IDENTIFIKASI TUMBUHAN SUMBER PANGAN,
OBAT‐OBATAN DAN BIOPESTISIDA SERTA TINGKAT
PEMANFAATANNYA DI SUAKA MARGASATWA
KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT
(
The
Identification
of
Food,
Medicinal
and
Biopesticide
Plants
and
The
Utilization
Level
in
Karang
Gading
and
Langkat
Timur
Laut
Wildlife
Reserve
)
Agus Purwoko
Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Abstract
This research was conducted mainly to identify potential vegetation species as source of food, medicine and biopesticide, to examine actual utilization forms performed by people and to develop data base for further study and utilization. Based on a flora inventory, the wildlife reserve consist of 18 species of flora, 16 of mangrove species were identified to be potential as source of food, medicine and biopesticide, but only 9 species was recognize by people; Avicennia marina, Avicennia alba,Avicennia officinalis, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis dan Nypa fruticans, and only 7 species has been utilized occasionally (3 species) and frequently (4 species).From recognized and utilized species, only 3 of them become infrequently utilized. Untill now, only 3 species is still utilized, although not frequently. In generale, biopesticide potency has not been utilized yet, such as in Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula and Rhizopora mucronata.
Keywords: Food, Medicinal plant, Bio-pesticide, Mangrove, Karang Gading, Langkat timur laut, Wildlife reserve
A. Pendahuluan
Ekosistem mangrove mengandung banyak komponen yang memiliki nilai ekonomis tinggi, baik dari unsur vegetasi, satwa maupun manfaat pada tingkat ekosistem seperti perairan, bentang kawasan, konstruksi perakaran dan sejenisnya. Akan tetapi, pemanfaatan hutan mangrove selama ini lebih terfokus pada pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan dan energi. Diantara manfaat-manfaat tersebut, adalah manfaat sumber daya hutan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida.
Diyakini bahwa ekosistem mangrove, termasuk di kawasan SM KGLTL memiliki banyak potensi vegetasi sumber pangan dan obat-obatan. Akan tetapi sejauh ini belum pernah dilakukan kajian mengenai potensi sumber pangan dan obat-obatan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian untuk mengidentifikasi
jenis-jenis vegetasi di kawasan SM KGLTL yang memiliki potensi sebagai sumber pangan dan obat-obatan sekaligus
bentuk-bentuk pemanfaatannya yang memungkinkan untuk dikembangkan.
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida, mempelajari bentuk-bentuk pemanfaatan yang secara aktual sudah dilakukan oleh masyarakat dan upaya untuk membangun basis data untuk kajian dan pemanfaatan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan hutan mangrove selama ini lebih terfokus pada pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan dan energi. Dalam pemanfaatan hasil hutan mangrove berupa kayu bahkan seringkali melewati daya dukung hutan, seperti yang dilaporkan Purwoko & Onrizal (2002) bahwa penebangan yang dilakukan di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan
Langkat Timur Laut menyebabkan hutan mangrove di kawasan tersebut tidak lagi bisa melakukan regenerasi secara alami. Hal ini ditandai dengan kerapatan jenis yang justru menurun pada tingkat pohon yang lebih kecil. Bahkan sebagaimana yang USU (1999) laporkan bahwa masalah-masalah yang mengancam kelestarian kawasan ini diantaranya adalah penebangan liar/pencurian kayu, perambahan, pengambilan biota air yang tidak terkendali, perburuan liar, pencemaran sungai dan pemukiman.
Selain itu, salah satu fungsi hutan mangrove menurut Davies, Claridge dan Nararita (1995) adalah sebagai Sumber Alam dalam Kawasan (In-Situ) dan Luar Kawasan (Ex-Situ). Hasil alam in-situ mencakul semua fauna, flora dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Oleh karena itu, tanaman obat sebagai salah satu sumber daya alam in-situ harus dikaji dengan baik agar bisa bermanfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
B. Metode Penelitian
Survei lapangan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni s.d. Oktober 2003 di wilayah hutan mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, sedangkan wawancara responden dilakukan di Kecamatan Secanggang.
