1
1.. PPEENDNDAAHHUULLUUAANN
Proses pengelasan adalah penyambungan Proses pengelasan adalah penyambungan dengan pemasanasan lokal dengan kecepatan dengan pemasanasan lokal dengan kecepatan yang relatif singkat/cepat. Akibat pemanasan ini yang relatif singkat/cepat. Akibat pemanasan ini terjadi pertumbuhan butir, peregangan dan terjadi pertumbuhan butir, peregangan dan penyusutan
penyusutan logam logam dengan dengan cepat cepat dan dan tidaktidak seragam, yang selanjutnya mengakibatkan seragam, yang selanjutnya mengakibatkan perubahan
perubahan bentuk bentuk dan dan dimensi dimensi (distorsi).(distorsi).
Pengelasan telah banyak digunakan dalam dunia Pengelasan telah banyak digunakan dalam dunia perindustrian,
perindustrian, termasuktermasuk industri perkapalaindustri perkapalann,, kereta api, pembuatan bejana tekan dan masih kereta api, pembuatan bejana tekan dan masih banyak
banyak lagi. lagi. Untuk Untuk menjamin menjamin kesesuaian kesesuaian ukuranukuran maka untuk setiap proses proses pengelasan maka untuk setiap proses proses pengelasan digunakan jig and fixture untuk mencegah digunakan jig and fixture untuk mencegah perubahan
perubahan bentuk.bentuk.
Beberapa peneliti telah mempelajari proses Beberapa peneliti telah mempelajari proses pengelasan terutama yang berhubungan dengan pengelasan terutama yang berhubungan dengan parameter
parameter pengelasan. Anggono pengelasan. Anggono (1999), (1999), dalamdalam artikelnya menjelaskan bahwa kecepatan artikelnya menjelaskan bahwa kecepatan pengelasan
pengelasan ((íí) dan besar arus listrik las (I)) dan besar arus listrik las (I)
berpengaruh
berpengaruh atas atas besarnyabesarnya distorsidistorsi. Penelitian. Penelitian ini dilakukan terhadap sambungan T pada proses ini dilakukan terhadap sambungan T pada proses SMAW. Oleh sebab itu perlu dilakukan SMAW. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
penelitian terhadap terhadap distorsi distorsi sudut sudut dan dan kedalamankedalaman penetrasi
penetrasi pada pada sambungansambungan butt-joint butt-joint dengan dengan pr
prososes es lalas s MIMIG G yayang ng sesekakararang ng babanynyakak digunakan.
digunakan.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan model hubungan antara untuk mendapatkan model hubungan antara parameter
parameter proses proses terhadap terhadap distorsi distorsi sudut sudut dandan kedalaman penetrasi. Selain itu untuk kedalaman penetrasi. Selain itu untuk mengetahui pengaruh masing-masing parameter mengetahui pengaruh masing-masing parameter proses
proses pengelasan pengelasan terhadap terhadap distorsi distorsi sudut sudut dandan kedalaman penetrasi. Selanjutnya dapat kedalaman penetrasi. Selanjutnya dapat diperkirakan parameter mana yang harus lebih diperkirakan parameter mana yang harus lebih dicermati dalam pemilihannya, sehingga distori dicermati dalam pemilihannya, sehingga distori yang terjadi pada proses pengelasan selanjutnya yang terjadi pada proses pengelasan selanjutnya dapat diminimumkan.
dapat diminimumkan.
