• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/ 2016).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/ 2016)."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KARAKTER BERSAHABAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII B SMP Aloysius Turi

Tahun Ajaran 2015/ 2016) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Yosep Yoga Pranata

131114033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Janganlah kuatir kamu akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari

cukuplah untuk sehari.Н -Matius 6:34-

МToday is cruel. Tomorrow is Crueler. And the day after tomorrow is beautiful.Н

-Jack Ma-

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus Kristus

Ibu saya, Tri Pujiarti Bapak saya, L. Eto Krusmawadi

Kedua Kakak saya, Irine Putriningtyas & Yohanes Dwi Nuryanto Keponakan saya, Josephine Kyara Avisha Primaningtyas

Kekasih saya, Margaretha Indah Pangestuningsih Keluarga besar terkasih

(6)
(7)
(8)
(9)

ix ABSTRAK

PENINGKATAN KARAKTER BERSAHABAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII B SMP Aloysius Turi

Tahun Ajaran 2015/ 2016) Yosep Yoga Pranata Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan: 1) meningkatkan karakter Bersahabat siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; 2) menganalisis hasil peningkatan karakter Bersahabat antar siklus pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential learning; 3) mengukur signifikansi hasil peningkatan karakter Bersahabat siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan, serta mengukur signifikansi peningkatan karakter Bersahabat siswa antar siklus; 4) mengukur efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning menurut penilaian siswa.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang terlaksana dalam tiga siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terlaksana dalam satu kali pertemuan. Subjek penelitian ini melibatkan 30 siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian ini berupa Tes Karakter Bersahabat, Self Assesment Scale Karakter Bersahabat, skala validasi efektifitas model menurut siswa, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Koefisien reliabilitas Tes Karakter Bersahabat (0,885) berkategori sangat tinggi dan Self Assesment Scale Karakter Bersahabat (0.950) berkategori sangat tinggi diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan kategorisasi capaian skor, one group pretest-posttest, dan Uji

paired sample T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berdasarkan hasil Tes Karakter Bersahabat terdapat peningkatan karakter Bersahabat antara sebelum dan sesudah tindakan; 2) berdasarkan hasil Self Assesment Scale Karakter Bersahabat terdapat peningkatan karakter bersahabat antar siklus; 3) ada peningkatan karakter bersahabat yang signifikan antara sebelum dan sesudah tindakan (pv=0,043) dan antar siklus (pv=0,018); 4) menurut siswa model ini sangat efektif meningkatan karakter bersahabat.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala berkat dan bimbingan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Peningkatan Karakter Bersahabat Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VII B Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016)”.

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Indah, Bapak Budi, Ibu Hayu, Ibu Retno, Bapak Sinurat, dan Ibu Retha.

5. Mas Moko atas segala bantuan pelayanan administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

6. Para Guru dan Siswa SMP Aloysius Turi atas peran serta dalam penelitian ini.

(11)

xi

8. Kakak peneliti yakni Irine Putriningtyas dan Yohanes Dwi Nuryanto yang selalu memberikan dukungan.

9. Margaretha Indah Pangestuningsih yang selalu memberikan semangat untuk peneliti.

10. Sahabat seperjuangan menyelesaikan skripsi: Donald Ivantoro (sahabat

ngeCamp Skripsi, penyemangat, dan selalu membantu peneliti dalam proses

menyelesaikan skripsi), Margaretha Devy yang membantu peneliti sebagai mitra kolaborator, Dyah Nevi Anggraeni yang membantu peneliti saat menerjemahkan buku berbahasa Inggris, serta Okdarina, Fransisca Ade, Elisabeth Dwi Retno, Rani Prihana yang selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan diskusi bersama, teman main, teman ngeLPJ. 11. Sahabat-sahabat peneliti: Fitra Anugerah Rahadi, Ais Erwin, Hilarius Alvin,

Anisha Darumutia, dan Gusti Citra yang menjadi teman main, teman jalan-jalan, teman diskusi, teman curhat, teman selamat ulang tahun, tim hore. 12. Chrisna Insan, Santi Aji Alit, dan Lourentius Yoga yang menjadi sahabat

peneliti di prodi BK tercinta.

13. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skrispi ini. Oleh karena itu sumbang saran peneliti nantikan dari pembaca. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca.

Yogyakarta, 26 Januari 2017 Peneliti

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian... 10

1. Manfaat Teoretis... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

G. Definisi Istilah ... 11

1. Karakter ... 11

2. Pendidikan Karakter ... 11

3. Karakter Bersahabat ... 11

4. Remaja ... 11

(13)

xiii

6. Pendekatan Experiential Learning ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12

1. Pengertian Karakter ... 12

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 14

4. Nilai-nilai Karakter ... 14

5. Urgensitas Pendidikan Karakter di SMP ... 17

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ... 18

7. Tantangan-tantangan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 20

8. Hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ... 22

B. Hakikat Karakter Bersahabat ... 23

1. Pengertian Karakter Bersahabat ... 23

2. Aspek-aspek Karakter Bersahabat ... 24

3. Ciri-cir Persahabatan ... 25

4. Karakteristik Siswa yang Memiliki Karakter Bersahabat... 26

5. Fungsi Persahabatan ... 27

6. Manfaat Membangun Karakter Bersahabat ... 28

C. Hakikat Remaja ... 31

1. Pengertian Remaja ... 31

2. Pengaruh Teman Sebaya pada Remaja ... 32

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 33

D. Hakikat Bimbingan Klasikal ... 34

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 34

2. Kegunaan Bimbingan Klasikal... 35

3. Keuntungan Menggunakan Bimbingan Klasikal ... 36

4. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 36

5. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 37

6. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal ... 37

E. Hakikat Experiential Learning ... 40

(14)

xiv

2. Tujuan Penggunaan Pendekatan Experiential Learning... 41

3. Langkah-langkah Model Pendekatan Pembelajaran Experiential Learning Guna Meningkatkan Karakter Bersahabat ... 42

4. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 43

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

G. Kerangka Berpikir ... 45

H. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 48

B. Setting (Lokasi, Waktu, dan Mitra Penelitian) ... 51

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 53

D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 54

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 55

F. Validitas dan Reliabilitas ... 65

G. Prosedur Penelitian ... 72

H. Teknik Analisis Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Proses dan Hasil Penelitian ... 85

B. Pembahasan ... 113

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Keterbatasan Penelitian ... 121

