• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan jembatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan jembatan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

JEMBATAN CISARANTEN (KOMPOSIT)

DAN BATU JAJAR (RANGKA BAJA)

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Manajemen Jembatan pada semester VII.

Disusun Oleh: Kelompok 2

Nama Anggota Kelompok: 1. Adi Setiadi Supendi 111134002

2. Eva Budiyanti 111134015 3. Gina Maulidawati 111134017 4. Irwan Susanto 111134018 5. Kristina Murdiana A. 111134019 6. Resna Ladera 111134027 Kelas : 4 TPJJ

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN

JEMBATAN

(2)

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul

“PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN

CISARANTEN (KOMPOSIT) DAN BATUJAJAR (RANGKA BAJA)” dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan persiapan dan penyusunan laporan, sehingga laporan ini dapat diselesaikan, diantaranya:

1. Bapak Andri Budiadi,BSCE.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, 2. Bapak Moeljono,Drs.,SP1 selaku Dosen Pembimbing,

3. Orang tua yang selalu mendukung dan memberikan restunya,

4. Rekan – rekan TPJJ 2011 dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 5. Pihak – pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca laporan ini.

Bandung, Januari 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan ... 3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.5. Metode Pengumpulan Data ... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pendahuluan ... 4

2.2. Pemeriksaan Inventaris ... 4

2.3.1. Data Administrasi ... 5

2.3.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris ... 5

2.3.3. Data Bentang dan Komponen Utama ... 9

2.3.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventaris ... 15

2.3.5. Data Pelengkap ... 17

2.3. Pemeriksaan Detail ... 19

2.3.1. Sistem Pemeriksaan Detail ... 20

2.3.1.1. Hierarki dan Kode Elemen ... 21

2.3.1.2. Kode Kerusakan ... 22

2.3.1.3. Sistem Penilaian Elemen ... 22

(4)

2.3.2.4. Lokasi Elemen yang Rusak ... 25

2.3.2.5. Pemberian Nilai Kondisi ... 27

2.3.2.6. Data Lain ... 30

2.3.2.7. Pemeliharaan Rutin ... 32

2.3.2.8. Catatan Kecil dan Sketsa ... 32

2.4. Sistem Informasi Manajemen Jembatan Berbasis Web dengan Metode Bridge Condition Rating ... 32

BAB III METODOLOGI ... 37

2.1. Umum ... 37

2.2. Pemeriksaan Inventarisasi ... 39

2.3. Pemeriksaan Detail ... 40

BAB IV PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN KOMPOSIT ... 42

4.1.Lokasi Tinjauan ... 42

4.2.Pemeriksaan Inventarisasi ... 43

4.2.1.Umum... 43

4.2.2.Peralatan dan Bahan ... 43

4.2.3.Prosedur Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan Cisaranten ... 44

4.2.3.1. Data Administrasi ... 44

4.2.3.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris ... 45

4.2.3.3. Data Struktur Utama Jembatan dan Aliran Sungai .. 45

4.2.3.4. Nilai Kondisi ... 48

4.2.3.5. Data Pelengkap ... 49

4.2.4.Formulir Pemeriksaan Inventarisasi... 51

4.3.Pemeriksaan Detail ... 52

4.3.1.Umum... 52

4.3.2.Peralatan dan Material ... 52

4.3.3.Hierarki dan Kode Elemen Jembatan Cisaranten ... 54

4.3.4.Kode Kerusakan ... 55

4.3.5.Sistem Penilaian Jembatan ... 55

4.3.6.Kerusakan Jembatan Cisaranten ... 56

(5)

4.3.7.1. Data administrasi dan invntarisasi ... 57

4.3.7.2. Elemen yang Rusak pada Jembatan Cisaranten ... 57

4.3.7.3. Lokasi Elemen yang Rusak... 66

4.3.7.4. Pemberian Nilai Kondisi ... 67

4.3.7.5. Data Lain... 67

4.3.7.6. Pemeliharaan Rutin ... 67

4.3.7.7. Formulir Pemeriksaan Detail Jembatan Cisaranten . 68 4.4.Nilai Kondisi Jembatan Cisaranten ... 68

4.5.Dokumentasi Jembatan Komposit Cisaranten ... 69

BAB V PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN RANGKA BAJA ... 72

5.1 Pemeriksaan Inventarisasi ... 72

5.1.1 Peralatan dan bahan... 72

5.1.2 Prosedur pemeriksaan inventarisasi ... 73

5.1.2.1Data Administrasi... 73

5.1.3 Jenis Lintasan dan Geometris ... 75

5.1.4 Data Bentang dan Komponen Utama ... 75

5.1.5 Data Pelengkap ... 89

5.2 Pemeriksaan Detail... 90

5.2.1 Peralatan dan bahan ... 90

5.2.2 Bahan Acuan ... 90

5.2.3 Urutan Pemeriksaan ... 91

5.2.4 Sistem Pemeriksaan Detail ... 91

5.2.4.1Kode Kerusakan ... 92

5.2.5 Hasil Pemeriksaan Detail ... 93

BAB VI PENUTUP ... 94

6.1. Kesimpulan ... 94

6.2. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Kondisi Inventasisasi ... 15

Tabel 2.2 Pedoman pemberian nilai kondisi inventarisasi ... 16

Tabel 2.3 Pembatasan fungsional yang ada ... 17

Tabel 2.4 Keadaan lalu lintas ... 17

Tabel 2.5 Jalan memutar dan jalan membelok (detour) ... 18

Tabel 2.6 Data banjir tertinggi ... 18

Tabel 2.7 Kriteria penentuan nilai kondisi ... 23

Tabel 2.8 Verifikasi dan inventarisasi ... 24

Tabel 2.9 Contoh elemen yang rusak ... 26

Tabel 2.10 Contoh lokasi elemen yang rusak ... 27

Tabel 2.11 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 3-4 ... 29

Tabel 2.12 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 3 ... 30

Tabel 2.13 Data lain... 31

Tabel 2.14 Pembobotan komponen jembatan... 34

Tabel 2.15 Usulan penanganan ... 35

Tabel 4.1 Data administrasi jembatan Cisaranten ... 44

Tabel 4.2 Jenis lintasan dan data geometris ... 45

Tabel 4.3 Nilai kondisi inventarisasi ... 49

Tabel 4.4 Nilai kondisi elemen jembatan Cisaranten ... 49

Tabel 4.5 Pembatasan fungsional jembatan Cisaranten ... 50

Tabel 4.6 Lebar jembatan terhadap lalu lintas di jembatan Cisaranten ... 50

Tabel 4.7 Jalan memutar dan alternatif (detour) ... 51

Tabel 4.8 Data banjir tertinggi jembatan Cisaranten ... 51

Tabel 4.9 Kriteria penentuan nilai kondisi ... 56

Tabel 4.10 Verifikasi data inventarisasi jembatan Cisaranten ... 57

Tabel 4.11 Lokasi elemen yang rusak ... 66

Tabel 4.12 Data lain pemeriksaan detail jembatan Cisaranten ... 67

Tabel 4.13 Pemeliharaan rutin jembatan Cisaranten ... 68

Tabel 4.14 Nilai kondisi jembatan Cisaranten... 68

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penurunan kinerja jembatan ... 1

Gambar 2.1 Data administrasi ... 5

Gambar 2.2 Jenis lintasan dan data geometris ... 5

Gambar 2.3 Pengukuran panjang total dan panjang bentang pada jembatan ... 6

Gambar 2.4 Pengukuran panjang total dan panjang bentang pada jembatan pelengkung ... 7

Gambar 2.5 Sudut miring pada jembatan ... 8

Gambar 2.6 Jembatan busur di tikungan ... 8

Gambar 2.7 Pengukuran lebar antar jalan dan lebar tempat pejalan kaki ... 9

Gambar 2.8 Ruang bebas lalu lintas vertikal ... 10

Gambar 2.9 Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah ... 11

Gambar 2.10 Jenis bangunan atas ... 12

Gambar 2.11 Jenis kepala jembatan dan pilar ... 14

Gambar 2.12 Cara mengukur ketinggian muka air banjir ... 15

Gambar 2.13 BMS Deterioration Model ... 35

Gambar 3.1 Diagram alir pemeriksaan jembatan secara umum ... 37

Gambar 3.2 Urutan pemeriksaan ... 39

Gambar 3.3 Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan inventarisasi jembatan ... 40

Gambar 3.4 Langkah – langkah pemeriksaan detail ... 41

Gambar 4.1 Lokasi jembatan komposit ... 42

Gambar 4.2 Jembatan Cisaranten ... 42

Gambar 4.3 Struktur utama jembatan Cisaranten ... 45

Gambar 4.4 Lantai kendaraan jembatan Cisaranten ... 46

Gambar 4.5 Lapis permukaan jembatan Cisrantren ... 46

(8)