ANALISA PENGARUH PROSES PENGELASAN MIG
ANALISA PENGARUH PROSES PENGELASAN MIG
TERHADAP DISTORSI SUDUT DAN KEDALAMAN PENETRASI PADA
TERHADAP DISTORSI SUDUT DAN KEDALAMAN PENETRASI PADA
SAMBUNGAN
SAMBUNGAN
BUTT
BUTT
-JOINT
-JOINT
Pranowo Sidi
Pranowo Sidi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Staf Pengajar Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perka
Politeknik Perkapalan Negeri palan Negeri Surabaya Surabaya ITSITS
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Sukolilo,
Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS, Sukolilo, Keputih, Surabaya 60111Keputih, Surabaya 60111
T
Telp. 031-5947186, elp. 031-5947186, Fax.031- 5925524Fax.031- 5925524
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Abstrak Abstrak Pada proses pengelasan busur gas (MIG
Pada proses pengelasan busur gas (MIG= Metal Inner Gas= Metal Inner Gas) sering terjadi distorsi sudut yang dapat) sering terjadi distorsi sudut yang dapat memberikan gangguan terhadap dimensi. Selain itu, kedalaman penetrasi yang berlebihan akan memberikan gangguan terhadap dimensi. Selain itu, kedalaman penetrasi yang berlebihan akan mengakibatkan kekuatan hasil las menjadi berkurang. Permasalahannnya adalah bagaimana mengatur mengakibatkan kekuatan hasil las menjadi berkurang. Permasalahannnya adalah bagaimana mengatur variabel proses pengelasan agar distorsi sudut dan kedalaman penetrasi dapat diminimalkan.Untuk variabel proses pengelasan agar distorsi sudut dan kedalaman penetrasi dapat diminimalkan.Untuk melakukan optimasi proses terlebih dahulu ditentukan hubungan antara distorsi sudut dan kedalaman melakukan optimasi proses terlebih dahulu ditentukan hubungan antara distorsi sudut dan kedalaman penetrasi dengan var
penetrasi dengan variabel proses pengelasan iabel proses pengelasan kuat arus, kecepatan kuat arus, kecepatan pengelasan dan panpengelasan dan panjang pelat; denganjang pelat; dengan menggunakan metode permukaan respon. Model hubungan tersebut didapatkan dari eksperimen yang menggunakan metode permukaan respon. Model hubungan tersebut didapatkan dari eksperimen yang dilakukan berdasarkan rancangan
dilakukan berdasarkan rancangan Central Composite Design (CCD).Central Composite Design (CCD). Proses optimasi dilakukan dengan Proses optimasi dilakukan dengan metode
metodenon-linier programming,non-linier programming, dimana sebagai respon primer adalah distorsi sudut dan sebagai respon dimana sebagai respon primer adalah distorsi sudut dan sebagai respon sekunder adalah kedalaman penetrasi. Melalui penelitian ini didapatkan model empiris polinomial orde sekunder adalah kedalaman penetrasi. Melalui penelitian ini didapatkan model empiris polinomial orde kedua dari distorsi sudut dan kedalaman penetrasi. Optimasi dengan teknik
kedua dari distorsi sudut dan kedalaman penetrasi. Optimasi dengan teknik non-liniear programming non-liniear programming menghasilkan distorsi sudut minimum 0.139 [radian] pada kedalaman penetrasi 2.77 [mm]. Kedua nilai menghasilkan distorsi sudut minimum 0.139 [radian] pada kedalaman penetrasi 2.77 [mm]. Kedua nilai tersebut diperoleh dengan
tersebut diperoleh dengan setting setting variabel proses pengelasan panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 30 variabel proses pengelasan panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 30 [Ampere], kecepatan pengelasan 30 [cm/menit].
[Ampere], kecepatan pengelasan 30 [cm/menit]. Kata
Kata kunci kunci :: MIGMIG, di, distostorsi srsi suduudut, kt, kedaedalamlaman pan peneenetratrasi, si, CCDCCD, pa, panjanjang ng pelpelat, at, kuakuat art arus dus danan kecepatan pengelasan.
Batasan dan Asumsi
Karena luasnya permasalahan, maka dalam pembahasan ini diambil beberapa batasan, yaitu:
Material yang digunakan adalah Pelat Baja Grade A;
Efek akibat proses pemotongan dan penyiapan spesimen/benda uji diabaikan; Material benda uji dianggap rata dan
memiliki struktur yang homogen;
Jenis elektrode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis AWS A/SFA
5.18:ER70S-6, dengan diameter 1,2 [mm]. (ESSAB);
Tidak dilakukan pengukuran tegangan sisa yang terjadi akibat pengelasan;
Kekuatan hasil proses pengelasan tidak diukur;
Tidak menguji struktur mikro;
Semua alat uji yang digunakan dianggap bekerja dengan baik.
Persiapan dan Rancangan Percobaan
a Pelat Baja Grade A, ketebalan 12 [mm], dipotong menjadi benda uji berukuran 100 x 200 [mm], 100 x 300 [mm] dan 100 x 400 [mm].
b Pen gu ji an aw al seb el um di la ku ka n pengelasan.
c Pembuatan alur V.
d Pengelasan MIG dengan kuat arus 200, 250 dan 300 [Amper].
e Pengambilan data
2. TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengelasan telah banyak digunakan dalam berbagai konstruksi bangunan seperti
dalam pembuatan pressure vessel , pembuatan kapal baja, perkeretapian, dan masih banyak lagi.
