• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PBL Kelompok 7 (MODUL 1, BIOETIK) 02

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan PBL Kelompok 7 (MODUL 1, BIOETIK) 02"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBL

MODUL 1 SISTEM BIOETIK

MEDIKOLEGA DAN HAM

Tutor : Dr. A Muchlis MS

Disusun oleh :

1. Anisah Noviariyanti (2011730008) 2. Aziz Anugrah (2011730015) 3. Dita Kunti (2011730025) 4. M. dicky Ardiana (2011730059) 5. Putri Rafika Zahra (2011730080) 6. Rannie Kusuma Wardhani (2011730086) 7. Suci Sukmawati (2011730105) 8. Tika Gustia (2011730109) 9. Wanti Oktarini (2011730114) 10. Zulfa Nurul Fath (2011730117)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

(2)

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat-Nya, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami konsep masalah yang telah diberikan. Laporan ini dirancang sedemikian rupa agar materi yang akan disajikan ringkas tapi jelas. Laporan ini juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.

Materi modul ini disintesis dari berbagai sumber baik dari media cetak maupun media elektronik. Modul ini disusun terutama untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen sebagai laporan hasil pleno dalam rangka studi kasus.

Penulis telah berusaha untuk menyeleraskan modul ini seringkas dan sejelas mungkin tetapi lengkap, serta mudah dipahami. Namun tiada gading yang tak retak, maka telah disadari modul ini masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu saran untuk penyempurnaan sangat diharapkan. Jakarta, juli 2012 Tim Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI………

(3)

BAB I PENDAHULUAN……… 1.1 Tujuan Pembelajaran ……….. BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario ……….

2.2 Klarifikasi Kata Kunci……… 2.3 Identifikasi Masalah ………. 2.4 Jawaban Pertanyaan……… BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……… ………. DAFTAR PUSTAKA……….. BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Pembelajaran

(4)

Tujuan instruksional umum

Agar mahasiswa setelah menyelesaikan modul ini lebih berprilaku profesional dalam prraktik kedokteran,serta mendukung kebijakan kesehatan sesuai area etika,moral,etikolegal dan profesionalisme serta keselamatan Pasisen.

Tujuan instruksional khusus.

Setelah mempelajari modu ini,mahasiswa di harapkan dapat memuntegrasikan pelajaran Bioetu,Medikolegal,dan HAM dan mahasiswa di harapkan mampu :

1. Menunjukkan sikap profesional

2. Berprilaku profesional dalam bekerja sama

3. Berperan sebagai anggota tim pelayanaan kesehatan masyarakat multikultural di indonesia.

4. Menunjukkan praktik kedokteran dalam masyarakat multi kultural di indonesia

5. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya,sejawat masyarakat dan dengan anggota disiplin lainnya.

6. Menjelaskan aspek Medikolegal dalam praaktik kedokteran

7. Menjelaskan aspek keselmatan pasien dalam praktik kedikteran dan HAM B. Sasaran pembelajaran

1. menunjukkan sikap profesional

a. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan kode etik dokter indonesia b. Menjaga kerasiaan dan kepercayaan pasien

c. Menunjukka kepercayan dan saling menghormati dalam hubungan dokter pasien d. Menunjukan rasa empati dengan rasa pendekatan yang menyeluruh

e. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalm memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya

f. Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi g. Mengenal alternatif

h. Menganalisis secara sistemik dalam mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan secara individu

2. berprilaku profesional dalm bekerja sama

a. Menghormati setiap orang tanpa memandang status sosial

b. Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran yang berharga,tanpa memandang status sosial.

c. Berperan serta dalm kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para petugas kesehatan lainnya

d. Mengenali dan berusaha menjadi penngah ketika terjadi konflik

e. Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain f. Mempertimbangkan asek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas

kesehatan lain,serta bertindak secara profesional

g. Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan yang tidak profesional.

(5)

3. berperan sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang profesional.

a. Berperan dalam pengelolaan masalah padsien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme

b. Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara aktif c. Menghargai pasien dan berpendapat berbagai profesi kesehatan

d. Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem pelayanan masyarakat

e. Menyadari profesi meds yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat melakukan suatu perubahan

f. Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan kesehatan lain

4. melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di indonesia

a. menghargai perbedaan karakter individu,gaya hidup,dan budaya dari pasien dan sejawat

b. memahami heterogenitas persepsi yang berkatian dengan usia,gender,orientasi seksual,etnis,kecatatan dan status sosial ekonomi.

5. berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya, sejawat, masyarakat dan anggota profesi lain

a. bersambung rasa dengan pasien keluarganya

1. memberikan situasi yang nyaman bagi pasien 2. menunjukksn sikap empati dan dapat di percaya

3. menyimpulkan kembali pasien,kekhawatiran,maupun harapan

4. memelihara dan menjaga harga diri pasien ,hal-hal yang bersifat pribadi,dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu.

5. Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi atau tindakan.

b. Mengumpulkan informasi

1. Meminta penjelasan pada pasienpada pernyataan yang kurang di mengerti 2. Tidak memberikan nasehat atau penjelasan yang prematur saat masih

mengumpulkan data

c. Memahami perspektif pasien

1. Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya.

2. Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekawatirannya, dan harapannya

3. Melakukan fasilitasi secara propesional,terhadap ungkapan prilaku pasien(marah,malu,takut,sedih,bingung,eforia,maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu,tuli,gangguan psikis)

(6)

4. Memperhatikan faktor bio-psiko-sosiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkandan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang profesional.

5. Menggunakan bahasa yang santun dan dapat di mengerti oleh pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosis, hasil penanganan serta prognosis.

d. Memberi penjelasan dan informasi

1. Mempersiapkan pasien untuk menghindari rasa sakit dan stress sebelum melakukan pemeriksaan fisik.

2. Memberi tau adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama pemeriksan fisik.

3. Memberi penjelasan dengan benar,jelas,lengkap,dan jujur tentang tujuan,keperluan manfaat,resiko prosedur diagnostik dan tindakan medis sebelum di kerjakan

4. Menjawab pertanyaan dengan ujur,memberi konsultasi,atau menganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit

5. Memberikan edukasi dan promosi kesehatan pada pasien maupun keluagganya 6. Memastikan mengkonfirmasi bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan

telah dipahami oleh pasien

7. Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persrtujuan

8. Menyimpan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika kedokteran

9. Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah di buat dan di sepakati

e. Berkomunikasi dengan sejawat,masyarakat dan dengan anggota profesi lain

1. Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan,tertulis,atau elektronik pada saat yang di perlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

2. Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar,demi kepentingan pasien maupun ilmu kedikteran

3. Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

4. Emnggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh pasien 5. Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat

6. Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat memahami kesehatan sebagai kebutuhan

7. Memenfaatka media dan kegiatan masyarakat secara efektif ketika melakukan promosi kesehatan

(7)

8. Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosiakan kesehatan secra profesional

9. Mendengarkan dengan penuh perhatian,demi memberikan waktu cukup kepada profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya .

10. Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya keperusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim 11. Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai

saksi ahli di pengadilan(jika di perlukan)

6. menjelaskan aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

1. Menjelaskan tentang HAM

2. Menjelaskan aspekmedikolegal pemberian Resep obat

3. Menjelaskan aspek medikolegal penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual 4. Menjelaskan tentang kode etik kedokteran indonesia

5. Menjelaskan aspek medikolegal pembuatan surat keterangan sehat,surat sehat atu kematian

6. Menjelaskan proses di pengadilan

7. Menjelaskan tentang UU RI NO 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran

8. Menjelaskan tentang peran konsil kedokteran indonesia senbagai badan yang mengatur praktik kedokteran

9. Menentukan,menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan

7. menjelaskan aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran 1. Menerapkan standar keselamatan pasien :

a) Hak pasien

b) Mendidik pasien dan kelurga

c) Keselamatan pasien dan keinambungan pelayanan

d) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

e) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien f) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

g) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

2. Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien

a) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien b) Memimpin dan meendukung staf

c) Integrasikan aktifitas pengelola resiko d) Kembangkan sistem laporan

e) Libatkan dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien f) Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

(8)

BAB II PEMBAHASAN Skenario

Dokter Urap

Ketika sudah sampai gilirannya Pak Becak pun memasuki ruang praktek Dokter urap.”Selamat sore dok”sapanya. “Sore juga Pak Becak,silahkan duduk”dokter urap mempersilahkan sambil membaca dengan seksama kartu berobat Pak Becak. “ Apa sudah ada hasil rontgen dan laboratoriumnya Pak” tanya Dokter Urap setelah membacacatatan dalam kartu beobat bahwa dua hari yang lalu ia meminta Pak Becak untuk dua pemeriksaan tersebut.