Data primer yang dikumpulkan berupa semula elemen dari vegetasi mangrove yang memiliki potensi pangan, obat-obatan dan biopestisida serta bentuk dan tingkat pemanfaatannya oleh masyarakat selama ini. Pengumpulan data flora dilakukan dengan inventarisasi flora dan analisis vegetasi. Inventarisasi flora dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum keadaan vegetasi di daerah penelitian, sedang teknik analisis vegetasi ditujukan untuk melihat struktur dan komposisi jenis. Teknik analisis vegetasi yang digunakan adalah metode petak dengan unit contoh berupa jalur (transek) berukuran 10 m x 100
m. Data mengenai tingkat pengenalan, penggunaan dan bentuk-bentuk pemanfaatan vegetasi sebagai tanaman pangan, obat-obatan dan biopestisida diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan SM KGLTL. Data dianalisis dengan cara memadukan antara data sekunder dengan data-data primer baik yang dibangkitkan melalui survei di lapangan maupun yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat. Analisis data dibantu dengan metode tabulasi dan pendekatan skoring.
C. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil inventarisasi flora, kawasan SM KGLTL disusun oleh 18 jenis flora, yaitu Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, A. marina, A. officinalis, Borasus flabellifer, Bruguiera gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Excoecaria agallocha, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonneratia alba, S. ceseolaris dan Xylocarpus granatum. Hasil ini mengalami penurunan dari yang diperoleh Giesen and
Sukotjo (1991) yang melaporkan terdapat 21 spesies pada tahu 1991 dan 34 spesies
pada tahun 1951.
Jenis R. apiculata merupakan jenis yang paling dominan menyusun kawasan SM KGLTL. Khusus untuk tingkat semai, jenis R. apiculata merupakan jenis yang dominan bersama jenis B. parviflora. Jenis R. apiculata dan B. parviflora sebagai jenis dominan di tingkat semai memiliki keraparan masing-masing sebesar 1.000 ind/ha dengan INP sebesar 79,22%. Kerapatan total seluruh jenis pada tingkat semai ini adalah 2750 ind/ha. Pada tingkat pancang, jenis R. apiculata sebagai jenis domianan memiliki kerapatan sebesar 2.750 ind/ha dengan INP sebesar 154,08% dengan kerapatan total seluruh jenis sebesar 3.063 ind/ha.
Pada tingkat pancang, jenis R. apiculata sebagai jenis dominan memiliki kerapatan sebesar 2.750 ind/ha dengan INP sebesar 154,08% dengan kerapatan total seluruh
jenis sebesar 3.063 ind/ha. Data hasil analisis vegetasi tingkat pancang di kawasan SM KGLTL secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Indeks nilai penting (INP) vegetasi tingkat semai di SM KGLTL
Jenis (ind/ha) K (%) KR F (%) FR INP (%)
B. gymnorrhiza 750 27,27 0,1 14,29 41,56
B. parviflora 1.000 36,36 0,3 42,86 79,22
R. apiculata 1.000 36,36 0,3 42,86 79,22
Jumlah 2.750 0,7
Ket: K = kerapatan (individu/hektar), KR = kerapatan relatif, F = frekwensi, FR = frekwensi relatif, INP = indeks nilai penting.
Tabel 2. Indeks nilai penting (INP) vegetasi tingkat pancang di SM KGLTL
Jenis (ind/ha) K (%) KR F (%) FR INP (%)
B. parviflora 63 2,04 0,1 7,14 9,18
B. sexangula 125 4,08 0,2 14,29 18,37
R. apiculata 2.750 89,80 0,9 64,29 154,08
X. granatum 125 4,08 0,2 14,29 18,37
Jumlah 3.063 1,4
Ket: K = kerapatan (individu/hektar), KR = kerapatan relatif, F = frekwensi, FR = frekwensi relatif, INP = indeks nilai penting.