Las Metal Innert Gas (MIG)
Las MIG lebih dikenal sebagai mesin las busur gas, sehingga dapat disebut juga GMAW (Gas Metal Arc Welding ) yaitu
Suatu proses pengelasan busur listrik. Pada las MIG kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektrode yang diumpankan secara kontinyu. Kawat las yang digunakan biasanya berupa kawat yang digulung dalam gulungan besar. Kawat las diumpankan melalui pemegang elektrode (torch) dari mekanisme pengumpan kawat (wire feeder ), selanjutnya kawat las bila mengenai benda kerja akan bereaksi menghasilkan poros busur listrik yang diselubungi oleh gas.
Pada proses pengelasan MIG gas pelindung yang dihembuskan melalui torch berfungsi untuk melindungi busur, kawat las, logam lasan dan logam induk dari kontaminasi udara. Gas pe li ndun g ya ng di guna ka n pa da pr os es pengelasan MIG umumnya adalah gas helium (He), gas Argon (Ar), gas karbondioksida (CO )2 atau campuran dari keduanya Saat ini las MIG banyak sekali digunakan dalam prakte k, terutama untuk pengelasan baja dan logam-logam baja yang tidak dapat dilas dengan cara lain. Berdasarkan fungsi elektrodanya tersebut maka las MIG tergolong pengelasan dengan elektroda terumpan, dimana elektroda selain berfungsi sebagai pembangkit busur (arc) juga berfungsi sebagai logam pengisi ( filler metal ). Gambar 1 menunjukkan Mesin las GMAW beserta skemanya.
Metalurgi Pengelasan
Pada saat peleburan logam las akibat busur listrik, terjadi aliran panas yang merambat ke logam induk. Panas tersebut menyebabkan terjadinya siklus termal pada logam induk. Temperatur pemanasan mulai dari temperatur terendah yakni pada jarak yang paling jauh dari garis lebur, sampai pada temperatur tertinggi pada cairan logam di garis lebur. Sementara itu pada saat pendinginan, tingkat pendinginan yang berbeda dialami oleh tiap titik pada logam induk. Akibat pemanasan dan pendinginan tersebut, maka daerah di sekitar logam las akan mengalami perubahan struktur mikro yang selanjutnya lebih di kenal sebagai HAZ (heat affected zone). Perubahan ini tergantung pada beberapa faktor antara lain:
a. Temperatur Puncak Yang Dicapai Setiap Posisi
b. Kecepatan Pendinginan c. dan lain sebagainya
Gambar 2, menunjukkan skema distribusi temperatur pada proses pengelasan
Daerah Las
Pada proses penyambungan logam dengan menggunakan mesin las akan dijumpai daerah-daerah atau bagian-bagian dari sambungan las yang biasanya disebut daerah las. Daerah las dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Logam las (weld metal )
b. Garis penggambungan ( fusion line)
c. Daerah pangaruh panas (HAZ , Heat Affected Zone)
Gambar 2. Skema distribusi temperatur pada saat pengelasan.
d. Logam induk ( parent metal ) Parameter Pengelasan
Dalam proses pengelasan ada banyak parameter pe ng el as an , di ma na ti ap -t ia p pa ra me te r mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap hasil pengelasan. Beberapa parameter tersebut anatara lain:
a. Kuat Arus
Berpengaruh langsung pada penetrasi logam las, bentuk manik, lebar HAZ dan dilusi. Semakin besar arus las dapat memperdalam penetrasi logam las dan juga memperlebar HAZ, demikian sebaliknya. Besarnya kuat arus listrik pada proses pengelasan tergantung dari jenis logam
induk, dimensi dan diameter elektrode. b. Kecepatan Pengelasan
Makin tinggi kecepatan pengelasan biasanya dipengaruhi oleh tingginya arus pengelasan. Untuk mencairkan ujung elektrode/kawat las diperlukan energi panas yang cukup. Apabila energi panas yang diberikan lebih dari cukup misalnya dengan memberikan arus yang lebih tinggi, maka proses pencairan ujung elektrode ( feeding rate) berlangsung cepat. Kecepatan pencairan elektrode yang tidak diimbangi dengan kecepatan pengelasan akan menyebabkan penumpukancairan logam las di permukaan logam induk.