Gambar 4.11 Tanah timbunan jembatan Cisaranten ... 48

Gambar 4.12 Tebing sungai jembatan Cisaranten... 57

Gambar 4.13 Endapan lumpur dan sampah yang menumpuk pada aluran sungai jembatan Cisaranten ... 58

Gambar 4.14 Turap pada jembatan Cisaranten ... 59

Gambar 4.15 Penurunan timbunan oprit pada jembatan Cisaranten ... 59

Gambar 4.16 Kondisi perkerasan yang kasar pada Jembatan Cisaranten ... 60

Gambar 4.17 Kepala jembatan Cisaranten ... 60

Gambar 4.18 Karat pada gelagar memanjang jembatan Cisaranten ... 61

Gambar 4.19 Karat pada diafragma jembatan Cisaranten ... 62

Gambar 4.20 Karat pada sambungan gelagar jembatan Cisaranten ... 62

Gambar 4.21 Karat pada gelagar melintang lantai jembatan Cisaranten ... 63

Gambar 4.22 Pelat lantai jembatan Cisaranten mengalami keropos ... 63

Gambar 4.23 Lapisan permukaan jembatan Cisaranten bergelombang ... 63

Gambar 4.24 Trotoar/kerb pada jembatan Cisaranten ... 64

Gambar 4.25 Pipa cucuran pada jembatan Cisaranten ... 64

Gambar 4.26 Expansion joint jembatan Cisaranten ... 64

Gambar 4.27 Karat pada perletakan jembatan Cisaranten ... 65

Gambar 4.28 Tiang sandaran jembatan Cisaranten yang mengalami kerontokan beton ... 65

Gambar 4.29 Sandaran horizontal jembatan Cisaranten yang mengalami karat .. 65

Gambar 4.30 Bagian yang pecah pada parapet jembatan Cisaranten ... 66

Gambar 4.31 Korosi pada jembatan Cisaranten ... 69

Gambar 4.32 Endapan pada jembatan Cisaranten ... 70

Gambar 4.33 Sandaran jembatan Cisaranten ... 70

Gambar 4.34 Loneng jembatan Cisaranten ... 71

Gambar 4.35 Drainase jembatan Cisaranten ... 71

Gambar 5.1. Peta lokasi jembatan Batujajar ... 74

Gambar 5.2 Jembatan batujajar bentang 1 ... 75

Gambar 5.3 Jembatan batujajar bentang 2 ... 76

Gambar 5.4 Jembatan batujajar bentang 3 ... 76

(9)

Gambar 5.6. Lantai kendaraan Batujajar ... 77

Gambar 5.7. Lapis permukaan lantai kendaraan jembatan Batujajar ... 78

Gambar 5.8. Sandaran jembatan Batujajar ... 78

Gambar 5.9. Landasan jembatan Batujajar ... 79

Gambar 5.10. Siar Muai jembatan Batujajar ... 79

Gambar 5.11. Papan Nama jembatan Batujajar ... 80

Gambar 5.12. Lampu penerangan jembatan Batujajar ... 80

Gambar 5.13. Bangunan bawah abutment 1 jembatan Batujajar ... 81

Gambar 5.14. Bangunan bawah Abutment 2 jembatan Batujajar ... 82

Gambar 5.15. Bangunan bawah pilar 1 jembatan Batujajar ... 82

Gambar 5.16. Bangunan bawah pilar 2 jembatan Batujajar ... 83

Gambar 5.17. Kondisi aliran sungai jembatan Batujajar... 84

Gambar 5.18. Kondisi struktur atas bentang 1 jembatan Batujajar ... 85

Gambar 5.19. Kondisi struktur atas bentang 2 jembatan Batujajar ... 86

Gambar 5.20. Kondisi struktur atas bentang 3 jembatan Batujajar ... 87

Gambar 5.21. Kondisi bangunan bawah abutment 1 jembatan Batujajar ... 87

Gambar 5.22 Kondisi bangunan bawah abutment 2 jembatan Batujajar ... 88

Gambar 5.23. Kondisi bangunan bawah pilar 1 jembatan Batujajar ... 88

Gambar 5.24. Kondisi bangunan bawah pilar 2 jembatan Batujajar ... 89

Gambar 5.25. Kondisi kerusakan aliran utama jembatan Batujajar ... 93

Gambar 5.26. Kondisi kepala jembatan yang berlumut jembatan Batujajar ... 94

Gambar 5.27. Kondisi gelagar dalam keadaan baik jembatan Batujajar ... 94

Gambar 5.28. Kondisi gelagar melintang dalam keadaan baik jembatan Batujajar ... 95

Gambar 5.29. Kondisi sambungan gelagar jembatan Batujajar ... 95

Gambar 5.30. Kondisi ikatan angina jembatan Batujajar ... 95

Gambar 5.31. Kondisi beton bertulang jembatan Batujajar ... 96

Gambar 5.32. Kondisi batang tepi atas jembatan Batujajar ... 96

(10)

Gambar 5.37. Kondisi baut jembatan Batujajar ... 99

Gambar 5.38. Kondisi pelat lantai beton jembatan Batujajar ... 99

Gambar 5.39. Kondisi trotoar/kerb jembatan Batujajar ... 100

Gambar 5.40. Kondisi drainase lantai jembatan Batujajar ... 100

Gambar 5.41. Kondisi lapis permukaan jembatan Batujajar ... 100

Gambar 5.42. Kondisi sambungan/ siar muai jembatan Batujajar ... 101

Gambar 5.43. Kondisi batalan mortas/pelat dasar jembatan Batujajar ... 101

Gambar 5.44. Kondisi tiang sandaran jembatan Batujajar ... 102

Gambar. 5.45. Kondisi sandaran horizontal jembatan Batujajar ... 102

Gambar 5.46. Kondisi tembok sandaran jembatan Batujajar ... 103

Gambar 5.46. Kondisi tembok sandaran jembatan Batujajar ... 103

Gambar 5.48. Kondisi papan nama jembatan Batujajar ... 104

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

JEMBATAN KOMPOSIT

1.1 AS BUILT DRAWING JEMBATAN CISARANTEN

1.2 FORMULIR IPEMERIKSAAN NVENTARISASI JEMBATAN

CISARANTEN

1.3 DATA INVENTARISASI JEMBATAN CISARANTEN

1.4 FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN CISARANTEN - 1

1.5 FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN CISARANTEN - 2

1.6 FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN CISARANTEN - 3

1.7 DATA PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN CISARANTEN

JEMBATAN RANGKA BAJA

1.8 AS BUILT DRAWING JEMBATAN BATUJAJAR BENTANG 30 M – 1

1.9 AS BUILT DRAWING JEMBATAN BATUJAJAR BENTANG 30 M – 2

1.10 AS BUILT DRAWING JEMBATAN BATUJAJAR BENTANG 100 M –

1

1.11 AS BUILT DRAWING JEMBATAN BATUJAJAR BENTANG 100 M –

2

1.12 FORMULIR PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

BATUJAJAR

1.13 DATA INVENTARISASI JEMBATAN BATUJAJAR

1.14 FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN BATUJAJAR

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Jembatan merupakan fasilitas infrastruktur vital bagi kelangsungan perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi suatu wilayah. Sebagai bagian dari sistem jaringan jalan, jembatan memberikan nilai yang tidak kalah pentingnya dari jalan itu sendiri. Ibarat sebuah rantai, kekuatan rangkaian rantai sama dengan kekuatan mata rantai terlemah. Demikian juga dengan kondisi pelayanan sistem jaringan jalan yang sangat tergantung pada kemampuan jembatan terlemah yang ada pada jalan tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bertambahnya usia jembatan yang mendekati umur rencananya, semakin tinggi pula kebutuhan akan pemilaharaan rutin, rehabilitasi dan penggantiannya. Jika digambarkan kinerja suatu jembatan akan menurun seiring dengan pertambahan waktu selama melayani beban lalu lintas di atasnya (Aktan, 1996), seperti digambarkan pada Gambar 1.1, di bawah ini. Kebutuhan tersebut dimaksudkan untuk memelihara pencapaian umur rencana dan untuk meminimumkan potensi kerusakan jembatan, sehingga selalu dapat memberikan pelayanan yang layak.

