• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan berpikir dalam penulisan skripsi ini. Sebagai sumber referensi, penulis menggunakan beberapa literatur, baik dari disiplin ilmu sejarah maupun disiplin ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi maupun ekonomi yang dianggap relevan dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini. Dari literatur-literatur tersebut, dapat ditinjau beberapa hal pokok yang sesuai dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. Kajian tersebut di bahas dalam empat bagian, yaitu perubahan sosial ekonomi, setelah itu akan dibahas pula mengenai usaha budidaya ikan air tawar, kebijakan standarisasi dan sertifikasi pembenihan budidaya ikan air tawar dan terakhir mengenai kewirausahaan.

2.1 Perubahan Sosial Ekonomi

Perubahan merupakan sesuatu yang amat melekat dalam diri manusia, baik itu dari sisi individu, kelompok, masyarakat maupun sistem yang ada dalam keseharian manusia. Hakikat manusia yang selalu dinamis, membawa manusia kepada sesuatu yang baru dalam kehidupannya, sehingga akan terjadi penyesuaian antara unsur yang lama dengan unsur yang baru dan akan berimplikasi kepada adanya suatu perubahan ataupun pergantian dalam unsur-unsur tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak dapat disamakan, walaupun

(2)

memiliki beberapa ciri yang identik. Perubahan ini terkait dengan lokasi, manusia, serta sisi fungsional dari unsur-unsur lama dan unsur-unsur baru, serta kondisi lingkungan yang ada, sehingga akan menimbulkan fenomena-fenomena yang menarik dari sebuah perubahan sosial yang terjadi (Saripudin, 2005:131). Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya menelaah adanya perubahan pada masyarakat di sekitar daerah irigasi Cihea, Kecamatan Bojong Picung dengan keberadaan usaha budidaya benih ikan dalam rentan waktu 1990-2006.

Parson dalam Suwarsono dan Alvin Y. So (2000:10-11) mengemukakan bahwa “Masyarakat dianalogikan sebagai organ tubuh, masyarakat dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia”. Masyarakat akan selalu mengalami perubahan karena masyarakat bukan sesuatu yang statis tapi dinamis. Perubahan tersebut sangat teratur dan selalu menuju keseimbangan baru dan menuju pergerakan dari tingkat perkembangan yang sederhana ke tingkat yang lebih maju. Perubahan dalam masyarakat atau perubahan sosial merupakan sesuatu yang bersifat universal, dan akan selalu terjadi dalam berbagai tempat, kondisi, ataupun situasi yang berbeda. Keadaan ini kemudian menghasilkan pemahaman yang berbeda pula diantara ahli sosiologi dalam menafsirkan masalah perubahan sosial sehingga muncul banyak definisi mengenai perubahan sosial yang masing-masing menghasilkan grand theory yang dapat diakui oleh semua pihak.

Abdul Syani (2002:63) dalam bukunya Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan

(3)

yang lain. Sedangkan menurut Astrid S. Susanto (Saripudin, 2005:132) perubahan sosial adalah perubahan masyarakat menjadi kemajuan masyarakat dengan satu pola masyarakat yang sesuai bahkan dapat menguasai kemajuan teknologi dan menghindari bahaya degradasi martabatnya. Lebih lanjut Astrid S. Susanto menyatakan bahwa perubahan masyarakat sebagai fakta, yang dibuktikan oleh adanya gejala-gejala depersonalisasi, frustasi, apatis, konflik dan kesenjangan antara generasi. Pendapat tersebut didukung oleh Soelaeman B. Taneko (1993:136) yang menyatakan bahwa faktor yang menjadi penggerak perubahan masyarakat itu antara lain berupa gagasan-gagasan, ide-ide atau keyakinan dan hasil –hasil budaya yang berupa fisik.

