• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Preeklampsi Dan Eklampsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH Preeklampsi Dan Eklampsi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MATERNITAS

MAKALAH MATERNITAS

KONSEP DASAR DAN ASUHAN

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA

KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA

DAN EKLAMPSIA

DAN EKLAMPSIA

””

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2012 2012

Jl. Dr. Sumeru no.

Jl. Dr. Sumeru no. 116, Bogor 16111, Telepon (0251) 832506116, Bogor 16111, Telepon (0251) 832506 Ema

Ema Maemunah Maemunah (P1732031000(P17320310001)1) Widia

Widia Mujtiawati Mujtiawati (P1732031000(P17320310006)6) Esy

Esy Selviah Selviah (P17320310013)(P17320310013) Rama

Rama Muhammad Muhammad Bintang Bintang Sunaryo Sunaryo (P1732031001(P17320310019)9) Siti

Siti Nurhayati Nurhayati Septiandani Septiandani (P1732031002(P17320310025)5) Anbar

Anbar Irwanti Irwanti (P1732031003(P17320310030)0) Annisa

Annisa Febrian Febrian (P17320310033)(P17320310033) Dini

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah menyelesaikan tugas mata kuliah Maternitas. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak  menyelesaikan tugas mata kuliah Maternitas. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak  sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Oleh karena itu penyusun sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Maternitas yang telah memberikan mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Maternitas yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. Orang tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. Semoga materi ini

tugas ini selesai. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagidapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

tercapai, Amiin.

Penyusun Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... i. i DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ... ii... ii BAB

BAB I I ... .... 11 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN ... ... 11 A.

A. Latar Belakang Latar Belakang ... ... 11 B. B. Tujuan Tujuan ... ... 11 BAB BAB II ...II ... ... 22 ISI ISI ... ... 22 A.

A. Konsep DasKonsep Dasar Preeklampsia ar Preeklampsia ... ... 22 1. 1. Pengertian Pengertian ... ... 22 2. 2. Etiologi Etiologi ... ... 22 3. 3. Patofisiologi Patofisiologi ... ... 33 4.

4. Manifestasi Manifestasi klinis klinis ... ... 33 5.

5. Klasifikasi...Klasifikasi... ... 44 6.

6. Komplikasi Komplikasi ... .... 55 7.

7. PencegaPencegahan han ... .... 55 B.

B. Asuhan KeperaAsuhan Keperawatan pada pasien pwatan pada pasien preeklampsia reeklampsia ... ... 66 1.

1. Pengkajian Pengkajian ... .... 66 2.

2. Diagnosis Diagnosis Keperawatan Keperawatan ... ... 88 3.

3. Rencana Rencana Keperawatan Keperawatan ... ... 99 C.

C. Konsep Dasar EkKonsep Dasar Eklampsia lampsia ... ... 1212 1.

1. Gambaran Gambaran klinis klinis ... ... 1212 2.

2. Diagnosis Diagnosis banding banding ... ... 1212 3.

3. Perawatan Perawatan Eklampsia Eklampsia ... ... 1313 4.

4. PengobaPengobatan Medikamentosa tan Medikamentosa ... ... 1414 5.

5. PengobaPengobatan Obtan Obstetrik stetrik ... ... 1616 6.

6. Prognosis Prognosis ... ... 1616 D.

(5)

1. Pengkajian ... 17 2. Diagnosa keperawatan... 22 3. Intervensi Keperawatan ... 22 BAB III ... 25 PENUTUP... 25 A. Kesimpulan ... 25 B. Saran ... 25

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan sering dijumpai dan termasuk  salah satu di antara tiga trias mematikan bersama dengan perdarahan dan infeksi, yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas ibu karena kehamilan. Bagaimana kehamilan memicu atau memperparah hipertensi masih belum terpecahkan walaupun sudah dilakukan riset intensif selama beberapa dekade, dan gangguan hipertensi masih merupakan salah satu masalah yang signifikan.

Pada wanita nulipara, hipertensi yang dipicu oleh kehamilan juga merupakan prekursor potensial untuk preeklampsia atau eklampsia, yang salah satu kriteria diagnosisnya adalah proteinuria. Timbulnya hipertensi pada wanita hamil yang sebelumnya normotensif  harus dianggap berpotensi membahayakan baik bagi dirinya maupun janinnya.

