (3.12)
di mana V ab adalah beda potensial antara titik a dan titik b,
∑
IR adalah jumlah perkalian arus dan hambatan sepanjang jalur antara titik a dan b, dan∑
ε adalah jumlah tegangan yang dipasang sepanjang rangkaian antara titik a dan b.Persamaan (3.12) diterapkan dengan perjanjian: i) I diberi harga positif jika mengalir dari a ke b
ii) ε dib an menghadap titik a dan kutub positif
Jika titik a dan b dihubungkan kita mendapatkan Vab = 0 dan rangkaian menjadi tertutup. yang tertutup tersebut disebut loop. Karena Vab = 0 maka persamaan (3.12) menjadi
Jumlah loop dalam
ahas rangkaian yang terdiri dari dua loop. Prinsip yang digunakan sama dengan saat memeca
eri harga positif jika kutub negatif sumber tegang menghadap titik b. 3.9 Loop Rangkaian 0 = −
∑
∑
IR ε (3.13)rangkaian tidak hanya satu, tetapi bisa banyak sekali. Sekarang kita b
hkan persoalan satu loop. Hanya di sini akan muncul dua persamaan, karena ada dua arus yang harus dicari, yaitu arus yang mengalir pada masing-masing loop.
.10 Daya listrik
istrik mengalir pada sebuah hambatan maka hambatan tersebut akan menjadi panas. I
3
Jika arus l
ni menunjukkan bahwa pada hambatan tersebut terjadi proses perubahan energi dari energi listrik menjadi energi panas. Daya yang dibuang pada hambatan adalah
t Q P ∆ ∆ = IV = 3.14)
i mana ∆Q adalah kalor yang dihasilkan selama ∆t. Dengan menggunakan hukum Ohm V = IR (
d
maka kita juga dapat menulis
R I
Bab 4
Kemagnetan
4.1 Garis gaya magnetik
i) Garis gaya magnet dilukiskan keluar dari kutub utara dan masuk di kutub selatan.
ii) Kerapatan garis gaya per satuan luas di suatu titik menggambarkan kekuatan medan magnet di titik tersebut.
iii) Kerapatan garis gaya terbesar diamati di kutub magnet. Ini berarti medan magnet paling kuat di daerah kutub.
iv) Makin jauh dari kutub maka makin kecil kerapatan garis gaya. Ini berarti makin jauh dari kutub maka makin lemah medan magnet.
Gambar 4.1 Lukisan garis gaya magnet
4.2 Medan magnet
Di sekitar suatu magnet dihasilkan medan magnet dengan sifat sebagai berikut: i) Arah medan magnet sama dengan arah garis gaya magnet
ii) Besar medan magnet sebanding dengan kerapatan garis gaya magnet
Kita simbolkan medan magnet dengan Br, yang merupakan sebuah besaran vektor. Satuan medan magnet adalah Tesla yang disingkat T.
ambar 4.2 Lukisan medan maget.
B
B
4.3 Gaya Lorentz
Jika kawat yang dialiri arus listrik ditempatkan dalam medan magnet, maka kawat aya dari magnet. Besar dan arah gaya yang dialami kawat yang dialiri arus listrik da
tersebut mendapat g
lam medan magnet diberikan oleh hukum Lorentz
B L I
Fr = r× r (4.1)
Fr
dengan gaya yang dilami kawat berarus listrik, I besar arus listrik, dan Lr vektor panjang edan magnet. Besar vektor L
kawat yang dikenai m r sama dengan bagian panjang kawat yang dikenai dan magnet saja sedangkan arahnya sama dengan arah arus dalam kawat. Besarnya gaya Lorentz yang dialami kawat berarus listrik dapat ditulis
me
θ
sin ILB
F = (4.2)
dengan θ adalah sudut antara vektor Lr dan vektor Br.
