K A ANALIS Ketua Anggota 1 P SIS KEAMA UNTUK BA DI T : I Gusti N : Dewa Ayu UNIVE LAPOR PENELITIA ANAN LER ANGUNAN DAERAH B Tahun ke 1 Ngurah Putu u Nyoman A ERSITAS P A RAN KEMA AN DOSEN RENG DAN N PENDUKU BERLEREN dari rencan u Dharmaya Ardi Utami PENDIDIKA Agustus 2017 AJUAN N PEMULA N DAYA DU UNG PARI NG CURAM na 1 tahun asa, S.T., M. , S.T., M.T. AN NASIO 7 UKUNG PON IWISATA M .T. (08 . (080 ONAL NDASI 12077801) 06118502)
iii
RINGKASAN
Perkembangan pariwisata di Bali yang sangat pesat menuntut tersedianya sarana penunjang pariwisata berupa hotel, vila, penginapan dan restoran yang memadai sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan. Karena sulitnya mencari lahan untuk pembanguan hotel dan vila serta untuk mendapatkan suasana yang menyatu dengan alam maka banyak vila dan hotel dibangun di daerah berlereng curam dan bahkan di tepi jurang. Satu diantara banyak vila dan hotel yang akan dibangun pada daerah berlereng curam adalah vila di daerah Dukuh, Tegalalang, Gianyar, Bali.
Sebelum fasilitas pariwisata dibangun dilakukan analisis terhadap keamanan lereng dan daya dukung tanah di lokasi vila yang akan dibangun sehingga dapat direncanakan kedalaman dan ukuran pondasi yang memenuhi syarat-syarat keamanan. Analisis keamanan lereng dilakukan dengan program SLOPE/W 2007 dan dengan perhitungan manual dengan metode Bishop. Untuk melakukan analisis diperlukan data SPT, data sondir, nilai sudut geser tanah (ϕ), nilai kohesi tanah (c) , berat volume tanah (γ) dan data beban struktur.
Dalam penelitian ini dilakukan pada dua lokasi lereng yaitu pada potongan lereng pada arah A-A dan pada potongan lereng arah B-B serta empat macam analisis yaitu pertama analisis keamanan lereng terhadap kondisi lereng alami yaitu tanpa beban gempa dan tanpa perkuatan bore pile, kedua adalah analisis keamanan lereng tanpa beban gempa dengan perkuatan bore pile, ketiga adalah analisis terhadap lereng dengan beban gempa dan tanpa perkuatan bore pile, serta keempat adalah analisis keamanan lereng dengan beban gempa dengan perkuatan
bore pile. Untuk analisis keamanan lereng dengan kondisi lereng alami tanpa
perkuatan pondasi tiang bor dan gempa, hasil perhitungan dengan SLOPE/W dibandingkan dengan metode Bishop.
Berdasarkan analisis menunjukkan pada lokasi memiliki sudut kemiringan antara 25° - 33° sehingga dikategorikan cukup curam. Hasil analisis keamanan lereng setelah dilakukan analisis pada potongan lereng arah A-A untuk analisis 1, 2, 3 dan 4 adalah 1.00, 1.244, 0.533 dan 0.597. Sedangkan untuk potongan lereng arah B-B adalah 1.431, 1.681, 0.709 dan 0.774. Sedangkan dengan metode Bishop dihasilkan angka keamanan 0,91 di potongan lereng arah A-A dan 1,10 di potongan lereng arah B-B. Angka keamanan tertinggi adalah analisis 2 yaitu dengan perkuatan bore pile tanpa beban gempa dengan angka keamanan (SF) =1,681 pada potongan lereng arah B-B. Sedangkan angka keamanan terendah adalah analisis 3 yaitu analisis dengan beban gempa tanpa perkuatan bore pile dengan angka keamanan (SF) = 0.533 pada potongan lereng arah A-A. Hasil analisis struktur diperoleh beban aksial maksimum (P mak) pada pondasi adalah 68456.67 kg dan beban aksial minimum (P min) adalah 18085.26 kg.
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula yang berjudul “Analisis Keamanan Lereng Dan Daya Dukung Pondasi Untuk Bangunan Pendukung Pariwisata Di Daerah Berlereng Curam” dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi kewajiban para peneliti untuk melaporkan kemajuan penelitian untuk skema Penelitian Dosen Pemula tahun 2017. Dalam penyusunan laporan kemajuan penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih karena sejak penyusunan proposal sampai dengan proses penelitian sangat banyak dibantu oleh berbagai pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Bapak Dr.Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Pendidikan Nasional dan rekan-rekan dosen di Fakultas Teknik dan Informatika.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas bantuan hibah dosen pemula sehingga dapat membantu dosen-dosen muda untuk menghasilkan penelitian yang baik. dan semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik dan mampu memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, 25 Agustus 2017 Penulis
v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... ... i HALAMAN PENGESAHAN... . ii RINGKASAN... ... iii PRAKATA... ... iv DAFTAR ISI... ... v
DAFTAR TABEL... ... viii
DAFTAR GAMBAR... ... x
DAFTAR LAMPIRAN... ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 3
2.1 Longsor dan Angka Keamanan Pada Lereng ... 3
2.2 Perhitungan Koefisien Gempa di Indonesia ... 3
2.3 Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Metode Untuk Menghitung Bidang Longsor ... 4
2.4 SLOPE/W GeoStudio 2007 ... 6
2.5 Penyelidikan Tanah ... 7
2.5.1 Penyelidikan Tanah di Lapangan ... 7
2.5.2 Penyelidikan Tanah di Laboratorium ... 8
2.6 Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) ... 8
2.7 Daya Dukung Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Daya Dukung Ujung Tiang. ... 9
2.7.1 Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan
Data Sondir (CPT) ... 9
2.7.2 Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan Data SPT ... 9
2.7.3 Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data Laboratorium ... 10
2.8 Daya Dukung Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Gesekan Dinding Pondasi ... 11
2.8.1 Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data Sondir (CPT) ... 11
2.8.2 Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data SPT ... 12
2.8.3 Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data Laboratorium ... 12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... ... 13
3.1 Tujuan Penelitian ... 13
3.2 Manfaat Penelitian ... 13
BAB 4. METODE PENELITIAN... ... 14
4.1 Lokasi Penelitian ... 14
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 14
4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 15
4.4 Rancangan Penelitian ... 15
4.5 Kerangka Penelitian ... 17
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI... ... 18
5.1 Lokasi Pengambilan Sample ... 18
5.2 Data Penelitian ... 18
5.3 Kemiringan Lereng ... 19
vii
5.4.2 Penyelidikan Tanah di Laboratorium ... 29
5.5 Koefisien Gempa untuk Keamanan Lereng ... 30
5.6 Analisis Struktur ... 30
5.6.1 Model Struktur ... 31
5.6.2 Pembebanan Struktur ... 36
5.6.3 Hasil Analisis Struktur ... 38
5.7 Analisis Keamanan Lereng ... 38
5.7.1 Analisis Keamanan Lereng Dengan Program SLOPE/W ... 39
5.7.2 Analisis Keamanan Lereng Dengan Metode Bishop ... 45
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... ... 52
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN... ... 54
7.1 Simpulan ... 54
7.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA... ... 56
DAFTAR TABEL
Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Hubungan nilai safety factor (SF) dan kemungkinan kelongsoran
lereng tanah ... 6
Tabel 5.1 Hasil pengujian sondir di titik 1 (S1) ... 22
Tabel 5.2 Hasil pengujian sondir di titik 2 (S2) ... 22
Tabel 5.3 Hasil pengujian sondir di titik 3 (S3) ... 23
Tabel 5.4 Hasil pengujian sondir di titik 3 (S3) ... 24
Tabel 5.5 Rangkuman hasil sondir ... 24
Tabel 5.6 Hasil pengujian SPT dan bor di titik 1 (B1) ... 25
Tabel 5.7 Hasil pengujian SPT dan bor di titik 2 (B2) ... 26
Tabel 5.8 Hasil pengujian SPT dan bor di titik 3 (B3) ... 27
Tabel 5.9 Hasil pengujian SPT dan bor di titik 4 (B4) ... 28
Tabel 5.10 Rangkuman hasil SPT ... 29
Tabel 5.11 Hasil pengujian tanah di laboratorium ... 29