Diperoleh berbagai manfaat-manfaat potensial vegetasi mangrove untuk pangan, obat-obatan dan biopestisida dari kawasan SM KGLTL. Literatur terutama dari hasil koleksi penelitian Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982). Data disempurnakan melalui eksplorasi data dengan menggunakan metode wawancara dengan penduduk yang berpotensi mengetahui penggunaan vegetasi mangrove sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida. Teridentifikasi 16 jenis tanaman mangrove yang memiliki potensi manfaat pangan, obat-obatan dan biopestisida. Dua di antaranya yaitu Sonneratia alba dan Rhizopora mucronata merupakan jenis teridentifikasi berpotensi pangan, obat-obatan dan biopestisida dan belum teridentifikasi oleh Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982).
Dari 16 jenis yang teridentifikasi berpotensi, hanya 9 jenis yang diketahui oleh masyarakat yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Avicennia officinalis,
Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis dan Nypa fruticans, dan hanya 7 jenis yang sudah dimanfaatkan dengan frekuensi jarang (3 jenis) dan (sering 4 jenis). Akan tetapi jenis yang dikenali sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida masih sangat terbatas, baru 1/3 dari seluruh jenis yang berpotensi (6 dari 16 jenis). Selain itu, bentuk pemanfaatan yang dilakukan masih terbatas, belum mencakup seluruh alternatif pemanfaatan yang mungkin/bisa. Potensi manfaat yang relatif paling belum dikenali adalah manfaat vegetasi sebagai biopestisida. Selain dalam aspek tingkat pengenalan, terjadi fenomena penurunan tingkat pemanfaatan, dari jenis-jenis yang dahulu sering dimanfaatkan menjadi jarang dimanfaatkan, dari yang jarang dimanfaatkan menjadi semakin jarang atau tidak pernah lagi dimanfaatkan sama sekali. Fenomena ini justru kontraproduktif dengan upaya yang seharusnya dilakukan terhadap sumber daya alam. Sebagaimana pendapat
aliran optimistik, di mana untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan baik harus dilakukan upaya-upaya meningkatkan efisiensi dan nilai manfaat atas sumber daya serta mencari alternatif-altenatif sumber daya baru yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia atau pengganti sumber daya lain non renewable yang sudah semakin terbatas. Sementara yang terjadi di lokasi studi justru penurunan tingkat efisiensi dan nilai pemanfaatan sumber daya vegetasi hutan mangrove.
Tabel 3. Jenis tumbuhan mangrove di kawasan SM KGLTL yang bisa dimanfaatkan dan bentuk-bentuk pemanfaatannya.
No. Jenis Potensial Pangan, Obat-obatan dan Pestisida
1. Acanthus ilicifolius
Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular.
2. Avicennia marina
Daun yang muda dapat dimakan/disayur, polen dari bunganya dapat untuk menarik koloni-koloni kumbang penghasil madu yang diternakan, abu dari kayunya sangat baik untuk bahan baku dalam pembuatan sabun cuci.
3. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, bijinya dapat
dimakan jika direbus, kulitnya untuk obat tradisional (astringent), zat
semacam resin yang dikeluarkan bermanfaat dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit cacar, bijinya sangat beracun sehingga hati-hati dalam memanfaatkannya. 4. Avicennia
officinalis
Biji dapat dimakan sesudah dicuci dan direbus. 5. Bruguiera
gymnorrhiza
Kayunya sangat berguna dalam industri arang dan tannin, kulit batang yang masih muda dapat untuk menambah rasa sedap ikan yang masih segar, pneumathoporanya dapat dipakai sebagai bibit dalam usaha reboisasi hutan bakau.
6. Bruguiera sexangula
Daun muda, embrio buah, buluh akar dapat dimakan sebagai sayuran, daunnya mengandung alkoloid yang dapat dipakai untuk mengobati tumor kulit, akarnya dapat untuk kayu menyan, buahnya dapat untuk campuran obat cuci mata tradisional.