Kingsley Davis (Soekanto, 2004:304) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur fungsi masyarakat. Sedangkan Gillin dan Gillin (Soekanto, 2004:304) mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara –cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Sulaeman B.Taneko (1990) dalam bukunya yang berjudul Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, mengemukakan bahwa pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan tersebut akan dapat diketahui apabila dilakukan perbandingan yaitu dengan menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu tertentu, kemudian membandingkannya dengan keadaan

(4)

masyarakat itu pada masa yang lalu. Terkait dengan hal tersebut penulis mencoba membandingkan kondisi masyarakat petani di Kecamatan Bojongpicung pada saat berprofesi sebagai petani padi dan ketika berprofesi sebagai petani pembenih ikan. Dalam buku tersebut juga dikemukakan bahwa perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus menerus, dalam artian bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan itu. Namun memang perjalanan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan berbeda.

Perubahan dalam masyarakat dapat terjadi karena adanya penggerak-penggerak tertentu. Firth mengemukakan bahwa daya penggerak-penggerak untuk proses perubahan dalam masyarakat bersumber dari dua hal, yaitu dari dalam dan dari luar masyarakat. Faktor yang datang dari dalam masyarakat adalah daya gerak yang berupa penemuan-penemuan baru dalam bidang teknik, perjuangan-perjuangan individu untuk memperoleh tanah dan kekuasaan, paham-paham baru kaum cendekiawan, serta tekanan jumlah penduduk atas mata pencaharian, sedangkan faktor dari luar berasal dari lingkungan pergaulan itu sendiri dan pengaruh dari peradaban lain (Taneko, 1990:136).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan baru serta penggunaannya dalam masyarakat, termasuk kemajuan teknologi di bidang ekonomi akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut akan dikaji dalam perkembangan usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

(5)

sekitar. Faktor tersebut di antaranya kemajuan teknologi budidaya perikanan, yang didukung oleh infrastruktur yang tersedia, sarana transportasi dan komunikasi, lingkungan alam atau keadaan geografis serta sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalam menjalankan usaha budidaya benih ikan tersebut.

Keberadaan teknologi baru tersebut memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam budidaya perikanan dengan melakukan inovasi-inovasi di lapangan. Dari pengalaman-pengalaman yang masyarakat temukan menjadikan masyarakat kaya akan pengetahuan mengenai pengelolaan budidaya benih ikan yang baik dan benar sehingga hasilnya optimal dan dapat mensejahterakan hidup mereka. Kondisi tersebut mempengaruhi etos kerja masyarakat. Etos kerja yang tinggi memberikan perubahan terutama dalam mobilitas baik vertikal maupun horizontal. Dengan semakin maraknya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung, di perkirakan telah menimbulkan mobilitas sosial pada masyarakat di sekitar daerah irigasi Cihea, Kecamatan Bojongpicung. Sebagaimana dikemukakan oleh Arif Satria (2001:32) bahwa kemunculan cara produksi baru yang lebih modern dalam formasi sosial akan mendorong terjadinya mobilitas sosial dalam komunitas, tempat gerakan modernisasi berlangsung.

Kemunculan teknologi baru tersebut menyebabkan peralihan profesi masyarakat di Kecamatan Bojongpicung dari petani padi menjadi petani ikan. Proses peralihan profesi tersebut berlangsung secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Hal itu diakibatkan karena pandangan para petani dalam bercocok tanam adalah berusaha

(6)

menghindari kegagalam panen bukan mencari keuntungan yang besar. Seperti yang diungkapkan oleh James Scott (1976:7) yaitu:

Satu hal yang khas adalah bahwa yang dilakukan oleh petani yang bercocok tanam itu adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupnya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko (Scott, 1976:7).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ketidaktertarikan atau keengganan sebagian petani padi di Kecamatan Bojongpicung beralih profesi menjadi petani pembenih ikan. Hal tersebut diakibatkan karena petani dalam bercocok tanam adalah berusaha sebaik mungkin agar tidak mengalami gagal panen bukan mencari keuntungan yang besar. Para petani padi di Kecamatan Bojongpicung bukan tidak mengetahui keuntungan bertani ikan dibandingkan bertani padi, misalnya dilihat dari siklus usaha. Usaha budidaya benih ikan hanya memerlukan waktu sekitar 15 hari saja hingga benih ikan siap dipanen sedangkan bertani padi memakan waktu hampir 90 hari atau sekitar 3 bulan untuk dapat dipanen. Namun para petani padi lebih tertarik memilih cara –cara yang aman meskipun hasil rata –ratanya agak rendah (Scott, 1978: 53).