Gambar 1.1 Penurunan kinerja jembatan Sumber: Aktan, 1996

Negara – negara berkembang seperti Indonesia menghadapi permasalahan serius dalam melaksanakan proyek permasalahan serius dalam melaksanakan proyek pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi infrastruktur jembatan karena

(13)

salah satu permaslahan yang dihadapi adalah keterbatasan dana (Suite 1995). Padahal proyek infrastruktur termasuk jembatan merupakan proyek yang memerlukan biaya investasi yang sangat tinggi dan sangat berpengaruh pada tinggi dan sangat berpengaruh pada tingkat ekonomi suatu daerah.

Pemerintah saat ini melalui Bina Marga telah mengembangkan suatu sistem pengelolaan jembatan yang dikenal dengan Sistem Manajemen Jembatan (SMJ) atau Bridge Management System (BMS). Sistem ini mencakup pengelolaan untuk pemeriksaan, perencanaan dan pembuatan program, penyelidikan, pembuatan desain, pemeliharaan, pengawasan pelaksanaan konstruksi, dan suplai serta penyimpanan material jembatan. Namun sistem ini masih belum terlaksana secara optimal, ini dikarenakan kurang tersedianya kesiapan SDM dalam pengelolaan dan pengoprasian SMJ tersebut.

Jembatan Batujajar merupakan jembatan konstruksi rangka baja yang membentang di atas Sungai Citarum yang menghubungkan Kecamatan Batujajar dengan Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan, jembatan Cisaranten merupakan jembatan konstruksi komposit baja dengan beton yang membentang di atas Sungai Cisaranten yang menghubungkan Kecamatan Arcamanik dan Kecamatan Antapani. Dapat disimpulkan bahwa jembatan Batujajar dan jembatan Cisaranten sangat vital dalam perekonomian di daerah sekitar jembatan tersebut. Sehingga, agar kegiatan perokonomian masyarakat di sekitar jembatan terebut tidak terganggu maka jembatan tersebut harus dipastikan selalu dalam kondisi baik. Dalam memastikan jembatan dalam kondisi baik, maka diperlukan sebuah pemeriksaan baik pemeriksaan inventarisasi maupun detail. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan penanganan pemeliharaan yang tepat pada jembatan tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diketahui bahwa keberadaan jembatan Batujajar dan jembatan Cisaranten sangat vital bagi

(14)

1. Bagaimana kondisi jembatan Batujajar dan jembatan Cisaranten dengan melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail?

2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail pada jembatan komposit dan rangka baja?

1.3.Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah:

1. Mengetahui kondisi jembatan Batujajar dan jembatan Cisaranten dengan melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail.

2. Memahami cara melakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail pada jembatan komposit dan rangka baja.

1.4.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup studi ini adalah sebagai berikut:

1. Jembatan yang akan ditinjau adalah jembatan komposit (jembatan Cisaranten) dan jembatan rangka baja (jembatan Batujajar).

2. Pemeriksaan jembatan yang dilakukan adalah pemeriksaan inventarisasi dan pemeriksaan detail.

1.5.Metode Pengumpulan Data

Data didapatkan dari hasil survey secara langsung dan referensi literatur.

1.6.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI

BAB IV PEMERIKASAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN

KOMPOSIT

BAB V PEMERIKASAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN

RANGKA BAJA

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pendahuluan

Jembatan merupakan salah satu prasarana jalan yang berfungsi sebagai penghubung. Jembataan sebagai penghubung sebuah prasarana jalan yang terpisah dikarenakan adanya sungai, jurang, lembah, lintasan kereta api, danau, jalan raya, jalan tol, dll. Setiap konstruksi pasti memiliki umur rencana tidak terkecuali jembatan, oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan terhadap jembatan untuk mengetahui kondisi terkini dari jembatan sehingga dapat diketahui umur layannya sehingga apabila diketahui umur layan yang tersisa tidak akan mencapai umur rencana dapat dilakukan tindakan perbaikan dengan cepat agar tidak mengganggu fungsi jembatan apabila terjadi kegagalan struktur sewaktu-waktu.

Jembatan yang akan dilakukan pemeriksaan yaitu jembatan gelagar komposit dan jembatan rangka batang, jenis pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan inventarisasi dan detail.Jembatan gelagar komposit adalah perpaduan dari dua jenis material yaitu balok profil baja dengan pelat lantai beton bertulang yang dihubungkan dengan penghubung geser (Shear conector). Jembatan rangka batang adalah jembatan yang menggunakan susunan batang profil-profil baja pada gelagar melintang, gelagar memanjang, gelagar induk (samping),ikatan angin. Maka pada pemeriksaan jembatan diatas perlu diperhatikan setiap komponen dan detailnya terutama profil-profil baja. Pemeriksaan inventaris dan detail akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

2.2.Pemeriksaan Inventaris

Tahap awal dari pemeriksaan sebuah jembatan adalah pemeriksaan inventaris. Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material dan kondisi setiap jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan. Semua

(16)

2.2.1. Data Administrasi

Data administrasi meliputi no jembatan, nama jembatan, lokasi jembatan, tanggal pemeriksaan, nama pemeriksa. Data tersebut dimasukkan kedalam form seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Data administrasi

2.2.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris

Data ini meliputi jenis lintasan, jumlah bentang, panjang total, tahun pembangunan, dan sudut miring. Data tersebut dicatat dalam form seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Jenis lintasan dan data geometris

Jenis lintasan dicatat dengan menggunakan salah satu kode berikut : S : Sungai

KA : Kereta Api JL : Jalan L : Lain

(17)

Panjang total adalah panjang jembatan yang diukur dari expansion joint ke

expansion joint pada kepala jembatan seperti terlihat dalam Gambar 2.3. Panjang total dicatat dengan toleransi 0,1 meter yang diukur sepanjang as jembatan.

(18)
(19)

Sudut miring (derajat o), bila as kepala jembatan tidak tegak lurus terhadap as jalan, jembatan disebut jembatan bersudut. Sudut miring adalah sudut anatara as pilar/kepala jembatan dan garis tegak lurus terhadap as jalan. Sudut miring dapat bersifat positif atau negatif seperti terlihat dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Sudut miring pada jembatan

Bila suatu jembatan berupa busur lengkung dibangun di atas tikungan, jembatan tersebut bukan jembatan miring dan dicatat sebagi jembatan busur dalam tikungan atau BK. Gambar 2.6 memperlihatkan suatu jembatan busur ditikungan.

(20)

Tahun pembangunan, informasi ini biasanya terletak pada pelat nama atau pada balok ujung atau bagian bawah rangka ujung. Bila tidak, dapat ditanyakan pada penduduk setempat atau dapat menulis perkiraan tahun konstruksi.

2.2.3. Data Bentang dan Komponen Utama

Komponen utama jembatan ada dua, yaitu Bangunan atas dan Bangunan bawah, yang dipertimbangkan dalam pemeriksaan inventarisasi, sedangkan untuk pemeriksaan detail, diputuskan bahwa komponen utama ketiga, yaitu aliran sungai/tanah timbunan, untuk pengelompokkan elemen jembatan. Formulir pencatatan seperti terlihat dalam Gambar 2.7.

a. Data Bentang

Panjang Bentang (m)

Panjang bentang diukur dari expansion joint pada kepala jembatan sampai

expansion joint yang terletak pada pilar atau dari as pilar seperti terlihat dalam Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

Lebar antar Kerb (m)

Lebar antar Kerb diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti terlihat dalam Gambar 2.7).

Lebar Trotoir (Temoat Pejalan Kaki) (m)

Lebar tempat pejalan kaki adalah lebar total dari kedua trotoir (bila lebih dari satu), yang diukur dengan toleransi 0,1 meter terdekat.

(21)

Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal (m)

Ruang bebas lalu lintas vertikal adalahjarak vertial dari permukaan jalan ke penghalang di atas kepala yang diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti terlihat dalam Gambar 2.8).

Gambar 2.8 ruang bebas lalu lintas vertikal

b. Jenis Komponen dan Data Material

Data yang dicatat adala lima komponen utama dari bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentang jembatan, seperti berikut :

Bangunan atas :

 Struktur bangunan atas, yaitu rangka, gelagar, dan seterusnya

 Permukaan lanti kendaraan

 Sandaran Bangunan Bawah :

 Pondasi

 Kepala jembatan dan pilar

Sumber atau negara asal dari bangunan atas dicatat apabila sesuai. Data dicatat menggunakan kode abjad yang terdaftar seperti yang terlihat dalam Gambar 2.9.

(22)

Gambar 2.9 Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah

Bangunan Atas

Struktur Bangunan Atas

(23)
(24)

Lantai/Permukaan Lantai Kendaraan

Lantai dan permukaan lantai kendaraan masing-masing dicatat dengan menggunakan kode material terpisah dari kolom B. Material lantai beton dicatat dalam kolom pertama dan material permukaan lantai kendaraan dicatat dalam kolom kedua.