7. Ceriops tagal Kulit batang baik sekali untuk mewarnai dan sebagai bahan
pengawet/penguat jala-jala ikan dan juga untuk industri batik, kulit batang untuk obat tradisional.
8. Excoecaria agallocha
Getahnya beracun dan dapat dipakai untuk meracun ikan. 9. Oncosperma
tigillaria
Umbut dapat digunakan untuk sayuran, bunganya dapat untuk menambah rasa sedap nasi.
10. Lumnitzera racemosa
Rebusan daunnya dapat untuk obat sariawan. 11. Rhizophora
mucronata
Kayunya untuk arang. Air buah dan kulit akar yang muda dapat dipakai untuk mengusir nyamuk dari tubuh/badan.
12. Rhizophora apiculata
Daunnya sebagai pakan ternak dan obat sakit perut. Pucuk daun sebagai obat luka. Buah sebagai obat untuk wanita yang baru melahirkan.
13. Sonneratia caseolaris
Buahnya dapat dimakan, cairan buah dapat untuk menghaluskan kulit, daunnya dapat untuk makanan kambing, dapat menghasilkan pectine.
14. Sonneratia alba Buahnya dapat dimakan, biasanya untuk wanita yang mengidam.
Daunnya dapat dijadikan pakan ternak.
moluccensis sebagai bahan dasar kerajinan tangan (hiasan dinding dll), kulitnya u
ntuk obat tradisional (diarhea), buahnya mengelu-arkan minyak dapat dipakai untuk minyak rambut tradisional.
16. Nypa fruticans Daun untuk atap rumah, dinding, topi, bahan baku kertas, keranjang
dan pembungkus sigaret; nira untuk minuman dan alkohol; biji untuk “jelly” dan sebagai kolang-kaling; dan pelepah yang dibakar untuk menghasilkan garam.
Dari jenis-jenis yang sudah diketahui dan dimanfaatkan, tidak semuanya terus dimanfaatakan dan/atau dikembangkan. Sebanyak 3 jenis di antaranya justru menjadi semakin jarang digunakan. Hanya 3 jenis yang sampai sekarang masih digunakan seperti biasa, meskipun dalam frekuensi yang tidak sering. Secara umum, potensi yang masih relatif belum dimanfaatkan adalah potensi biopestisida, seperti pada Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula dan Rhizopora mucronata.
D. Kesimpulan dan Saran
Telah diketahui jenis-jenis vegetasi yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida di kawasan SM KGLTL, yakni sebanyak 16 jenis dengan aneka manfaatnya masing-masing, baik dalam konteks sebagai sumber pangan (termasuk pakan ternak), obat-obatan maupun biopestisida. Masyarakat sekitar kawasan SM KGLTL telah mengetahui sebagian bentuk-bentuk pemanfaatan yang secara aktual sudah dilakukan oleh masyarakat dan yang secara potensial memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Sampai saat ini masih banyak jenis dan alternatif bentuk pemanfaatan vegetasi mangrove di SM KGLTL yang bisa dikembangkan pemanfaatannya sebagai sumber pangan, obat-obatan dan biopestisida. Dengan demikian, upaya penelitian lebih jauh maupun pengembangan pemanfaatannya menjadi lebih mudah.
Disarankan untuk dilakukan upaya yang kontinu guna pemanfaatan sumber daya pangan, obat-obatan dan biopestisida dari hutan mangrove dengan teknologi yang lebih efisien dan menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga potensi tersebut bisa memberikan tambahan kesejahteraan bagi masyarakat secara luas. E. Daftar Pustaka
Davies, J., G Claridge, Endah Natarita. 1995. Manfaat Lahan Basah, Potensi Lahan Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Ditjend. Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan – Asian Wetland Bereau Indonesia (AWB). Giesen, W and Sukotjo. 1991. Karang
Gading - Langkat Timur Laut Wildlife Reserve, North Sumatra. Director-General of Forest Protection and Nature Conservation - Asian Wetland Bereau Indonesia. Jakarta
Greig-Smith, P. 1964. Quantitative plant ecology. Second Ed. Butterworths, London.