Tabel 5.12 Rangkuman beban aksial maksimum pada pondasi untuk setiap tipe bangunan ... 38
Tabel 5.13 Data-data untuk analisis keamanan lereng ... 39
Tabel 5.14 Rangkuman analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W ... 44
Tabel 5.15 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang gelincir akibat kohesi tanah pada lokasi A-A ... 46
Tabel 5.16 Hasil perhitungan berat lapisan pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A ... 46
Tabel 5.17 Hasil perhitungan nilai Mα pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A ... 47
Tabel 5.18 Hasil perhitungan gaya pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A ... 47
Tabel 5.19 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang gelincir akibat kohesi tanah pada lokasi B-B ... 49
ix Tabel 5.20 Hasil perhitungan berat lapisan pada bidang gelincir lereng pada
lokasi B-B ... 50 Tabel 5.21 Hasil perhitungan nilai Mα pada bidang gelincir lereng pada lokasi
B-B ... 50 Tabel 5.22 Hasil perhitungan gaya pada bidang gelincir lereng pada lokasi B-B .... 51 Tabel 5.23 Rangkuman perhitungan keamanan lereng ... 51
DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Metode simplified Bishop ... 5
Gambar 2.2 Variasi nilai maksimum dari Nc dan Nq dengan sudut geser tanah dari Meyerhof ... 11
Gambar 4.1 Lokasi penelitian ... 14
Gambar 4.2 Diagram alir (flow chart) analisis keamanan lereng ... 17
Gambar 5.1 Titik pengambilan sample tanah ... 18
Gambar 5.2 Potongan lereng arah A-A ... 19
Gambar 5.3 Potongan lereng arah B-B ... 20
Gambar 5.4 Model struktur untuk bangunan Gym & Swimming Pool ... 31
Gambar 5.5 Model struktur untuk bangunan deluxe bed room ... 32
Gambar 5.6 Model struktur untuk bangunan deluxe bed room tipe 1 ... 32
Gambar 5.7 Model struktur untuk bangunan lobby ... 33
Gambar 5.8 Model struktur untuk bangunan lobby ... 33
Gambar 5.9 Model struktur untuk bangunan staff room ... 34
Gambar 5.10 Model struktur untuk bangunan standard bed room ... 34
Gambar 5.11 Model struktur untuk bangunan suite bed room ... 35
Gambar 5.12 Model struktur untuk bangunan restaurant ... 35
Gambar 5.13 Model struktur untuk bangunan owner paviliun ... 36
Gambar 5.14 Kurva spektrum gempa rencana ... 37
Gambar 5.15 Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dan tanpa tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B ... 40
Gambar 5.16 Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B ... 41
Gambar 5.17 Hasil analisis lereng dengan beban gempa tanpa perkuatan tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B ... 42
xi Gambar 5.18 Hasil analisis lereng dengan beban gempa dan perkuatan pondasi tiang
bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B ... 43
Gambar 5.19 Grafik hubungan kombinasi analisis dengan angka keamanan (SF) ... 44
Gambar 5.20 Segmen untuk bidang gelincir pada potongan lereng arah A-A ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 Sebagai pemakalah dalam Konteks 11 2017 (accepted) ... 57 Lampiran 2 Draft artikel pada jurnal Paduraksa Universitas Warmadewa... 57
1
BAB 1 . PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pulau Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia yang
banyak dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan dari dalam negeri.
Perkembangan pariwisata di Bali yang sangat pesat menuntut tersedianya sarana
penunjang pariwisata berupa hotel, vila, penginapan dan restoran yang memadai
sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan.
Pembangunan sarana penunjang pariwisata di Bali terus bertambah, salah
satunya di daerah sekitar Ubud. Karena sulitnya mencari lahan untuk pembanguan
hotel dan vila serta untuk mendapatkan suasana yang menyatu dengan alam maka
banyak vila dan hotel di daerah sekitar Ubud dibangun di daerah berlereng curam dan
bahkan di tepi jurang. Lokasi pembangunan vila dikatakan curam karena
kemiringannya mencapai lebih dari 45 %. Satu diantara beberapa vila dan hotel yang
direncanakan akan dibangun di daerah berlereng curam adalah Villa Taeji Centre di
daerah Tegalalang. Vila ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu untuk penginapan,
restoran dan kolam renang.
Karena bangunan-bangunan ini dibangun di lokasi yang berlereng curam,
maka keamanannya harus sangat diperhatikan karena berhubungan dengan
kenyamanan wisatawan untuk berkunjung. Tidak semua daerah yang berlereng curam
mempunyai potensi untuk longsor, namun untuk memperoleh keamanan yang
memadai perlu dilakukan penyelidikan terhadap keamanan lereng di lokasi vila akan
dibangun.
Untuk melakukan analisis maka, harus dilakukan penyelidikan tanah sehingga
diperoleh data-data untuk menghitung daya dukung tanah dan bidang kelongsoran
pada lereng tersebut. Berdasarkan nilai daya dukung tanah dan bidang kelongsoran
serta posisi bangunan yang akan dibangun pada lereng maka akan dapat
direncanakan kedalaman dan ukuran pondasi yang sesuai, sehingga syarat-syarat
keamanan dapat terpenuhi.
1.2. Rumusan
Masalah
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam penyelidikan keamanan lereng di
lokasi pembangunan Villa Taeji Centre di daerah Dukuh, Tegalalang yang berlereng
curam adalah:
1. Perlu dilakukan penyelidikan tanah, sehingga dapat dihitung posisi bidang
longsor, sehingga dapat diketahui berapa dalam akan terjadi longsor di lokasi
pembangunan.
2. Kedalaman bidang longsor sangat penting untuk menentukan kedalaman
pemancangan pondasi, sehingga berdasarkan hasil perhitungan kelongsoran
dapat ditentukan berapa panjang pondasi yang digunakan.
3. Setelah diketahui kedalaman pemancangan, selanjutnya adalah menghitung
dimensi pondasi yang disesuaikan dengan beban struktur yang akan diterima
oleh pondasi.
1.3. Batasan
Masalah
Agar penelitian ini memperoleh hasil yang optimal maka perlu dibatasai ada
permasalahan sebagai berikut:
1. Perencanaan pondasi dalam dilakukan terhadap beban aksial dan tidak
meninjau terhadap beban lateral.
2. Untuk perencanaan pondasi digunakan kombinasi beban yang maksimal
sehingga menghasilkan dimensi yang sama untuk bangunan yang sama.
3. Tidak melakukan perhitungan terhadap penulangan pondasi.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Longsor dan Angka Keamanan Pada Lereng
Longsor pada lereng sangat berbahaya bagi keamanan bangunan yang
dibangun di atas dan di sekitarnya . Bidang keruntuhan pada lereng biasanya
berbentuk lingkaran. Untuk menganalisis faktor keamanan tanah yang keruntuhannya
berbentuk lingkaran di gunakan metode kesetimbangan gaya atau metode
kesetimbangan momen.
Pada metode kesetimbangan momen untuk bentuk gelincir berupa lingkaran
faktor keamanan dinyatakan dengan persamaan 2.1.
Md Mr
SF=
………. (2.1)
dengan:
Mradalah jumlah momen penahan gelincir (momen resisting)
Mdadalah momen penyebab gelincir (momen driving)
Sedangkan kesetimbangan gaya geser yaitu faktor keamanan dari kemampuan untuk
menahan gaya penggeser yang bekerja sepanjang permukaan gelincir, yang
dinyatakan dengan persamaan 2.2.
Fd Fr
SF=
………. (2.2)
dengan:
Fr adalah
gaya penahan geser
Fd adalah
gaya
penggeser
(Redana, 2010)
2.2.
Perhitungan Koefisien Gempa di Indonesia
Untuk zona gempa di Indonesia digunakan tipe batuan C karena secara umum
batuan di Indonesia termasuk batuan lunak. Untuk aplikasi dalam desain bangunan
tahan gempa perlu dikoreksi pengaruh jenis tanah setempat dengan persamaan 2.3.
Dengan:
ad = percepatan gempa terkoreksi,
ac = percepatan gempa dasar (g) sesuai dengan periode ulang T (tahun) sesuai
dengan syarat dari bangunan yang dirancang,
v = faktor koreksi jenis batuan dan
z = koefisien zona gempa sesuai dengan koordinat lokasi bangunan yang dibangun.