C. Saran ... 121

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning... 43

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal ... 51

Tabel 3.2 Tugas Peneliti dan Kolaborator ... 53

Tabel 3.3 Topik Bimbingan Per Siklus ... 54

Tabel 3.4 Capaian Rata-rata Skor ... 55

Tabel 3.5 Kisi-Kisi dan Nomor Item Tes Tingkat Karakter Bersahabat ... 58

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Self Assesment Scale karakter Bersahabat ... 61

Tabel 3.7 Panduan Observasi... 63

Tabel 3.8 Panduan Wawancara ... 64

Tabel 3.9 Norma Kategori Reliability Statistics Guilford ... 69

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Alat Tes Karakter Bersahabat dan Self Assesment Scale ... 69

Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas Tes Karakter Bersahabat... 71

Tabel 3.12 Tabel Norma Kategorisasi tingkat karakter bersahabat dan self assessment scale karakter bersahabat ... 80

Tabel 3.13 Kriteria Kategorisasi Tes Karakter Bersahaba Self Assesment Scale Karakter Bersahabat Siswa Kelas VII B SMP Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 ... 81

Tabel.4.1 Distribusi Peningkatan Karakter Bersahabat Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 101

Tabel. 4.2 Distribusi Peningkatan Karakter Bersahabat pada Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter ... 104

Tabel 4.3 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Bersahabat Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 107

Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Bersahabat Antar siklus ... 108

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model ... 42 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ... 46 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik. 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Bersahabat Siswa Antara

Pretest dan Posttest... 101

Grafik. 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter

Bersahabat Antara Pretest dan Posttest ... 103 Grafik. 4.3 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Bersahabat Siswa Pada

Setiap Siklus ... 105 Grafik. 4.4 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan ... 127

Lampiran 2 Alat Tes Karakter Bersahabat ... 168

Lampiran 3 Self Assesment Scale Karakter Bersahabat ... 172

Lampiran 4 Instrumen Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa) ... 174

Lampiran 5 Panduan Observasi ... 175

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Self Assesment Scale ... 176

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas ... 179

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas ... 180

Lampiran 9 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Tes Karakter Bersahabat ... 181

Lampiran 10 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Self Assesment Scale Karakter Bersahabat Antar Siklus ... 182

Lampiran 11 Tabulasi Data Penelitian ... 184

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 190

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak perilaku remaja yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Tentu saja hal ini semakin mencoreng wajah pendidikan di Indonesia. Salah satu contoh nyata yang sering terjadi adalah tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa. Tindakan kekerasan ini tidak jarang dilakukan oleh siswa secara berkelompok atau sering disebut dengan tawuran. Menurut data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) jumlah kekerasan antar siswa setiap tahun bertambah pesat. Data tahun 2013 menunjukkan jumlah kekerasan terjadi 255 kasus yang menewaskan 20 siswa di seluruh Indonesia. Data ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 147 kasus dengan jumlah korban tewas mencapai 17 siswa. Sedangkan pada tahun 2014 KPAI menerima 2737 kasus atau 210 kasus setiap bulannya, termasuk kasus kekerasan dengan pelaku anak-anak yang naik mencapai 10%. KPAI memprediksi pada tahun 2015 angka kekerasan dengan pelaku anak-anak termasuk tawuran antar siswa akan meningkat sekitar 12% sampai 18%. (www.indonesianreview.com).

(20)

2

daerah Tempel. Kasus ini melibatkan hampir 22 siswa dalam aksi tawuran tersebut, dan terdapat 2 korban tewas setelah aksi tawuran itu berlangsung. (www.jogja.tribunnews.com).

Dua contoh permasalahan di atas tentu perlu menjadi perhatian bersama. Siswa kurang mempunyai karakter yang baik dalam bergaul maupun bersosialisasi dengan siswa lainnya. Ada dua faktor yang menyebabkan pelajar melakukan tawuran, yaitu faktor eksternal seperti pergaulan, teman sebaya, dan orang dewasa disekitarnya dan faktor internal seperti motivasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya bersama, baik dari sekolah, orang tua, lingkungan maupun siswa itu sendiri untuk mencegah terjadinya tawuran antar siswa.

Merujuk pada dua permasalahan di atas, Buchori (2007) mempertanyakan, apa yang salah dengan pendidikan karakter kita?

“pendidikan watak” diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran

(21)

3

Peningkatan Karakter remaja sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Sekolah merupakan lembaga yang berperan penting selain keluarga, yang memberikan andil besar dalam meningkatnya karakter siswa. Guru di sekolah memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan karakter anak karena guru mengambil sebagian peran orang tua untuk menyampaikan pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap.

Sebenarnya pendidikan karakter terintegrasi sudah dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga saat ini, namun hasilnya belum optimal dan masih menemui banyak hambatan. Kebijakan dalam memosisikan guru mata

pelajaran sebagai “pengajar karakter” siswa di SMP tanpa melibatkan peran

konselor sekolah saat ini masih harus terpaksa diterima sebagai realitas (Barus, 2015). Guru pelajaran yang menanamkan nilai karakter berhenti pada tataran kognitif dengan metode ceramah. Oleh karena itu, mengoptimalkan peran konselor sekolah sebagai pembentuk karakter siswa adalah sebuah keharusan.

(22)

4

kecerdasan intelektual, siswa juga harus memiliki kematangan karakter untuk menjalin relasi positif dengan teman sebayanya.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Aloysius Turi merupakan salah satu sekolah menengah pertama swasta di Sleman yang mempunyai kegiatan apel pagi yang wajib diikuti oleh siswa setiap harinya. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan karakter pada siswa. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan apel pagi ini dapat membuat siswa lebih berkarakter.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan kegiatan magang 2 BK selama 16 kali pertemuan di SMP Aloysius Turi, siswa nampak kurang berminat mengikuti kegiatan apel pagi. Hal tersebut terlihat ketika siswa menunjukkan perilaku yang tidak baik seperti, tidak memperhatikan guru yang sedang bertugas menjadi pembicara, berbicara dengan siswa lainnya, membuat kegaduhan dengan mengganggu temannya, diam karena takut dimarahi, tidak aktif untuk bertanya, dan lain sebagainya.

