• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SEGAR DAN KERING MENGGUNAKAN DESTILASI UAP-AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SEGAR DAN KERING MENGGUNAKAN DESTILASI UAP-AIR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

233 ISOLASI MINYAK ATSIRI

KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SEGAR DAN KERING MENGGUNAKAN DESTILASI UAP-AIR

Yesi Nurfenti Yustini1, Ira Rahmiyani1, Saeful Amin1 1 Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Corresponding author email: ira_rahmiyani@yahoo.com ABSTRAK

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus dengan famili Rutaceae. Minyak atsiri dari kulit jeruk banyak yang digunakan sebagai antioksidan dan antikanker. Metode untuk mendapatkan minyak atsiri salah satunya dengan menggunakan destilasi uap-air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas minyak atsiri, karakteristik komponen senyawa minyak atsiri dengan GC-MS, dan kadar senyawa limonen. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi standardisasi mutu simplisia, isolasi minyak atsiri dengan metode destilasi uap-air, parameter mutu minyak atsiri dan identifikasi senyawa minyak atsiri menggunakan GC-MS. Karakteristik mutu simplisia minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar berwarna kuning pucat, bau khas jeruk nipis, bobot jenis 0,7277 b/v, larut dalam alkohol 90% (1:4), tidak terdapat lemak yang memadat, sedangkan kulit buah jeruk nipis kering berwarna kuning pucat, bau khas jeruk sedikit memudar, bobot jenis 0,8707 b/v, larut dalam alkohol 90% (1:4,5), tidak terdapat lemak yang memadat. Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan bahwa pada minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar terdapat 76 komponen senyawa, sedangkan yang kering 12 jam terdapat 89 komponen. Dari hasil spektrum MS didapat limonen (BM=136), Sitronelal (BM=154), linalool (BM=154) dan α-Terpineol (BM = 154). Dan senyawa yang mempunyai kadar paling besar adalah senyawa limonen, dimana pada kulit buah jeruk nipis segar 21,85%, sedangkan kering 17,56%.

Kata kunci : Destilasi, GC-MS, kulit buah jeruk nipis, Citrus aurantifolia Swingle

ABSTRACT

Lime is one type of citrus from Rutaceae. Essential oil from the peel of citrus is usefull for antioxidant and anticancer. The method used the steam-water distillation. The purpose of this research is to known the quality of essential oil, the components of essential oil by GC-MS, and the level of limonene compound. The research was conducted isolation of essential oil with steam-water distillation, the parameter quality of essential oil and the identification of essential oil used GC-MS. The result showed a fresh lime peel has a pale yellowish colour, the special aromatic freshy citrus smelt, 0,7277 b/v heavy weight, was disolven alcohol 90% (1:4), no of the fatter solid. While a dried lime peel was yellowish colouring, the aromatic citrus gets dimly, 0,8707 b/v heavy weight, disolven alcohol 90% (1:4,5), no of the fatter solid. The GC-MS analysis result showed that a fresh lime peel has 76 compound, and dried (12 hours) lime peel has 89 compound. Based on the MS spectrum theres a limonene (MW=136), citronelal (MW=154), linalool (MW=154), and α-Terpineol (MW=154). A limonene is a biggest compound in lime peel where a fresh peel was 21,85%, and a dried peel was 17,56%.

(2)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 234 PENDAHULUAN

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) termasuk salah satu jenis citrus dengan famili Rutaceae. Jeruk nipis biasanya ditanam di perkarangan atau dikebun (Dalimartha, 2006), sehingga sering kali menjadi pilihan bagi keluarga dalam mengobati suatu penyakit yang diderita oleh tubuh misalnya batuk, flu, masuk angin dan bisa sebagai penyedap makanan (Kurnia, 2014).