Agar terjadi perubahan pola atau pandangan masyarakat petani yang cenderung statis dan tidak mau menanggung resiko perlu dipupuk perlahan –lahan jiwa kewirausahaannya. Dengan melihat contoh keberhasilan petani pembenih ikan yang telah lebih dahulu menekuni usaha tersebut sekitar tahun 1990. Usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung mulai berkembang secara bertahap. Hal tersebut terbukti dari banyaknya petani padi yang beralih profesi menjadi petani

(7)

pembenih ikan dan mulai mau menerima resiko kegagalan usaha dengan teknologi baru. Bahkan beberapa petani padi secara sengaja mengubah seluruh lahan sawahnya untuk dijadikan kolam pembenihan ikan.

Sekitar tahun 1990 usaha Budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung hanya berkembang di desa Jati saja. Pada tahun 1994 mulai berkembang ke desa lainnya, hingga tahun 2006 telah terdapat empat desa yaitu Desa Jati, Desa Cibarengkok, Desa Bojongpicung dan Desa Cikondang, yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah mengembangkan budidaya benih ikan. Berkembangnya budidaya benih ikan tersebut telah mengakibatkan peralihan profesi masyarakat petani dari petani padi menjadi petani ikan.

2.2. Usaha Budidaya Ikan Air Tawar

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama dalam pembedaharaan jenis- jenis ikan. Diperkirakan sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies). Hampir sekitar 2.000 spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar. Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5%) (Khairuman dan Amri, 2008: 1).

Budidaya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari ketersediaan air dan lahan. Keduanya merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan lainnya

(8)

untuk dapat berproses menjadi komoditi yang memiliki nilai tambah. Selama ini, usaha budidaya ikan umumnya terkonsentrasi di pedesaan yang ketersediaan lahan dan airnya relatif sangat memadai. Budidaya perikanan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki, maupun akuarium. Selain itu, juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan di keramba atau sangkar, keramba jaring apung atau hampang. (Amri dan Khairuman, 2008: 9). Menurut Kartamihardja (2007), luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta Ha. Angka tersebut mencangkup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta Ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta Ha, danau seluas 1,80 juta Ha, dan waduk seluas 0,05 juta Ha), rawa payau dan hutan bakau seluas 1,80 juta Ha, dan perairan budidaya seluas 0,65 juta Ha (meliputi kolam, sawah dan tambak) (Amri dan Khairuman, 2008:1).

Pembudidayaan ikan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam – kolam budidaya, baik secara tradisional, semi-intensif, maupun intensif. Pembudidayaan ikan secara tradisional dan semi intensif umumnya dilakukan di kolam konstruksi sederhana. Sementara pembudidayaan intensif menggunakan prasarana yang lebih baik, seperti di kolam beton atau kolam air deras dengan pemberian pakan tambahan yang intensif. Selain itu pembudidayaan ikan air tawar secara intensif juga banyak dilakukan dalam wadah khusus seperti keramba jaring apung (KJA) yang ditempatkan di perairan umum daratan seperti waduk, danau atau keramba berbahan bambu atau kawat yang ditempatkan di sungai atau saluran irigasi.

(9)

Beberapa jenis ikan air tawar lainnya juga ada yang dipelihara di sawah baik sebagai palawija (pemeliharaan ikan setelah padi di panen sambil menunggu masa tanam selanjutnya), penyelang (pemeliharan ikan sebelum penanaman padi, waktunya tidak terlalu lama menunggu padi dipersemaian sampai siap untuk ditanam) atau mina padi (pemeliharaan ikan yang dilakukan bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi). Bahkan ada ikan air tawar jenis tertentu yang dipelihara di tambak atau sawah tambak yang berair payau, setelah melalui tahapan proses aklimatisasi dan adaptasi terlebih dahulu.