(23)

5

Banyak metode yang sudah diterapkan dalam upaya meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan peningkatan karaker di sekolah. Metode-metode tersebut diantaranya menyampaikan materi melalui berbagai permainan yang menarik, menonton film singkat, mengajak sharing, membacakan cerita, bahkan juga dengan memberikan punishment. Namun, penggunaan metode-metode tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti kegiatan peningkatan karakter.

Agar karakter bersahabat meningkat, peneliti memberikan materi melalui layanan bimbingan klasikal. Melalui bimbingan klasikal, peneliti berharap perilaku siswa SMP Aloysius Turi yang salah suai menjadi suai. Peningkatan karakter melalui layanan bimbingan sangat efektif, mengingat dengan layanan bimbingan klasikal, siswa yang dilayani tidak hanya satu pribadi, melainkan kumpulan pribadi yang ada pada satu kelas.

Pendekatan yang lebih efektif dapat diterapkan dalam layanan bimbingan klasikal, diantaranya melalui metode belajar dari pengalaman atau

experiential learning. Selain menjadi kegiatan yang menyenangkan dan

(24)

6

mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan jika siswa hanya membaca suatu materi atau konsep. Belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya sendiri.

Layanan bimbingan kelas dengan pendekatan experiential learning dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, peneliti mengaplikasikan tiga topik yang memuat nilai-nilai mengenai karakter bersahabat. Tiga topik tersebut yaitu: Aku Berharga, Menghargai Orang lain, dan Gaul it’s Oke .

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan bimbingan klasikal mengenai “Peningkatan Karakter Bersahabat Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Menggunakan Pendekatan

Experiential Learning pada Siswa Kelas VII B SMP Santo Aloysius Turi

Tahun Ajaran 2015/ 2016”.

B.Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Jumlah kekerasan antar siswa setiap tahun bertambah pesat.

2. Kabupaten Sleman ternyata menyumbang beberapa kasus kekerasan yang dilakukan oleh siswa.

(25)

7

4. Pengenalan nilai-nilai karakter masih sebatas pada tataran kognitif. 5. Pendidikan karakter di SMP seluruh tanah air selama ini baru menyentuh

pada tingkat pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkat internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

6. Guru pelajaran yang menanamkan nilai karakter masih sebetas pada tataran kognitif dengan metode ceramah.

7. Beberapa siswa SMP Aloysius Turi kurang memiliki karakter bersahabat. 8. Program sekolah apel pagi di SMP Aloysius Turi belum berjalan efektif

karena siswa kurang berminat mengikuti kegiatan.

9. Siswa berperilaku kurang baik saat melakukan kegitan apel pagi.

10. Ditemukan perilaku siswa yang belum menunjukkan karakter bersahabat. 11. Banyak metode yang diterapkan sekolah guna meningkatkan karakter siswa, namun metode-metode tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan.

12. Belum ada penelitian terkait peningkatan karakter bersahabat di SMP Aloysius Turi.

13. Belum pernah diterapkn pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP Aloysius Turi. C. Pembatasan Masalah

(26)

8

menunjukkan peningkatan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi.

D. Rumusan Masalah

Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus sorot PTBK ini sebagai berikut:

1. Apakah karakter bersahabat dapat ditingkatkan melalui penerapan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning berdasarkan data pretest dan posttest pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi?

2. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter bersahabat melalui penerapan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan expeirential learning pada setiap siklus?

3. a. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter bersahabat melalui penerapan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning?

b. Apakah terdapat peningkatan karakter bersahabat yang signifikan antar siklus pada siswa kelas VII B SMP Aoysius Turi melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning?

4. Seberapa efektif implementasi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meingkatkan karakter bersahabat

(27)

9 E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experential learning pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi.

2. Menganalisis peningkatan karakter bersahabat antar siklus pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential

learning.

3. a. Mengukur signifikansi karakter bersahabat pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential leraning.

b. Mengukur signifikansi karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential leraning antar siklus pada siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016.

4. Mengukur efektivitas implementasi pendidikan karakter bersahabat melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa kelas VII B SMP Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016.

(28)

10

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam menggunakan metode untuk meningkatkan karakter bersahabat siswa. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan metode experiential learning.

b. Bagi peneliti

Prosedur penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan dalam Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan karakter bersahabat melalui penerapan metode experiential learning.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan karakter bersahabat siswa.

d. Bagi peneliti lain

(29)

11 G. Definisi Istilah

1. Karakter adalah sifat alami seseorang yang diaplikasikan dari nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku

2. Pendidikan karakter adalah usaha membantu siswa untuk memahami, peduli, bertindak dengan mengoptimalkan potensi siswa yang disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya

3. Karakter bersahabat adalah sifat alami seseorang yang terwujud dalam tingkah laku terkait hubungan emosional yang dijalin oleh dua orang atau lebih dengan tujuan saling terpenuhinya kebutuhan dan kesenangan pada orang yang menjalani.

4. Remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa awal mulai usia 12- 19/20 tahun. masa remaja ini individu cenderung secara perlahan berubah dari dipendent ke independent. Remaja juga mulai membentuk perasaan baru mengenai identitasnya.

5. Bimbingan klasikal merupakan suatu layanan yang diberikan guru BK kepada siswa dalam ruang lingkup kelas untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal

(30)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang kajian pustaka , kerangka pikir penelitian, dan hipotesis tindakan.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang. Orang yang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak (Fatturohman, dkk, 2013).

(31)

13

Dapat disimpulkan karakter atau watak adalah sifat alami seseorang yang diaplikasikan dari nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter ada pada semua orang dan akan terus berkembang seiring dengan proses pembentukannya, membuat setiap orang memiliki ciri khas tersendiri.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman, dkk: 2013) pendidikan karakter adalah upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Kemudian ia menambahkan, karakter mulia meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan, sikap, dan motivasi.