Untuk menentukan arah gaya Lorentz, kita gunakan a ratu n sekrup putar kanan:
Tempatkan vektor panjang kawat dan vektor medan magnet sehingga titik pangkalnya
aju sekrup sama dengan arah gaya Lorentz pada kawat.
rak
Muatan yang bergerak menghasilkan arus listrik bukan? Dengan demikian, muatan yang ya Lorentz. Kita dapat menurunkan persamaan gaya Lo
i)
berimpit.
ii) Putar sekrup putar kanan dari arah vektor panjang kawat ke arah vektor medan magnet. iii) Arah m
B
I
Br Lr FrB
I
B
I
Br Lr Fr Br Lr FrGambar 4.3 Menentukan arah gaya Lorentz
4.4 Gaya Lorentz pada muatan yang berge
bergerak dalam medan magnet juga mengalami ga
mlah muatan yang mengalir selama ∆t. Selanjutnya kita dapat menulis gaya Lorentz pada kawat be
Arus sama dengan muatan yang mengalir per satuan waktu, atau I = /q ∆t dengan q ju
rarus listrik sebagai berikut
B t L q B L t q F r r r r r ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ × ⎟⎟ ⎠ ⎜⎜ ⎝ ∆ = × ⎟ ⎠ ⎜ ⎝ ∆ = (4.3)
adalah panjang per satuan wa
diperoleh gaya Lorentz pada muatan yang bergerak memenuhi
t
Lr/∆ ktu yang tidak lain daripada kecepatan muatan vr.Akhirnya
B v q
Fr = r× r (4.4)
Besarnya gaya Lorentz menjadi F =qvBsinθ.
4.3 Pembelokkan lintasan muatan dalam me an magnet d
Seperti yang dibahas di atas, arah gaya Lorentz selalu tegak lurus Br dan tegak lurus kel bermuatan yang bergerak dalam
medan m el
D
vr. Arah gaya yang selalu tegak lurus arah gerak pada parti
agnet persis sama dengan gaya pada benda yang sedang bergerak m ingkar beraturan. engan demikian, kita bisa mamastikan bahwa lintasan muatan yang masuk dalam medan magnet dalam arah tegak lurus membentuk lingkaran. Karena lintasan berbentuk lingkaran maka pada muatan ada gaya sentripetal sebesar
r v m F 2 = ( s 4.5)
Sumber gaya sentrip
besarnya . Dengan menyamakan nilai ke dua gaya tersebut kita peroleh
etal adalah gala Lorentz yang dihasilkan oleh medan magnet yang
qvB FL = r v m qvB 2 = atau v qBr m= (4.6) 4.4 Spektrometer massa
Spektrometer massa adalah alat yang dapat menentukan massa atom dengan teliti. Alat gaya Lorentz. Atom yang akan diukur massanya mula-mula diionisasi sehingga
ini memanfaatkan prinsip
an
Agar massa atom dapat dihitung maka laju ion harus diketahui terlebih dahulu. Cara entukan laju ion adalah menggunakan selektor kecepatan. Selektor kecepata
partikel.
g dilakukan medan magnet = q v B
iatur sedemikian rupa sehingga ke dua gaya tersebut lam keadaan demikian, partikel tidak mengalami
trik dan medan magnet menarik partikel dalam rah berlawanan. Hanya partikel yang ditarik dalam arah berlawanan dengan gaya yang sama esar yang bergerak dalam garis lurus.
besarnya. Jika laju ion dapat ditentukan maka masa atom dapat dihitung berdasarkan pengukuran jari-jari lintasannya.
a) Selektron kecepat
yang mudah untuk men
n memanfaatkan gaya listrik dan gaya magnet. Medan magnet dan medan listrik dibangkitkan dalam suatu ruang dalam arah yang saling tegak lurus.
Partikel bermuatan ditembakkan masuk ke dalam ruangan yang mengandung dua medan tersebut. Baik medan listrik maupun medan magnet masing-masing melakukan gaya pada
Gaya yang dilakukan medan listrik = q E Gaya yan
Besar medan listrik dan medan magnet d persis sama besar dan berlawanan arah. Da pembelokkan
+
+
Gambar 4.4 Dalam selektor kecepatan, medan lis a
b
Jadi, agar lintasan partikel lurus maka harus terpenuhi
qvB qE = atau B E v= (4.7)
Hanya partikel dengan laju
lebih besar atau lebih kecil dari
B E
v= / yang memiliki lintasan yang lurus. Partikel dengan laju
B E
v= / mengalami pembelokkan. Jika di depan dan di belakang selektron kecepatan dipasan dua lubang dalam posisi lurus, dan partikel masuk di celah pertama maka hanya partikel dengan laju v= E/B yang dapat losos pada celah kedua. Partikel dengan laju lebih besar atau lebih kecil tertahan oleh dinding dan tidak didapatkan di sebelah luar celah kedua. Dengan demikian, kita mendapatkan ion dengan kecepatan yang sudah tertentu yang keluar dari celah kedua.