Jenis –jenis ikan air tawar yang penting dan sudah dikenal serta diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung lais, lele lokal, lele dumbo, gurami, tambakang, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat, papuyu, belida, serta bandeng (air tawar dan payau). Sebagian besar dari jenis – jenis ikan tersebut sudah dibudayakan secara tradisional, semi intensif, maupun intensif. Pembudidayaan secara intensif dilakukan untuk jenis –jenis ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik. Sementara pembudidayaan jenis ikan –ikan yang sulit dipijahkan, umumnya masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil tangkapan alam.

Sementara itu, jenis –jenis ikan yang teknologi pembenihan dan pembesarannya sudah dikusai dengan baik dan sudah di sebarluaskan ke berbagai daerah di tanah air adalah jenis ikan mas, nila, lele lokal, lele dumbo, patin, gurami, baung, mola, tawes, belut, bandeng, nilem, serta grasscarp. Khusus untuk ikan mas,

(10)

nila, lele dumbo, patin dan gurami merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat populer dan sudah di budidayakan secara intensif. Dalam pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa program khusus untuk masing –masing komoditas tersebut.

Untuk dapat meningkatkan produktivitas sumber daya perairan umum menjadi lahan perikanan yang potensial, pemerintah telah mengupayakannya dengan berbagai langkah kebijakan yang tujuannya untuk meningkatkan produksi perikanan, khususnya perikanan air tawar, meningkatkan pendapatan masyarakat luas (mulai dari pembenihan sampai pemasaran), meningkatkan pembukaan lapangan kerja baru, meningkatkan kebutuhan konsumsi ikan untuk memenuhi gizi masyarakat, meningkatkan ekspor komoditas perikanan (non-migas), meningkatkan devisa Negara, melestarikan Sumber Daya Alam, dan untuk memberikan dukungan terhadap pembangunan industri (Cahyono, 2001:6-7). Langkah –langkah kebijakan pemerintah untuk mendukung suksesnya pengembangan perikanan (Cahyono, 2001:8) adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembinaan bagi seluruh aparat dinas perikanan mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah dengan bimbingan teknis dan non teknis.

2. Merekomendasikan paket-paket teknologi hasil penelitian untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat petani atau pengusaha agar mereka dapat mengembangkannya dengan tujuan agar dapat meningkatkan produksi dan produktivitas.

(11)

3. Melaksanakan bimbingan bagi masyarakat berupa penyuluhan ataupun pendidikan mengenai sarana produksi budidaya ikan air tawar, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat mengelola dengan baik usaha perikanan, khususnya budidaya ikan di perairan umum. 4. Membangun sarana dan prasarana budidaya ikan air tawar di seluruh wilayah

Indonesia, yang tujuannya untuk memudahkan petani atau pengadaan benih ikan, dan lain –lain.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga merupakan satu upaya untuk mendukung keberhasilan pembangunan perikanan. Dalam era kemajuan teknologi sekarang ini, kualitas sumber daya manusia yang rendah tidak akan mampu menggarap dengan baik potensi sumber daya alam yang tersedia luas, sehingga menyebabkan sumber daya alam menjadi kurang produktif (tidak termanfaatkan secara optimal). Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang tinggi (berpengetahuan, memiliki keterampilan, dan mampu mandiri) akan mampu mengelola sumber daya alam dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (dapat termanfaatkan secara optimal) (Cahyono,2001:9).

2.3 Kebijakan Standarisasi dan Sertifikasi Pembenihan Budidaya Ikan Air Tawar

Dalam usaha pembenihan, standarisasi memberi arti bahwa produk pembenihan berupa benih yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar. Standar yang digunakan adalah standar yang berlaku secara nasional yaitu SNI (Standar Nasional

(12)

Indonesia), sehingga benih tersebut memiliki mutu yang terjamin dari produsen sampai ke tangan konsumen sesuai SNI yang dibuktikan dengan sertifikat. Sertifikat adalah rangkaian kegiatan dimana lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh komite Akreditasi Nasional memberikan jaminan tertulis bahwa produktivitas proses atau individu telah memenuhi persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu yang dipersyaratkan (Amri dan Khairuman, 2008: 156).