Ramli (dalam Fathurrohman, dkk: 2013) memaparkan pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik.

(32)

14 3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga dan dipelihara. Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter mengharapkan peserta didik semakin mampu menilai, peduli dan bertindak sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Artinya pendidikan karakter menjadi bekal bagi peserta didik dalam menanggapi persoalan yang terjadi di masyarakat dengan prinsip nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.

Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

c. Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sifat percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. 4. Nilai-nilai Karakter Utama yang Dikembangkan

(33)

15 a. Nilai religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

(34)

16

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain. m.Bersahabat/ komunikatif

(35)

17 n. Cinta damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas serta kewajiban yang seharusnya dilakukan.

5. Urgensitas Pendidikan Karakter di SMP

(36)

18

ketidakjujuran; c) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama; d) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; e) pengaruh peer group yang kuat dakam tindak kekerasan; f) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; g) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk; h) penyalahgunaan seksual dan anak-anak menjadi cepat dewasa; i) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; dan j) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol, dan seks bebas.

Jika dicermati, kesepuluh tanda-tanda yang dikemukakan oleh Lickona di atas nampaknya mulai menggejala di Indonesia. Hal ini menjadi keprihatinan bagi semua kalangan terlebih bagi praktisi pendidikan, mengingat peran penting pendidikan dalam pembentukan dan pengembangan karakter siswa sehingga berbagai upaya peningkatan karakter bangsa harus terus dilaksanakan. Hal inilah yang menyebabkan upaya peningkatan pendidikan karakter di SMP harus terus dilakukan demi memperbaiki generasi bangsa.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Menurut Suparno (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter individu, yaitu:

a. Keluarga

(37)

19

tertentu dari orang tua. Ketika anak berada di dalam kandungan pun anak sudah belajar bersikap dari orang tuanya, terutama ibu yang mengandung. Selain itu, suasana keluarga merupakan hal yang sangat penting bagi perkembngan karakter anak. Orang tua perlu dilibatkan agar pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan lancar dan efektif. b. Guru

Selain di rumah, waktu anak banyak dihabiskan di sekolah. Maka guru mempunyai andil yang sangat besar dalam pendidikan karakter anak. Pendidikan karakter bisa dilakukan melalui pengajaran dan juga sikap guru terhadap anak, karena melalui pembelajaran guru bisa mengajarkan anak mengenai berbagai hal baik.

c. Teman

Karakter remaja sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Secara psikologis, remaja sedang dalam proses pencarian jati diri sehingga remaja ingin bergabung dengan teman sebayanya dalam pencarian jati dirinya. Oleh karena itu teman dalam pergaulan sangat bepengaruh dalam membentuk karakter anak.

d. Lingkungan sekolah

(38)

20

efektif dalam pengembangan karakter anak maupun semua pihak yang ada di sekolah.

e. Lingkungan masyarakat

Keadaan, situasi, dan karakter lingkungan masyarakat berpengaruh pada pembentukan karakter remaja. Remaja akan melihat serta meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Lingkungan yang mendukung pengembangan karakter positif remaja tentunya situasi lingkungan juga memiliki karakter yang positif. Bila lingkungan sekitar kurang mendukung pengembangan karakter positif, maka karakter baik yang sudah ditanamkan di sekolah maupun di keluarga akan luntur karena pengaruh lingkungan tersebut.

f. Media

Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat mempengaruhi remaja. Banyak remaja yang meniru sesuatu yang dilihatnya pada media tanpa menyaring hal tersebut. Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat akses anak dalam mengoperasikan Gadget sangat mudah. Banyak remaja SMP yang memiliki Gadget. Apabila dalam penggunaannya tidak dapat terkontrol dengan baik, maka Gadget yang fungsi dan tujuannya untuk hal-hal yang baik justru menjadi perusak karakter remaja.

7. Tantangan-tantangan Pendidikan Karakter di Sekolah

(39)

21 a. Dekandensi Moral

Salah satu penyebab dekandensi moral adalah kemajuan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi mempermudah semua orang dari berbagai belahan dunia untuk berkomunikasi termasuk menyebarkan informasi mengenai berbagai hal. Oleh karena segala informasi mudah diakses, seperti perjudian dan perzinaan serta sejalan dengan itu Indonesia belum siap menghadapi kemajuan teknologi, maka dekandensi moral terjadi di Indonesia. Negara barat mempunya budaya yang sangat berbeda dengan negara timur, terkhusus Indonesia. Perilaku yang dianggap wajar dan tidak salah di negara barat belum tentu demikian di Indonesia. Indonesia belum siap menghadapi kemajuan teknologi ini.

b. Fanatisme yang Berlebihan

Fanatisme yang dimaksudkan adalah fanatisme yang buta terhadap pendapat, mazhab (sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak), dan sebagainya yang didasarkan pada hawa nafsu. Fanatisme ini merupakan salah satu akibat dari kemerosotan moral, karena fanatisme seperti ini menjadi pemicu terjadinya pertentangan dan terkotak-kotaknya golongan.

(40)

22

benar. Ketika terjadi hal demikian, agama yang sangat baik adanya dan seharusnya mempersatukan umat manusia justru disalah persepsikan, sehingga terkesan bahwa agama malah memisah-misahkan umat manusia.

8. Hambatan pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Barus (2015) menegaskan Pendidikan karakter terintegrasi di SMP berpedoman pada aturan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP tahun 2010 yang dijadikan standar minimal ketentuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Ketentuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut hanya melibatkan guru mata pelajaran yang menjadi subjek pelaksana pendidikan karakter. Kenyataannya, proses pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru mata pelajaran mengalami hambatan. Hambatan-hambatan umum dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter antara lain:

a. Tidak operasionalnya pedoman Pendidikan Karakter dari

Direktorat Pembinaan SMP (2010),

b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat acuan,

belum dapat diterapkan,

c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian

karakter,

d. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitif,

(41)

23

e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang

karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter.