Jeruk nipis tergolong tanaman yang memiliki fungsi beragam. Buah, daun dan akar tanamannya pun dapat di manfaatkan sebagai bahan pengobatan (Kurnia, 2014). Bahkan kulit buah jeruk mengandung minyak atsiri, atau di kenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil) (Chemat dan Lucchesi, 2008), berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus citrus, salah satu diantaranya adalah limonen (Chutia et al, 2009). Senyawa limonen bersifat neurotoksik terhadap serangga dan sangat efektif sebagai insektisida (Handayani dan Nurcahyanti, 2014). Serta minyak atsiri dari kulit jeruk banyak juga dimanfaatkan oleh industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, dan di bidang kesehatan digunakan sebagai antioksidan dan antikanker (Chemat dan Lucchesi, 2008). Tetapi bagi mereka yang kurang mengetahui, biasanya kulit jeruk nipis di buang begitu saja tanpa ada manfaatnya (Kartasapoetra, 2006).

Mengingat besarnya potensi minyak atsiri dari kulit buah jeruk, maka perlu dilakukan isolasi untuk mendapatkan minyak atsiri dari kulit buah jeruk. Sebagian besar minyak atsiri di peroleh dengan cara penyulingan atau destilasi, metode destilasi telah secara luas digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari tanaman baik secara utuh atau merupakan bagian dari tanaman (Assagaf

et al, 2012). Metode destilasi terdiri dari

beberapa macam, salah satunya adalah destilasi uap-air. Keuntungan destilasi uap-air dibandingkan dengan metode yang lain yaitu penetrasi uap terjadi secara merata kedalam jaringan bahan, lama penyulingan relatif lebih singkat, rendemen minyak lebih besar, dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari sistem penyulingan dengan air (Armando, 2009).

Penelitian mengenai komponen kulit buah jeruk nipis telah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tetapi hanya meneliti kulit buah jeruk nipis segar (Astarini et al, 2010), sedangkan menurut Muhtadin et al (2013) dilakukannya pengeringan pada kulit buah jeruk dapat membuka pori - pori lebih besar sekitar 288 - 363 µm sehingga dapat mempermudah minyak yang tersimpan dibawah permukaan kulit buah jeruk menguap. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai isolasi minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis segar dan kering dengan menggunakan metode destilasi uap-air.

BAHAN DAN METODE

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat destilasi uap-air, seperangkat alat kromatografi gas-spektrofotometer massa (2010 QP Ultra Merk Shimadzu), oven, tanur, timbangan digital, dan alat - alat gelas yang umum digunakan.

Bahan Tumbuhan

Bahan penelitian yang digunakan adalah Kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang diambil dari perkebunan Manoko, Lembang.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah kloralhidrat LP, amonia, kloroform, amilalkohol, HCl, FeCl3, serbuk Mg, NaOH,

KOH, vanilin, H2SO4 pekat, natrium sulfat

anhidrat, gelatin, toluen, etanol, pereaksi

Mayer, Dragendorff, Wagner, dan

Liebermann-Burchard.

METODE PENELITIAN

Determinasi Tumbuhan

Determinasi buah jeruk nipis dilakukan di Institut Teknologi Bandung Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati.

Pengolahan Bahan

Buah jeruk nipis diseleksi dan diambil bagian kulit buahnya. Bahan hasil seleksi dibersihkan dengan air yang mengalir, kemudian dirajang. Selanjutnya bahan dibagi menjadi dua bagian ; kulit jeruk nipis yang

(3)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 235 segar dan kulit jeruk nipis untuk dikeringkan

dengan oven pada suhu 40oC selama 12 jam. Penapisan Fitokimia Simplisia

Penapisan fitokimia simplisia dilakukan terhadap serbuk kulit buah jeruk nipis, meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenolat, monoterpen atau seskuiterpen, steroid atau triterpenoid, saponin dan kuinon.

Penetapan Karakteristik Mutu Simplisia Penetapan karakteristik mutu simplisia dilakukan terhadap kulit buah jeruk nipis kering 12 jam, meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, kadar abu larut air, dan kadar abu tidak larut asam.