“Sudah dok” jawab Pak Becak sambil menyerahkan hasil rontgen dan laboratoriumnya. Dokter Urap memperhatikan dan membaca dengan seksama kedua hasil pemeriksaan tersebut,kemudia “ dari hasil pemeriksaan saya dan gejala klinis yang saya temukan,ditambah lagi hasil rontgen dan laboratorium bapak,saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak menderita TBC paru aktif” simpul Dokter Urap.

“Untuk itu Bapak harus menjalani terapi selama minimal 6 bulan dan obatnya tidak terputus” Lanjut Dokter Urap. “Saya akan memberikan obat untuk satu bulan,dan Bapak harus rajin kontrol”. Pak Becak terdiam, “bagaimana pak? “tanya dokter urap”. Tapi dok saya tidak punya uang untuk mematihi anjuran dokter” jawab Pak Becak. “Untuk makn sehari-hari saja susah dok” lanjutnya. “Ooo begitu...baiklah saya akan rujuk kepuskesmas dekat tempat tinggal bapak,karena obat untuk penyakit bapak bisa di perileh dengan gratis disana”.

“Untuk sementara saya kasih obat satu minggu dulu ya pak,obatnya saya kasih yang generik biar bapak bisa menebusnya,tapi ingat sesegera mungkin Bapak harus melapor ke puskesmas sambil membawa sutrat rujukan dari saya” jelas dokter Urap sambil mengambil kertas dan pulpen.

“O ya Bapak punya anak kecil di rumah?” tanya Dokter Urap sambil terus menulis. “ada dok,satu orang usia na 2 tahun,kenapa dok?” Pak Becak menanggapi. “penyakit bapak dalm fase penularan,oleh karena itu saya anjurkan kalau bapak ke puskesmas nanti,jangan lupa anaknya juga harus di bawa serta untuk di periksa” jelas Dokter Urap. “Baiklah dok” Pak Becak menyanggupi. “ ini pak surat rujukan dan jangan lupa anaknya di periksa juga”,Dokter urap mengingatkan sambil menyerahkan surat rujukan dalam amplop yang telah

(9)

tertutup rapat. “Terima kasih dok” jawab pak becak seraya menerima rujukan dan kertas resep.

“sudah pak,simpan saja uang nya untuk menebus obat” kata dikter urap ketika melihat pak becak sibuk menghitung recehan dari kantongnya.

Saat pasien berikutnya sedang di periksa dokter urap,tiba-tiba suster masuk keruang praktek sambil berkata “ Dok.. pak becak pingsan di depan klinik setelah beliau batuk darah hebat beberapa kali.” “Maaf ya bu saya tinggal sebentar.” Kata dokter urap pada ibu yang sedang di periksanya sambil bergegas keluar dengan membawa peralatan emergensi.

Setelah memeriksa pak becak yang telah du angkat ke dalam ruang tunggu Dokter Urap segera meminta satpam memanggil taxi untuk membawa oak becak kerumah sakit.

(10)

STEATMENT

1. Dokter urap memperhatikan dan membaca dengan seksama kedua hasil

pemeriksaan tersebut, kemudian “dari hasil pemeriksaan saya dan gejala klinis yang saya temukan, ditambah lagi dari hasil rontgen dan laboratorium bapak, saya menyimpulkan bahwa bapak menderita TBC paru aktif” simpul dokter urap

a. PRO

 BENEFICENCE

“Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan”

Pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang dideritanya . Disini hak pasien untuk mengetahui diagnosa penyakitnya telah terpenuhi oleh tindakan dokter urap .

AUTONOMI “Berterus terang “

Dalam skenario digambarkan bahwa dokter urap telah meneliti dengan seksama hasil dari pemeriksaan penunjang , dan mendiagnosa penyakit bapak becak . Telah disampaikan secara jelas dan jujur oleh Dr.Urap tentang diagnosa dari penyakit bapak becak, ini telah menunjukan pemenuhan atas kaidah dasar bioetika Autonomi dalam point berterus terang.

Perundang-undangan yang mendukung argumentasi UU PERMENKES

Pasal 1

(7b) Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat berupa pelayanan promotif preventif, diagnostik, konsultatif, kuratif, atau rehabilitative

UU No. 29 tahun 2004 pasal 52 dan 53:

Mengatur tentang hak dan kewajiban pasien . dimana salah satunya menyebutkan hak pasien “Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang bertanggung jawab terhadap perawatanya “ .

b. KONTRA

• UU RI NOMOR 29 TAHUN 2004, TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN Pasal 52 hak dan kewajiban pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan para praktik kedokteran, mempunyai hak: Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu : - Diagnosis dan tata cara tindakan medis

(11)