Sandaran

Sandaran mencakup pegangan tangan, pagar pengamanm dan tiang sandaran. Kode material untuk sandara sendiri dicatat dalam kolom pertama dan kode material untuk tonggak dicatat dalam kolom kedua.

Bangunan Bawah Pondasi

Bagian pondasi sulit untuk teridentifikasi pada saat di lapangan, terkecuali bila pondasi terlihat akibat scouring dan dasar sungai kering.

Informasi mungkin dapat diperoleh dari gambar rencana atau catatan konstruksi. Bila tidak ada dapat dikosongkan. Jenis pondasi dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Kepala Jembatan dan Pilar

(25)
(26)

c. Data Kondisi Komponen

Penilaian kondisi kompenen pada pemeriksaan inventarisasi dilakukan secara subyektif, sang penilai menggunakan penilaian dan pengalaman teknisnya (engineering) untuk menentukan kondisi keseluruhan dari kelima komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentang.

Masing-masing komponen utama diberikan tanda kondisi inventarisasi dengan penilaian angka seperti pada Tabel 2.1. Kondisi aliran air, artinya, adanya scouring, dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi keseluruhan untuk setiap pilar atau kepala jembatan. Kondisi timbunan tanah dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi untuk setiap kepala jembatan.

Tabel 2.1 Nilai Kondisi Inventasisasi

F. PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARISASI 0 jembatan baru dan tanpa kerusakan

1 kerusakan kecil

2 kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan diwaktu mendatang

3 kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya 4 kondisi kritis

5 elemen jembatan tidak berfungsi lagi

Catatan

Penilaian kondisi inventarisasi pada tabel diatas hanya digunakan bila pemeriksaan material

jembatan belum

dilakukan pada saat uang

bersamaan dengan

pemeriksaan inventarisasi.

2.2.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventaris

Nilai kondisi inventarisasi diberikan sesuai dengan pedoman dalam Tabel 2.2.

(27)

Tabel 2.2 Pedoman pemberian nilai kondisi inventarisasi

Nilai Kondisi 0  Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan

 Cukup jelas. Elemen jembatan berada dalam kondisi baik

Nilai Kondisi 1  Kerusakan sangat sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui pemerliharaan rutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan)

 Contoh : scour sedikit, karat pada permukaan , papa kayu yang longgar

Nilai Kondisi 2  Kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemelihataan pada masa yang akan datang

 Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasang batu, penumpukkan sampah atau tanah di sekitar perletakan, kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian

Nilai Kondisi 3  Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin menjadi serius dalam 12 bulan)

 Contoh : struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan, adanya gundukan sapal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka baja berkarat.

Nilai Kondisi 4  Kondisi kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera)

 Contoh : kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai beton, pondasi yang terkikis,

(28)

Tabel 2.2 Pedoman pemberian nilai kondisi inventarisasi (lanjutan)

Nilai Kondisi 5  Eleemen runtuh atau tidak berfungsi lagi

 Contoh: bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut

2.2.5. Data Pelengkap

Bagian laporan pemeriksaan inventarisasi digunakan untuk memberikan informasi umum mengenai jembatan, membantu persiapan strategi pemeliharaan jembatan.

Pembatasan Fungsional yang Ada

Pembatasan pada jembatan mempunyai hubungan dengan batas beban, kecepatan, jalur dan seterusnya. Dicatat seperti pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Pembatasan fungsional yang ada

Batasan Muatan Gandar (ton) Batasan lain (uraikan)

Lalu Lintas

Lebar jembatan yang berpengaruh pada arus lalu lintas dinilai dan dicatat seperti terlihat dalam Gambar 2.4

Tabel 2.4 Keadaan lalu lintas Lebar jembatan yang ada dan pengaruhnya terhadap arus lalu lintas :

1. Longgar -Kendaraan bebas melintas diatas jembatan 2. Cukup lebar -Kendaraan melaju perlahan diatas jembatan 3. Sempit -Kendaraan harus sering berhenti dan antri

Pilih 1, 2, atau 3

Jalan Memutar dan Jalan Membelok (Detour)

Bagian ini mencatat rute alternatif atau jalan samping uang tersedia bila jembatan ditutup untuk lalu lintas umum, seperti terlihat dalam Tabel 2.5.

(29)

Tabel 2.5 Jalan memutar dan jalan membelok (detour) Jika jembatan ditutup untuk lalu-lintas setiap saat apakah ada jalan alternatif

melalui suatu lintasan atau penyebrangan sungai la2nya ? Ya Tidak Jika Ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km)

Data Banjir Tertinggi

Ketinggian muka air banjir tertinggi yang diketahui berhubungan dengan elevasi permukaan lantai jembatan dan sumber informasi harus dicatat seperti terlihat dalam Tabel 2.6. Data ini dapat digunakan dalam emenentukan ketinggian permukaan lantai jembatan dari suatu jembatan baru. Gambar 2.12 menampilkan metode pengukuran.

Tabel 2.6 Data banjir tertinggi

Muka air banjir terbesa yang diketahui :

Pilih + jika diatas lantai atau – jika dibawah lantai (m) Tanggal terjadinya banjir terbesar (bulan,tahun) Sumber keterangan dari

(30)

Gambar 2.12 Cara mengukur ketinggian muka air banjir

2.3.Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk menilai secara detail kondisi suatu jembatan. Semua kerusakan komponen dan eleman jembatan diperiksa, d2dentifikasi dan didata. Tujuan khusus pemeriksaan detail untuk :

 Mengenali dan mendata semua kerusakan penting pada komponen dan elemen jembatan;

 Menilai kondisi komponen dan elemen jembatan secara obyektif;

 Melaporkan apakah tindakan darurat dibutuhkan dan alasannya;

 Melaporkan apakah diperlukan suatu pemerksaan khusu dan alasannya;

 Melaporkan apakah pemeliharaan rutin telah dilaksanakan sesuai ketentuan. Data dari pemeriksaan detail dimasukkan dalam database yang mampu memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam

(31)

tingkat layak layan. Untuk pemeriksaan komponen dan elemen tertentu, mungkin harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu.

.

2.3.1. Sistem Pemeriksaan Detail

Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen menurut tingkat kerusakannya. Pemeriksaan Detail bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh, dari level terendah (Level 5) yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi ( Level 1) yaitu jembatan itu sendiri.

Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang mengalami kerusakan saja yang dicatat.Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:

 struktur (S),

 kerusakannya (R),

 perkembangannya (volume) (K),

 fungsi (F),

 pengaruh (P).

Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5, 4, atau 3, maka baru kemudian meninilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki. Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.

Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini dan dicatat dalam formulir pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan nilai kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi penanganan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan.

(32)

2.3.1.1. Hierarki dan Kode Elemen

Jembatan memiliki suatu hierarki elemen dalam lima level. Masing-masing level terdiri dari komponen dan elemen, yang masing-masing mempunyai suatu kode elemen yang terdiri dari empat karakter angka.

Level tertinggi dalam pemeriksaan adalah level 1 yaitu jembatan itu sendiri. Level ini diberi kode elemen 1.000 - Jembatan.

Level 2 terdiri dari 2 struktur utama jembatan dan aliran sungai/timbunan tanah:

2.200 - Aliran Sungai/Timbunan Tanah 2.300 - Bangunan Bawah dan Fondasi 2.400 - Bangunan Atas

Struktur utama jembatan tersebut dibagi menjadi komponen pada level 3. Struktur utama dengan kode 2.300 dibagi menjadi:

3.310 - Fondasi - semua tipe fondasi

3.320 - Kepala jembatan/pilar - semua kepala jembatan dan pilar

Komponen tersebut kemudian dibagi menjadi elemen pada level 4, misalnya : 4.311 - tiang pancang - semua tipe tiang pancang

4.322 - pilar dinding/kolom - semua tipe pilar

4.323 - dinding penahan tanah (kepala jembatan) - kedua dinding kepala jembatan 4.324 - tembok sayap - dinding sayap pada kepala jembatan

Daftar lengkap kode elemen yang disusun berdasarkan level hierarki dapat ditemukan pada Tabel 2.12 dalam pedoman ini. Untuk elemen-elemen pada level 5 tidak ada daftarnya karena elemen-elemen tersebut adalah merupakan elemen individual dari elemen-elemen level 4 pada suatu lokasi tertentu.

Komponen pada level 3, misalnya komponen dengan kode 3.450 adalah struktur rangka yang mencakup semua elemen rangka pada level 4. Elemen pada level 4 dalam hierarki mencakup semua elemen yang sama, misalnya kode elemen 4.465 adalah ikatan angin atas yang mencakup semua ikatan angin atas dalam struktur rangka pada jembatan.