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dihitung koefisien gempa dengan
persamaan 2.4 (Departemen P.U., 2004).
k
h= ad/g
……….
(2.4)
dengan
k
h= koefisien gempa horizontal,
ad = percepatan gempa terkoreksi dan
g = percepatan gravitasi.
2.3.
Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Metode Untuk Menghitung Bidang
Longsor
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2007), kemiringan lereng
dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai (8-15 %), agak curam
(15-25 %), curam ((15-25-45 %), dan sangat curam (≥ 45 %) dan
Untuk menghitung nilai keamanan lereng tersebut digunakan analisis
keamanan lereng oleh Bishop. Metode dari Bishop mengasumsikan bahwa tegangan
geser antar segmen adalah nol. Dalam beberapa studi stabilitas lereng menunjukkan
bahwa, resultante gaya sisi samping segmen dapat diabaikan tanpa suatu kesalahan
yang berarti pada stabilitas. Hal ini akan mengurangi kerumitan analisis sehingga
membuat analisis menjadi sederhana, analisis ini kemudian dinamakan “Simplified
5
Gambar 2.1 Metode simplified Bishop
Gaya vertikal yang bekerja pada irisan bidang gelincir adalah sesuai dengan
persamaan 2.5.
SF =
(
)
∑
∑
+
−
φ
i i i i i i i iα
sin
W
Mα
/
tan
Δx)
u
(W
Δx
c
………..……… (2.5)
Mα
i=
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
φ
+
1
SF
α
tan
tan
α
cos
i i i….……….……… (2.6)
dengan
α
= sudut antara segmen tanah dengan bidang gelincir (º),
ϕ
= sudut gesek dalam tanah (º),
SF
= angka keamanan,
c
= nilai kohesi tanah (kg/cm2),
Δx
= panjang segmen dan
W
= berat segmen tanah (kg)
Δ xi Vi Δ Li Τi Νi Ui Η i+1 Τi (Νi/F) tan φi'(ci'/F ) ΔLi φi' αi Wi Wi Νi Ui αi =(ci' ΔLi + Νi tan φi')/F
Perhitungan keamanan kereng terhadap gempa dilakukan dengan metode
pseudostatik yaitu memasukkan koefisien gaya gaya gempa horizontal (Fh) dan gaya
gempa vetikal (Fv) kedalam persamaan 2.5, sehingga menghasilkan persamaan 2.7
(Choudhury dkk, 2006).
SF =
(
)
(
)
(
)
(
Wi Fv)
sin αi Fh cos α α M 1 i tan sin α Fh i α cos Fv i W i Δx i c + ∑ − ∑ × + − − φ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡… (2.7)
dengan
F
v= gaya gempa arah vertikal (W×k
v),
F
h= gaya gempa arah horizontal (W×k
h),
k
h= koefisien gempa horizontal (berdasarkan daerah gempa) dan
k
v= koefisien gempa vertikal dapat digunakan 0,5 k
hHubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan
longsoran lereng maupun pada perancangan lereng menurut Bowles (1989) dapat
dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1. Hubungan nilai safety factor (SF) dan kemungkinan
kelongsoran lereng tanah
Nilai SF Kemungkinan Longsor
< 1,07 Kelongsoran bisa terjadi 1,07 <SF < 1,25 Kelongsoran pernah terjadi > 1,25 Kelongsoran jarang terjadi
Untuk mendapatkan nilai angka keamanan dengan metode Bishop dari
persamaan diatas dapat dilakukan dengan proses mencoba berulang-ulang (trial and
error) (Redana, 2010).
2.4. SLOPE/W
GeoStudio
2007
SLOPE/W adalah sub program untuk menghitung faktor keamanan tanah dan
kemiringan batuan. Dengan SLOPE/W, kita dapat menganalisis masalah baik secara
sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode
kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan
pori-air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan
7
pori air yang terbatas, tegangan statis atau tekanan dinamik pada analisis kestabilan
lereng.
2.5. Penyelidikan
Tanah
Tujuan dari penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui letak atau posisi
lapisan tanah yang memenuhi syarat daya dukung yang diperlukan sehingga
bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak terjadi penurunan yang terlalu besar.
Penyelidikan tanah meliputi penyelidikan lapangan (lokasi pembangunan) dan
penyelidikan laboratorium.
2.5.1. Penyelidikan Tanah di Lapangan
Penyelidikan lapangan yang sering dilakukan adalah:
1. Pengeboran (drilling)
Pengeboran sangat penting dalam penyelidikan tanah karena dengan
mengebor dapat diketahui lapisan – lapisan tanah yang berada di bawah lokasi
tempat berdirinya bangunan.
2. Pengambilan contoh tanah (soil sampling)
Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk selanjutnya dilakukan pengujian
di laboratorium. Ada dua macam contoh tanah untuk dilakukan pengujian di
laboratorium: 1). contoh tanah yang tidak terganggu (undisturb sample), yaitu
contoh tanah yang mempuyai sifat-sifat aslinya sesuai dengan kondisi tanah di
tempat pengambilan contoh tanah, 2.) contoh tanah yang terganggu (disturb
sample), yaitu contoh tanah yang diambil tanpa harus mempertahankan
sifat-sifat aslinya.
3. Pengujian penetrasi (penetration test) dilakukan untuk mengetahui daya
dukung tanah secara langsung dilapangan. Pengujian penetrasi ini dilakukan
dengan dua metode yaitu:
a. Metode pegujian statis dengan alat sondir
b. Metode pegujian dinamis dengan alat SPT (Standard Penetration Test)
(Gunawan, 2010)
2.5.2. Penyelidikan
Tanah di Laboratorium
Selain penyelidikan tanah di lapangan juga perlu dilakukan penelitian tanah di
laboratorium untuk menghitung daya dukung tanah yang meliputi uji fisik tanah dan
uji mekanik. Uji fisik tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah dan uji
mekanik untuk memperoleh nilai sudut geser dan kohesi tanah. Uji fisik tanah terdiri
dari: uji kadar air (water content), uji berat volume (γ) dan uji berat jenis (specific
gravity). Uji mekanik yang dilakukan adalah uji geser langsung (direct shear test).
Uji Geser langsung merupakan salah satu cara penyelidikan tanah yang dilakukan di
laboratorium dengan maksud untuk mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya
horisontal. Melalui uji geser langsung ini akan didapatkan besarnya nilai kohesi (c)
dan sudut gesek dalam tanah (φ) dari contoh tanah yang diuji.
2.6.
Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)
Pondasi tiang bor (bore pile) termasuk kedalam jenis pondasi dalam. Fungsi
pondasi bored pile sama dengan pondasi dalam lainya yaitu seperti pondasi tiang
pancang. Perbedaannya adalah pada cara pengerjaanya, yaitu pondasi tiang bor (bore
pile) dimulai dengan melubangi tanah dahulu sampai kedalaman yang dibutuhkan,
kemudian pemasangan tulangan besi yang dilanjutkan dengan pengecoran beton.
Dalam perhitungannya daya dukung pondasi tiang bor (bore pile) sama dengan
perhitungan pondasi tiang.
Daya dukung vertikal pondasi tiang diperoleh dari menjumlahkan daya
dukung ujung tiang dan tahanan geser dinding tiang. Besarnya daya dukung diijinkan
adalah sebagai berikut (Das, 1990):
Qa
=
SF Qu=
SF Qs) (Qp+…... (2.8)
dengan:
Qa = daya dukung ijin pondasi
Qu = daya dukung batas pondasi
9
Qp = daya dukung ujung tiang pondasi
Qs = daya dukung geser dinding tiang
SF = faktor keamanan
2.7.
Daya Dukung Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Daya Dukung
Ujung Tiang.