Isolasi Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis dengan Metode Destilasi Uap-air

Isolasi minyak atsiri dilakukan terhadap kulit buah jeruk nipis segar dan kering 12 jam. Masing–masing kulit buah jeruk nipis ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam ketel yang berisi sarangan. Air yang ada dalam dasar ketel, dipanaskan sampai suhu 100oC dan dibiarkan mendidih. Kemudian bahan didestilasi sampai minyak tidak menetes lagi (waktu disesuaikan sesuai dengan bahan yang digunakan). Minyak atsiri hasil destilasi ditambahkan N2SO4 anhidrat, kemudian

didekantasi. Minyak atsiri yang telah diperoleh selanjutnya dihitung jumlah rendemennya. Parameter Mutu Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis

Parameter mutu minyak atsiri dilakukan terhadak minyak atsiri dari hasil destilasi uap-air, meliputi uji organoleptik, bobot jenis, kelarutan dalam alkohol dan penentuan lemak. Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis Menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa

Minyak atsiri kulit buah jeruk nipis yang telah melalui proses destilasi uap, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat kromatografi gas - spektrometri massa. Hasil analisis komponen minyak atsiri yaitu berupa kromatogram yang terdiri dari puncak – puncak komponen dengan persen (%) area dan waktu retensi (tR), serta spektrum massa

komponen yang didapat akan dibandingkan dengan spektrum massa pada database library

seperti Wiley dan Nasional Institute of

Standards and Technology (NIST).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi Tumbuhan

Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa suatu tumbuhan sesuai dengan jenisnya, dengan menetapkan identitas atau jati diri tumbuhan tersebut.

Hasil determinasi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati menyatakan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah jeruk nipis dengan nama latin Citrus aurantifolia (Christm & Panzer) Swingle dari famili Rutaceae.

Pengolahan Bahan

Kulit buah jeruk nipis yang telah dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian dibagi menjadi dua bagian untuk kulit buah jeruk nipis segar dan kering. Untuk kulit buah jeruk nipis kering, dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 40oC selama 12 jam, perlakuan pendahuluan terhadap bahan dapat mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan, salah satu cara diantaranya adalah dilakukannya pengeringan. Pengeringan dimaksudkan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga penyulingan lebih mudah dan lebih singkat (Ketaren, 1985). Kulit buah jeruk nipis dilakukan pengeringan pada suhu 40oC karena

kulit buah jeruk ini mengandung bahan aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap sehingga pengeringannya dilakukan pada suhu 40oC (Agoes, 2007).

Serta menurut hasil penelitian Ahmad dkk (2013), bahwa dilakukannya pengeringan kulit buah jeruk selama 12 jam dapat membuka pori-pori kulit buah jeruk lebih besar sekitar 288 – 363 µm, dibandingkan bila tanpa pengeringan sekitar 140 – 165 µm. Sehingga semakin besar pori – pori yang terbuka tentunya semakin mudah untuk minyak yang tersimpan di bawah permukaan kulit buah jeruk menguap, hal ini didukung dengan hasil uji SEM (Scanning Electron

Microscope) dengan perbesaran 85x dari

(4)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 236 Penapisan Fitokimia Simplisia

Tabel 1. Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia Golongan Senyawa Keterangan Alkaloid

Flavonoid

Tanin & Polifenol Steroid Triterpenoid Monoterpen/seskuiterpen Saponin Kuinon - + - + - + - + Keterangan : (+) = Terdeteksi, (-) = Tidak

terdeteksi

Golongan senyawa pada kulit buah jeruk nipis juga telah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, yaitu : flavonoid (Kurnia, 2014), steroid (Tarigan, et al., 2008), dan monoterpen atau seskuiterpen (Zain, 2012). Senyawa monoterpen atau seskuiterpen merupakan golongan senyawa yang menandakan adanya senyawa minyak atsiri pada kulit buah jeruk nipis, maka penelitian dapat dilanjutkan pada tahapan yang berikutnya.