(33)

2.3.1.2. Kode Kerusakan

Kode kerusakan d2dentifikasi dengan 3 karakter angka. Kerusakan pada umumnya berkaitan dengan bahan atau elemen.

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan bahan adalah :

 kerontokan pada beton, (Kode 201)

 pengaratan dalam baja, (Kode 302)

 pembusukan dalam kayu. (Kode 401)

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah :

 gerusan dalam aliran sungai, (Kode 503)

 gerusan dalam timbunan tanah, (Kode 521)

 pergerakan dalam kepala jembatan. (Kode 551) 2.3.1.3. Sistem Penilaian Elemen

Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan mengenai kerusakan yang ada.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:

Struktur - ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak

Kerusakan - apakah tingkat kerusakan parah atau tidak?

Perkembangan (Volume) - apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 50% dari luas/volume/panjang?

Fungsi - apakah elemen masih berfungsi?

Pengaruh - apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain?

Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan pada Tabel 2.7.

(34)

Tabel 2.7 Kriteria penentuan nilai kondisi

Sistem Penilaian Kriteria Nilai

Struktur (S) Berbahaya Tidak berbahaya 1 0 Kerusakan (R) Parah Tidak parah 1 0 Kuantitas (K) Lebih dari 50% Kurang dari 50% 1 0 Fungsi (F)

Elemen tidak berfungsi Elemen berfungsi

1 0 Pengaruh

(P)

Mempengaruhi elemen lain Tidak mempengaruhi elemen lain

1 0 NILAI KONDISI (NK) NK=S+R+K+F+P 0-5

Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada level 5, level 4, atau level 3. Bila penilaian awal suatu elemen (individual) diberikan pada level 5, kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen secara keseluruhan, sesuai dengan yang diuraikan dalam sub bab 2.3.2.5.

2.3.1.4. Kerusakan

Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan.

Yang dimaksud dengan kerusakan adalah :

 kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat, atau

 kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas,

 kerusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat kerusakan yang berat, dan telah meluas

Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2.

Bila suatu elemen memiliki nilai kondisi kurang dari 2 (yaitu 0 atau 1), maka elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan

(35)

belum meluas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan atau dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin.

Elemen dengan nilai kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau kerusakan besar yang belum meluas. Elemen-elemen dengan kondisi ini membutuhkan pemantauan. Pemantauan biasanya bertujuan agar perbaikan atau pemeliharaan dilaksanakan pada masa yang akan datang.

2.3.2. Prosedur Pemeriksaan Detail

2.3.2.1. Data Administrasi dan Inventarisasi

Identifikasi suatu jembatan yang akan diperiksa, dengan mencatat semua data yang ada pada pelat nama jembatan.Data tersebut dicocokkan dengan data dalam formulir laporan pemeriksaan Inventarisasi jembatan. Bila ada koreksi yang harus dilakukan karena data hilang atau tidak benar, tandai menggunakan pena merah yang tahan air.

Kebenaran atau ketidak benaran data inventarisasi dicatat dalam kotak pada Halaman 1 Formulir Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Verifikasi dan inventarisasi

Apakah Data Inventarisasi Betul ? (lingkari jawaban) Ya Tidak Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dlakukan pada formulir laporan pemeriksaan inventarisasi dengan tinta merah

Laporan data inventarisasi yang telah diperbaiki diserahkan kepada supervisi atau data yang sudah ada dalam database diperbaiki, begitu pemeriksaan detail telah selesai dilakukan.

2.3.2.2. Gambaran Secara Keseluruhan

Dalam upaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari jembatan, pemeriksa harus berjalan di sekeliling dan di bawah jembatan serta mengamati

(36)

Selama pemeriksaan awal harus dicatat elemen-elemen jembatan yang rusak, elemen yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian-bagian lainnya atau elemen-elemen struktur dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan secara keseluruhan dan menentukan tingkat dimulainya penilaian elemen.

Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar komponen pada Level 3 yang terdapat dalam formulir pemeriksaan detail, memilih komponen yang relevan terhadap jembatan yang sedang diperiksa dan mengamati elemen dari setiap kelompok Level 3, yaitu pada Level 4, untuk menentukan apakah elemen tersebut pada kondisi yang mirip. Jika belum mengenali hierarki jembatan, pemeriksa harus mengacu pada daftar Elemen level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.

Bila semua elemen pada level 4 dari suatu komponen level 3 berada dalam kondisi yang sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, komponenlevel 3 yang bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari level yang lebih rendah.

Bila elemen dari komponen Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang berbeda, kerusakan tersebut harus dicatat untuk elemen yang bersangkutan dan penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5.

2.3.2.3. Elemen yang Rusak

Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap elemen yang rusak harus dicatat pada halaman 2 dari formulir laporan pemeriksaan detail, sesuai dengan kode elemen dan kode kerusakan. Bila perlu, uraian mengenai elemen dan kerusakan dicatat.

Contoh elemen yang rusak dapat dilihat dalam Tabel 2.9.

Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, setiap kerusakan harus dicatat.

Bila suatu pemeriksaan detail dilaksanakan sesudah rehabilitasi atau perbaikan besar, semua elemen rusak yang dicatat sebelumnya harus diperiksa ulang untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sudah efektif, dan suatu penilaian baru mengenai kondisi harus dilakukan.

(37)

Tabel 2.9 Contoh elemen yang rusak

2.3.2.4. Lokasi Elemen yang Rusak

Lokasi elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Penomoran Elemen,dengan contoh penggunaannya dapat dilihat dalam Tabel 2.10. Lokasi elemen yang cacat hanya dicatat untuk elemen yang berada pada penilaian Level 5. Secara khusus tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen tunggal, yaitu 3.320 Kepala Jembatan dan 3.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang berdampak pada elemen secara keseluruhan, tetapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen-elemen ini dicatat pada Level 5 dengan menggunakan kode dan lokasi elemen.

Sebagai perbandingan, elemen-elemen tunggal 3.210 Aliran Sungai dan 4.502 Lantai Permukaan Kendaraan lokasinya tidak dicatat. Ini berarti bahwa seluruh elemen terpengaruh oleh kerusakan tersebut. Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi A1 saja. Ini berarti bahwa semua perletakan pada A1 kondisinya rusak.

(38)

Tabel 2.10 Contoh lokasi elemen yang rusak

2.3.2.5. Pemberian Nilai Kondisi

Sesudah elemen yang rusak dan bentuk kerusakan selesai dicatat, Nilai Kondisi dinilai menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan dalam Bagian 8.2.7.

Penilaian pada Level 5 Contoh:

Dalam Tabel 18, elemen 4.462 memiliki kerusakan 302 hanya pada batang tepi bawah, batang ini terletak pada rangka kiri di B5.

Kerusakan ini (karat) bersifat merusak dan telah menjalar lebih dari 10% potongan melintang batangnya. Oleh karena itu, nilai struktur dan nilai kerusakan S dan R masing-masing adalah 1.

Korosi telah meluas ke seluruh elemen secara keseluruhan. Oleh karena itu,nilai perkembangan K adalah 1.

Batang masih tetap berfungsi, oleh karena itu nilai Fungsi adalah 0.

Batang yang berkarat tidak mempengaruhi kinerja elemen lainnya. Oleh karena itu, nilai pengaruh adalah 0. Jadi, nilai kondisi elemen ini pada Level 5 adalah 3, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 5" dalam Tabel19.

(39)

Penilaian pada Level 4

Sesudah suatu elemen individual dinilai pada Level 5, nilai kondisi dari kelompok semua elemen yang mirip dinilai dan dicatat pada Level 4.

Contoh :

Elemen 4.462 - tidak ada pengaratan pada batang tepi bawah lainnya dibentang manapun di jembatan. Dengan demikian, Nilai Perkembangan adalah 0 (kurang dari 50% dari semua batang tepi bawah dari jembatan).

Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R tetap 1 karena kerusakan bersifat merusak dan telah menjalar ke lebih dari 10% dari potongan melintang dari batang tepi bawah RB di B5. Jelas bahwa Nilai Fungsi dan Pengaruh tetap 0.

Nilai Kondisi pada level 4 dari Elemen 4.462 (semua batang tepi bawah jembatan) adalah 2, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 3-4".

Dengan cara yang sama, Elemen 4.461, 4.462 dan 4.463 dinilai. Pertama-tama penilaian dilakukan pada level 5 dan kemudian pada level 4, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.11.