Secara umum, preeklamsia dan eklampsia dapat dicegah dan penyakit ini sudah jarang dijumpai di Amerika Serikat karena sebagian besar wanita sekarang sudah mendapat asuhan pranatal yang memadai. Insidens ini di Parkland Hospital disebutkan sebesar 1 dalam 700 persalinan untuk periode 25 tahun sebelumnya. Selama periode 4 tahun dari tahun 1983 sampai 1986, insidennya 1 dalam 1150 persalinan, dan untuk tahun 1990 sampai 2000 insidennya sekitar 1 dalam 2300 persalinan. Penyulit utama adalah solusio plasenta (10 persen), deficit neurologist (7 persen), pneumonia aspirasi (7 persen), edema paru (5 persen), henti kardiopulmonal (4 persen), gagal ginjal akut (4 persen), dan kematian ibu (1 persen).

B. Tujuan

Agar penulis mampu memahami konsep dasar preeklamsia dan eklamsia serta mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan preeklamsia dan eklamsia.

(7)

BAB II

ISI

A. Konsep Dasar Preeklampsia

1. Pengertian

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetap dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro,2002:282).

Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria,edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila tedapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.

2. Etiologi

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima menerangkan sebagai berikut:

 Sering terjadi pada primigravidatis, kehamilan ganda, hidramnion, dan

molahidatidosa.

 Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

 Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam

uterus.

 Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan- kehamilan berikutnya.  Sebab tmbul hipertensi, edema, roteinuria, kejang dan koma.

Teori yang dewasa ini dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia plasenta. Faktor resiko preeklampsia antara lain sebagai berikut:

 Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda  Kelompok sosial ekonomi rendah

 Hipertensi esensial

 Penyakit ginjal keronis (menahun/terus menerus )  DM (diabetes melitus)

(8)

 Multipra

 Polihidramninon  Obesitas

 Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga

3. Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk  ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan ti mbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

4. Manifestasi klinis

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas adalah sebagai berikut:

 Tekanan darah

Peningkatan tekanan darah merupakan tanda awal yag penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus menerus menunjukan keadaan abnormal.

 Kenaikan berat badan

Peningkatan berat badan yang tiba tiba mendahului serangan preeklampsia dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg perminggu. Bila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebakan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.

(9)

 Proteinuria

Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.

Gejala – gejala subjektif yang dirasakan pada preeklampsia adalah sebagai berikut:

 Nyeri kepala

 jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.

 Nyeri epigastrium

Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklmpsia berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.

 Gangguan penglihatan

Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan leh spasme arterial, iskemia, dan edema retina dan pada kasus kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan tanda tanda subjektif (Cunningham, 1995:767).

5. Klasifikasi

Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat. Preeklampsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda dibawah ini.

 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15 mmHg

atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.

 Edema umum, kaki, jari, tangan dan wajah atau kenaikan BB 1 kg atau lebih

perminggu.

 Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada

urine kateter/ mid stream.

Sedangkan preeklampsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda tanda dibawah ini.

 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.  Proteinuria 5 garm atau lebih per liter.

(10)

 Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrum.  Ada edema paru dan sianosis.

6. Komplikasi

Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Namun yang termasuk  komplikasi antara lain sebagai berikut:

 Pada ibu

a. Eklampsia

b. Solusio plasenta

c. Perdarahan subkapsula hepar d. Kelainan pembekuan darah (DIC)

e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes,dan low platelet count)

f. Ablasio retina

g. Gagal jantung hingga syok dan kematian

 Pada janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus b. Prematur

c. Asfiksia neonatorum d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

7. Pencegahan

 Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai

tanda-tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

 Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.

 Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta

pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

(11)

B. Asuhan Keperawatan pada pasien preeklampsia

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk  mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeclampsia antara lain sebagai berikut:

a. Indentitas umum ibu b. Data riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.  Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeclampsia pada kehamilan

terdahulu.

 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.  Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

Riwayat kesehatan sekarang

 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.  Terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium.

 Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia  Mual dan muntah, tidak nafsu makan

 Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi dan tidak tenang.  Edema pada ekstremitas

 Tengkuk terasa berat.

 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg dalam seminggu

Riwayat kesehatan keluarga

 Kemungkinan mempunyai riwayat preeclampsia dan eklampsia dalam

(12)

Riwayat Perkawinan

 Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas

35 tahun.

c. Pemeriksaan Fisik Biologis

 Keadaan umum : lemah

 Kepala : sakit kepala, wajah edema

 Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.

 Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah  Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.

 System pernafasan : hiper refleksia, klonus pada kaki  Genitourinaria : oliguria, proteinuria

 Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin

melemah.

Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.

 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk  wanita hamil adalah 12-14 gr %)

 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)

 Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/ mm3)

 Urinalisis : ditemukan protein dalam urin  Pemeriksaan fungsi hati

 Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/dl)

 LDH (Laktat Dehidrogenase) meningkat.

 Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul

 Serum glutamate pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)

 Serum glutamate oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= < 31 u/l)

 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl) Tes kimia darah: asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl)

(13)

b. Radiologi

 Ultrasonografi

Ditemukannyaretardasi pertumbuhan janin intrauterus.

Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,dan volume cairan ketuban sedikit.

 Kardiotografi

Diketahui denyut jantung bayi lemah. Data social ekonomi

Preeclampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan  juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.

Data psikologis

Biasanya ibu preeclampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinyadan keadaan janin dalam kandungannya,dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia sehingga ia takut untuk melahirkan.

2. Diagnosis Keperawatan

 Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan

tekanan osmotik, perubahan permeabilitaspembuluh darah.

 Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemia/penurunan

aliran balik vena.

 Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi

darah ke plasenta.

 Risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan adanya masalah

sirkulasi, peningkatan tekanan darah.

 Risisko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema /hipoksia jaringan,

kejang tonik klonik.

(14)

3. Rencana Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubunagan dengan penurunan tekanan osmotic, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air.

Tujuan: volume cairan kembali seimbang. Rencana tindakan:

a. Pantau dan catat intake dan output setiap hari.

Rasional: dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus.

b. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler.

Rasional: dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikanpedoman untuk penggantian cairan atau menilai respons dari kardiovaskular.

c. Memantau atau menimbag berat badan ibu.

Rasional: dengan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan yang merupakan indicator yang tepat untuk menentukan keseimbangan cairan.

d. Observasi keadaan edema.

Rasional: keadaan edema merupakan indicator keadaan cairan dalam tubuh.

e. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional: diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan cairan. f. Kaji distensi vena jugularis dan perifer.

Rasional: retensi cairan yang berlebiha bisa dimanifestasikan dengan pelebaran vena jugularis dan edema perifer.

g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiandiuretik.

Rasional: diuretic dapat meningkatkan filtrasi glomerulus dan menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

(15)

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi/penurunan aliran balik vena.

Tujuan: agar curah jantung kembali normal Rencana tindakan:

a. Pemantauan nadi dan tekanan darah

Rasional: dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat peningkatan volume plasma, relaksasi vascular dengan penurunan tahanan perifer

b. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.

Rasional: meningkatkan aliran balik vena, cura jatung dan perfusi ginjal. c. Pemantauan parameter hemodinamik invasive (kolaborasi).

Rasional: memberikan gambaran akurat dari perubahan vascular dan volume cairan. Konstruksi vascular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung. d. Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi

dengan dokter.

Rasional: obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk  meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah.

e. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.

Rasional: mengetahui efek sampan yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual, muntah dan palpitasi.

3. Risisko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.

Tujuan: agar cedera tidak terjadi pada janin. Rencana tindakan:

a. Istirahat ibu

Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun dan peredaran darah ke plasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi.

(16)

b. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri

Rasional: dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena kava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah ke plasenta menjadi lancer.

c. Pantau tekanan darah ibu

Rasional: dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.

d. Memantau bunyi jantung ibu

Rasional : dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan  jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta

berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya. e. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.

Rasional: dengan obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.