b) Spektrometer massa lengkap
Spektrometer massa yang lengkap mengandung selektron kecepatan (yang mengandung edan listrik dan medan magnet yang berarah tegak lurus) dan ruang pembelokan yang
elektron kecepatan memilih partikel dengan laju tertentu saja yang m
dan daerah pembelokan.
m
mengandung medan magnet saja. S
emasuki ruang pembelokan. Di ruang pembelokan, jari-jari lintasan partikel diukur sehingga berdasarkan informsi laju yang dihasilkan oleh selektron kecepatan dan dengan mengukur jari-jari lintasan, maka massa atom dapat ditentukan dengan mudah.
+
r+
rGambar 4.5 Skema spektrometer massa lengkap yang terdiri dari slektor kecepatan
Berdasarkan Gambar 4.14, laju partikel yang lolos selektor kecepatan memenuhi
1
B E
Atom membelok dalam ruang pembelokan sehingga massanya memenuhi 1 2 2 / B E r qB v r qB m= = r E B qB1 2 = (4.9)
Bab 5
Hukum Biot Savart
5.1 Hukum Biot Savart
ambar 5.1 Menentukan kuat medan magnet yang dihasilkan oleh elemen kawat
Kuat medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh elemen saja diberikan oleh hukum B L dr rr P I L dr rr P I G L dr iot-Savart 3 4 r r L d I B d o r r = µ ×r π (5.1)
engan µo disebut permeabilitas magnetik vakum = 4π × 10-7 T m/A. Medan total di titik P yang d
dihasilkan oleh seluruh bagian kawat
∫
× = 3 4 r r L d I B o r r r µ π (5.2).2 Medan magnet oleh kawat lurus tak berhingga
at lurus tak berhingga dimudahkan oleh arah vek
ambar 5.2 Menentukan kuat medan magnet yang dihasilkan oleh elemen kawat lurus panjang
ebelum melakukan integral, kita harus menyederhanakan dulu ruas kanan persamaan (5.2).
5
Mencari medan magnet yang dihasilkan kaw
tor dLr yang selalu tetap, yaitu mengikuti arah kawat.
L dr rr
I
P
L dr rrI
P
G Sθ sin r dL r L dr× r = (5.3)
engan θ adalah sudut antara vektor
d dLr dan rr. Besar medan magnet yang dihasilkan vektor
L dr saja adalah 2 3 3 sin 4 sin 4 4 r dL I r r dL I r r L d I dB o o o θ π µ θ π µ π µ = = × = r r (5.4)
ada ruas kanan persamaan (5.4), baik dL, r, maupun sin θ merupakan variabel. Agar integral
ambar 5.3 Variabel-variebal integral pada persamaan (5.4) P
dapat dikerjakan maka ruas kanan hanya boleh mengandung satu variabel. Kita harus mengungkapkan dua variabel lain ke dalam salah satu variabel saja.
P
I
a
L
dL
r
θ
d
θ
P
I
a
L
dL
r
θ
d
θ
G θ sin = a ⇒ r θ 2 sin 1 1 2 2 a r = (5.5) θ tan = L a ⇒ θ θ θ sin c tan a a L= = os (5.6) ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = θ θ θ θ θ sin (cos 2 sin ) (sin cos ) d d a dL θ θ θ θ θ θ θ θ θ θ θ θ θ θ d a d a d d a 2 2 2 2 2 2 sin cos sin sin cos 1 sin cos cos sin sin + − = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + − = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡− − = = θ θ 2 sin d a − (5.7) θ θ µ θ θ θ d I d a dB o sin sin sin2 ⎟⎞ =− ⎜ ⎛ π θ π µ a a I o 4 sin 4 ⎜⎝ 2 ⎟⎠⎜⎝ 2 ⎟⎠ ⎛ =Selanjutnya kita menentukan batas-batas integral. K
maka batas bawah adalah L → -∞ dan batas atas adalah L → +∞. Karena ⎞
− (5.8)
arena kawat panjang tak berhingga,
L a /
tanθ = , maka untuk L → -∞ diperoleh tanθ →−0 atau θ = 180o dan untuk L → +∞ diperoleh tanθ →+0
atau θ = 0o.