- Tujuan tindakan medis yang dilakukan - Alternatif tindakan lain dan resikonya - Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi - Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

“Pada statement ini , diketahui dokter urap hanya mendiagnosis penyakit pak becak tanpa menjelaskan hasil dari pemeriksaan penunjang

(laboratorium dan rontgen ) padahal pasien memiliki hak untuk mengetahui secara lengkap dan jelas tentang diagnose tersebut”

• UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

 Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

2. “Untuk itu Bapak harus menjalani terapi selama minimal 6 bulan dan obatnya tidak terputus” Lanjut Dokter Urap. “Saya akan memberikan obat untuk satu bulan,dan Bapak harus rajin kontrol”. Pak Becak terdiam, “bagaimana pak? “tanya dokter urap”. Tapi dok saya tidak punya uang untuk mematihi anjuran dokter” jawab Pak Becak. “Untuk makn sehari-hari saja susah dok” lanjutnya. “Ooo begitu...baiklah saya akan rujuk kepuskesmas dekat tempat tinggal bapak,karena obat untuk penyakit bapak bisa di perileh dengan gratis disana”.

a. PRO

Penyesuaian dengan KDB BENEFICENCE

a) Mengusahakan agar kebaikan / manfaat lebih banyak dibandingkan keburukan b) Memberikan obat berkhasiat namun murah

AUTONOMY

a) Menghargai hak menentukan nasib sendiri , menghargai martabat pasien b) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan pada kondisi efektif

(12)

– (b) hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta mendapatkan barang dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .

– (c) hak atas informasi yang benar , jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan / atau jasa.

 UU PRAKTIK KEDOKTERAN No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran – (a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana yang dimaksud pada pasal 45 ayat 3. – (d) Menolak tindakan medis .

 Pasal 32 UU No.44 Tahun 2009 tentang rumahsakit

– (e) memperoleh layanan efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi

– (k) memberikan persetujuan / menolak atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakitnya .

UU Pasal 50 UU No. 29 Tahun 2004, tentang Hak dan kewajiban dokter

– Memberikan pelayanan medis menurt standar profesi dan standar prosedur operasional

– Memperoleh informasi lengkap dan jujur dari pasien / keluarganya

 Unsur tindakan medis sutorius

– Dokter harus merumuskan tujuan pemberian pengobatanya , disamping juga harus mempertimbangkan alternatif lain selain yang dipilihnya .

– Segala tindakan harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan pasien .

 Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) – Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,

(13)

disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

– Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

b. KONTRA

Pasal 52 ayat 1 UU praktik kedokteran yaitu mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

Pasal 45 UU praktik kedokteran yaitu

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapat penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang- kurangnya mencakup :

a. diagnosis dan tata cara tindakan medis; b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. • UU kesehatan no 36 tahun 2009

1. Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

2. Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan

Pada kasus dokter urap diatas dapat ditanggapi ketika dokter urap

merencanakan terapi,namun dokter urap tidak menjelaskan dan memberi edukasi pada pasien.

“tapi dok saya tidak punya uang untuk mematuhi anjuran dokter “ jawab pak beca. “untuk makan sehari-hari saja susah dok”lanjutna. “oooo begitu...baiklah

(14)

saya akan rujuk kepuskemas dekat rumah bapak,karena obat untuk penyakti bapak dapat diperoleh dengan gratis disana”

Menggunakan pasal 7a UU praktik kedokteran yaitu Setiap dokter harus,dalam setiap praktik medisnya,memberikan pelayanan medis ayng kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,disertai rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia

Dijelaskan bahwa pada kasus diatas seorang dokter tidak memiliki empati terhadap kondisi pasien.

3. “Untuk sementara saya kasih obat satu minggu dulu ya pak,obatnya saya kasih yang generik biar bapak bisa menebusnya”

a. PRO

 Tindakan dokter tersebut menunjukan kaidah dasar bioetik “beneficence”, dengan kriteria :

1) Mengusahakan agar kebaikan/manfaat lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya

2) Memberikan obat berkhasiat namun murah 3) Nonmaleficence

4) Tidak memandang pasien sebagai obyek

 UUPK Pasal 49 (1), “setiap dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyelenggarakan kendali mutu dan biaya”

b. KONTRA

 Asas menghormati otonomi pasien

Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh dokter serta memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri sehingga kepadanya perlu diberikan informasi yang cukup. Pasien berhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, dan tidak boleh dipaksa. Untuk ini maka perlu adanya informed consent.