Purwoko, Agus dan Onrizal. 2002. Identifikasi Potensi Manfaat Sosial Ekonomi Hutan Mangrove di SM KGLTL. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita. Jakarta.
USU. 1999. Pelestarian dan Pengembangan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut. Makalah Seminar Pelestarian dan Pengembangan SM KGLTL. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jeni s P ot ens ial M an faat ( S u p ar p n ai b o ol dan K o ngs ang C h a i, 19 82) P eman faat a n D ahul u P em an faat a n S aat I ni S B ent u k P e m an faat an Di L o k a si S tu d i TT TT D TJ D TS D TD M J B D M 1. - A can thus ilic if o liu s Bua h y ang di ha nc ur ka n da la m a ir d ap at di gun ak an un tu k m em b an tu m eng he nt ik an d ar ah y ang k el ua r da ri lu ka d an m eng ob at i l uk a k ar en a g igi ta n ul ar . ◙ ◘ 2. - A vi ce nn ia m ar ina D aun y ang m ud a d ap at di m ak an/ di sa yur , p ol en d ar i b un ga ny a da p at un tuk m en ar ik k ol oni-kol on i k um b ang p engh as il m adu y an g d it er na ka n, a bu d ar i ka yun ya sa ng at b ai k u nt uk b aha n b ak u da la m pe m b ua ta n sa b un cu ci . ◙ ◘ 3. D au nny a di gu na ka n un tu k pa ka n t er na k. A vi ce nn ia al b a D au n y an g m as ih m uda da p at u nt uk m ak ana n t er na k, b ijin ya d apa t d im ak an jik a d ire b us , k uli tn ya u nt uk o b at tr ad is io na l ( as tr inge n t ), za t s em ac am re si n ya ng di ke lu ar ka n b er m an fa at da lam u sa ha m en ce ga h ke ha m ila n, sa le p ya ng di ca m pur c ar a m em bu at ny a de ng an bi ji tu m b uh an in i s ang at b ai k un tu k m eng ob at i lu ka p en ya kit c ac ar , b ijin ya s an ga t b er ac un s eh in gg a ha ti -h at i da la m m em anf aa tk anny a. ◙ ◘ 4. Bijin ya d ap at d im ak an se b ag ai o b at sa ki t p er ut . Av ic en n ia of fi ci n al is * Biji d ap at d im ak an s es ud ah d ic uc i d an d ire b us . ◙ ◘ 5. - B rug ui er a gy m nor rhi za Ka yu ny a s ang at be rg una da la m ind us tr i a ra ng da n ta nn in , k ul it b at ang y an g m as ih m uda d ap at u nt uk m ena m b ah r as a s ed ap i ka n ya ng m as ih se ga r, pn eu m at ho p or an ya d apa t di pa ka i s eba ga i bi b it d al am us ah a r eb oi sas i h ut an b ak au . ◙ ◘ 6. - B rug ui er a se xang ul a D au n m uda , em b rio b ua h, b ul uh a ka r da p at di m ak an se b ag ai s ay ur an , d aun ny a m eng an dun g a lk ol oi d y ang da p at di p ak ai un tuk m en go b at i t um or k ul it, a ka rny a da p at un tu k ka yu m en ya n, b ua hny a da p at u nt uk ca m p ur an o b at cu ci m at a tr ad is io na l. ◙ ◘ 7. - C er iops t a ga l Ku lit b at ang b ai k se ka li un tu k m ew ar na i da n se b aga i b ah an p en gaw et /p en gu at jal a-jal a i kan d an ju ga u nt uk in du str i b ati k, k ul it b ata ng u nt uk o b at tr ad is io na l. ◙ ◘ 8. G et ahn ya d ip ak ai un tu k me ra cu n i ka n. Ex co ec a ri a aga ll o cha G et ah ny a b era cu n d an d ap at dip ak ai unt uk m er ac un ik an . ◙ ◘ 9. ti gi llar ia da p at u ntu k m en am b ah ra sa s ed ap n as i. - On co sp er m a U m b ut d ap at di gu na ka n un tu k sa yu ra n, b ung an ya ◙ ◘ o. faatan Veget asi Man grove untuk Pang an , Obat-o bata n dan Biope st isida di L okasi Studi