Standarisasi bidang pembenihan meliputi kegiatan perumusan standar dan revisi standar. Menurut publikasi Direktorat Pembenihan-Ditjen Perikanan Budidaya DKP (2003), prosedur perumusan dan penetapan standarisasi yang dituangkan dalam bentuk SNI berbeda dengan apa yang terjadi pada waktu sebelumnya. Pada saat itu, proses produksi atau teknologi produksi dilahirkan oleh pemerintah yang disebarkan kepada para pembudidaya tanpa melalui proses pengkajian apakah proses produksi atau teknologi produksi tersebut dapat berhasil dan berdaya guna di tingkat pembudidaya.

Konsep umum penyusun SNI mengacu kepada kesepakatan antara pelaku usaha, para ahli, maupun birokrat dalam menentukan standar –standar yang akan dihasilkan. Dalam bidang pembenihan perikanan budidaya air tawar, penerapan standar terhadap benih dan induk ikan mengikut sertakan secara langsung pelaku usaha pembenihan itu sendiri. Dengan demikian, standar pembenihan dalam bentuk SNI yang dihasilkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada dunia usaha pembenihan ikan –ikan budidaya air tawar.

(13)

Pada dasarnya, produk pembenihan yang bermutu hanya dapat diperoleh jika pembenihan menerapkan teknik pembenihan yang benar dan dihasilkan dari proses produksi pembenihan yang benar serta induk yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Ketiga proses produksi benih tersebut diatur secara terperinci dan terukur dalam SNI. Jika ketiga proses tersebut sudah dijalankan sesuai standar, hasil benihnya akan memperoleh sertifikat untuk menjamin dan menyatakan bahwa proses produksi benih yang dilakukan pembenih telah memenuhi persyaratan dan mutu benihnya terjamin.

Jadi, SNI pembenihan tersebut memberikan acuan standar terhadap semua tahapan kegiatan pembenihan mulai dari kegiatan pra-produksi, proses produksi, produksi panen, serta proses distribusi dan pemasarannya. Dalam proses sertifikasi untuk pembenihan sertifikat jaminan mutu tersebut, juga dilakukan penilaian terhadap kelayakan dasar (Fasilitas dan SDM) serta proses produksi benih yang mengacu pada sistem manajemen mutu ISO 900I:2000 secara internasional. ISO sendiri adalah organisasi internasional untuk standarisasi (Internasional Standaritation Organitation) yang mengeluarkan standar internasional yang disebut ISO series. ISO merupakan federasi dunia dari badan –badan standar nasional yang menjadi angota ISO.

Standarisasi dan sertifikasi untuk pembenihan pada perikanan budidaya di Indonesia sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1999. Pemerintah melalui Badan Sertifikasi Nasional (BSN) telah menetapkan dan mengeluarkan SNI untuk berbagai kegiatan pembenihan. Standar –standar yang sudah dikelurkan antara lain standar produk (induk dan benih), standar proses produksi (induk dan benih),

(14)

standar sarana dan prasarana pembenihan, standar penampungan, standar pengemasan, serta standar untuk metode pengujian.

Penerapan standarisasi dan sertifikasi pembenihan untuk ikan –ikan ekonomis yang penting di Indonesia dilandaskan pada beberapa peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum bagi penerapannya. Peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan standarisasi dan sertifikasi pembenihan perikanan sebagai berikut:

1. Keputusan Presiden No. 13 tahun 1997 tentang Badan Standarisasi Nasional.

2. Keputusan Menteri Pertanian No. 26/99 tentang Pedoman Pengembangan Pembenihan Perikanan Nasional.

3. SK Menteri Pertanian No.1040. I/Kpts/IK.450/10/1999 tentang Perubahan Penunjukan LSSM (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu).

4. Keputusan Menteri Pertanian No. 1042/99 tentang Sertifikasi dan Pengawasan Benih IKan.

5. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.

2.4 Kewirausahaan

Kegiatan ekonomi yang berlangsung secara terus menerus merupakan suatu akibat dari adanya ketidakseimbangan. Unsur ketidakseimbangan ini juga tampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi yang meningkat pesat, maka diperlukan penambahan tenaga kerja untuk mengelolanya, akan tetapi keahlian

(15)

dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan belum tentu sesuai dengan pekerjaan yang diperlukan. Dengan pertumbuhan penduduk pada umumnya maka laju pertambahan jumlah tenaga kerja yang tersedia sering kali melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini kemudian berdampak pada penciptaan lapangan kerja sendiri yang merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi, sehingga berwirausaha merupakan alternatif penyelesaiaan dari masalah ketidakseimbangan tersebut. Peran wirausaha ini dapat dilihat dari semakin luasnya partisipasi mereka dalam semua aspek kehidupan terutama kehidupan ekonomi dalam masyarakat.

