• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan... - Siti W; Eko H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan... - Siti W; Eko H"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KADAR MERKURI DALAM URINE PADA PEKERJA TAMBANG

EMAS DI DESA RENGAS TUJUH KECAMATAN TUMBANG TITI

KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Siti Wardiyatun*); Eko Hartini**)

*) Alumni Fakultas Kesehatan Udinus

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan UDINUS

ABSTRACT

Background: Gold mining in Desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten

Ketapang which was done by traditional of Gold mining without good planning and use of mercury to separate it. Based on research in 2000, levels of mercury in surface river water and fish in Tumbang Titi River have passed the threshold limit value. According to pre-survey, it’s known that 56.8% knowledge of sample, 75.7% attitude of sample and 78.4% practices of all gold miners are bad category. The purpose of this research is to determine the factors related to urinary mercury levels in gold miners.

Method: The type of this research is explanatory research, used survey method and cross

sectional approach. The samples were 18 gold miners whose taken by purposive sampling method. Research data retrieved through a laboratory analysis of urine mercury levels and analyzed the interview guide with Spearman Rank correlation test. The average urine mercury level is about 7.6 μg / l with range 2,32-45,29 μg/l (44,4%). The range of age were 19-43 years old, duration of work > 40 hours/week, vary years of work about 1-15 years. There are 9 gold miners (sample) have a normal BMI, 6 gold miners are lean and 3 gold miners are fat. Three samples always use Personal Protective Equipment (PPE), 3 samples never used PPE and 12 other sometimes use.

Result: Based on the results of statistical tests, were known that duration of work (p= 0.045),

years of work (p = 0.000) and use of PPE (p = 0.001) with urine mercury levels in gold miners, have significantly relationship. There was no significantly relationship between urine mercury levels with nutritional status. For gold miners are expected to always use PPE at the time working to reduce the danger of mercury exposure and for Health Department of Ketapang to work together to provide counseling about the dangers of mercury exposure to health and the environment in the gold miners in Desa Rengas Tujuh.

(2)

PENDAHULUAN

Merkuri atau Hydragyrum yang berarti “perak cair” (liquid silver) adalah logam yang sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur -38.90C dan

mendidih pada temperatur 3570C. Dengan

karakteristik demikian, merkuri sering dimanfaatkan dalam berbagai bidang perindustrian, pertanian dan pertambangan (sebagai pengikat emas dalam proses

amalgamasi).

Pertambangan emas di desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat adalah Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Kegiatan penambangan emas dilakukan dengan cara tradisional tanpa teknik perencanaan yang baik dan peralatan seadanya, yaitu dengan sistim tambang bawah tanah dengan cara membuat terowongan (adit) dan sumur (vertical shaft) mengikuti arah urat kuarsa yang diperkirakan memiliki kadar emas tinggi.

Urat kuarsa yang mengandung biji emas ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundungan (trommel) sampai berbentuk serbuk pasir. Kemudian diolah dengan teknik amalgamasi, yaitu mencampur serbuk pasir urat kuarsa dengan merkuri membentuk amalgam

(al-loy). Lalu amalgam dipisahkan melalui

proses penggarangan (pemijaran) sampai didapat logam paduan emas dan perak

(bul-lion), sebelumnya diperas dengan kain

parasut dan dicuci dengan menyemprotkan air pada campuran amalgam.

Tailing atau limbah penambangan dari

proses amalgamasi yang banyak mengandung merkuri langsung dibuang ke lingkungan (sungai) tanpa diproses terlebih dahulu, sehingga menyebabkan pencemaran

bagi lingkungan dan dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan dan sangat mudah mengalami transformasi menjadi bentuk-bentuk organik yang lebih toksik (metil-merkuri, dimetil-(metil-merkuri, etil-(metil-merkuri, dll).

Berdasarkan penelitian tahun 2000 oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, kadar merkuri di permukaan sungai atau Daerah Aliran Sungai (DAS) Tumbang Titi sebesar 0,63

μ

g/l yang berarti melebihi ambang batas yaitu sebesar 0,001 menurut Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990, dan kadar merkuri di tubuh ikan lokal juga melebihi ambang batas yaitu 0,4g/kg seperti ikan Belidak 1,08g/kg, ikan Toman 2g/kg, ikan Gabus 3,4 g/kg dan ikan Lais 0,67 g/kg.

Merkuri adalah unsur kimia yang sangat beracun (toxic). Unsur ini dapat bercampur dengan enzyme didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan en-zyme untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Merkuri dapat terserap ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan kontak langsung dengan kulit. Merkuri bisa menyebabkan keracunan akut dan keracunan kronis pada pekerja tambang emas yang terpapar, tergantung pada jumlah merkuri yang terserap oleh tubuh dan jangka waktu terkena paparannya.

Semakin bertambahnya umur pekerja tambang emas maka semakin besar pula akumulasi paparan merkuri pada pekerja tambang emas tersebut, seiring dengan semakin lama jam kerja dan semakin panjang masa kerjanya. Sedangkan status gizi yang dilihat dari IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja tambang emas dimungkinkan dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam tubuh karena orang dengan IMT yang tidak normal (kurus atau gemuk) lebih rentan terhadap

(3)

penyakit dan bahaya racun. Kebiasaan buruk pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan kebutaan pada salah satu pekerja tambang emas yang disebabkan oleh masuknya merkuri ke dalam mata.