C h a i, 19 82) aat I ni Jeni s P ot ens ial M an faat ( S u p ar p n ai b o ol dan K o ngs ang P eman faat a n D ahul u P em an faat a n S TT TT D TJ D TS D TD M J B D M S B ent u k P e m an faat an Di L o k a si S tu d i Lu m n it ze ra ra ce m o sa Re b us an da un ny a da p at un tuk ob at s ar ia w an . ◙ ◘ - R hi zophor a m uc ronat a K ay un ya un tu k a ra ng . A ir bua h da n k uli t a ka r ya ng m uda da p at d ip ak ai un tuk m eng us ir n ya m uk da ri tu b uh/ b ad an. ◙ ◘ - R hi zophor a api cul a ta * - ◙ ◘ D au nn ya s eba ga i pa ka n te rn ak d an o b at s ak it pe ru t. Pu cu k d au n se b ag ai o b at lu ka . Bu ah s eb ag ai o b at unt uk w an it a y ang b ar u me la hi rk an . S onne ra ti a cas eol ar is * B uah ny a d ap at di m ak an , cai ran b uah d ap at un tu k m eng ha lu sk an k ul it, da unn ya d ap at u nt uk m ak ana n ka m b ing, da p at m engh as ilk an p ec ti ne . ◙ ◘ D au ny a d ap at d ija dik an la la p, b uah ny a u nt uk ob at s ak it pe ru t. S onne ra ti a a lba - ◙ ◘ Bu ah ny a d ap at di m ak an , b ia sa nya u nt uk w ani ta ya ng m en gi da m . D aun ny a da p at di ja di ka n p ak an t er na k. X yl oc ar pus mo lu cc en si s* K ay un ya b ai k s ek al i u nt uk p ap an , a ka r-a ka rn ya d ap at di p ak ai s eb ag ai b aha n d as ar k er aj ina n ta nga n ( hi as an di ndi ng dl l), k uli tn ya un tu k o b at t ra di si ona l ( di ar he a) , b ua hn ya m eng el u-ar ka n m in ya k da p at d ip ak ai un tu k m in ya k r am b ut tr ad is io na l. ◙ ◘ Bu ah ny a seb ag ai o b at s ak it p eru t a ta u me nc re t, p uc uk ny a se b ag ai o b at lu ka sa ya ta n sa at di hu ta n, da un ny a se b aga i p ak an te rn ak . N yp a f ru ti cans * D au n un tuk a ta p r um ah, di nding , t op i, b aha n b ak u ke rt as , k er an ja ng da n pe m b un gk us s iga re t; n ira u nt uk m inu m an d an a lk oho l; b iji un tuk “ je lly ” da n se b aga i ko la ng -k al ing ; d an pe le p ah y ang d ib ak ar un tu k m eng ha si lk an g ar am . ◙ ◘ Pu cu k d au n se b ag ai o b at de ma m d an ob at l uk a. Bu ah ny a di gu na ka n se b aga i m ani sa n k ol ang-k al in g. kat Pemanfaata n Vegetasi Ma ngro ve un tuk Pangan, Ob at -obatan d an Biopestisi da di Lokasi Stu di
*) Ditemukan khasiat lain dari yang sudah diidentifikasi Suparpnaibool dan Kongsang Chai (1982). Keterangan:
TT : Tidak tahu
TTD : Tahu tapi tidak dimanfaatkan TJD : Tahu dan jarang dimanfaatkan TSD : Tahu dan sering dimanfaatkan TD : Tidak dimanfaatkan lagi
MJ : Masih dimanfaatkan namun makin jarang BD : Masih dimanfaatkan seperti biasa