(17)

C. Konsep Dasar Eklampsia

1. Gambaran klinis

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita pre eklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, postpartum. Eklampsia pada post partum umumnya hanay terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala -gejala atau tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsiaatau imminent eclampsia .

2. Diagnosis banding

Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain. Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik. Eklampsia selalu didahului oleh preeklampsia. Perawatan pranatal untuk untuk kehamilan dengan presdiposisi preeklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dikenal sedini mungkin gejala gejala prodoma eklampsia. Sering dijumpai wanita hamil yang tampak sehat mendadak  menjadi kejang-kejang eklampsia., karena tidak terdeteksi adanya preeklampsia sebelumnya.

Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik adalah dengan dimulainya gerakan berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot-otot tubuh yang memegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonil. Keadaan ini berlangsung pada 15-30 detik.

Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik. Kejang klonik dimulai dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disususl dengan kontraksi intermitten pada otot-otot muka dan otot-otot tubuh. Begitu kuat kontaksi otot-otot tubuh ini sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringkali pula lidah tergigit akibat kontaksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari mulut keluar liiur berbusa yang

(18)

kadang kadang disertai dengan bercak-bercak darah. Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada konjuntiva mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.

Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernafasan tertahan kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsung-angsur kejang melemah, dan akhirnya penderita diam tidak bergerak.

Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh kedalam koma. Pada waktu timbul kejang, tekanan darah dengan cepat meningkat. Demikiam juga suhu badan meningkat, yang mungkin oleh karena ganggaun serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahan muntah.

Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera diberi obat-obat anti kejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Setelah berakhirnya kejang, frekuensi pernafasan meningkat, dapat mencapai 50 kali per menit akibat terjadinya hiperkardia atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan sianosis. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah. Untuk menilai derajat hilangnya kesadaran, dapat dipakai beberapa cara. Di rumah sakit dr. Soetomo telah diperkenalkan suatu cara untuk menilai derajat kedalaman koma tersebut yaitu Glasgow Coma Scale.

Di Inggris untuk mengevaluasi koma pada eklampsia ditambah penilaian kejang, yang disebut Glasglow

 – 

Pittsburg Coma Scoring System.

3. Perawatan Eklampsia

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat  Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat.

Perawatan medikamentosa dan suportif eklampsia, merupakan perawatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.

(19)

4. Pengobatan Medikamentosa - Obat anti kejang

Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya tiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardionotika ataupun obat  –  obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar – benar atas indikasi.

- Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat pada pre eklampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk  gangguan fungsi organ  –  organ penting, misalnya tindakan  –  tindakan untuk  memperbaiki asidosis, mempertahankan ventilasi paru  –  paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.

Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat penting, misalnya meliputi cara  –  cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infus penderita, dan monitoring produksi urin.

- Perawatan pada waktu kejang

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ialah mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang – kejang tersebut.

Dirawat di kamar isolasi cukup teramg, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan ditempat tidur yang lebar, dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudip lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak  –  hentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang – kejang, segera beri oksigen.

(20)

- Perawatan Koma

Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya refleks muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya jalan nafas atas. Setiap penderita eklampsia yang jatuh dalam koma harus dianggap bahwa jalan nafas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.

Oleh karena itu, tindakan pertama – tama pada penderita yang jatuh koma (tidak  sadar), ialah menjaga dan mnegusahakan agar jalan nafas atas tetap terbuka. Untuk  menghindari terbuntunya jalan nafas atas oleh pangkal lidah dan epiglotis dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga terbukanya jalan nafas atas, ialah dengan manuver head tilt 

 – 

neck lif, yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head tilt 

 – 

chain lift , dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau  jaw

 – 

thrust , yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway.

Hal pentinng kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan kehilangan refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lendir maupun sisa makanan, harus segera diisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk drainase lendir.

Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Glasglow Coma Scale. Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin, dapat diberikan melalui  Naso Gastric Tube (NGT).

- Perawatan Edema Paru

Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita dirawat di ICU karena membutuhkan perawatan animasi dengan respirator.

(21)

5. Pengobatan Obstetrik 

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu.

Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda – tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.