c. Panjang Pengelasan
Merupakan fungsi waktu dari proses pengelasan. Semakin panjang pengelasan yang dilakukan maka waktu yang dibutuhkan semakin lama untuk kecepatan pengelasan yang sama. Karena waktu yang dibutuhkan saat proses pengelasan yang dilakukan lebih lama, maka panas yang diserap oleh logam induk juga lebih banyak sehingga kemungkinan distorsi yang terjadi semakin besar.
Distorsi
Menurut Kou (2005) [4], karena adanya penyusutan pembekuan dan kontraksi termal dari logam las selama proses pengelasan, benda kerja akan mempunyai kecenderungan untuk menyimpang yang menyebabkan terjadinya
distorsi. Benda kerja yang dilas dapat menyusut dalam arah melintang (transvere shrinkage) dan dapat juga dalam arah memanjang (longitudinal shrinka ge), yaitu serarah dengan proses pengelasan. Perubahan bentuk dalam arah menyudut disebabkan adanya perbedaan temperatur permukaan yang dilas dengan p e r m u k a a n s e b a l i k n y a . G a m b a r 3 menggambarkan beberapa jenis distorsi akibat pengelasan.
Distorsi Sudut
Penyusutan melintang yang sama rata di seluruh ketebalan pelat yang dilas akan berakibat terjadinya distorsi sudut, yaitu berupa menekuknya pelat di daerah sambungan las yang mengurangi ketegak-lurusan, sehingga terjadi simpangan (defleksi terhadap kondisi semula). Simpangan yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan ini disebut sebagai distorsi sudut ( )
[rad], diilustrasikan pada Gambar 4.
Pengukuran besarnya distorsi dari kedua sisi dengan menggunakan alat ukur dial indikator. Besarnya distorsi sudut dihitung dengan persamaan:
(1) Penetrasi
Adalah kedalaman penembusan bahan tambah (elektrode/ filler wire) terhadap logam induk. Gambar 3. Perubahan bentuk pada lasan [4]
Gambar 4. Pengukuran distorsi sudut pada pengelasan sambungan butt-joint
Kedalaman penetrasi dipengaruhi oleh input panas, yaitu kuat arus, kecepatan pengelasan dan tegangan. Gambar 5, menunjukkan ilustrasi pengukuran kedalaman penetrasi.
Rancangan Eksperimen dan Optimasi
Rancangan eksperimen bertujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang diperlukan dalam melakukan penelitian atau persoalan yang dibahas. Rancangan sebaiknya dibuat sesederhana mungkin, mengingat waktu, biaya, tenaga dan material yang harus digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini rancangan eksperimen digunakan adalah rancangan eksperimen Central Composite (CCD) [3]. Parameter proses dan level-levelnya yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pe ne li ti an di te ta pk an de ng an ra nc an ga n percobaan Central Composite Design (CCD)
ditunjukkan pada tabel 2.
Gambar 5. Pengukuran kedalaman penetrasi
Tabel 1. Parameter Proses dan Level-levelnya
Tabel 1. Rancangan Percobaan CCD
1 d1 d2 2 2 1 X X 2 2 1 1 2 1 2[ ] X d X d rad Kedalaman penetrasi
Prosedur Penelitian a.Persiapan Percobaan b.Pembuatan alur las
c.Penekukan/pengerolan d.Pengelasan
e.Pengambilan/pembuatan spesimen 3. DATA DAN PEMBAHASAN
Dari data hasil percobaan kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak MINITAB 14 [2].