B. Hakikat Karakter Bersahabat 1. Pengertian Karakter Bersahabat

Bersahabat merupakan hubungan yang didasari oleh persamaan yang di dalamnya mempengaruhi perilaku dan kepercayaan satu sama lain serta seseorang akan mendapatkan kesenangan dari hubungan tersebut (Flyin 2007, dalam Kail & Cavanaugh 2010). Ketika seseorang merasa ada kesamaan, ada kenyamanan dalam berbagi baik suka maupun duka antara dirinya dengan orang lain, maka orang tersebut cenderung mendekatinya untuk dijadikan sahabat.

Bersahabat merupakan hubungan yang melibatkan kesenangan, kepercayaan, saling menghormati, saling mendukung, perhatian dan spontanitas (Davis, dalam Hall, 1995). Biasanya seseorang akan mendaatkan sahabat tanpa adanya suatu perencanaan, sahabat akan datang dengan sendirinya seiring dengan proses sosialisasi yang dijalani.

(42)

24

Melihat persahabatan sesorang itu cenderung mudah karena seseorang akan melakukan berbagai aktivitas dengan sahabatnya.

Dapat disimpulkan bahwa bersahabat adalah hubungan yang dijalin oleh dua orang atau lebih dengan melibatkan emosional, dengan tujuan akan saling terpenuhinya kebutuhan dan kesenangan pada orang yang menjalaninya. Tidak bisa dipungkiri bahwa persahabatan dapat dengan mudah diketahui oleh orang lain yang tidak terlibat didalamnya. 2. Aspek-aspek Karakter Bersahabat

Parker dan Asher (1993) berpendapat bahwa terdapat enam aspek bersahabat, yaitu :

a. Dukungan dan kepedulian (validation and caring)

Adalah sejauh mana hubungan ditandai dengan kepedulian, dukungan, dan minat.

b. Pertemanan dan rekreasi (companionship and recreation)

Adalah sejauh mana menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

c. Bantuan dan bimbingan (help and guidance)

Adalah sejauh mana teman-teman berusaha membantu satu sama lain dalam menghadapi tugas-tugas rutin dan menantang.

d. Pertukaran yang akrab (intimate change)

(43)

25

perasaan harus dilandasi dengan pemahaman diri sendiri sebelum mengungkapkannya kepada orang lain.

e. Konflik dan penghianatan (conflict and betrayal)

Adalah sejauh mana hubungan ditandai dengan argumen, perselisihan, rasa kesal, dan ketidakpercayaan

f. Pemecahan masalah (conflict resolution)

Adalah sejauh mana perselisihan dalam hubungan diselesaikan secara efesien dan baik.

3. Ciri- ciri Persahabatan

Menurut Kurth (Handayani, 2006) ciri-ciri persahabatan sebagai berikut :

a. Sukarela

Hubungan dalam sebuah persahabatan dibentuk atas dasar kesukarelaan penuh, sedangkan dalam berteman masih terdapat kesan bahwa hubungan terjalin selama adanya kerja sama.

b. Unik

Keunikan merupakan ciri khas persahabatan yang menjadikannya tidak dapat tergantikan oleh bentuk hubungan lain.

c. Kedekatan dan keintiman

(44)

26 d. Harus dipelihara agar dapat bertahan

Hubungan persahabatan tetap bisa hilang ketika hubungan tersebut tidak di pelihara dengan baik. Walaupun dalam persahabatan terkadang ada konflik-konflik kecil yang terjadi, pihak-pihak yang ada di dalamnya akan berusaha membicarakan pemicu terjadinya konflik. Tentu saja hal ini dilakukan agar hubungan terjalin hangat dan akrab kembali.

4. Karakteristik Siswa yang Memiliki Karakter Bersahabat

Parlee (dalam Siregar, 2010) mengkarakteristikkan persahabatan sebagai berikut:

a. Kesenangan yaitu suka menghabiskan waktu dengan sahabat.

b. Penerimaan yaitu menerima sahabat tanpa mecoba mengubah mereka. c. Percaya yaitu berasumsi bahwa sahabat akan berbuat sesuatu yang

sesuai dengan kesenangan sahabatnya.

d. Respek yaitu berpikiran bahwa sahabat membuat keputusan yang baik. e. Saling membantu yaitu menolong dan mendukung sahabat dan mereka

juga melakukan hal yang demikian.

f. Menceritakan rahasia yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada sahabat.

g. Pengertian yaitu merasa bahwa sahabat mengenal dan mengerti dengan baik antara satu dengan yang lain.

(45)

27 5. Fungsi Persahabatan

Gottman dan Parker (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa ada enam fungsi persahabatan yaitu:

a. Kebersamaan

Persahabatan memberikan para remaja teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan bersama-sama dalam aktivitas.

b. Stimulasi

Persahabatan memberikan para remaja informasi-informasi yang menarik, kegembiraan, dan hiburan.

c. Dukungan fisik

Persahabatan memberikan waktu, kemampuan-kemampuan, dan pertolongan.

d. Dukungan ego

Persahabatan menyediakan harapan atas dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik, dan berharga.

e. Perbandingan sosial

(46)

28 f. Keakraban atau perhatian

Persahabatan memberikan hubungan yang hangat, dekat, dan saling percaya dengan individu yang lain, hubungan yang berkaitan dengan pengungkapan diri sendiri

6. Manfaat Membangun Karakter Bersahabat

Setiap manusia memiliki objek yang dianggap menarik jika berinteraksi dengannya. Tentu saja antara manusia satu dengan manusia yang lain memiliki selera yang berbeda. Manusia akan merasa senang dan dapat menghabiskan banyak waktu jika berhubungan dengan manusia lain yang memiliki daya tarik tersendiri. Sebuah survey yang dilakukan oleh

Klinger ketika seseorang ditanya “apa yang membuat hidup Anda bermakna ?”, kebanyakan responden menjawab “dicintai dan diinginkan oleh orang lain”. Survey lain yang dilakukan oleh Campbell, dkk

memperoleh hasil bahwa kebanyakan responden menganggap “lebih

penting mempunyai sahabat yang baik dan keluarga yang bahagia daripada keamanan finansial (Dwyere, 2000 dalam Rahman 2013).