2.7.1 Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan Data
Sondir (CPT)
Daya dukung ijin pondasi terhadap tahanan ujung tiang berdasarkan data
sondir :
Q
ap=
SF
q
A
p c... (2.9)
dengan:
Q
ap= nilai kapasitas daya dukung ijin ujung tiang
qc = nilai konus rata-rata 3D diatas ujung tiang dan D dibawah ujung tiang
A
p= luas penampang pondasi
SF = angka keamanan
2.7.2. Daya Dukung Ujung Pondasi Tiang Bor (Bor Pile) Berdasarkan Data
SPT
Daya dukung ijin pondasi terhadap tahanan ujung tiang berdasarkan data SPT
(Das, 1990):
Q
up=
D 40NL≤ 400N…... (2.10)
Q
ap=
SF
Q
up…... (2.11)
Dengan:
N= jumlah nilai SPT rata-rata di ujung tiang (kira-kira 10D di atas dan 4D
di bawah ujung tiang)
Q
ap= nilai kapasitas daya dukung ijin ujung tiang
L = panjang tiang
D = diameter tiang
SF = angka keamanan
2.7.3. Daya Dukung Ujung Tiang Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan
Data Laboratorium
Daya dukung ujung pondasi tiang bor (bore pile) berdasarkan data laboratorium (Das, 1990) adalah: Qup = Ap(cNc +qNq)
…... (2.12)
Qap =SF
Q
up…... (2.13)
Dengan:
Q
up= daya dukung batas (ultimate) pondasi
A
p= luas penampang pondasi
c
= nilai kohesi tanah
q
= tekanan overburden tanah
N
c& N
q= faktor daya dukung tanah yang berkaitan dengan faktor bentuk dan
kedalaman
Q
up= daya dukung pondasi yang diijinkan
SF
= angka keamanan (safety factor)
G
2
2
(N
d Q Q c p SGambar 2.2
2.8. Daya
Dind
2.8.1. Daya
Sond
Daya (Sardjono, 19Q
usNilai daya d
Q
as dengan Qus = daya d Qas = daya du c = nilai le p = kelilin SF = faktorVariasi nil
Meyerhof
a Dukung
ding Pondas
a Dukung G
dir (CPT)
a dukung ges 984):= c × p
dukung ijin p
=
SF p c× dukung ultimi ukung ijin ge ekatan pada ng penampang keamanan.Sudut
ai maksimum
Pondasi T
si
Gesek Pond
sek pondasi t…...
pondasi terha
…...
it gesek dindin sek dinding p g pondasi,geser tanah
m dari Nc d
Tiang Bor
dasi Tiang
tiang bor (bo
...
adap tahanan
...
ng pondasi, pondasi,,φ (derajat)
dan Nq deng
(Bore Pile)
Bor (Bore
ore pile) berd
...
n ujung:
...
gan sudut ge
) Berdasar
Pile) Berda
dasarkan dat...
...
eser tanah d
kan Gesek
asarkan Da
a sondir (CP. (2.14)
. (2.15)
11
ari
an
ata
PT)2.8.2. Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data
SPT
Daya dukung gesek pondasi tiang bor (bore pile) berdasarkan data SPT (Das, 1990) Qas = SF ΔL av f p ∑
…... (2.16)
Dengan:fav = 2N (tiang dengan tingkat perpindahan besar)
fav = N (tiang dengan tingkat perpindahan rendah)
p = keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau
fav = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi kedalaman dari
tiang
N = nilai SPT pada ujung tiang
ΔL = panjang bagian tiang yang ditinjau SF = faktor keamanan.
2.8.3. Daya Dukung Gesek Pondasi Tiang Bor (Bore Pile) Berdasarkan Data
Laboratorium
Daya dukung gesek pondasi tiang bor (bor pile) berdasarkan data laboratorium untuk tanah pasir c= 0 (Das, 1990):
Qas = SF f L pΔ av
…... (2.17)
fav =Kσ
v'
tanδ
…... (2.18)
Dengan:p =keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau
fav = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi kedalaman dari tiang
ΔL = panjang bagian tiang yang ditinjau
K = koefisien tekanan tanah lateral = 1− sin φ
σv’ = tekanan tanah efektif pada kedalaman yang ditinjau =γ'z
δ = sudut geser antara tiang dengan tanah =32
φ
13
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dan memberikan
keluaran yang bermanfaat.
3.1. Tujuan
Penelitian
Penelitian terhadap keamanan lereng pada proyek pembangunan vila di daerah
Tegalalang tujuannya adalah
1. untuk memperoleh nilai kedalaman bidang longsor di lokasi pembangunan,
2. merencanakan panjang pondasi tiang bor (bore pile) yang cukup untuk
menghindari keruntuhan bangunan
3. merencanakan dimensi pondasi tiang bor (bore pile) sehingga mampu
menerima beban struktur bangunan di atasnya.
3.2. Manfaat
Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dari penelitian sebagai berikut:
1. Memperoleh desain pondasi yang memadai sehingga dapat digunakan sebagai
pertimbangan atau acuan apabila dilakukan pengembangan pembangunan di
daerah Dukuh, Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
2. Dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan manfaat bagi
masyarakatdengan mempublikasikan di jurnal nasional ber ISSN.
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi
Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini diperlukan data pendukung. Data untuk
menganalisis daya dukung pondasi diambil dari data pembangunan Villa Taeji Centre
yang terletak di Banjar Dukuh, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Propinsi
Bali.
Gambar 4.1 Lokasi penelitian
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data untuk analisis keamanan lereng dan daya dukung pondasi berupa data
primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil pengujian sondir
dan SPT yang tujuannya untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung
dilapangan, serta contoh tanah diambil dengan mengebor sehingga diperoleh
data-data lapisan tanah, selanjutnya contoh tanah tersebut diuji di laboratorium yang
meliputi :
a. Data pengujian mekanis timbunan: tes geser langsung (direct shear test).
b. Data pengujian sifat fisik timbunan: pegujian kadar air, berat jenis, dan
15
Sedangkan data-data sekunder berupa gambar desain bangunan, denah bangunan dan
data kontur lahan untuk analisis diperoleh dari pemilik proyek.
4.3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan
penelitian lapangan, karena untuk memperoleh data dilakukan dengan meninjau
lokasi pembangunan dan mengambil data daya dukung tanah dan contoh tanah di
lapangan selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium.
4.4 Rancangan
Penelitian
Suatu penelitian harus dilakukan berdasarkan tahapan atau rencana, sehingga
dalam pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga
memperoleh hasil yang maksimal.
Dalam penelitian keamanan lereng dan daya dukung pondasi untuk
pembangunan vila di daerah berlereng curam diawali dengan pengamatan di lokasi
pembangunan untuk mengidentifikasi masalah yang selajutnya diikuti dengan
pengumpulan data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian.
Untuk menghitung kelongsoran lereng dan angka keamanan lereng diperlukan
data kontur tanah, peta situasi (site plan), data pengeboran (bor log), berat volume
tanah (γ) dan sifat mekanis tanah berupa nilai sudut geser tanah (φ) dan kohesi tanah
(c). Selanjutnya berdasarkan data tersebut dilakukan penghitungan keruntuhan lereng
dan angka keamanan lereng dengan program SLOPE/W Geostudio 2007 dan dengan
perhitungan manual dengan metode Bishop sesuai dengan persamaan (2.9).
Setelah posisi garis longsor diketahui selanjutnya menghitung daya dukung
pondasi bor. Berdasarkan posisi garis longsor yang diperoleh dan perhitungan
pembebanan, maka dapat ditentukan kedalaman pemancangan pondasi dan ukuran
pondasi. Data-data yang digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi adalah
data perhitungan beban struktur, data SPT, data sondir, nilai sudut geser tanah (φ),
nilai kohesi tanah (c) dan nilai berat volume tanah (γ). Data beban struktur diperoleh
dari perhitungan struktur dari bangunan yang akan dibangun.
Perhitungan daya dukung pondasi dilakukan berdasarkan data pengujian di
lapangan dan di laboratorium. Berdasarkan data pengujian tanah di lapangan dihitung
daya dukung pondasi terhadap ujung tiang dan gesekan pada tiang. Daya dukung
terhadap ujung tiang berdasarkan data sondir (CPT) dihitung dengan persamaan 2.9
dan berdasarkan data SPT dihitung dengan persamaan 2.10. Terhadap gesekan
dinding tiang,untuk daya dukung berdasarkan data sondir dihitung dengan persamaan
2.14 dan untuk daya dukung berdasarkan data SPT dihitung dengan persamaan 2.16.
Daya dukung berdasarkan data laboratorium terhadap ujung tiang dihitung
dengan persamaan 2.12 dan daya dukung terhadap gesekan pada dinding tiang
dihitung dengan persamaan 2.17.