Analisa Distorsi Sudut
Proses analisa data distorsi sudut dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MINITAB R14 [2]. Hasil pengolahan data besarnya kedalaman penetrasi dapat dilihat pada
tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3. Analisa Regresi Distorsi Sudut
Tabel 4. ANAVA untuk Distorsi Sudut
Gambar 6. Respon permukaan kuat arus dan panjang pengelasan dari distorsi sudut pada
kecepatan pengelasan 25[cm/menit]
Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa tiap variabel memiliki nilai yang signifikan terhadap respon yang terjadi. Interaksi hanya terjadi antara X *X dan X *X . Dari tabel 3 diketahui1 2 2 3
bahwa panjang pelat mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap distorsi sudut, diikuti oleh kecepatan pengelasan dan yang paling kecil pengaruhnya adalah kuat arus. Dari tabel 4, juga diketahui model distorsi sudut tidak terjadi lack of fit untuk level = 0,05 dengan variasi total yang
2
dapat dijelaskan oleh model R sebesar 91,5%, hasil Durbin-Watson statistic test menunjukkan nilai 1,47 yang berarti antara masing-masing pengamatan menunjukkan sifat independen. Model regresi yang dihasilkan untuk respon besarnya distorsi sudut dapat dilihat pada persamaan 2.
3 2 2 1 2 2 2 1 3 2 1 DS * * 000055 . 0 * * 000003 . 0 * 000385 . 0 * 000002 . 0 * 002645 . 0 * 00131 . 0 * 000673 . 0 438504 . 0 X X X X X X X X X Y Untuk mendapatkan nilai minimum distorsi sudut, maka model yang diperoleh (persamaan 2) kemudian dilakukan optimasi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak LINGO 8. Gambar 7 dan Gambar 8 adalah menunjukkan cara dan hasil proses optimasi distorsi sudut.
Dengan menggunakan batas bawah untuk X =1 200 [mm] dan batas atas X = 400 [mm], X = 2501 2 [A] dan batas bawah X = 350 [A], X = 202 3 [cm/mnt] dan batas bawah X = 30 [cm/mnt],3 maka didapatkan nilai distorsi sudut minimum adalah 0,139 [rad]. Nilai tersebut dapat dihasilkan dengan panjang pelat (X ) 355.751 [mm], kuat arus (X ) 250 [A] dan kecepatan2 pengelasan (X ) 30 [cm/mnt].3
Analisa Kedalaman Penetrasi
Proses analisa data kedalaman penetrasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MINITAB R14 [2]. Hasil pengolahan data besarnya kedalaman penetrasi dapat dilihat pada
tabel 5 dan tabel 6.
Gambar 7. Model distorsi sudut dengan rentang percobaan parameter.
Gambar 8. Hasil pengolahan model distorsi sudut untuk mendapatkan nilai optimum
Tabel 5. Analisa Regresi Kedalaman Penetrasi
Tabel 6. ANAVA untuk Kedalaman Penetrasi
Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa tiap variabel memiliki nilai yang signifikan terhadap respon yang terjadi. Interaksi hanya terjadi antara X *X . Dari tabel 5 diketahui bahwa2 3
panjang pengelasan mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap kedalaman penetrasi, diikuti oleh kecepatan pengelasan dan yang paling kecil pengaruhnya adalah kuat arus. Dari tabel 5, juga diketahui model kedalaman penetrasi tidak terjadi lack of fit untuk level = 0,05 dengan
2
variasi total yang dapat dijelaskan oleh model R sebesar 92,9%, hasil Durbin-Warson statistic test menunjukkan nilai 1.34 yang berarti antara masing-masing pengamatan menunjukkan sifat independen. Model regresi yang dihasilkan untuk respon besarnya kedalaman penetrasi dapat dilihat pada persamaan 3.
Estimated Regressiopn Coefificients for kedalaman penetrasi
C o e f P 6.46686 0.101 -0.01367 0.030 0.00743 0.629 -0.12525 0.385 0.00002 0.035 -0.00005 0.049 -0.00610 0.017 0.00122 0.001 Predictor (X2) *(X3) Constant P anjang Pelat (X1) [mm] Kuat Arus (X2) [A]
Kecepatan Pengelasan (X3) [cm/mnt] (X1) *(X1)
(X2) *(X2) (X3) *(X3)
Analysisi of Variance fo r Kedalaman Penetrasi S o urc e D F S e q S S A dj M S F P R egressio n 7 6.11176 6.11176 22.35 0.000 Liniear 3 4.29276 0.10840 2.78 0.087 Square 3 1.07480 1.07480 9.17 0.002 Intersectio n 1 0.74420 0.74420 19.05 0.001 Residual Error 12 0.46874 0.46874 Lack o f-Fit 7 0.37760 0.37760 2.96 0.125 P ure Erro r 5 0.09113 0.09113 To tal 19 6.58049 S = 0.019 76 R-Sq = 92.9 % R-Sq(adj) = 88.7 %
Gambar 11. Hasil pengolahan kedalaman penetrasi untuk mendapatkan nilai optimum.