Terdapat empat alasan mengapa manusia tertarik dengan manusia yang lainnya dan kemudian menjalin hubungan persahabatan (Hill, 1987 dalam Rahman 2013)

a. Mengurangi ketidakpastian dengan melakukan perbandingan sosial. b. Mendapatkan stimulasi yang menyenangkan dan menarik.

(47)

29

Menurut Weiss (dalam Rahman 2013), terdapat enam kebutuhan dasar yang mendasari suatu hubungan sosial, yaitu:

a. Kasih Sayang

Kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Hubungan erat dengan orang lain bisa memberikan perasaan aman dan nyaman. b. Intergrasi Sosial

Kebutuhan untuk merasa bagian dari lingkungan sosial sekitarnya. Hubungan sosial akan menumbuhkan keyakinan seseorang bahwa ada orang lain yang memiliki sikap dan keyakinan yang sama dengan dirinya.

c. Harga diri

Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Orang lain bisa menjadi sumber bagi perasaan berharga, kompeten, dan bernilai. d. Rasa Persatuan yang Dapat dipercaya

Keyakinan bahwa ada orang lain yang akan memberikan bantuan jika dibutuhkan.

e. Bimbingan

Kebutuhan untuk mendapatkan tuntunan dan nasihat dari orang lain. f. Kesempatan untuk Mengasuh

Keinginan untuk menyayangi dan memberikan bantuan .

(48)

30 a. Perbandingan Sosial

Buunk berpendapat jika seseorang berada dalam situasi tidak pasti maka orang tersebut cenderung mendekati orang lain yang berada dalam situasi yang sama. Festinger juga berpendapat bahwa orang akan cenderung melakukan perbandingan baik pikiran, perasaan, ataupun reaksi-reaksi lainnya dengan orang yang berada dalam situasi yang sama.

b. Mengurangi Kecemasan

Seseorang akan mendekati orang lain untuk merasa nyaman ketika berada di situasi tertentu.

c. Mencari Informasi

Seseorang akan mendekati orang lain untuk mendapatkan informasi, sehingga akan lebih memahami dan mengendalikan situasi.

(49)

31 C. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

Hurlock (1990) menjelaskan bahwa Istilah adolescance atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Selain itu, secara psikologis masa remaja adalah masa di mana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluha tahun, Papalia dan Olds (2001, dalam Jahja, 2011; 220). E.H. Erikson (Rochmah, 2005)mengemukakan bahwa adolensia merupakan masa di mana terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas.

(50)

32 2. Pengaruh Teman Sebaya pada Remaja

a. Pengaruh positif

Papalia & Feldman (2014) memaparkan bahwa kelompok sebaya merupakan sumber afeksi , simpati, pemahaman, dan penuntun moral; tempat bagi sebuah eksperimen; dan pengaturan untuk mencapai otonomi serta kemandirian dari orang tua. Tempat untuk membentuk hubungan intimasi yang menyediakan sebuah latihan bagi intimasi di masa dewasa.

b. Pengaruh negatif

Saat anak mulai memasuki masa remaja, sistem sosial sebaya menjadi lebih terelaborasi dan beragam. salah satu sistem sosial sebaya yaitu geng. Geng merupakan struktur kelompok dari pertemanan yang melakukan hal-hal bersama-sama menjadi lebih penting.

Selain geng, tipe terbesar dari kelompok yaitu kerumunan. Kerumuan merupakan hal yang asing bagi seseorang sebelum masa remaja. Kerumunan tidak didasarkan pada interaksi personal melainkan pada reputasi, citra, atau identitas. Anggota kerumunan merupakan kontruksi sosial, sebuah label tempat anak-anak muda membagi peta sosial yang didasarkan pada lingkungan sekitar, etnisitas, status sosial ekonomi, atau faktor lain; sebagai contoh anak gaul, kutu buku, atau pembangkang

(51)

33

tindih dalam keanggotaan.yang bisa saja berubah setiap saat. Brown & Klute (2003, dalam Papalia & Feldman, 2014) mengatakan bahwa geng dan kerumunan cenderung meyebabkan seseorang menjadi pengecut dalam kemajuan masa remajanya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

William Kay (Jahja, 2011;238) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat sefl-contol (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/ perilaku) kekanak-kanakan.

(52)

34

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Selain itu, karakter bersahabat juga erat kaitannya

dengan tugas perkembangan ”Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya” karena untuk bergaul dengan orang lain, seseorang perlu untuk menerima keadaan fisiknya sendiri.

D. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Makrifah & Wiryo Nuryono (2014) mengemukakan bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah kepada sejumah siswa dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Sedangkan Winkel dan Hastuti (2014) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan istilah yang khusus digunakan di Institusi pendidikan sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang di kumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyediakan materi yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang di harapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri.

(53)

35

diharapkan materi yang diberikan peneliti dapat tersampaikan dengan maksimal, sehingga layanan bimbingan dapat berjalan dengan efektif. 2. Kegunaan Bimbingan Klasikal

Hartinah (2009) mengatakan bahwa kegunaan bimbingan klasikal memang sangat besar, antara lain:

a. Tenaga pembimbing masih sangat terbatas, sedangkan jumlah siswa yang perlu dibimbing begitu banyak sehingga pelayanan bimbingan secara perseorangan tidak akan merata.

b. Melalui bimbingan klasikal, siswa dilatih untuk menghadapi tugas secara bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Hal tersebut akan dibutuhkan selama hidupnya.

c. Ketika mendiskusikan sesuatu secara bersama, siswa didorong untuk berani mengeukakan pendapatnya dan menghargai orang lain. Selain itu, beberapa siswa akan lebih berani membicarakan kesukarannya setelah mengerti bahwa teman-temannya juga mengalamai kesukaran tersebut.

d. Banyak informasi yang dibutuhkan oleh siswa dapat diberikan secara klasikal dan cara tersebut lebih ekonomis.

e. Melalui bimbingan klasikal, beberapa siswa menjadi lebih sadar bahwa mereka sebaiknya sebaiknya menghadap pembimbing untuk mendapatkan bimbingan secara lebih mendalam.