Setelah dilakukan perhitungan, hasil dari beberapa metode diatas
dibandingkan untuk memperoleh angka keamanan terkecil berdasarkan perhitungan
dengan program SLOPE/W dan metode Bishop. Untuk perhitungan keamanan lereng
dengan beban gempa dan dengan perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) dgunakan
program SLOPE/W. Nilai keamanan terkecil dipakai dalam perhitungan. Untuk nilai
daya dukung pondasi digunakan nilai daya dukung terkecil berdasarkan perhitungan
berdasarkan data uji lapangan dan laboratorium. Hasil yang diperoleh adalah nilai
angka keamanan, panjang pondasi dan dimensi pondasi untuk setiap bangunan
berdasarkan beban pada pondasi.
17
4.5 Kerangka
Penelitian
Gambar 4.2 Diagram alir (flow chart) analisis keamanan lereng
Identifikasi masalah danmengumpulkan data
Proses penghitungan:
1. Keruntuhan lereng (kedalaman garis keruntuhan) dan angka keamanan 2. Menghitung beban struktur bangunan
3. Perhitungan daya dukung tanah dan desain pondasi (kedalaman dan ukuran)
Mulai
Hasil penghitungan:
1. Angka keamanan keruntuhan lereng 2. Daya dukung dan dimensi pondasi
Selesai
1. Mengolah data hasil uji lapangan: data uji sondir 2.Mengolah data hasil uji laboratorium:
a.Data pengujian mekanis: tes geser langsung b.Data pengujian sifat fisik: pegujian kadarair, berat
jenis, dan berat volume
3.Mengolah data hasil perhitungan struktur atas bangunan sebagai beban pada pondasi.
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1. Lokasi
Pengambilan
Sample
Pengambilan sample tanah dilakukan di daerah Banjar Dukuh, Kecamatan
Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Banjar Dukuh ini terletak di perbukitan dekat
dengan daerah Ubud yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Bali.
Sample diambil dari empat titik di lokasi penelitian seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5.1. Pada empat titik tersebut juga dilakukan pengujian dengan sondir
dan SPT.
Gambar 5.1 Titik pengambilan sample tanah
5.2. Data
Penelitian
Data
yang
digunakan
untuk penelitian ini berupa data kontur, data tanah dan
data bangunan yang akan dibangun. Data kontur digunakan untuk membuat potongan
bentuk lereng, tujuannya adalah digunakan dalam simulasi stabilitas lereng.
BM4 NK TL TL B3= Bor 3 B4= Bor 4 S3= Sondir 3 S4= Sondir 4
B
A
B
A
B1= Bor 1 B2= Bor 2 S1= Sondir 1 S2= Sondir 219
menghitung daya dukung tanah di lokasi penelitian. Sedangkan data-data tipe
bangunan digunakan sebagai model beban yang akan bekerja pada lereng dan
pondasi. Pengujian tanah di lapangan dilakukan pada empat titik di lokasi, dua titik
pada potongan A-A dan dua titik pada potongan B-B.
5.3. Kemiringan
Lereng
Berdasarkan hasil pengukuran kontur tanah maka diperoleh kondisi lereng
pada lokasi penelitian sesuai pada gambar 5.2 dan gambar 5.3.
Gambar 5.3 Potongan lereng arah B-B
Untuk menghitung sudut kemiringan lereng (α) digunakan perbandingan antara tinggi
dan jarak horizontal pada potongan lereng sehingga diperoleh nilai tangen sudut
kemiringan.
Pada potongan lereng arah A-A sudut kemiringan adalah:
Jarak vertikal = 300 – 248
=
52
m
Jarak horizontal = 80 m
horisontal
jarak
ikal
jarak vert
α
tan
=
80 52 == 0.65
α =
33º
Pada potongan lereng arah B-B sudut kemiringan adalah:
Jarak vertikal = 308 – 248
21
Jarak horizontal = 126.5 m
horisontal
jarak
ikal
jarak vert
α
tan
=
126.5 60 ==
0.47
α =
25º
Sehingga lereng di lokasi penelitian merupakan lereng yang tergolong curam karena
sudah mencapai 25°.
5.4 Penyelidikan
Tanah
Penyelidikan tanah dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Penyelidikan
tanah di lapangan dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah secara langsung di
lapangan serta untuk mengetahui lapisan tanah di lapangan. Sedangkan pengujian
tanah di laboratorium dilakukan untuk mengetahui data – data tanah yaitu kekuatan
mekanis tanah dengan tes geser langsung (direct shear test) dan siaft fisik tanah
meliputi kadar air, berat jenis, dan berat volume (γ)
5.4.1 Penyelidikan Tanah di Lapangan
Penyelidikan tanah di lapangan berupa pengujian dengan sondir (CPT) dan
dengan pengujian SPT. Berikut adalah hasil pengujian CPT (sondir) untuk tanah pada
potongan lereng arah A-A yaitu pada titik S.1 dan S.2 serta pada potongan lereng aah
B-B yaitu pada titik S.3 dan S.4 ditampilkan pada tabel 5.1 – tabel 5.4.
Tabel 5.1. Hasil pengujian sondir di titik 1 (S1)
Kedalaman Nilai Konus Rata-rata Konus Jumlah Perlawanan Perlawanan Gesek Hambatan Setempat Hambatan Pelekat Total Hambatan (Cw) (qc) (Tw) (Kw) (Lcf) (Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00 0.20 5 10 5 0.5 10 10 0.40 10 15 5 0.5 10 20 0.60 15 14.38 20 5 0.5 10 30 0.80 15 30 15 1.5 30 60 1.00 20 23.75 20 0 0 0 60 1.20 15 20 5 0.5 10 70 1.40 20 30 10 1 20 90 1.60 15 60.00 20 5 0.5 10 100 1.80 10 20 10 1 20 120 2.00 80 70.63 90 10 1 20 140 2.20 90 100 10 1 20 160 2.40 120 130 10 1 20 180 2.60 130 66.88 150 20 2 40 220 2.80 70 80 10 1 20 240 3.00 50 49.38 60 10 1 20 260 3.20 40 50 10 1 20 280 3.40 20 30 10 1 20 300 3.60 15 50.63 25 10 1 20 320 3.80 20 30 10 1 20 340 4.00 50 81.88 55 5 0.5 10 350 4.20 60 70 10 1 20 370 4.40 90 100 10 1 20 390 4.60 110 148.75 150 40 4 80 470 4.80 150 160 10 1 20 490 5.00 160 173.33 170 10 1 20 510 5.20 170 200 30 3 60 570 5.40 200 250 50 5 100 670 5.60 250 206.67 250 0 0 0 670 5.80 6.00 250.00Tabel 5.2. Hasil pengujian sondir di titik 2 (S2)
Kedalaman Konus Nilai Rata-rata Konus Perlawanan Jumlah Perlawanan Gesek Hambatan Setempat Hambatan Pelekat Hambatan Total (Cw) (qc) (Tw) (Kw) (Lcf) (Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00 0.20 50 60 10 1 20 20 0.40 50 90 40 4 80 100 0.60 120 134.00 130 10 1 20 120 0.80 200 250 50 5 100 220 1.00 250 190.00 250 0 0 0 220 1.20 1.40 1.60 250.00 1.80 2.00
23
Tabel 5.3. Hasil pengujian sondir di titik 3 (S3)