6. Prognosis

Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas stelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia  juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intra uterin atau mati apada fase neonatal karena memang kondisi bayi sudah sangat inferior. Di Inggris untuk  mengevaluasi koma pada eklampsia ditambah penilaian kejang, yang disebut Glasglow

 – 

Pittsburg Coma Scoring System.

(22)

D. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Eklampsia

1. Pengkajian a. Data Subyektif 

Keluhan utama

Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang timbul. Keluhan yang timbul biasanya lendir bercampur darah, keluar cairan dari vagina, perut terasa mules dan semakin sakit pada PEB biasanya disertai sakit kepala, mata berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan

Kala I Lightening

Adalah penurunan kepala memasuki PAP terutama pada primigravida masuknya PAP dirasakan ibu hami;

- Rasa ringan di bagian atas - Rasa sesaknya berkurang - Sering miksi

Terjadi his permulaan

Dengan makin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering. Sehingga terjadi his palsu ( permulaan ), sifat his permulaan palsu :

- Kontraksi braxton hiks

- Tidak teratur → tidak menjalar ke pinggang - Lama his pendek → tidak bertambah kuat - Tidak ada pengaruh pada serviks

His persalinan

Sifat his persalinan :

- Dirasakan sakit oleh ibu yang menjalar sampai kepinggang - Bersifat otonom / tidak dipengaruhi kehendak 

- Makin lama, makin kuat dan sering - Kontraksi simetris

- Kontraksi fundal dominan Pengeluaran lendir dan darah

(23)

Berupa sekret vagina yaitu darah dan lendir. Menunjukkan ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis saat kehamilan

1. Ketuban yang pecah dengan sendirinya

2. sakit kepala, mata berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan Kala II

1. Ibu mengatakan adanya dorongan ingin mengejan 2. Ibu mengatakan serasa ingin BAB

3. Ibu mengatakan perutnya terasa mules yang semakin kuat, semakin lama dan semakin sering

Kalal III

Ibu mengatakan perutnya mules Kala IV

1. ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran anaknya 2. ibu merasakan lelah

3. Riwayat penyakit ibu

Untuk megetahui kemungkinan penyakit  –  penyakit yang menyertai dan mempengaruhi keadaan ibu yang lemah pada waktu melahirkan, seperti :

- Penyakit kronis : jantung, hypertensi, dll

- Penyakit menular : TBC, Hepatitis, HIV / AIDS - Penyakit keturunan : DM, asma

Riwayat penyakit keluarga

Ditanyakan untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu bersalin serta mengupayakan pencegahan dan penanganannya, terutama pihak keluarga yang tinggal bersama klien.

( Pusdiknakes, 1993 )

Riwayat meanstruasi

Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang perlu diketahui adalah menarche, siklus haid, lama haid, warna / jumlah darah, sifat darah ( cair / beku ), dysminorhoe, flour albus, HPHT

(24)

Riwayat perkawinan

Yang dikaji yaitu kawin berapa kali, lama kawin dan usia saat kawin ( Hanifa, W, 133 )

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui riwayat tiap  –  tiap kehamilannya, seperti : riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya serta keadaan anaknya

( Hanifa W, 133 )

Riwayat kehamilan sekarang

G. . . .P . . . .A . . . . UK . . . . .minggu

ANC ( tempat, berap kali, imunisasi TT, terapi ) Keluhan hamil muda

Keluhan hamil tua

Gerakan anak dirasakan sejak usia kehamilan . . . .bulan

Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi ( bila tidak memakai lagi ) serta lamanya menggunakan kontrasepsi

( Depkes RI, 1994 : 16)

ADL

Nutrisi

Kekurangan / kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan. Pada persalinan dikhawatirkan menjadi penyulit bagi ibu dan akan membahayakan ibu dan bayi

Aktivitas

(25)

Istirahat

Ditanyakan untuk persiapan tenaga mengejan ibu, istirahat yang cukup menjelang persalinan akan mempermudah proses persalinan

Personal hygiene

Ditanyakan personal hygiene ibu terutama menjelang persalinan. Hal ini perlu untuk  mengurangi terjadinya infeksi