Karakteristik Mutu Simplisia

Tabel 2. Hasil Karakteristik Mutu Simplisia Karakteristik Mutu

Simplisia Hasil Susut pengeringan

Kadar air (segar)

Kadar air (kering 12 jam) Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar abu total Kadar abu larut air

Kadar abu tidak larut asam

41,44% 72,08% 38,69% 26,95% 15,54% 4,34% 4,27% 0,30% Susut pengeringan dilakukan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan tetapi senyawa yang hilang tidak hanya air, bahkan senyawa yang mudah menguap seperti minyak atsiri yang terdapat pada kulit buah jeruk nipis juga ikut menguap. Sehingga hasil yang didapat lebih besar, dari pada hasil kadar air pada kulit buah jeruk nipis.

Untuk penetuan kadar sari larut air dan etanol, dilakukan untuk mengetahui berapa

banyak senyawa aktif pada kulit buah jeruk nipis yang terekstraksi dalam pelarut air dan etanol. Kadar sari larut air telah memenuhi standar mutu Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia edisi-I, dimana disyaratkan harus memiliki kadar sari larut air tidak kurang dari 23,8%, sedangkan untuk kadar sari larut etanol sebesar 15,54%. Sehingga senyawa aktif pada kulit buah jeruk nipis yang digunakan dalam penelitian ini banyak yang teresktraksi dalam pelarut air, dari pada dengan pelarut etanol.

Untuk penetuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Kadar abu total yang diperbolehkan menurut Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia ed-I untuk simplisia kulit buah jeruk nipis tidak lebih dari 7,0% dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 0,40%. Dari hasil yang diperoleh, kadar abu total kulit buah jeruk nipis 4,27%, sedangkan untuk kadar abu larut air 3,96%, dan untuk kadar abu tidak larut asam 0,30%, Sehingga kadar abu total serta kadar abu tidak larut asam sudah memenuhi persyaratan.

Isolasi Minyak atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis

Masing – masing kulit buah jeruk nipis segar dan kering sebanyak 2250 gram dilakukan isolasi dengan menggunakan metode destilasi uap–air. Hasil minyak atsiri yang masih mengandung air, dilakukan penambahan Na2SO4 anhidrat supaya minyak

atsiri kulit buah jeruk nipis yang dihasilkan murni bebas dari air.

Hasil dari destilasi didapatkan rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar 0,07%, sedangkan kering 0,21%. Rendemen kulit buah jeruk nipis kering lebih banyak dibandingkan yang segar, hal ini dikarenakan proses pengeringan menyebabkan pori-pori pada kulit buah jeruk nipis membesar atau terbuka dan minyak atsiri pada permukaan kulit buah jeruk akan lebih mudah menguap. Parameter Mutu Minyak Atsiri

Parameter mutu minyak atsiri kulit buah jeruk nipis yang dilakukan meliputi uji organoleptik, bobot jenis, kelarutan dalam alkohol dan penentuan lemak. Untuk uji organoleptik pada minyak atsiri kulit buah

(5)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 237 jeruk nipis segar yang dihasilkan dari proses

isolasi atau destilasi uap-air memiliki warna kuning pucat, bau khas jeruk, sedangkan pada minyak atsiri kulit buah jeruk nipis kering 12 jam berwarna kuning pucat dan bau khas jeruk sedikit memudar.

Bobot jenis pada minyak atsiri, dilakukan karena merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukkan mutu dan kemurnian pada minyak atsiri. Bobot jenis minyak atsiri pada jeruk yang diperbolehkan adalah 0,850 – 0,856 b/v, dan dari hasil penentuan bobot jenis diperoleh bobot jenis untuk kulit buah jeruk nipis segar 0,7277 b/vdan kering 12 jam 0,8707 b/v.