Bila ada lebih dari satu kerusakan dalam elemen yang sama, yang memiliki gabungan nilai struktur, kerusakan dan perkembangan digunakan untuk menilai nilai kondisi elemen. Bila kerusakan memiliki angka yang sama untuk ketiga nilai tersebut, maka apabila salah satu kerusakan mempengaruhi elemen-elemen lainnya atau arus lalu lintas (artinya, nilai pengaruh = 1, kerusakan tersebut digunakan untuk menentukan nilai kondisi dari elemen yang bersangkutan).

Contoh: Kerusakan 302 dalam elemen 4.463 digunakan untuk menentukan nilai kondisi. Dari semua batang diagonal, karena angka untuk nilai struktur, kerusakan dan perkembangan adalah 3 untuk kerusakan 302 dan hanya 2 untuk kerusakan 303.

(40)

Tabel 2.11 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 3-4

Penilaian pada Level 3

Sesudah kelompok elemen dinilai pada Level 4, nilai kondisi dinilai pada Level 3 dan dicatat pada halaman 3 dari laporan pemeriksaan.

Contoh:

Dalam contoh pada Tabel18 tidak ada kerusakan pada rangka jembatan, kecuali pada rangka di B5.Rangka di B5 merupakan bagian dari elemen 3.450 - Rangka.

Semua elemen yang rusak dalam rangka ini harus dipertimbangkan dalam menghasilkan nilai kondisi untuk elemen 3.450 pada Level 3, yaitu Elemen-elemen 4.461, 4.462, dan 4.463.

Sebenarnya elemen elemen ini memiliki nilai kondisi yang sama. Dengan demikian, tidak menjadi masalah kerusakan mana yang digunakan untuk menentukan nilai kondisi untuk elemen 3.450.

Oleh karena itu Nilai struktur dan Nilai kerusakan tetap 1 sedangkan Nilai perkembangan, Nilai fungsi serta Nilai pengaruh tetap 0.

Nilai kondisi pada Level 3 dari elemen 3.450 (semua rangka di jembatan) adalah 2, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.12.

Dengan cara yang sama, semua elemen pokok yang memiliki kerusakan dinilai dan dicatat pada Level 3.

Contoh:

(41)

Nilai kondisi dari elemen 3.610 - Perletakan diambil dari nilai kondisi elemen 4.612 perletakan karet dan tetap 3.

Nilai kondisi dari elemen 3.500 - Sistem lantai jembatan diambil dari nilai kondisi dari elemen 4.509 - Permukaan Lantai Kendaraan. Dalam hal ini, permukaan lantai kendaraan dianggap kurang dari 50% dari Sistem Lantai Permukaan. Oleh karena itu,nilai perkembangan untuk elemen 3.500 adalah 0. Nilai kondisi sama dengan 3.

Tabel 2.12 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 3

2.3.2.6. Data Lain

Data lain juga harus dicatat berdasarkan setiap elemen yang rusak pada halaman 3 dari formulir pemeriksaan seperti yang terlihat dalam Tabel 2.13.

(42)

Tabel 2.13 Data lain

Gambar Y/T

Foto Y/T

Kuantitas Satuan Tindakan (M/R/G/K)

Prioritas (S/B)

Sketsa, foto

Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah dibuat atau foto telah diambil dari elemen yang rusak.

Kuantitas (Jumlah) dan Satuan (Unit)

Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan unit ukuran.

Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperkirakan biaya perbaikan/ penggantian.

Tindakan

Masukkan M jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeliharaan.

Masukkan R jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil pemeriksaan detail adalah pekerjaan Perbaikan / Rehabilitasi.

Masukkan G jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil pemeriksaan detail adalah pekerjaan Penggantian.

Masukkan K jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeriksaan Khusus.

Prioritas

Apabila dinilai kerusakan yang terdeteksi memerlukan tindakan yang segera maka masukkan kode S (segera) ke dalam formulir.

Sedangkan apabila kerusakan yang terjadi tidak membahayakan jembatan maupun elemen lainnya serta pengguna jalan, maka masukkan kode B (biasa) ke dalam formulir.

(43)

Tindakan Darurat

Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut tindakan darurat, hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan, dan kemudian dipindahkan ke bagian "TINDAKAN DARURAT" pada halaman 1 dari formulir, tempat alasan untuk tindakan darurat dicatat.

Pemeriksaan Khusus

Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu elemen rusak, menuntut suatu pemeriksaan khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak, dan kemudian dipindahkan ke bagian "PEMERIKSAAN KHUSUS" pada halaman 1 dari formulir, tempat alasan untuk pemeriksaan khusus dicatat.

2.3.2.7. Pemeliharaan Rutin

Efektivitas suatu pemeliharaan rutin yang dilaksanakan pada jembatan dinilai oleh pemeriksa, dan dicatat dalam bagian pemeliharaan rutin pada halaman 2 dari formulir pemeriksaan.

Kerusakan kecil, seperti tumbuhan liar dan tersumbatnya lubang cucuran tidak perlu dicatat dalam daftar utama elemen yang rusak. Dalam daftar utama ini hanya kerusakan yang penting atau serius yang dicatat.

Elemen-elemen dengan kerusakan kecil, seperti yang terdapat dalam bagian pemeliharaan rutin, biasanya dapat diperbaiki oleh tenaga kerja pemeliharaan rutin, dan tidak membutuhkan perbaikan yang rumit atau rehabilitasi.

2.3.2.8. Catatan Kecil dan Sketsa

Catatan kecil dan sketsa harus dibuat oleh pemeriksa pada halaman lain dari formulir pemeriksaan agar sifat, luas,dan lokasi kerusakan atau elemen yang rusak lebih jelas.

(44)

Teknologi internet memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan Sistem Informasi Manajemen, khususnya dalam hal peralatan dan kegunaannya (Turban, 2005).

BMS (Bridge Management System) merupakan salah satu cara untuk dapat mempertahankan kondisi jembatan melalui proses investigasi berkala pada suatu jembatan sehingga dapat menentukan tahap perawatan dan perbaikan. Agar BMS dapat bekerja dengan efektif dan efisien sangat dibutuhkan informasi yang baik tentang jembatan tersebut. Informasi tersebut tergantung dari ukuran dan kompleksitas dari sistem yang akan dibangun, tetapi pada dasarnya semua sistem tersebut mempunyai hubungan dengan inventasris, insppeksi, perawatan dan keuangan (Ryall, 2001).

Sistem informasi berabasis WEB adalah suatu sistem penghasil informasi yang mendukung sekelompok manajer dengan memanfaatkan teknologi WEB (McLeod, Jr 2001). Bridge Condition Rating (BCR) adalah indeks kondisi jembatan yang dipakai oleh NYSDOT dalam Bridge Management (2001) dan Bridge Inventory Manual (2004) untuk memberikan penilaian secara keseluruhan kondisi jembatan. BCR didapat dari kondisi tiap komponen jembatan yang dikalikan dengan bobot komponen itu sendiri dan hasilnya dibagi dengan jumlah bobot total.

𝐵𝐶𝑅 =∑(𝐶𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡) ∑ 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑖𝑛𝑔𝑠

Setiap komponen jembatan terdiri dari beberapa sub-komponen. Nilai yang diberikan adalah nilai terendah dari kondisi sub-komponen jembatan yang ditinjau. Beberapa keunggulan penilaian kondisi jembatan menggunakan BCR diantaranya adalah:

1. Rumusannya sederhana

2. Mudah dipahami oleh inspector di lapangan karena menggunakan skala penilaian kuantitatif (component rating) untuk setiap kriteria kondisi komponen jembatan

3. Mengurangi subjektifitas inspector dalam penilaian kondisi jembatan secara keseluruhan karena menggunakan bobot komponen.

Penilaian kondisi jembatan dilakukan untuk memperoleh Component Rating yang merupakan elemen penting untuk menentukan kondisi eksisting jembatan.

(45)

Pemberian nilai kondisi jembatan dari 1 s/d 9, tetapi yang biasa digunalam adalah dari 1 s/d 7. Nilai 9 bila kondisi komponen tidak diketahui karena tidak terlihat (hanya untuk footing dan pile), sedangkan nilai 8 untuk kondisi komponen yang ditinjau. Skala penilaiannnya adalah:

1. 7 – kondisi baru (tidak ada penurunan kondisi)

2. 5 – penurunan kondisi (kerusakan) minor, tetapi dapat berfungsi seperti desain awal

3. 3 – penurunan kondisi (kerusakan) serius, atau tidak dapat berfungsi seperti desain awal

4. 1 – penurunan kondisi (kerusakan) secara kesleuruhan (kondisi gagal) Nilai 2, 4, 6 merupakan kondisi antara.