(54)

36

3. Keuntungan Menggunakan Bimbingan Klasikal

Menurut Hartinah (2009) menggunakan bimbingan klasikal diperoleh beberapa keuntungan:

a. Siswa bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman di kelasnya. Siswa dapat membandigkan potensi dirinya dengan yang lain. siswa dibantu siswa yang lain dalam menemukan dirinya, begitu juga sebaliknya.

b. Melalui kelas, karakter positif siswa dapat dikembangkan seperti toleransi, saling menghargai, kerja sama, tanggung jawab, disiplin, kreativits, persahabatan, dan lain sebagainya.

c. Melalui kelas dapat dihilangkan beban-beban moril seperti malu, penakut, dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan sebagainya.

d. Melalui kelas, dapat dihilangkan ketegangan-ketegangan emosi, konflik-konflik, kekecewaan-kekecewaan, curiga-mencurigai, iri hati, dan lain sebagainya.

e. Dapat dikembangkan gairah hidup dalam melakukan tugas, suka menolong, disiplin, dan sikap-sikap sosial lainnya.

4. Tujuan Bimbingan Klasikal

(55)

37

klasikal memunculkan perubahan yang positif pada diri individu. Secara lebih luas, bimbingan klasikal membantu individu-individu dalam mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang pada perwujudan tingkah laku.

5. Manfaat Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal memiliki andil yang besar dalam proses bidang perkembangan hingga mencapai karakter tertentu pada siswa di sekolah. Layanan bimbingan klasikal memiliki sifat yang fleksibel karena dapat diaplikasikan untuk pengembangan, pencegahan, perbaikan hingga pemeliharaan. Selain itu dengan menggunakan layanan bimbingan klasikal, peneliti akan lebih efektif untuk memberikan pelayanan. Karena dengan satu kali pertemuan, peneliti bisa memberikan pelayanan kepada siswa satu kela (Hartinah, 2009).

6. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal

Romlah (2006) memaparkan strategi layanan bimbingan klasikal yang sangat erat kaitannya dengan pendekatan experiential learning. Strategi atau teknik tersebut meliputi:

a. Ekspositori

(56)

38 b. Diskusi kelompok

Dalam konteks bimbingan kelompok, diskusi kelompok dipandang sebagai jantungnya bimbingan kelompok. Sebab sebagian besar pelaksanaannya menggunakan variasi teknik diskusi kelompok.

Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai aktivitas yang direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk memperjelas ataupun memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan seorang pemimpin (Romlah 2006).

c. Bermain peran

Dalam konteks bimbingan atau pendidikan secara umum bermain peran dipandang sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan, di mana siswa memerankan suatu situasi yang imajinatif, bertujuan untuk membantu siswa dalam mencapai pemahaman diri, meningkatkan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain peran merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia, dengan cara memerankan situasi yang pararel (sama) yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya (Shaw, E.M dkk, 1980; Corsisi, 1966 dalam Romlah, 2006).

d. Permainan simulasi

(57)

39

tujuan-tujuan tertentu yang merupakan representasi dari kehidupan nyata. Permaianan simulasi merupakan gabungan dari permainan dan simulasi, siswa melakukan aktivitas simulasi dan siswa memperoleh umpan balik dari aktivitas permaian tersebut (Coppard, 17976 dalam Romlah, 2006).

Permainan simulasi merupakan salah satu jenis permainan yang digunakan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata. Situasi yang diangkat dalam permainan dimodifikasi seperti disederhanakan, diambil sebagian ataupun dikeluarkan dari konteksnya (Adams, 1973 dalam Romlah, 2006). Permaianan simulasi merupakan gabungan antara bermain peran dan berdiskusi. Dalam permainan simulasi, para pemain bermain secara berkelompok, saling berkompetisi untuk mencapai suatu tujuan, diikat oleh aturan-aturan tertentu yang telah disepakati bersama (Romlah, 2006)

(58)

40

Strategi permainan simulasi digunakan untuk mencapai tujuan bimbingan pada aspek kognitif, afektif maupun motorik. Melalui proses diskusi dalam merespon pesan-pesan di beberan simulasi konseli dapat menambah pengetahuannya. Melalui model yang ditampilkan dalam permainan simulasi siswa mendapatkan makna yang muncul dari proses permainan dan dapat merubah sikap dan mengasah keterampilan tertentu. Strategi permainan simulasi mempunyai kelebihan, antara lain menyenagkan sehingga tidak membosankan, siswa dapat belajar melalui penghayatan secara langsung dari suatu peristiwa, meskipun peristiwa yang diangkat hanya imajinatif, melalui permainan simulasi dapat disajikan model peristiwa ataupun model perilaku sehingga konseli dapat belajar memaknai apa yang disajikan.

E.Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning

Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang

mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution, 2005).

(59)

41

meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial (Prayitno, dkk, 1998:90).

Experiential learning menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar atau dengan kata lain pengetahuan tercipta karena adanya transformasi dari pengalaman (experience). Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman (Kolb, 1984).

Dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan experiential learning siswa dapat memperoleh nilai-nilai, sikap, pengetahuan akan hal baik melalui suatu kegiatan, dan melalui kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman yang positif. Sehingga siswa menjadikan pengalamannya tersebut menjadi suatu proses pembelajaran yang bermakna.

2. Tujuan Penggunaan Pendekatan Experential Learning

Tujuan model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Ketiga hal ini kemudian menjadi fokus pendekatan experiential

(60)

42

3. Langkah-langkah Model Pendekatan Pembelajaran Experiential Learning Guna Peningakatan Karakter Bersahabat

Kolb (1984) menjelaskan empat tahapan model pembelajaran, siklus model

experiential learning disajikan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model

(61)

43

penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (tacking action) Lebih lanjut, Kolb juga memberikan pemaparan keempat tahapan model pembelajaran experiential learning pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning (Sumber: Baharuddin dan Wahyuni, 2010)

Tahapan Uraian

Concrete experience Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru.

Reflective observation

Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi.

Abstract conceptualisation Siswa menciptakan konsep yang

mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat.