Dengan menggunakan batas bawah untuk X =1 200 [mm] dan batas atas X = 400 [mm], X = 2501 2 [A] dan batas bawah X = 350 [A], X = 202 3 [cm/mnt] dan batas bawah X = 30 [cm/mnt],3 maka didapatkan nilai kedalaman penetrasi minimum adalah 0,2.77 [mm]. Nilai tersebut dapat dihasilkan dengan panjang pelat (X )1 341.75 [mm], kuat arus (X ) 250 [A] dan2 kecepatan pengelasan (X ) 30 [cm/menit].3
Optimasi dual respon
Optimasi distorsi sudut dengan kendala kedalaman distorsi sudut dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan non linear p ro g r a m m i n g , a t a u d i h i t u n g d e n g a n memasukkan nilai-nilai parameter dari hasil distorsi yang optimasi yaitu 0,139 [rad] yaitu panjang pelat 355.75 [mm], kuat arus 250 [Amper] dan kecepatan pengelasan 30 [cm/menit].
Dari hasil perhitungan didapatkan besarnya kedalaman penetrasi adalah 2,77 [mm].
(3)
Untuk mendapatkan nilai minimum kedalaman pe ne tr as i, ma ka mo de l ya ng di pe ro le h (persamaan 3) kemudian dilakukan optimasi dengan menggunakan bantuan perangkat lunak LINGO 8. Gambar 10 dan Gambar 11 adalah hasil proses optimasi kedalaman penetrasi. Gambar 9. Respon permukaan kuat arus dan panjang pengelasan dari kedalaman penetrasi pada kecepatan pengelasan 25 [cm/menit]
Gambar 10. Model kedalaman penetrasi dengan rentang percobaan parameter.
3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 1 KP * * 00122 , 0 * 00610 , 0 * 00005 , 0 * 00002 , 0 * 12525 , 0 * 00743 , 0 * 01367 . 0 46686 . 6 X X X X X X X X Y
769919 . 2 30 * 250 * 00122 , 0 30 * 00610 , 0 250 * 00005 , 0 75 . 355 * 00002 , 0 30 * 12525 , 0 250 * 00743 , 0 75 , 355 * 01367 . 0 46686 . 6 2 2 2 KP Y4. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan dan analisis data proses pengelasan butt-joint dengan menggunakan
mesin las MIG, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari ketiga variabel proses, yang paling besar pengaruhnya adalah panjang pelat diikuti kecepatan pengelasan dan yang paling kecil pengaruhnya kuat arus.
2. Model hubungan antara variabel bebas tebal pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut dinyatakan dengan persamaan 2
3. Model hubungan antara variabel bebas tebal pelat, kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kedalaman penetrasi dinyatakan dengan persamaan 3.
4. Nilai distorsi sudut terkecil sebesar 0,139 [radian] dan kedalaman penetrasi 2.77 [mm] dapat dicapai dengan variabel pengelasan yang menggunakan panjang pelat 355.75 [mm], dengan kuat arus sebesar 250 [A] dan kecepatan pengelasan sebesar 30 [cm/menit].
DAFTAR PUSTAKA
[1] A nggono, J uli ana, dkk (1999), P e n g a r u h B e s a r I n p u t P a n a s Pengelasan SMAW Terhadap Distorsi Angular Sambungan T B a j a L u n a k SS400, , Jurnal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya, Vol 1, No. 1
[2] Iriawan, Nur, Astuti, Septin Puji, (2006), Mengolah Data Statisti k d e n g a n M u d a h M e n g g u n a k a n MINITAB 14, Andi, Yogyakarta.
[3] Montgomery, D.C., (1984), Design And Analysis Of Experiment , Jhon Willey
and Sons.
[4] K ou, Sindho , ( 2003), Welding Metalurgy, second edition, Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.Published Simultaneously
in Canada.
[5] Wiryosumarto, Harsono dan Toshie O k u m u r a , ( 2 0 0 0 ) , T e k n o l o g i Pengelasa n Logam, Jakarta, PT.
Pradnya Paramita.
http://www.petra.ac.id/ ~puslit/journals/