Kelarutan dalam alhokol, dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Hasil dari kelarutan dalam alkohol 90% untuk minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar 1 : 4,5 mL , sedangkan kering 12 jam 1 : 4 mL. Dan untuk penentuan lemak, pada minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar maupun kering 12 jam tidak terdapatnya lemak yang memadatseperti pada minyak kelapa. Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri Kulit Buah jeruk Nipis Menggunakan Kromatografi Gas – Spektrofotometri Massa

Minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar dan kering 12 jam yang diperoleh dari hasil destilasi uap-air dimasukkan ke dalam vial injeksi, kemudian dianalisis menggunakan Kromatografi gas-spektrofotometri massa dengan kondisi analisis yang digunakan adalah : Sampel di injekan ke dalam septum dengan cara split injeksi sebanyak 1 µL pada suhu 280o

C, dengan rasio perbandingan 100:1; jenis kolom kapiler type RT-X 5MS (5%

Phenyl-methyl-silox); gas pembawa helium dengan

laju alir 1 mL/menit; suhu kolom terprogram (Temperature progamming) dengan suhu awal 80oC selama 1 menit, lalu dinaikkan

perlahan-lahan dengan kenaikan 10oC/menit sampai

suhu akhir 220oC selama 16 menit dan

detektor yang digunakan MS (Massa

Spektrometer) dengan suhu 250oC.

Dari hasil analisis dengan kromatografi gas yang berupa kromatogram pada kulit buah jeruk nipis segar diperoleh 76 puncak, sedangkan pada kulit buah jeruk nipis kering diperoleh 89 puncak yang terdeteksi.

Dari data hasil pemisahan kromatografi gas antara minyak atsiri kulit buah jeruk nipis

segar dan kering, senyawa limonen merupakan komponen dengan kadar yang paling besar. Menurut Mulyani, et al (2009) limonen merupakan senyawa utama dalam minyak atsiri kulit buah jeruk, dan juga sebagai penentu kualitas minyak atsiri kulit buah jeruk nipis, hal ini dikarenakan senyawa limonen merupakan senyawa yang memberikan aroma khas jeruk nipis. Pada penelitian kadar limonen pada kulit buah jeruk nipis segar 21,85% dengan waktu retensi 4,435 menit, sedangkan kering 17,56% dengan waktu retensi 4,577 menit. Kadar limonen yang paling besar terdapat pada kulit buah jeruk nipis segar dari pada kering.

Berdasarkan dari hasil spektra massa, limonen merupakan senyawa golongan monoterpen dengan struktur molekul C10H16,

senyawa limonen menghasilkan puncak ion molekul induk (M+) 136, yang merupakan berat molekul dari limonen.

CH3

CH2

H3C

Gambar 1.Rumus Struktur Senyawa Limonen

Fragmentasi pada m/z 121 menunjukkan adanya pelepasan 15 satuan massa, yaitu lepasnya CH3 menghasilkan fragmen [C9H13]+.

m/z 107 sesuai dengan pelepasan 29 satuan massa, yaitu lepasnya C2H5 menghasilkan

fragmen [C8H11]+. m/z 93 sesuai dengan

pelepasan 43 satuan massa, yaitu lepasnya C3H7 menghasilkan fragmen [C7H9]+,

kemudian mengalami pelepasan 14 satuan massa yaitu lepasnya CH2, sehingga menjadi

m/z 79 yang menghasilkan fragmen [C6H7]+,

dan juga mengalami pelepasan kembali 26 satuan massa yaitu lepasnya C2H2, sehingga

menjadi m/z 53 yang menghasilkan fragmen [C4H5]+. Dan pada m/z 68 sesuai dengan

pelepasan 68 satuan massa, yaitu lepasnya C5H8 menghasilkan fragmen [C5H8].

(6)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

238 Gambar 2.Kromatogram dan fragmentasi spektrofotometer massa senyawa limonen (a) Minyak atsiri kulit buah jeruk nipis segar, (b) minyak atsiri kulit buah jeruk nipis kering 12 jam