Riwayat psikososial spiritual dan kultural

Ditanyakan kebiasaan  –  kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan penerimaan keluarga serta materiil dan moril yang diperoleh dari keluarganya

( Depkes RI, 1995 )

b. Data Obyektif 

Pemeriksaan umum

 keadaan umum : baik, cukup, lemah

 Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma  TTV : TD : ≥ 140 / 110 mmHg N : 80 – 90 x/mnt S : 36 – 37 ºC Rr : 16 – 20 x/mnt Pemeriksaan khusus  Inspeksi Muka : oedema

Mata : palpebra oedema, conjungtiva pucat / ti dak, sklera icterus / tidak  Mamae : papila mamae normal / tidak 

Abdomen : adakah bekas operasi / tidak, adakah strie lividae / tidak 

Genetalia : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak, adakah varices, adakah oedema / tidak 

(26)

Ekstremitas atas : kuku pucat / tidak, oedema Bawah : oedema / tidak, varices / tidak 

 Palpasi

Leher : adakah pembesaran kelenjar limpe / tidak,adakah pembesaran kelenjar thyroid  / tidak, adakah bendungan vena jugularis / tidak 

Mamae : adakah nyeri tekan / tidak  Abdomen :

Leopold I : untuk mengetahui TFU dan menentukan usia kehamilan serta untuk  mengetahui bagian janin yang berada di fundus

Leopold II : untuk mengetahui punggung dan bagian kecil janin

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini sudah atau belum terpegang oleh PAP

Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul

Ekstremitas : oedema, adakah varices / tidak 

 Auskultasi

Yang dicari yaitu punctum proximum dan DJJ ( frekuensi teratur / tidak ) yaitu : 120  – 160 x/mnt. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bagaimana keadaan janin

Pemeriksaan laboraturium

Albumin : merupakan pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein dalam urine, sehingga dapat didiagnosa toxamia gravidarum

Pemeriksaan dalam ( VT )

Pembukaan : dari pemeriksaan ini dapat diperkirakan waktu persalinan Efficemen : efficemen 100% merupakan waktu persalinan

Keadaan selaput ketuban : utuh atau sudah pecah

Presentasi : bagian terendah janin apakah kepala, bokong atau bagian  – bagian janin yang lain

(27)

Adakah bagian terkecil janin yang menumbung ( terkemuka ) His

- Berapa lamnya - Berapa kali - Kuat atau tidak 

2. Diagnosa keperawatan

1.Resiko terjadi syok hipovolemik b.d tdk adekuatnya system sirkulasi (akut) se kunder terhadap perdarahan & kekurangan cairan.

2.Resiko terjadi gangguan keseimbangan cairan /elektrolit b.d perdarahan (ekstra seluler/intraseluler)atau muntah yg hebat.

3. Resiko tdk efektifnya pola napas b.d penurunan suplay O2 didalam darah 4. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d diskontinuitas jariangan.

5. Resiko terjadi infeksi b.d diskontinuitas jaringan/luka operasi 6. Kurang pengetahuan b.d perawatan & pengobatan post operasi.

3. Intervensi Keperawatan

Dx. 1. Resiko terjadi syok hipovolemik b.d tdk adekuatnya system sirkulasi (akut) se kunder terhadap perdarahan & kekurangan cairan .

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik yg dapat menimbulkan dampak yg serius.

 Berikan cairan infus/transfusi bila Hb < 10 gr %

R/ Bentuk kolaborasi u/ menggantikan cairan/darah yg hilang/ 

 Observasi TTV,kesadaran,perfusi & balans cairan.

R/ Dengan pemantauan ssedini mungkin dapat diambil tindakan secara tepat dan cepat.

 Cek Hb dan faal Hoemostatis

R/ Koreksi thdp penurunan Hb & kelainan factor pembekuan darah

 Bila sudah diperbolehkan minum, anjurkan u/banyak minum.

R/Penambahan cairan dapat meningkatkan metabolisme shg kebutuhan cairan terpenuhi

(28)

R/ Koagulansia & roborantia u/meningkatkan pembentukan SDM,utertonika u/  menguatkan/mengaktifkan kontraksi rahim menghentikan perdarahan.