[
]
[
1
(
1
)
]
4
cos
4
sin
4
0 180 0−
=
I
I
I
B
o oµ
µ
µ
180−
+
−
−
=
−
−
=
∫
d
a
a
a
o o o o oπ
θ
π
θ
θ
π
a I o π µ 2 = (5.9) Arah mempat jari tangan kanan dan ibu jari dibiarkan lurus maka i) Arah i
medan magnet di sekitar arus tersebut suk sekrup putar kanan. Arah masuk sekrup sesuai
Medan magnetik di titik yang sejajar ujung batang dapat ditentukan sebagai berikut.
Gambar 5.4 V an kuat medan magnet di posisi yang sejajar jung kawat
dan magnet dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jika kalian genggam e
bu jari bersesuaian dengan arah arus
ii) Arah jari-jari yang digenggam bersesuaian dengan arah Cara lain adalah berdasarkan arah ma
dengan arah arus sedangkan arah putar sekrup sesuai dengan arah medan magnet.
5.3 Medan magnet oleh kawat lurus berhingga
a L dL θ P r Lo-L = a/tanθ a L dL θ P r Lo-L = a/tanθ
ariabel-variabel untuk menentuk u θ θ π µ d a I dB= o sin 4 (5.10)
Ketika elemen dL berada di ujung kiri kawat, m
emenuhi
maka sudut yang dibentuk adalah θ yang m o m L a = θ tan (5.11)
Dan ketika elemen dL
atas integral adalah 90o sampai θm. Maka kita dapatkan medan magnet di titik P adalah
berada di ujung kanan kawat maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Jadi, b
∫
= o d a I B o 90 sin 4π θ θ µ m θ[
]
[
m]
o o o a I a I o m π θ µ θ π µ θ cos90 cos 4 cos 4 90 = − + − = m o a I θ π µ cos 4 = (5.12)enggunakan persamaan (5.11) kita mendapatkan
Dengan m cosθm =Lo / a2 +L2o . Dengan
demikian, kuat medan magnet di titik P adalah
2 2 4 o o L a a B + = π o L I µ (5.13)
Selanjutnya kita bahas kasus yang lebih umum lagi di mana titik pengamatan berada di ntara dua ujung kawat. Misalkan titik tersebut berjarak a dari kawat dan berjarak b dari salah satu uju
ng a
ng kawat. Kita dapat memandang bahwa medan tersebut dihasilkan oleh dua potong kawat yang panjangnya b dan panjangnya Lo – b, seperti pada Gbr. 5.5, di mana titik pengamatan berada di ujung masing-masing potongan kawat tersebut.
Gambar 5.5 Menentukan kuat medan magnet pada posisi sembarang di sekitar kawat
Kuat medan yang dihasilkan oleh potongan kawat kiri dan kanan masing-masi
2 2 1 4π a a +b b I B = µo (5.14) 2 ) b o − 2 2 ( 4 a L b L a I B o o + − = π µ (5.15) Lo a I P L -b b o Lo a I P L -b b o
Kuat medan total di titik pengamatan adalah 2 1 B B B= + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ + − = 2 2 2 2 4 b L b a I o o π µ ⎝ ⎛ − + +b a (L b) a o (5.16)
Selanjutnya kita mencari kuat medan listrik pada titik yang berada di luar areal kawat, misalnya pada jarak b di sebelah kiri kawat sepe
asalah ini dapat dipandang sebagai dua potong kawat berimpit. Satu potong kawat panjangnya
o + dan dialiri arus ke kanan dan potong kawat lain panjangnya dan dialiri arus ke kiri,
jung kiri dua otongan kawat diimpitkan.
rti pada gambar 5.6
Lo a I P b Lo a I P b
Gambar 5.6 Menentukan kuat medan magnet pada jarak sembarang di luar kawat.