 Pasal 45

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

(15)

o Tujuan tindakan medis yang dilakukan o Alternatif tindakan lain dan risikonya

o Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi o Progosis terhadap tindakan yang dilakukan

 Pasal 52

Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak : a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

 Pasal 8

“Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotiv, preventif, kuratif dan rehabilitatif) baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.”

4. “sudah pak,simpan saja uang nya untuk menebus obat” kata dikter urap ketika melihat pak becak sibuk menghitung recehan dari kantongnya.

a. PRO :

 Tindakan dokter tersebut menunjukan kaidah dasar bioetik “beneficence” , dengan kriteria :

Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain). Dimana disini dengan hati ikhlas pak urap membebaskan biaya/upah akan dirinya dan menyuruh pak becak agar mempergunakan uang tersebut untuk menebus obat.

 tindakan atau sikap pak dokter tersebut juga sesuai dengan kodeki pasal 1 yang berisi :

“setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter”

Dalam kasus diatas dokter urap telah menjunjung tinggi, menghayati serta mengamalkan sumpah dokter yang berisikan bahwa setiap dokter harus membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan. Disini dokter urap tergerak hatinya untuk menolong pak becak dengan membebaskan biaya berobat dan menyarankan agar menggunakan uang tersebut untuk menebus obat yang dibutuhkan pak becak. Hal ini membuktikan bahwa dokter urap mengabdikan dirinya dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan bukan hanya sekedar mengejar materi.

(16)

Pada hakikatnya, profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa (calling), untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental dengan prinsip prinsip kejujuran, keadilan, empati, keikhlasan, kepedulian pada sesama dalam rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang dan ikut merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung.

(sumber: bioetik kedokteran dan hukum kesehatan) b. KONTRA

Dokter Urap tidak menjelaskan mengapa pak becak tidak usah membayar obatnya lalu kata-kata yang kurang enak didengar yang di ucapkan oleh dokter Urap ,dan kewajiban pasien untuk membayar di tahan.

Bukti bukti untuk memperkuat : 1) Pasal 7c (kodeki)

2) Paragraf 7 pasal 52a 3) Paragraf 6 Pasal 50 (d)

4) Hak dan kewajiban pasien dan hak dokter Penjelasan

 Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien,hak-hak sejawat, danj hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Alasannya karena:

1. Pasien merupakan orang pertama yang berhak menentukan keputusan yang terbaik bagi dirinya.

2. Bisa saja pertimbangan pasien berbeda atau bertentangan dengan pertimbangan dokter

 Paragraf 7 Pasal 52 (a)

Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3

 Paragraf 6 Pasal 50 (d) Menerima imbalan dan jasa

(17)

5. Saat pasien berikutnya sedang di periksa dokter urap,tiba-tiba suster masuk keruang praktek sambil berkata “ Dok.. pak becak pingsan di depan klinik setelah beliau batuk darah hebat beberapa kali.” “Maaf ya bu saya tinggal sebentar.” Kata dokter urap pada ibu yang sedang di periksanya sambil bergegas keluar dengan membawa peralatan emergensi

a. PRO

 Berdasarkan kaidah dasar bioetik

1) beneficence : Sesuai dengan poin ke 10 yaitu kewajiban menolong pasien gawat darurat

2) Non –maleficence : Karena salah satu kriteria kondisi yang menggambarkan sikap KDB non maleficience adalah dimana pasien dalam keadaan amat berbahaya(darurat)

3) Justice : Salah satu dari kriteria justice ini adalah menjaga kelompok yang rentan atau yang lebih membutuhkan.

 KODEKI 1) Pasal 13

“setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas

perikemanusiaan,kecuali bila ia yakin ada orang yang bersidia dan mampu memberikannya”

Nah dikarenakan disebuah rumah sakit biasa hanya ada satu dokter jaga yang menangani kasus emergency dokter urap sudah seharusnya

memberikan pertolongan melihat tidak adanya orang yang bersedia dan mampu menangani kasus kegawat daruratan yang dialami bapak becak. 2) pasal 7d

“setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi mahluk hidup mahluk insani”

bila disangkutkan ke scenario, keadaan bapak becak yang membahayakan tersebut sudah seharusnya menjadi tanggung jawab dokter urap karena kondisi pak becak yang mungkin biasa membahayakan diri pak becak.dan sudah menjadi kewajiban dokter urap sebagai dokter yang bertugas,untuk melindungi pak becak.

b. KONTRA

terhadap tindakan Dokter Urap yang meninggalkan pasiennya ketika sedang melakukan pemeriksaan.