Dx.2. Resiko terjadi infeksi b.d diskontinuitas jaringan/luka operasi Tujuan : Infeksi tdk terjadi

 Rawat luka dengan tehnik aseptic

R/ Membenatu mempercepat kesembuhan & mencegah infeksi

 Kaji tanda-tanda & gejala infeksi

R/ Mencegah terjadinya infeksi secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara tepat & cepat.

 Setiap kali melakukan tindakna sebelum dan sesudahnya cuci tangan R/ Meminimalkan masuknya organisme melalui org lain/petugas.

 Observasi terjadinya perdarahan/drainase yg keluar dari luka operasi

R/ Adanya perdarahan & darinase yg abnormal memerlukan evaluasi dan tindakan lebih lanjut.

 Berikan antibiotik sesuai dengan program medik 

R/ bentuk kolaborasi dalam pemebrian antibiotik u/mencegah terjadinya infeksi

Dx.3. Resiko terjadi gangguan keseimbangan cairan /elektrolit b.d perdarahan (ekstra seluler/intraseluler)atau muntah yg hebat.

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batas normal mencegah terjadinya komplikasi

 Observasi TTV,gejala defisit cairan &elektrolit,produksi urine. R/ Deteksi dini keurangan cairan & elektrolit.

 Jelaskan pd klien & klg tentang maksud/tujuan pemberian cairan R/ Meningkatkan kerjasama & pemahaman klien/klg.

 Observasi intake & out put cairan

R/ Membantu ketepeatan pemberian terapi cairan

 Pantau tanda & gejala terjadinya hipokalemia,peningkatan masukan.

(29)

R/ Bentuk kolaborasi dlm pemberian cairan/penggantian cairan

Dx. 4. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d diskontinuitas jariangan. Tujuan :Nyeri berkurang/hilang

 Kaji tingkat nyeri klien dng skala 1 – 10

R/ Menentukan sampai sejau mana tingkat nyeri yg dialami o/klien.

 Berikan analgesik sesusai program

R/ Bentuk kolaborasi dalam menghilangkan nyeri.

 Diskusikan dengan klien metoda yg paling efektif u/mengatasi nyeri

R/ kerjasama klien dpt membantu memecahkan masalah secara efektif & tepat

 Ajarkan tehnik pengurangan /penghilangan nyeri yg efektif,posisi yg tepat,tehnik  relaksasi,lingkungan yg enang & nyaman

R/ Cara u/ mengurangi/menghilangkan nyeri dng cara mengalihkannya.

 Jelaskan ttg sifat nyeri dan kapan nyeri akan hilang

(30)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam t riwulan ke-3 kehamilan, tetap dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro,2002:282). Sedangkan eklamsi adalah preeklampsi yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. (Kapita Selekta Kedokteran, 1999).

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita pre eklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, postpartum. Eklampsia pada post partum umumnya hanay terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala -gejala atau tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia .

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, di harapkan pembaca dapat mengaplikasikan teori dalam praktik keperawatan.

Referensi

Dokumen terkait

PENYESUAIAN D IRI REMAJA TUNARUNGU D I SMK BALAI PERGURUAN PUTERI BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]

Untuk menjalankan program dari “Perancangan Sistem Informasi Monitoring Akademik Siswa SMP N 72 Jakarta Pusat” dimana aplikasi ini menggunakan PHP maka diperlukan

Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tersedia untuk beberapa

Pada uji viskositas dikatakan semakin tinggi penambahan CMC maka selai labu siam yang dihasilkan akan semakin kental artinya jika selai buah labu siam terlalu kental maka tidak

The second study from Feryal Cubukcu (2010) his research about Student Teacher’s Perceptions Of Teacher Competence and Attribution for Success and Failure In Learning.. The

mudharabah , diantaranya yaitu pada bagian pengakuan saat penyaluran dana belum diakui sebagai investasi mudharabah , bagian penyajian dana syirkah temporer dan

Penurunan LMI untuk batasan pada sinyal kontrol dan keluaran yang dibatasi dapat dilakukan dari (7) dan (20) sebagai