Sektor swasta memiliki sumbangan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia, bahkan sering dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam pertumbuhan suatu ekonomi. Besar kecilnya sumbangan tersebut dalam pembangunan perekonomian sesuai dengan tingkat kualitas wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) yang dimiliki oleh lingkungan yang bersangkutan. Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir,2007:18). Sedangkan menurut Peter F. Drucker kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki

(16)

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Kegiatan Wirausaha tidak terlepas pada sektor-sektor tertentu saja, artinya semua sektor usaha dapat dimasuki oleh para wirausaha. Sektor-sektor tersebut diantaranya seperti sektor perdagangan, jasa, pertanian dan sektor industri dalam berbagai skala. Pada sektor jasa cakupannnya lebih luas, karena keahlian, keterampilan, keberanian dan semangat kerja merupakan modal awal dan penting bagi calon wirausaha. Pada sektor pertanian, pada saat ini tidak sekedar berfungsi sebagai penyedia kebutuhan bahan pangan saja, tetapi sudah merambah ke masalah pertamanan, wisata dan pendidikan.

Berdasarkan potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia, maka sektor yang cukup banyak dan menjanjikan masa depan adalah sektor pertanian di samping sektor industri. Dalam kurun waktu 25 tahun pertama pembangunan Indonesia di bawah rezim Orde Baru yang menjadi tumpuan penggerak utama ekonomi nasional adalah sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki banyak potensi, keunggulan dan ciri khas yang unik. Sektor pertanian memiliki potensi usaha kecil dan menengah yang cukup besar. Sektor pertanian berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan pekerjaan dalam sektor pertanian, secara langsung telah membuka peluang baru bagi calon-calon wirausaha yang akan memperdagangkan hasil produksi pertanian tersebut. Besarnya sumbangan para wirausaha terhadap perkembangan ekonomi, khususnya pada perkembangan pertanian dapat dilihat dari berbagai cara

(17)

misalnya pembentukan modal, pengelolaan tempat usaha, pemilihan bibit, pengumpulan hasil, distribusi, pengolahan, pengemasan dan pemasaran.

Menurut Meridth (Partomo dan Soedjono, 2002:70) mengatakan bahwa wiraswastawan atau wirausahawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan –tindakan yang tepat guna dalam memastikan keberhasilan selanjutnya. Terkait dengan hal tersebut, tingkat kewirausahaan masyarakat di Kecamatan Bojongpicung untuk mengembangkan usaha pertanian secara luas yang di dalamnya termasuk sektor perikanan. Dapat dikatakan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan usaha tersebut. Mereka pandai memanfatkan peluang ekonomi dan potensi yang ada untuk mengembangkan alternatif usaha yang baru.

Awalnya sebagai masyarakat petani mereka cenderung statis dalam berusaha dan takut mencoba hal yang baru karena tidak mau mengambil resiko. Namun dengan berkembangnya usaha budidaya benih ikan dalam budaya masyarakat agraris di Kecamatan Bojongpicung yang awalnya dikembangkan oleh salah seorang warga dari desa jati dengan dibantu oleh keluarganya. Menunjukan sikap seorang wirausahan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Sikap mental wirausaha juga sangat diperlukan dalam kehidupan, diantaranya adalah mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuannnya dan memiliki

(18)

kebutuhan akan keberhasilan (need for achivment), disamping kemauan keras dan kebutuhan akan keberhasilan, juga harus memilki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya. Keyakinan ini dapat memberikan harapan dan semangat untuk bekerja mencapai tujuannya. Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah adanya kepercayaan dari orang lain terhadap dirinya. Untuk mencapainya maka yang harus dimiliki adalah sifat kejujuran dan tanggung jawab dengan melatih disiplin dan orientasi kepada tujuan dan kebutuhan hidup.