Kedalaman Nilai Konus Rata-rata Konus Jumlah Perlawanan Perlawanan Gesek Hambatan Setempat Hambatan Pelekat Total Hambatan (Cw) (qc) (Tw) (Kw) (Lcf) (Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00 0.20 5 10 5 0.5 10 10 0.40 5 5 0 0 0 10 0.60 5 11.25 10 5 0.5 10 20 0.80 20 30 10 1 20 40 1.00 20 13.75 20 0 0 0 40 1.20 15 20 5 0.5 10 50 1.40 10 15 5 0.5 10 60 1.60 10 14.38 15 5 0.5 10 70 1.80 10 15 5 0.5 10 80 2.00 20 15.63 30 10 1 20 100 2.20 15 25 10 1 20 120 2.40 25 30 5 0.5 10 130 2.60 10 18.13 15 5 0.5 10 140 2.80 15 20 5 0.5 10 150 3.00 20 20.63 20 0 0 0 150 3.20 20 30 10 1 20 170 3.40 20 20 0 0 0 170 3.60 20 23.75 30 10 1 20 190 3.80 25 30 5 0.5 10 200 4.00 35 26.88 40 5 0.5 10 210 4.20 20 30 10 1 20 230 4.40 30 40 10 1 20 250 4.60 20 28.75 30 10 1 20 270 4.80 15 20 5 0.5 10 280 5.00 50 31.25 60 10 1 20 300 5.20 40 50 10 1 20 320 5.40 30 40 10 1 20 340 5.60 25 38.75 35 10 1 20 360 5.80 30 40 10 1 20 380 6.00 40 37.50 50 10 1 20 400 6.20 50 60 10 1 20 420 6.40 60 70 10 1 20 440 6.60 35 48.75 45 10 1 20 460 6.80 20 30 10 1 20 480 7.00 40 91.25 50 10 1 20 500 7.20 35 40 5 0.5 10 510 7.40 50 60 10 1 20 530 7.60 100 127.00 120 20 2 40 570 7.80 200 250 50 5 100 670 8.00 250 183.33 250 0 0 0 670
Tabel 5.4. Hasil pengujian sondir di titik 4 (S4)
Kedalaman Nilai Konus Rata-rata Konus Jumlah Perlawanan Perlawanan Gesek Hambatan Setempat Hambatan Pelekat Total Hambatan (Cw) (qc) (Tw) (Kw) (Lcf) (Lcf)*20cm (Tf) (meter) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) 0.00 0.20 10 20 10 1 20 20 0.40 20 30 10 1 20 40 0.60 30 57.50 50 20 2 40 80 0.80 50 60 10 1 20 100 1.00 60 91.25 70 10 1 20 120 1.20 50 60 10 1 20 140 1.40 60 80 20 2 40 180 1.60 180 140.00 190 10 1 20 200 1.80 100 150 50 5 100 300 2.00 200 182.50 230 30 3 60 360 2.20 250 250 0 0 0 360 2.40 2.60 250.00 2.80 3.00Sesuai dengan hasil sondir maka terlihat untuk potongan lereng arah A-A pada titik 1
(S1), tanah keras berada pada kedalaman 6 meter dan pada titik 2 (S2) , tanah keras
berada pada kedalaman 2 meter. Untuk potongan lereng arah B-B pada titik 3 (S3),
tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan pada titik 4 (S4), tanah keras ada
pada kedalaman 3 meter. Berikut ini adalah rangkuman hasil sondir yang dapat dilihat
pada tabel 5.5.
Tabel 5.5.
Rangkuman hasil sondir
No sondir TitikKedalaman
tanah keras Nilai rata-rata konus (qc)
(m) (kg/cm2)
1 S1 6 250
2 S2 1.6 250
3 S3 8 183.33
25
Untuk hasil SPT untuk tanah pada potongan lereng arah A-A yaitu pada titik B.1 dan
B.2 serta pada potongan lereng arah B-B yaitu pada titik B.3 dan B.4 ditampilkan
pada tabel 5.6 – tabel 5.9.
27
Tabel 5.8. Hasil pengujian SPT dan bor di titik 3 (B3)
29
Berdasarkan hasil SPT maka diperoleh hasil pada potongan lereng arah A-A yaitu di
titik 1 (B1) tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan di titik 2 (B2) tanah keras
berada pada kedalaman 2 meter. Sedangkan untuk potongan lereng arah B-B yaitu
pada titik 3 (B3) tanah keras berada pada kedalaman 8 meter dan di titik 4 (B4) tanah
keras berada pada kedalaman 2 meter. Hasil SPT dirangkum pada tabel 5.10.
Tabel 5.10 Rangkuman hasil SPT
No Titik Tanah Keras Kedalaman(m)
Jumlah Pukulan (N)
Jenis tanah
1 B1 8 77 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 2 B2 2 65 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 3 B3 8 47 Batuan cadas padat dan keras warna coklat kehitaman 4 B4 2 85 Batuan cadas padat dan keras warna coklat
5.4.2 Penyelidikan
Tanah di Laboratorium
Penyelidikan tanah di laboratorium sangat penting untuk mengetahui kekuatan
mekanis dan sifat fisik tanah.Pengujian tanah yang dilakukan di laboratorium
meliputi: pengujian kadar air (moisture content), berat volume (γ), berat jenis (Gs)
dan pengujian geser langsung (direct shear test). Berikut adalah hasil pengujian tanah
di laboratorium dirangkum pada tabel 5.11.
Tabel 5.11
Hasil pengujian tanah di laboratorium
No Lokasi Lubang bor Kedalaman Kadar Air Berat volume (γ) Berat Jenis (Gs) Sudut geser Kohesi
(m) (%) (g/cm3) (°) (kg/cm2) 1 A-A B1 1 17.29 1.686 2.678 21.8 0.04 2 A-A B1 9 14.48 1.677 2.594 33.8 0.03 3 A-A B2 1 14.62 1.632 2.688 38.6 0.01 4 A-A B2 7.5 13.95 1.629 2.636 38.6 0.01 5 B-B B3 2.5 19.70 1.660 2.637 10.2 0.08 6 B-B B3 7 16.46 1.630 2.61 36.9 0.02 7 B-B B4 1 17.23 1.648 2.683 12.4 0.03 8 B-B B4 3 12.60 1.598 2.663 41 0
5.5. Koefisien Gempa untuk Keamanan Lereng
Untuk perhitungan gempa di Indonesia digunakan batuan tipe C karena secara
umum batuan di Indonesia adalah batuan lunak dengan periode ulang gempa 100
tahun.
Koefisien zona gempa untuk lokasi penelitian:
z
= 1,3
Percepatan gempa dasar untuk periode ulang 100 tahun :
a
c=
0,289g
= 0,289 × 981
= 283,509 cm/detik
2Faktor koreksi jenis batuan :
v =
1,2
Percepatan gempa terkoreksi :
a
d= z × a
c× v
= 1,3 × 283,509 × 1,2
= 442,274 cm/detik
2Koefisien gempa horizontal:
k
h= a
d/g
= 442,274/981
=
0,45
k
v= 0,5 kh
= 0,5 × 0,45
=
0,225
5.6 Analisis
Struktur
Tujuan dari analisis struktur adalah untuk mendapatkan beban maksimum
yang bekerja pada perletakan atau pondasi sehingga dapat diperoleh ukuran pondasi
yang sesuai dengan beban bangunan yang akan dibangun.
31
5.6.1. Model
Struktur
Beban yang bekerja pada pondasi diambil dari beban struktur dari bangunan
yang akan dibangun. Bangunan yang dihitung strukturnya adalah Gym & Swimming
Pool, Deluxe Bed Room, Deluxe Bed Room Type 1, Lobby, Spa, Staft Room,
Standard Bed Room, Suite Bed Room, Restaurant. Analisis struktur dilakukan
dengan software ETABS 9.7 dengan pemodelan struktur tiga dimensi. Untuk analisis
digunakan analisis dinamik (Response Spektrum Analysis) dan struktur dirancang
untuk mampu menahan gempa sesuai peraturan SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
Struktur yang akan dibangun elemen strukturnya (balok, kolom dan pelat)
adalah dari beton bertulang dengan mutu beton fc’ = 20 Mpa. Baja tulangan lentur
digunakan baja dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa dan tulangan geser dengan
tegangan leleh fy’ = 240 Mpa.
Gambar 5.5 Model struktur untuk bangunan deluxe bed room
33
Gambar 5.7 Model struktur untuk bangunan lobby
Gambar 5.9 Model struktur untuk bangunan staff room
35
Gambar 5.11 Model struktur untuk bangunan suite bed room
Gambar 5.13 Model struktur untuk bangunan owner paviliun
5.6.2 Pembebanan Struktur
Beban struktur memperhitungkan terhadap beban mati (DL) dan beban hidup
(LL) serta beban gempa yang disesuaikan dengan percepatan gempa sesuai dengan
zona gempa di Bali sehingga menghasilkan kurva spectrum gempa rencana. Nilai
respon spektrum (spectrum respons) tersebut harus dikalikan dengan suatu faktor
skala (scale factor) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nilai percepatan
gravitasi (g), faktor reduksi gempa (R), dan faktor keutamaan struktur (I).