M b
L b
seperti diilustrasi pada Gbr 5.7. Besar arus yang mengalir pada dua kawat sama. U p
Kuat medan magnet yang dihasilkan potongan kawat panjang adalah
2 2 1 ( 4 a L b L a I B o o + + = π µ ) b + (5.17)
Gambar 5.7 Kawat pengganti skema pada Gbr 5.6
o Lo a I P b I Lo a I P b I
Kuat medan magnet yang dihasilkan potongan kawat pendek adalah 2 2 2 4 a b b a I B o + − = π µ (5.18)
Medan total di titik P adalah
2 1 B B B= + ⎟ ⎠ ⎜ ⎝ + − + + = 2 2 2 2 ) ( 4 a a L b a b o o o π ⎟ ⎞ ⎜ ⎛ L +b b I µ (5.19)
5.4 Medan magnet oleh cincin
Kita ingin menentukan kuat medan magnet sepanjang sumbu cincin pada jarak b dari br 5.8, besarnya medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh lemen cincing sepanjang dL adalah
pusat cincin. Berdasarkan G e 2 sin 4 r dL I dB o θ π µ =
Gambar 5.8 Medan magnet di sumbu cincin yang dihasilkan oleh elemen pada cincin
dL selalu tegak lurus r sehingga θ = 90o atau sin θ = 1.
θ
a
r
b
I
⊥ dB // dB dBα
α
P
θ
a
r
b
I
// dB dBα
α
⊥ dBP
2 4 r dL I dB o π µ = (5.20)dB dapat diuraikan atas dua komponen yang saling tegak lurus
α
cos
dB
dB⊥ = dan dB// =dBsinα (5.21)
Tiap elemen kawat memiliki pasangan di seberangnya (lokasi diametrik) di mana komponen tegak lurus sumbu memiliki besar sama tetapi arah tepat berlawanan. Dengan demikian ke dua komponen tersebut saling meniadakan. Untuk menentukan kuat medan total kita cukup melakukan integral pada komponen yang sejajar sumbu saja.
∫
∫
= = dB// dBsinα B∫
= α π µ sin 4 2 r dL I o (5.22)Semua parameter dalam integral konstan kecuali dL. Dengan demikian kita peroleh
) 2 ( sin 4 sin 4 2 2 a r I dL r I o o B α π π µ α π µ = =
∫
α µ si 2 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = r a a I o arena n (5.23) α sin /r = a K maka α µ 3 sin I B= o ( 2 a 5.24)ntuk kasus khusus titik di pusat lingkaran, kita dapatkan α = 90o sehingga U a I B o 2 µ = (5.28) 5.5 Solenoid
Solenoid adalah lilitan kawat yang berbentuk pegas. Panjang solenoid dianggap tak berhingga. Pertama kita akan mencari kuat medan magnet di pusat solenoid tersebut.
Solenoid dapat di Tiap cincin membawa arus
ihasilkan oleh cincin-cincin tersebut. Misalkan jumlah lilitan per satuan panjang adalah n. Kita
(5.29)
Elemen tersebut dapat dipandang sebagai sebuah cincin dengan besar arus
pandang sebagai susunan cincin sejenis yang jumlahnya sangat banyak. I. Medan di dalam solenoid merupakan jumlah dari medan yang d
lihat elemen solenoid sepanjang dx. Jumlah lilitan dalam elemen ini adalah
ndx dN =
Gambar Indx IdN dI = = (5.30)
× × × × × × × × × × × × × × × ×
5.9 Penampang solenoid jika dibelah dua.
Karena elemen tersebut dapat dipandang sebagai sebuah cincin, maka medan magnet yang dihasilkan di titip P memenuhi persamaan (5.24), dengan mengganti I dengan dI pada persamaan (5.30). α µ 3 sin a 2 dI dB= o α µ 3 sin 2 a o = Indx (5.31) Tampak dari Gbr 5.9, α tan = x a ⇒ α tan a x= ⇒ α α 2 sin d a dx=− (5.32) α α µ α α α µ d In d a a In dB o o sin 2 sin sin 2 3 2 ⎟ =− ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− = (5.33)
Batas bawah adalah x → -∞ dan batas atas adalah x → +∞. Karena tanα =a/x, maka untuk x → -∞ diperoleh tan α → -0 atau α = 180o, dan maka untuk x → +∞ diperoleh tan α → +0 atau α = 0o. Medan magnet total yang dihasilkan di pusat solenoid adalah