Tabel 2.14 Pembobotan komponen jembatan

Sumber: (Bridge Invetory Manual, NYSDOT 2004)

Prioritas penanganan jembatan perlu dibuat karena keterbatasan anggaran dalam pengelolaan jembatan. Dengan prioritas akan membantu pengambil keputusan untuk mengalokasikan dana yang terbatas tersebut kepada jembatan yang

(46)

IBMS (Interrurban Bridge Management System) mempunyai rumusan untuk keperluan analisa prediksi umur layanan jembatan. Jembatan diasumsikan mempunyai umur rencana selama n tahun dan akan mengalami kerusakan mulai dari kondisi terjelek sampai terbaik pada akhir umur rencana n tahun. Untuk setiap elemen utama terdapat perkiraan mengenai umur rencana, kurba kerusakan dan pengaruh lalu lintas.

Tabel 2.15 Usulan penanganan

Gambar 2.13 BMS Deterioration Model

Umur ekivalen dirumuskan seperti persamaan berikut ini:

𝐸𝐴 =(100 − 𝑎(5 − 𝐶𝑀)

𝑏)

100 × 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

Dimana :

CM = condition mark (nilai kondisi) ; a = 4,66 EA = equivalent age ; b = 1,9051

Dengan meminajm persamaan tersebut dan penilaian yang digunakan IBMS untuk kondisi sebuah jembatan yaitu 0 berarti jembatan baru yang berarti sama dengan

condition rating =7 dan 5 berarti jembatan hancur. Hubungan antara condition rating dan condition mark yang digunakan IBMS dapat dituliskan sebagai berikut:

(47)

𝐶𝑀 =5

6(7 − 𝐶𝑅)

Sehingga persamaan 3 di atas dapat ditulis seperti persamaan di bawah ini:

𝐸𝐴 =

(100 − 𝑎 (5 − (56 (7 − 𝑐𝑟)))

𝑏

)

(48)

BAB III

METODOLOGI

3.1.Umum

Pada studi ini dilakukan 2 (dua) macam pemeriksaan jembatan, yaitu pemeriksaan inventarisasi dan detail. Dalam melakukan kedua pemeriksaan tersebut, dibutuhkan sebuah metodologi dalam mengumpulkan data hingga mengolah data tersebut, sehingga dapat disimpulkan beberapa kondisi jembatan yang ditinjau. Adapun langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan jembatan secara umum tertera pada Gambar 3.1.

ya

(49)

Berdasarkan gambar 3.1 didapatkan langkah – langkah melakukan pemeriksaan jembatan secara umum sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi tinjauan

Penentuan lokasi tinjauan merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan, karena dalam tahap ini ditentukan objek yang akan dilakukan pemeriksaan inventarisasi dan detail jembatan. Pada studi ini, jembatan komposit yang ditinjau adalah jembatan Cisaranten, sedangkan jembatan rangka baja yang ditinjau adalah jembatan Batujajar.

2. Studi literatur

Literatur dalam studi ini berupa manual pemeriksaan jembatan yang dikembangkan oleh Dinas Bina Marga yaitu Bridge Management System

(BMS) yang telah dijadikan standar dalam melakukan pemeriksaan jembatan di Indonesia.

3. Melakukan persiapan

Persiapan perlu dilakukan sebelum survey, diantaranya persiapan alat dan bahan dan formulir pemeriksaan inventarisasi dan detail yang bertujuan mempermudah pelaksanaan survey.

4. Melakukan survey

Survey yang dilakukan adalah memeriksa jembatan rangka baja dan komposit sesuai dengan manual BMS.

5. Pengumpulan data

Berdasarkan hasil survey didapatkan data – data sebagai berikut: a. Data administrasi

b. Data geometrik

c. Data struktur utama dan aliran sungai d. Data kerusakan jembatan

Data – data yang diperoleh dikumpulkan dan selanjutnya akan diolah. Kecukupan data perlu diperiksa untuk mempermudah pengolahan data, jika data sudah cukup maka data dapat langsung diolah, sedangkan apabila data

(50)

6. Pengolahan data

Pengolahan data untuk pemeriksaan inventarisasi dan detail jembatan merujuk pada manual standar BMS.

Dalam melakukan pemeriksaan, diperlukan urutan yang sesuai dengan standar yang bertujuan agar seluruh elemen jembatan diperiksa tanpa ada yang terlewati. BMS telah menentukan urutan pemeriksaan seperti tertera pada Gambar 3.2 yang diawalii dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1).

Gambar 3.2 Urutan pemeriksaan Sumber: Bridge Management System, 1993

3.2.Pemeriksaan Inventarisasi

Langkah – langkah yang dilakukan pada pemeriksaan inventarisasi tertera pada Gambar 3.3. Selama pemeriksaan berlangsung inspektur harus mengambil foto struktur jembatan yang memperlihatkan:

1. Ketinggian sisi jembatan

2. Lantai jembayan yang difoto dari as jalan

3. Jembatan yang diambil dari sudut 45o dari titik pusat jalan

4. Hal – hal yang menarik lainnya termasuk kerusakan dan masalah yang membutuhkan perhatian

(51)
(52)
(53)

BAB IV

PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN DETAIL JEMBATAN

KOMPOSIT

4.1. Lokasi Tinjauan

Jembatan komposit yang ditinjau adalah jembatan Cisaranten yang terletak di jalan Cisaranten Kelurahan Cisaranten Kulon Kecamatan Arcamanik Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Jembatan Cisaranten berfungsi untuk menghubungkan Kecamatan Arcamanik dan Kecamatan Antapani. Lokasi tinjauan apabila dilihat dari google maps tertera pada Gambar 4.1. Visualisasi jembatan komposit Cisaranten tertera pada Gambar 4.2.

(54)

4.2. Pemeriksaan Inventarisasi 4.2.1. Umum

Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material, dan kondisi setiap struktur utama dan komponen jembatan dalam Sistem Informasi Manajemen Jembatan. Semua jembatan, lintasan kereta api, lintasan basah, lintasan feri, dan gorong – gorong yang memiliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat dalam formulir inventarisasi.

Pemeriksaan inventarisasi dilakukan sebagai berikut: 1. Mencatat nomor, nama dan lokasi jembatan.

2. Mengukur dan mencatat dimensi jembatan secara keseluruhan.

3. Mencatat jenis jembatan, lintasannya, komponen utama dan tanggal atau tahun pembangunan.

4. Mencatat batas – batas muatan atau pembatasan fungsional lainnya. 5. Menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan terhadap lalu lintas. 6. Mencatat rincian mengenai jalan memutr (detour) yang ada bilamana terjadi

penutupan jembatan.

7. Mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber informasi.

8. Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana (As-built drawing) dan apakah jembatan merupakan jenis standar.

4.2.2. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan inventarisasi adalah sebagai berikut:

1. Formulir Laporan Pemeriksaan Inventarisasi 2. Kertas untuk gambar atau catatan

3. Pena

4. Alat dokumentasi (kamera, handycam)

5. Alat pengukur jarak (theodolite, rambu ukur, pita pengukur) 6. Alat penentu lokasi jembatan (GPS, odometer kendaraan) 7. Sekop

(55)

9. Papan tulis putih kecil dan spidol bukan permanen (untuk menampilkan nama dan nomor jembatan dalam foto)

10.Palu

11.Busur derajat

12.Buku pegangan pemeriksaan jembatan di lapangan 13.Peta yang memperlihatkan ruas jalan

14.Laporan data lalu lintas dan ruas jalan

Semua pemeriksaan berlangsung pemeriksa harus mengambil foto jembatan mengenai:

1. Tampak depan jembatan 2. Tampak samping jembatan

3. Kerusakan dan masalah yang membutuhkan perhatian

4.2.3. Prosedur Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan Cisaranten 4.2.3.1. Data Administrasi

Berikut data administrasi jembatan komposit Cisaranten yang dijadikan tinjauan dan tertera pada Tabel 4.1:

1. Nama jembatan : Jembatan komposit Cisaranten

2. Lokasi jembatan : Jalan Cisaranten, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat

3. Hari dan tanggal pemeriksaan : 02 Desember 2014

4. Tahun Pembangunan : 1988

(56)

4.2.3.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris

Berikut jenis lintasan dan data geometris jembatan komposit Cisaranten dan tertera pada Tabel 4.2.