37
Gambar 5.14 Kurva spektrum gempa rencana
Komponen struktur juga dirancang untuk memiliki kemampuan untuk
menahan kombinasi beban yang bekerja pada struktur yaitu:
COMBO 1 = 1,4 DL
COMBO 2 = 1,2 DL + 1,6 LL
COMBO 3 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EX
COMBO 4 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 EX
COMBO 5 = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 EY
COMBO 6 = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,0 EY
COMBO 7 = 0,9 DL + 1,0 EX
COMBO 8 = 0,9 DL - 1,0 EX
COMBO 9 = 0,9 DL + 1,0 EY
COMBO 10 = 0,9 DL - 1,0 EY
5.6.3 Hasil Analisis Struktur
Setelah melakukan permodelan maka dilakukan running terhadap model yang
telah dirancang sesuai dengan metode respon spektrum (spectrum response) sehingga
memperoleh momen, gaya geser serta gaya aksial yang bekerja pada struktur. Dan
yang paling utama pada perancangan pondasi adalah kombinasi beban yang bekerja
pada perletakan yang akan menentukan ukuran pondasi yang akan digunakan.
Berikut ini adalah rangkuman beban aksial yang bekerja pada pondasi untuk
setiap bangunan yang ditampilkan pada tabel 5.12.
Tabel 5.12 Rangkuman beban aksial maksimum pada pondasi
untuk setiap tipe bangunan
No Bangunan Kombinasi Beban
Beban Aksial Maksimum (P)
(kg) 1 Gym & Swimming Pool Comb2 55129.71 2 Deluxe Bedroom Comb1 44612.85 3 Deluxe Bedroom Tipe 1 Comb5 46085.28
4 Lobby Comb5 68456.67
5 Spa Comb5 28961.63
6 Staft Room Comb2 18085.26 7 Standard Bed Room Comb5 45865.29 8 Suite Bed Room Comb5 35676.43 9 Restaurant Comb5 30144.68 10 Owner Paviliun Comb2 25025.55
5.7.
Analisis Keamanan Lereng
Analisis keamanan lereng dilakukan untuk mengetahui bentuk longsor pada
lereng dan angka keamanan pada suatu lereng. Pada penelitian ini dilakukan analisis
keamanan lereng dengan menggunakan software SLOPE/W dan dengan perhitungan
manual dengan metode Bishop tanpa memperhitungkan beban gempa. Berikut ini
adalah data-data tanah yang digunakan untuk analisis yang dirangkum dalam tabel
5.13.
39
Tabel 5.13
Data-data untuk analisis keamanan lereng
No Lokasi Lapis tanah Berat volume Sudut geser Kohesi
(kg/m3) (°) (kg/m2) 1 A-A 1 1659 21.8 250 2 A-A 2 1653 33.8 200 3 A-A 3 1629 38.6 100 4 B-B 1 1654 10.2 550 5 B-B 2 1614 36.9 100 6 B-B 3 1598 41 0
5.7.1 Analisis Keamanan Lereng Dengan Program SLOPE/W
Analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W menggunakan data-data
dari penyelidikan tanah di laboratorium.
Analisis 1: Keamanan Lereng Pada Kondisi Alami (Tanpa Beban Gempa dan
Tanpa
Perkuatan)
Dari hasil analisis untuk lereng kondisi alami tanpa beban gempa dan tanpa
pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) dengan program SLOPE/W dihasilkan
bidang longsor sedalam 10 meter dari permukaan lereng untuk potongan lereng arah
A-A dan untuk potongan lereng arah B-B. Sedangkan angka keamanan (SF) yang
diperoleh untuk potongan lereng arah A-A adalah 1,00 dan untuk potongan lereng
arah B-B angka keamanan (SF) yang diperoleh 1.431 seperti yang diperlihatkan pada
gambar 5.15.
(a) lereng A-A
(b)
lereng B-B
Gambar 5.15. Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dan tanpa tiang bor (bore
pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B
Analisis 2:
Keamanan Lereng Tanpa Beban Gempa dan Dengan Pondasi
Tiang Bor (Bore Pile)
Untuk pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) pada lereng digunakan panjang
pondasi tiang bor tunggal (single bore pile) sampai ke lapisan tanah keras yaitu pada
kedalaman 10 meter, beban yang bekerja pada pondasi tiang bor (bore pile) adalah
beban maksimum dari hasil analisis struktur yaitu 68456.67 kg. Jarak antar pondasi
41
tiang bor (bore pile) adalah 4 m dengan posisi tiang sesuai dengan rencana pondasi
bangunan yang akan dibangun seperti terlihat pada gambar 5.16.
(a) lereng A-A
(b) lereng A-A
Gambar 5.16. Hasil analisis lereng tanpa beban gempa dengan perkuatan pondasi
tiang bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B
Hasil analisis keamanan lereng dengan SLOPE/W dengan perkuatan pondasi tiang
bor tanpa memperhitungkan beban gempa menghasilkan angka keamanan (SF) pada
potongan lereng arah A-A sebesar 1.244 dan pada potongan lereng arah B-B sebesar
1.681.
Analisis 3:
Keamanan Lereng Dengan Beban Gempa dan Tanpa Pondasi
Tiang Bor (Bore Pile)
Analisis keamanan lereng tanpa perkuatan pondasi tiang bor (bore pile) terhadap
beban gempa digunakan koefisien gempa horizontal (k
h) = 0.45 dan koefisien gempa
vertikal (k
v) = 0.225. Hasil analisis ditampilkan pada gambar 5.17.
(a) lereng A-A
(b) lereng B-B
Gambar 5.17 Hasil analisis lereng dengan beban gempa tanpa perkuatan tiang bor
(bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B
Berdasarkan hasil analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W
diperoleh angka keamanan (SF) pada potongan lereng arah A-A dengan beban gempa
sebesar 0.533 dan pada potongan lereng arah B-B sebesar 0.709.
43
Analisis 4:
Keamanan Lereng Dengan Beban Gempa dan Dengan Pondasi
Tiang Bor (Bore Pile)
Pada analisis keamanan lereng dengan beban gempa dan dengan pondasi tiang
bor (bore pile), pemasangan pondasi tiang bor (bore pile) pada lereng digunakan
pondasi tiang bor tunggal (single bore pile) seperti pada analisis 1 dan koefisien
gempa seperti pada analisis 3. Hasil analisis diperlihatkan pada gambar 5.18.
(a) lereng A-A
(a) lereng B-B
Gambar 5.18 Hasil analisis lereng dengan beban gempa dan perkuatan pondasi tiang
bor (bore pile) pada (a) lereng A-A dan (b) lereng B-B
Dari hasil analisis keamanan lereng dengan program SLOPE/W diperoleh angka
keamanan (SF) pada lereng 1 dengan beban gempa sebesar 0.597 dan pada lereng 2
sebesar 0.774.
Hasil seluruh analisis keamanan lereng dirangkum pada tabel 5.13 dan
hubungan kombinasi analisis dan angka keamanan (SF) diperlihatkan pada gambar
5.8.
Tabel 5.14 Rangkuman
analisis
keamanan lereng dengan
program
SLOPE/W
No Kombinasi Analisis
Angka keamanan (SF)
Lereng 1 Lereng 2
1 Tanpa beban gempa dan tanpa bore pile 1.000 1.431 2 Tanpa beban gempa dan dengan bore pile 1.244 1.681 3 Dengan beban gempa dan tanpa bore pile 0.533 0.709 4 Dengan beban gempa dan dengan bore pile 0.597 0.774
Gambar 5.19. Grafik hubungan kombinasi analisis dengan angka keamanan
(SF)
45
5.7.2 Analisis Keamanan Lereng Dengan Metode Bishop
Potongan Lereng Arah A-A
Gambar 5.20 Segmen untuk bidang gelincir pada potongan lereng arah A-A
Hasil perhitungan keamanan lereng pada potongan lereng arah A-A
diperlihatkan pada tabel 5.15 – tabel 5.18.