Active experimentation

Siswa menggunakan teori tersebut untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

4. Kelebihan Pedekatan Experiential learning

(62)

44

kejiwaan yang sehat diantara siswa, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial.

Berdasarkan kelebihan yang ada pada pendekatan experiential learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan experiential learning dapat efektif untuk meningkatkan karakter bersahabat siswa. Dengan catatan peneliti benar-benar memperhatikan materi yang akan diberikan kepada siswa, peneliti melakukan persiapan yang matang, dan peneliti harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia saat mengemas rancangan kegiatan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Wahyuni & Mustadi (2016) meneliti tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Collaborative Learning Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Karakter Kreatif dan Bersahabat. Berdasarkan penelitian tersebut, karakter bersahabat dapat ditingkatkan melalui pembelajaran

Collaborative Learning berbasis kearifan lokal.

(63)

45

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara empati, persahabatan, dan kecerdasan adversitas pada mahasiswa Psikologi Undip yang sedang mengerajakan skripsi. Semakin tinggi empati dan persahabatan yang dimiliki, maka semakin tinggi pula kecerdasan adversitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi Undip yang sedang mengerjakan skripsi, dan sebaliknya semakin rendah empati dan persahabatan yang dimiliki, semakin rendah pula kecerdasasan adversitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi Undip yang sedang mengerjakan skripsi (Fauziah, 2014).

G. Kerangka Berpikir

Pendidikan karakter terintegrasi di SMP berjalan belum optimal dan masih menemui banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya guru pelajaran yang menanamkan nilai karakter berhenti pada tataran kognitif

dengan metode ceramah, guru BK belum terlibat sebagai “pengajar karakter”,

dan prosedur mengenai pendidikan karakter belum oprasional sehingga membuat guru kesulitan dalam melakukan pengajaran. Perlu adanya model pendidikan karakter yang tidak hanya sebatas pada tataran kognitif melainkan juga tataran afektif hingga pengalaman-pengalaman nyata yang memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa. Bertolak dari hal tersebut, Peneliti menawarkan solusi model penelitian menggunakan pendekatan

experential learning dengan layanan bimbingan klasikal sebagai upaya

(64)

46

termotivasi untuk mengikuti kegiatan, tidak pasif hanya mendengarkan, tetapi juga turut antusias melakukan aktivitas.

Perlu diupayakan penerapan pendekatan experential learning sebagai salah satu strategi dalam pemberian materi kegiatan peningkatan karakter bersahabat. Pendekatan experential learning mengajak siswa untuk aktif berproses dengan pengalaman langsung yang siswa alami.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, diajukan hipotesis tidakan sebagai berikut:

(65)

47

secara signifikansi dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan pendekatan experiential Learning. 2. Ho: Karakter bersahabat pada siswa kelas VII SMP Santo Aloysius Turi

secara signifikansi tidak dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan pendekatan experiential

(66)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, waktu dan temat penelitian, setting penelitian, partisipan dalam penelitian, peran dan posisi peneliti, prosedur penelitian, tahapan penelitian, metode pengumpulan data, validitas, dan reliabilitas data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

A.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Reaserch (CAR) adalah proses pengkajian masalah bimbingan di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009: 26).

(67)

49

dengan adanya suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dalam konteks proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, sehingga penelitian ini menjadi bagian dari penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Penelitian ini beranjak dari rendahnya karakter bersahabat. Selanjutnya diberikan tindakan perbaikan berupa layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sebagai upaya untuk meningkatkan karakter bersahabat siswa.

(68)

50

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Gambar di atas dapat dijadikan patokan tahapan dalam penelitian tindakan kelas. Sebelum masuk kedalam gambar model Kemmis dan Mac Taggart, biasanya kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah. Dalam tahap identifikasi masalah peneliti melakukan wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dan observasi. Tujuannya untuk menemukan masalah dan merumuskan akar masalah agar mempermudah peneliti membuat perencanaan. Tahap perencanaan ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.

(69)

51

kesesuaian rencana dengan pelaksanaan dan membuat refleksi pada setiap siklusnya guna memperbaiki siklus berikutnya.

Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi. Hal ini dilakukan setelah pemberian tindakan. refleksi ini berupa renungan dari peneliti dan juga hasil yang diperoleh melalui observasi dan Kuesioner. Pada tahap ini juga berisi evaluasi proses. Jika peneliti merasa belum mencapai tujuan yang diharapkannya, peneliti dapat melakukan perbaikan.

B.Setting (Lokasi, Waktu dan Mitra Penelitian) 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII B SMP Santo Aloysius Turi Sleman Yogyakarta yang beralamatkan Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada smester genap tahun ajaran 2015/ 2016, tepatnya adalah pada bulan Mei 2016.

Penelitian ini dilakukan tidak hanya di sekolah. Melainkan dilakukan juga di kampus III Paingan untuk melakukan persiapan, mengolah data, dan penulisan hasil penelitian. Berikut rincian jadwal kegiatan bimbingan klasikal di SMP Aloysius Turi.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal

Siklus Hari, Tanggal Waktu Topik Bimbingan Durasi I Jumat, 20 Mei

2016

07.30-09.00 Aku Berharga 90 menit II Jumat, 27 Mei

2016

Gambar

Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk  memperoleh  informasi  pencapaian  kinerja  pembinaan  glzl  masyarakat  secara  cepat,  akurat,  teratur  dan  berkelanjutanl,  perlu  dilaksanakan 

Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:..

Solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ada di SMK Islam 1 Durenan Kabupaten Trenggalek yaitu dengan meningkatkan kemampuan guru tentang IT, pendekatan kepada

PENGA:RUIICDNEMFATAN BEDERT{PA.iCX''S1V 'IERSA.DAPIOTJA AI,IRAN TURBUITNS PAI'A. RgYftouts N'oMDER

Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan

3.3 Langkah-langkah Percobaan.. Dalam praktikum ini terdapat prosedur untuk memperoleh hasil yang akurat, berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan praktikum: 1.

[r]

Mengutip skripsi dari Muhammad Reza Yusa (2011) yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm Kampus IPB Darmaga – Bogor”. EcoFarm yang dibentuk dari hasil