KESIMPULAN

Kualitas minyak atsiri kulit buah jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm & Panzer) Swingle) segar yang diperoleh dari hasil destilasi uap-air selama 4 jam berwarna kuning pucat, bau khas jeruk nipis, bobot jenis 0,7277 b/v, larut dalam alkohol (1:4), tidak terdapat lemak yang memadat, sedangkan kulit buah jeruk nipis kering 12 jam berwarna kuning pucat, bau khas jeruk sedikit memudar, bobot jenis 0,8707 b/v, larut dalam alhokol (1:4,5), tidak terdapat lemak yang memadat. Karakteristik komponen kimia minyak atsiri dari hasil kromatografi gas pada kulit buah jeruk nipis segar tedapat 76 komponen senyawa, sedangkan pada kering 12 jam terdapat 89 komponen senyawa. Dari hasil spektrum MS didapat limonen (BM=136), Sitronelal (BM=154), linalool (BM=154) dan α-Terpineol (BM=154). Dan senyawa yang mempunyai kadar paling besar adalah limonen, dimana pada kulit buah jeruk nipis segar 21,85%, sedangkan kering 12 jam 17,56%.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada yang telah memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Assagaf M, Hastuti P, Hidayat C, dan Supriyadi. 2012. Perbandingan Ekstraksi Oleoresin Biji Pala (Myrictica fragrans Houtt) Asal Maluku utara Menggunakan Metode Maserasi dan Gabungan Distilasi-Maserasi. Agritech, Vol. 32, No. 3.

Chemat, and Lucchesi. 2008. Microwave-Assisted Extraction of Essential Oils in Microwaves in Organic Synthesis, A. Loupy, Ed.Weinheim. Germany: Wiley-VCH.

Chutia M., et al. 2009. Antifungal Activity and Chemical Composition oF Citrus reticulata Blanco Essential Oil Against Phytopathogens from North East India. Food Science and Technology, 42 : p 777-780.

(7)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

239 Handayani, P dan Nurcahyanti, H. 2014.

Ektraksi Minyak Atsiri Daun Zodia (Evodia suaveolens) Dengan Metode Maserasi dan Destilasi Air. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol. 3, Edisi 1, ISSN : 2303-0623.

Kurnia, A. 2014. Khasiat Ajaib Jeruk Nipis dari A-Z Untuk kesehatan & Kecantikan. Yogyakarta : Rapha.

Muhtadin A, Ricky W, Pantjawarni P, dan Mahfud. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering dengan Menggunakan Metode Steam Distillation. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 2, No. 1, ISSN 2337-3539 : h 98-100. Tarigan, et al. 2008. Skrining Fitokimia

Tumbuhan Yang digunakan oleh Pedagang jamu Gendong Untuk Merawat Kulit Wajah Di Kecamatan Medan Baru. Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 3, No. 1, ISSN 1907-5537 : h 1-6.

Tri P, Pratjojo W, dan Kusumastuti E. 2014. Efektivitas Penggunaan Kulit Jeruk Nipis Sebagai Penghilang Bau amis Pada Ikan. Indonesia Journal of Chemical Science, Vol. 3, No. 2, ISSN 2252-6951.

Zain, D M. 2012. Formulasi Krim Antibakteri dengan Kombinasi Ekstrak Propolis Lebah Lokas (Trigona spp) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle). [Skripsi]. Bandung : Prodi farmasi FMIPA UIB.

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB.

Armando, R. 2009. Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas. Jakarta : Penebar Swadaya.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.

Gambar

Tabel 2. Hasil Karakteristik Mutu Simplisia  Karakteristik Mutu

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.. Keywords: Citrus aurantifolia, Nyamuk

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia [Christm & Panz] Swingle) terhadap

Pada penelitian ini digunakan larutan infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle) sebagai obat kumur yang diketahui mampu menghambat pembentukan plak

7 Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) terhadap Aggregatibacter

Penelitian tentang efek air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia.. [Christm & Panz] Swingle) terhadap fungsi kognitif pada perempuan dewasa adalah

Kandungan aktif saponin dan flavonoid juga ditemukan di dalam buah jeruk nipis ( Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle).. 2.4.2 Nilai Farmakologi Buah Jeruk Nipis (

Kulit Jeruk Nipis ( Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle ) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro ”, yang merupakan salah satu syarat untuk

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis ( Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle ) Terhadap Bakteri.