(18)

 Ketika pasien datang berobat kepada dokter dan dokter menerimanya, maka pada saat tersebut sudah terbentuk hubungan dokter-pasien sebagai suatu hubungan hukum.

 UU No.29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Pasal 52

Hak dan kewajiban pasien

Pasien dalam pelayanan praktik kedokteran , mempunyai hak : a) Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis. b) Meminta pendapat dokter lain.

c) Mendapat pelayanan sesuai kebutuhan medis. d) Menolak tindakan medis.

e) Mendapatkan isi rekam medis.

 Pasien dapat melakukan pengaduan terhadap tindakan dokter yang mengabaikan kepentingan pasien atau apabila pasien merasa dirugikan.

Sesuai dengan :

UU No. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 66 ayat 1

Setiap orang yang mengetahui kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan kepada ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Pasal 66 ayat 3

Setiap orang berhak atas pengaduan untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang atau menggugat perdata ke pengadilan. Penjelasan terhadap kasus :

Pasien dapat melakukan pengaduan atas tindakan dokter yang dirasa merugikan si pasien.

Kembali pada hak pasien untuk mendapat pelayanan medis (pasal 52 UU Praktik Kedokteran).

Dapat bertentangan dengan point dalam beneficence : Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.

Dapat bertentangan dengan point justice : Menghargai hak hukum pasien.

Apabila pasien merasa dirugikan, hal ini dapat mengarah kepada suatu tindakan hukum.

 PERMENKES 512 Tahun 2007 Pasal 15 ayat 1

Dokter dapat memberikan pelimpahan suatu tindak kedokteran kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran.

(19)

Tindak kedokteran yang dimaksud pada (ayat 1) dilakukan harus sesuai kemampuan dan kompetensi serta dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 15 ayat 2

Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga kerja lainnya dalam keadaan sangat dibutuhkan diatur dalam peraturan menteri.

Penjelasan terhadap kasus :

o Disini dimaksudkan apabila sang dokter tidak bisa menangani pasien berikutnya karena harus mengurus Pak Becak, dokter dapat melakukan pelimpahan atas pasien berikutnya kepada dokter lain, namun jika di klinik tersebut tidak ada dokter lagi, maka dokter tersebut bisa melimpahkan tindak kedokteran kepada perawat, bidan ataupun tenaga kesehatan lain yang berkemampuan tinggi, kompeten dan sesuain dengan peraturan perundang-undangan.

o Hal ini dimaksudkan agar hak-hak pasien (kedua) tidak terabaikan. o Namun jika dokter meninggal kan pasien tidak begitu lama atau dirasa

masih dapat melayani si pasien dengan baik maka tidak harus dilakukan pelimpahan tindak kedokteran.

Kesimpulan

Dokter Urap sudah melakukan beberapa hal sesuai dengan kaidah dasar moral. Di antaranya, saat memutuskan pasien kedua ketika Pak Becak dalam keadaan gawat darurat. Selain itu juga tidak meminta imbalan jasa di luar batas kemampuan pasien.

Namun ada juga beberapa tindakannya yang melanggar kaidah dasar moral. Antara lain ketika menyuruh satpam untuk memanggilkan taksi pada saat keadaan gawat darurat. Hal ini melanggar kaidah nonmaleficence.

(20)

Daftar Pustaka

The Indonesia Medical Council. Kemitraan Dalam Hubungan Dokter-Pasien. Jakarta. 2006 Hanafiah, Jusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:

EGC.

Slide Kuliah Bioetik, Medikolegal, dan HAM (dr.Anwar Wardy W) http://www.dyagnoz.info.humaniora 2.”Kaidah Dasar Bioetik”.com/) (http://yusufalamromadhon.blogspot.com/))

(21)

Referensi

Dokumen terkait

melakukan registrasi sidik jari terhadap seluruh pegawai ASN dilingkungan unit kerja masing-masing ke dalam mesin absensi sidik jari pada awal penggunaan dan/ atau

Pengaruh Kepemilikam Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Free cash flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam paru- parunya yang kemudian menyebabkan penyakit

Indepedensi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap audit fee eksternal artinya semakin besar persentase dewan komisaris

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

- Jika judul tabel lebih dari satu baris, baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan huruf awal judul dengan jarak satu spasi, tidak boleh memotong tabel menjadi 2

Pikolih tetilik puniki, inggih ipun (1) kaiwangan Ejaan Bahasa Bali Yang Disempurnakan sane wenten ring sajeroning sasutaran awig-awig subak Kacangbubuan, desa adat