Sikap mental atau jiwa kewirausahaan juga telah ada pada masyarakat Kecamatan Bojongpicung, hal ini terlihat dari adanya motivasi untuk terus berprestasi dan mencari inovasi baru, untuk meningkatkan taraf kehidupan sehingga segala permasalahan hidupnya dapat teratasi dengan sikap tersebut. Masyarakat Bojongpicung yang beralih profesi menjadi petani pembenih ikan mampu melihat peluang ekonomi yang berkembang dan berani bersaing serta berorientasi jauh kedepan. Mereka tidak patah semangat untuk terus berusaha dan mencoba alternatif usaha baru yaitu budidaya benih ikan di tengah –tengah masyarakat petani.

Peran masyarakat Bojongpicung yang memilih berwirusaha dapat di katakan sangat dominan dalam mengembangkan inovasi dan kreativitas untuk melihat peluang usaha dalam upaya pengembangan usaha budidaya benih ikan ini. Dalam hal ini kreativitas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan untuk dapat mempertahankan dan memajukan unit-unit usahanya seperti petani ikan di Kecamatan Bojongpicung, pada tahun 2001 salah seorang warganya yaitu Nenah Rochaenah mulai mencoba membudidayakan udang galah dan

(19)

berhasil, sehingga budidaya perikanan air tawar di Kecamatan Bojongpicung lebih beragam tidak hanya terbatas pada budidaya benih ikan saja tetapi juga terdapat budidaya udang galah.

Berkembangnya usaha budidaya udang galah di Kecamatan Bojongpicung juga telah mendorong lahirnya peluang ekonomi baru yaitu berkembangnya usaha rumah makan dengan konsep suasana pedesaan yang menyediakan udang sebagai menu utamanya. Usaha rumah makan tersebut mulai berkembang di desa Cibihbul, Kecamatan Bojongpicung. Selain itu dengan adanya usaha budidaya benih ikan mendorong berdirinya Balai Benih Ikan Jati, yang telah mendorong berkembangnya usaha-usaha berupa Unit Pembenihan Rakyat atau UPR.

Seorang petani sebagai seorang usahawan harus pandai memilih di antara berbagai alternatif dalam kegiatan ekonomi yang didasarkan atas persayaratan maksimalisasi atau minimalisasi. Yang dimaksud dengan maksimalisasi ialah berusaha semaksimal mungkin agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan memberikan kepuasan yang maksimal kepada para konsumen, tetapi dengan pengorbanan-pengorbanan yang minimal, seperti pengolahan tanah secara minimal agar tidak timbul kerusakan, pendayagunaan tenaga yang minimal, penggunaan bibit tanaman, pupuk dan obat –obatan pemberantas hama/penyakit tanaman secara ekonomi. Di sini penting bagi seorang pengusaha pertanian untuk lebih mengenal prinsip ekonomi, agar selalu bertindak dan memberi perlakuan-perlakuan sematang dan seekonomis mungkin sehingga hasil yang diperolehnya akan menguntungkan (Kartasapoetra, 1996:5). Masyarakat di Kecamatan Bojong Picung menjadikan usaha

(20)

budidaya benih ikan sebagai alternatif usaha dalam kegiatan ekonomi, karena biaya produksi untuk usaha budidaya benih ikan lebih ekonomis dibandingkan dengan bertani padi. Mereka telah berusaha agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan memberikan kepuasan yang maksimal kepada rekan bisnisnya atau konsumen dengan tetap menjaga kualitas benih ikan yang dihasilkan, tetapi dengan biaya produksi yang ekonomis.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini akan terlihat bagaimana mahasiswa menerapkan peraturan tata guna lahan pada hasil tugas SPA 3 sesuai ketentuan yang telah diatur dalam RTRW

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Berdasarkan hasil survei penelitian dari laporan keuangan PT Asuransi Takaful Umum bahwa pengelola atau perusahaan asuransi syariah hanya bertugas sebagai wakil

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun

diantaranya yakni kebijakan pemerintah, penetapan peraturan perundang-undangan, atau bahkan putusan pengadilan. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Warga Negara