21° 23° 25° 28° 50 60 70 80 90 100 110 120 130 30° 32° 35° 38° 40° 43° 46° 49° Distance 0 10 20 30 40 El eva ti on 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300 305 310 315 5,31 5,57 5,59 5,77 5,92 6,10 6,32 6,56 6,87 7,23 4,72 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 3,61 1,82
Tabel 5.15 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang
gelincir akibat kohesi tanah pada lokasi A-A
Δ x c (t/m2) c × Δ x Σ(c × Δ x)
No Zona Zona Zona
Segmen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (ton) 1 4.7 0 0 0.3 0.2 0.1 1.18 0 0 1.18 2 0 7.23 0 0.3 0.2 0.1 0 1.45 0 1.45 3 0 6.87 0 0.3 0.2 0.1 0 1.37 0 1.37 4 0 0 6.57 0.3 0.2 0.1 0 0 0.66 0.66 5 0 0 6.32 0.3 0.2 0.1 0 0 0.63 0.63 6 0 0 6.1 0.3 0.2 0.1 0 0 0.61 0.61 7 0 0 5.93 0.3 0.2 0.1 0 0 0.59 0.59 8 0 0 5.77 0.3 0.2 0.1 0 0 0.58 0.58 9 0 0 5.59 0.3 0.2 0.1 0 0 0.56 0.56 10 0 5.57 0 0.3 0.2 0.1 0 1.11 0 1.11 11 1.8 3.61 0 0.3 0.2 0.1 0.46 0.72 0 1.18 12 5.3 0 0 0.3 0.2 0.1 1.33 0 0 1.33
Tabel 5.16 Hasil perhitungan berat lapisan pada bidang gelincir lereng
pada lokasi A-A
Luas Area (m2) Berat Volume (γ) (t/m3) Berat (Wi) (ton)
No Zona Zona Zona
Segmen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 4.21 0 0 1.659 1.653 1.629 6.98 0 0 2 12.7 9.75 0 1.659 1.653 1.629 21.07 16.12 0 3 11.51 21.6 0 1.659 1.653 1.629 19.10 35.70 0 4 9.75 27.2 5.59 1.659 1.653 1.629 16.18 44.91 9.11 5 10.05 29.9 8.25 1.659 1.653 1.629 16.67 49.34 13.44 6 7.81 34.4 15.4 1.659 1.653 1.629 12.96 56.83 25.09 7 13.99 18.6 9.29 1.659 1.653 1.629 23.21 30.73 15.13 8 12.18 19.6 6.89 1.659 1.653 1.629 20.21 32.37 11.22 9 13.92 18.5 3.33 1.659 1.653 1.629 23.09 30.65 5.42 10 16.26 18.3 0 1.659 1.653 1.629 26.98 30.23 0 11 21.84 4.42 0 1.659 1.653 1.629 36.23 7.31 0 12 7.03 0 0 1.659 1.653 1.629 11.66 0 0
47
Tabel 5.17
Hasil perhitungan nilai Mα pada bidang gelincir lereng pada
lokasi A-A
α (°) coba ϕ (°) Mα Mα
No FS Zona Zona rata-rata
Segmen 1 2 3 1 2 3 1 49 0.9 21.8 33.8 38.6 0.99 1.22 1.33 1.178 2 46 0.9 21.8 33.8 38.6 1.01 1.23 1.33 1.192 3 43 0.9 21.8 33.8 38.6 1.03 1.24 1.34 1.203 4 40 0.9 21.8 33.8 38.6 1.05 1.24 1.34 1.211 5 38 0.9 21.8 33.8 38.6 1.06 1.25 1.33 1.214 6 35 0.9 21.8 33.8 38.6 1.07 1.25 1.33 1.216 7 32 0.9 21.8 33.8 38.6 1.08 1.24 1.32 1.215 8 30 0.9 21.8 33.8 38.6 1.09 1.24 1.31 1.212 9 28 0.9 21.8 33.8 38.6 1.09 1.23 1.30 1.208 10 25 0.9 21.8 33.8 38.6 1.09 1.22 1.28 1.199 11 23 0.9 21.8 33.8 38.6 1.09 1.21 1.27 1.191 12 21 0.9 21.8 33.8 38.6 1.09 1.20 1.25 1.181
Tabel 5.18 Hasil perhitungan gaya pada bidang gelincir lereng pada lokasi A-A
(°) α Berat (Wi) (ton) Wi tan ϕ ΣWi tan ϕ Σ Wi ΣW sin αΣ(c × Δ x + Wi tan ϕ)/Mα No Zona Zona Segmen 1 2 3 1 2 1 49 6.98 0 0 2.79 0 0 2.794 6.98 5.27 3.552 2 46 21.07 16.12 0 8.43 10.79 0 19.216 37.19 26.75 17.564 3 43 19.10 35.70 0 7.64 23.90 0 31.540 54.80 37.37 27.589 4 40 16.18 44.91 9.11 6.47 30.07 7.27 43.805 70.19 45.12 36.838 5 38 16.67 49.34 13.44 6.67 33.03 10.73 50.429 79.45 48.92 42.175 6 35 12.96 56.83 25.09 5.18 38.04 20.03 63.253 94.87 54.42 52.631 7 32 23.21 30.73 15.13 9.28 20.57 12.08 41.935 69.07 36.60 35.118 8 30 20.21 32.37 11.22 8.08 21.67 8.96 38.709 63.80 31.90 32.518 9 28 23.09 30.65 5.42 9.24 20.52 4.33 34.083 59.16 27.78 28.781 10 25 26.98 30.23 0 10.79 20.24 0 31.029 57.21 24.18 27.000 11 23 36.23 7.31 0 14.49 4.89 0 19.383 43.54 17.01 17.455 12 21 11.66 0 0 4.66 0 0 4.665 11.66 4.18 5.277 Jumlah 359.49 326.496
SF =
(
)
∑
∑
+
φ
i i i i i i iα
sin
W
Mα
/
tan
W
Δx
c
=
49 359 26.496 3 .= 0.91
Hasil perhitungan keamanan lereng memperoleh nilai 0.91, sehingga sangat beresiko
akan terjadi longsor.
Potongan Lereng Arah B-B
Gambar 5.21 Segmen untuk bidang gelincir pada potongan lereng arah B-B
5.1501 5.1867 5.1871 5.3365 3.9704 1.3416 5.3128 5.3562 5.4545 5.4549 5.5700 5.6351 3.2361 2.4712 5.7822 5.8653 4.0751 1.8832 6.0533 6.1626 2.0941 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1.8804 3.4731 13° 15° 16° 17° 18° 20° 21° 22° 23° 25° 26° 27° 29° 30° 32° 33° 34° 36° 37° Distance 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 El ev at io n 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300 305 310 315
49
Hasil perhitungan keamanan lereng pada potongan B-B diperlihatkan pada
tabel 5.19 – tabel 5.22.
Tabel 5.19 Hasil perhitungan besar gaya yang terjadi pada bidang gelincir
akibat kohesi tanah pada lokasi B-B
Δ x c (t/m2) c × Δ x Σ(c × Δ x)
No Zona Zona Zona
Segmen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2.09 0 0 0.55 0.1 0 1.15 0 0 1.15 2 6.16 0 0 0.55 0.1 0 3.39 0 0 3.39 3 6.05 0 0 0.55 0.1 0 3.33 0 0 3.33 4 1.88 4.08 0 0.55 0.1 0 1.04 0.41 0 1.44 5 0 5.87 0 0.55 0.1 0 0 0.59 0 0.59 6 0 5.78 6.1 0.55 0.1 0 0 0.58 0 0.58 7 0 2.47 3.24 0.55 0.1 0 0 0.25 0 0.25 8 0 0 5.63 0.55 0.1 0 0 0 0 0 9 0 0 5.57 0.55 0.1 0 0 0 0 0 10 0 5.46 0 0.55 0.1 0 0 0.55 0 0.55 11 0 5.46 0 0.55 0.1 0 0 0.55 0 0.55 12 0 5.36 0 0.55 0.1 0 0 0.54 0 0.54 13 0 5.31 0 0.55 0.1 0 0 0.53 0 0.53 14 0 1.34 3.97 0.55 0.1 0 0 0.13 0 0.13 15 0 0 5.34 0.55 0.1 0 0 0 0 0 16 0 0 5.19 0.55 0.1 0 0 0 0 0 17 0 0 5.19 0.55 0.1 0 0 0 0 0 18 0 0 5.15 0.55 0.1 0 0 0 0 0 19 1.88 3.47 0 0.55 0.1 0 1.03 0.35 0 1.38