1. Jenis lintasan : Sungai (S) 2. Jumlah bentang : 1 (satu) 3. Panjang total : 15 meter 4. Sudut miring : 0o

5. Tahun pembuatan : 1988

Tabel 4.2 Jenis lintasan dan data geometris

Tipe lintasan: Jumlah bentang : 1 (satu) Sungai (S) Total panjang : 15 meter Tahun Pembangunan:

Sudut : 0o 1988

4.2.3.3. Data Struktur Utama Jembatan dan Aliran Sungai Data struktur utama terbagi menjadi:

1. Data bangunan atas

a. Nomor bentang : 1 (satu)

b. Panjang bentang : 15 meter

c. Lebar lantai kendaraan : 5,5 meter d. Lebar trotoar : 0,7 meter e. Tinggi ruang bebas : -

f. Struktur utama : MBI

(57)

 Tipe : komposit (M)

 Bahan : baja (B)

 Asal : Indonesia (I)

g. Lantai kendaraan : beton bertulang (T)

Gambar 4.4 Lantai kendaraan jembatan Cisaranten

h. Lapis permukaan : aspal (A)

Gambar 4.5 Lapis permukaan jembatan Cisrantren

i. Sandaran : pipa baja diisi beton (Y)

(58)

j. Landasan : baja (B)

Gambar 4.7 Landasan jembatan Cisaranten

k. Siar muai : - (tidak ada siar muai)

Gambar 4.8 Siar muai jembatan Cisaranten

2. Data bangunan bawah

a. Pondasi : - (tidak ada informasi)

b. Kepala jembatan dan pilar :

 Kepala jembatan :

o Tipe : dinding penuh (B)

o Bahan : beton bertulang (T)

 Pilar : - (tidak ada pilar)

3. Daerah aliran sungai

(59)

Gambar 4.9 Aliran sungai Jembatan Cisaranten

b. Bangunan pengaman : turap (4.224)

Gambar 4.10 Bangunan pengaman jembatan Cisaranten

c. Tanah timbunan : timbunan jalan pendekat (4.231)

Gambar 4.11 Tanah timbunan jembatan Cisaranten

4.2.3.4. Nilai Kondisi

(60)

Tabel 4.3 Nilai kondisi inventarisasi

F. Nilai Kondisi untuk Inventarisasi

0. Jembatan/elemen dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan

Catatan:

Penilaian kondisi

inventarisasi ini hanya digunakan bila pemeriksaan detail jembatan belum dilakukan pada saat yang

bersamaan dengan

pemeriksaan inventarisasi 1. Jembatan/elemen mengalami kerusakan

ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin 2. Jembatan/elemen mengelami kerusakan yang memerlukan pemantauan dan pemeliharaan berkala

3. Jembatan/elemen mengalami kerusakan yang secara struktur memerlukan tindakan secepatnya

4. Jembatan/elemen dalam kondisi kritis

5. Jembatan/elemen tidak berfungsi atau runtuh

Tabel 4.4 Nilai kondisi elemen jembatan Cisaranten

Elemen Nilai Kondisi

Struktur utama 2 Lantai kendaraan (4.502) 1 Lapis permukaan (4.509) 1 Sandaran (3.620) 3 Landasan (3.810) 2 Siar muai (3.600) 5 Perlengkapan (3.700) - Pondasi (3.310) -

Kepala jembatan/ pilar (3.320) 1

Tanah timbunan (3.230) 3

Aliran sungai (3.210) 2

(61)

4.2.3.5. Data Pelengkap

Data pelengkap dalam formulir pemeriksaan inventarisasi digunakan untuk memberikan informasi umum mengenai pembatasan fungsional, lalu lintas jembatan, jalan memutar dan jalan alternatif (detour), data banjir tetinggi, tipe jembatan dan gambar kosntruksi terlaksana untuk membantu persiapan strategi penanganan jembatan.

1. Pembatasan fungsional

Pembatasan fungsional tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pembatasan fungsional jembatan Cisaranten

Batasan Muatan Gandar (ton) Batasan Lebar Jalan (m)

Pada jembatan komposit Cisaranten tidak terdapat batas beban atau batas lain

2. Lalu lintas

Penilaian dari dampak lebar jembatan terhadap arus lalu lintas seperti tertera pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Lebar jembatan terhadap lalu lintas di jembatan Cisaranten

Dampak lebar jembatan terhadap lalu lintas (lingkari yang sesuai dengan kondisi lapangan)

1. Longgar – kendaraan bebas melintas di atas jembatan 2. Cukup lebar – kendaraan melaju perlahan di atas jembatan 3. Sempit – kendaraan harus sering berhenti dan antri

Pilih

1 2 3

Berdasarkan survey yang telah dilakukan di lokasi tinjauan kondisi lalu lintas di jembatan Cisaranten adalah longgar dan kendaraan dapat bebas melintas di atas jembatan.

(62)

3. Jalan memutar dan jalan alternatif (detour)

Bagian ini mencatat rute alternatif atau jalan samping yang tersedia bila jembatan ditutup untuk lalu lintas umum, seperti tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jalan memutar dan alternatif (detour)

Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas setiap saat apakah ada jalan

alternatif Ya

Jika ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km) 3 km

4. Data banjir tertinggi

Ketinggian muka air banjir tertinggi yang diketahui berhubungan dengan elevasi permukaan komponen paling bawah dari bangunan atas jembatan, sedangkan untuk muka air banjir diukur dari permukaan lantai. Data banjir tertinggi tertera pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data banjir tertinggi jembatan Cisaranten

Muka air banjir terbesar yang diketahui

Di atas lantai (m)

Di bawah lantai (m) Tanggal terjadinya banjir terbesar

(bulan, banjir) - 1 (satu)

Sumber keterangan dari Warga sekitar

5. Tipe jembatan dan gambar konstruksi terlaksana

Gambar konstruksi terlaksana (as built drawing) tertera pada lampiran 1.1.

4.2.4. Formulir Pemeriksaan Inventarisasi

(63)

4.3. Pemeriksaan Detail 4.3.1. Umum

Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen menurut tingkat kerusakannya. Pemeriksaaan detail bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh, dari level terendah (level 5), yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi (level 1) yaitu jembatan itu sendiri.

Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang mengalami kerusakan saja yang dicatat. Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:

1. Struktur (S) 2. Kerusakannya (R)

3. Perkembangannya (volume) (K) 4. Fungsi (F)

5. Pengaruh (P)

Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada lebel 5, 4, atau 3, maka baru kemudian menilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki. Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemen – elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.

Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini dan dicatat dalam formulir pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan kondisi pada level 3 untuk mendapatkan suatu nilai kondisi jembatan pada level 1 dan untuk menentukan strategi penanganan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan.

4.3.2. Peralatan dan Material

(64)

4. Pena, pensil dan pengahapus

5. Kamera dengan lampu flash dan film 6. Kalkulator

7. Kendaraan dengan odometer yang berfungsi 8. Alat pengukur jarak

9. Pita pengukur 2 m dan 30 m

10.Papan tulis putih kecil dan spidol bukan permanen (untuk menampilkan nama dan nomor jembatan dalam foto)

11.Teropong

12.Lampu senter dan baterai 13.Kapur untuk menulis 14.Sekop

15.Parang 16.Palu 17.Obeng

18.Pelampung dan batu duga 19.Sikat baja

20.Sapu kecil 21.Kaca 22.Pisau saku 23.Busur derajat

24.Pengukur lebar retak 25.Penggaris

26.Jangka lengkung ke dalam dan luar 27.Pahat

28.Seperangkat feeler gauge 29.Seperangkat kunci pas 30.Linggis

31.Tangga

Peralatan tambahan (sesuai dengan kebutuhan): 1. Perahu

Gambar

Gambar 2.1 Data administrasi
Gambar 2.4 Pengukuran panjang total dan panjang bentang pada jembatan pelengkung
Gambar 2.5 Sudut miring pada jembatan
Gambar 2.7 Pengukuran lebar antar jalan dan lebar tempat pejalan kaki
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membandingkan kepositifan antara pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3% yang tidak difiksasi (teknik langsung) dengan sitologi sputum induksi NaCl 3%

Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol ini pada umumnya sama dengan sektor-sektor industri kimia yang lain, yaitu mendirikan suatu pabrik yang

Akidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai rabb dan ilah serta beriman dengan nama-namaNya dan segala sifat-sifatNya juga beriman dengan adanya malaikat,

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukan nilai yang drastis antara pemahaman awal dengan pemahaman sesudah pembelajaran dan hasil angket self regulated learning sehingga media

Berdasarkan jumlah lalu lintas harian rata-rata pada bulan Pebruari 1995, kendaraan yang melewati ruas jalan ini (kendaraan bermotor) mencapai 1120 kendaraan dalam 2 arah berarti

Perkembangan dan kemajuan suatu unit kerja dapat diukur dari perkembangan kinerja dan hasil kegiatan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Sesuai Peraturan Menteri

4) data kualifikasi yang diisikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak.. benar dan ada pemalsuan, maka Direktur

Pada saat keadaan leecher, algoritma ini dipanggil setiap T detik (default = 10 detik), setiap waktu peer bergabung untuk melakukan proses download berkas, meninggalkan himpunan