Variabel-variabel tersebut di atas dimungkinkan bisa meningkatkan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas, sehingga perlu dicari tahu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan paparan merkuri pada pekerja tambang emas.

METODA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksplanatory

research, dengan metode survey analytical,

yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Cara pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu subyek hanya diobservasi sekali saja dan pengamatan dilakukan secara bersama-sama antara variabel bebas dan variabel terikat.

Sampel yang dipilih adalah pekerja tambang emas yang hanya terlibat pada proses amalgamasi dan proses pengga-rangan bijih emas sebanyak 18 orang karena ditiap kelompok kerja hanya ada 2-3 orang saja. Dengan pertimbangan bahwa pada proses amalgamasi dan proses penggarangan bijih emas inilah pekerja pal-ing banyak terpapar merkuri, sehpal-ingga merkuri dalam tubuh pekerja terakumulasi dan apabila mencapai ambang batas akan berdampak pada kesehatan pekerja tersebut.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas dan pengukuran laboratorium dengan metode Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) untuk mengetahui berapa jumlah atau kadar

merkuri yang terdapat dalam urine pekerja yang diambil sebagai sampel.

HASIL & PEMBAHASAN

Data deskriptif hasil penelitian pada pekerja tambang emas di desa Rengas Tujuh dapat dilihat pada tabel 1. di bawah ini :

Dari tabel 1. diketahui bahwa umur pekerja tambang emas di Desa Rengas Tujuh pada penelitian ini berkisar antara 19–43 tahun, usia seluruh pekerja tambang emas termasuk dalam usia produktif untuk bekerja yaitu 17-45 tahun. Dengan rata-rata jam kerja 53 jam/minggu dan masa kerja yang bervariasi antara 1-15 tahun. Status gizi pekerja tambang emas pada penelitian ini mempunyai nilai minimum 16,53 dan maksimum 26,26 didapat berdasarkan rumus IMT untuk pria sesuai dengan kategori ambang batas IMT untuk orang Indonesia 21).

Skor penggunaan APD dengan nilai rata-rata 8. Sedangkan untuk kadar merkuri dalam urine pekerja tambang emas maksimum sebesar 45,29g / l dengan rata-rata kandungan kadar merkuri 7,6g / l

Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa pekerja tambang emas yang berumur > 29 tahun ada 5 orang yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya (55,7 %). Sedangkan prosentase umur < 29 tahun hanya 3 orang pekerja saja yang terdapat kandungan merkuri dalam urinenya (33,3 %).

Dari tabel 3. terlihat bahwa seluruh pekerja tambang emas bekerja > 40 jam perminggu, dan terdapat 8 orang yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya.

Dari tabel 4. terlihat bahwa semua pekerja yang masa kerjanya diatas 3 tahun terdapat kandungan merkuri dalam urinenya.

Dilihat dari tabel 5. bahwa sebanyak 66,7 % orang pekerja yang memiliki IMT kurus positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya, demikian juga dengan pekerja yang gemuk sebanyak 66,7 %.

(4)

pekerja tambang emas yang tidak pernah menggunakan masker dan 14,3 % pekerja yang kadang-kadang menggunakan masker positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya. Sedangkan pekerja yang selalu menggu-nakan masker tidak terdapat kadar merkuri dalam urinenya.

Dari tabel 7. diatas diketahui bahwa terdapat 5 orang penambang emas yang kadar merkuri dalam urinenya melebihi NAB sebesar 4g/l berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh IPCS.

1. Kadar Merkuri pada Pekerja Tambang Emas

Dari data deskriptif sebanyak 44,4 % (8 orang) pekerja tambang emas di desa Rengas Tujuh pada penelitian ini terdapat merkuri di dalam urinenya, dengan kisaran kadar merkuri antara 2,32–45,29g/l dan rata-rata kadar merkuri 7,6g/l. Terdapat 3 orang penambang emas yang kandungan kadar merkuri dalam urinenya sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai menurut ketentuan yang ditetapkan oleh ACGIH Tahun

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Std Deviasi Umur (tahun)

Jam kerja (jam/minggu) Masa kerja (tahun) Status gizi (IMT)

Penggunaan APD (skor) Kadar Merkuri (

μ

g / l) 19 42 1 16,53 5 0,00 43 60 15 26,26 13 45,29 29,06 53 5,06 20,69 8 7,618 7,265 6,589 3,977 2,780 2,521 14,122 Tabel 1. Data Deskriptif Umur, Jam kerja, Masa kerja, Status Gizi, Penggunaan APD dan

Kadar Merkuri Dalam Urine Pada Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

Kadar merkuri Positif Negatif Jumlah Kelompok umur f % f % f % < 29 > 29 3 5 33.3 55,6 6 4 66,7 44,4 9 9 100 100

Tabel 2. Tabulasi Silang Umur dengan Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

Kadar merkuri Positif Negatif Jumlah Masa Kerja (Tahun) f % f % f % < 3 > 3 0 8 0 100 10 0 100 0 10 8 100 100

Tabel 4. Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Kadar Merkuridalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

(5)

1998 yaitu sebesar 15g/l. Tetapi jika mengacu pada IPCS maka terdapat 5 orang penambang emas yang kadar merkuri dalam urine melebihi NAB sebesar 4 g / l.

Dari 8 orang pekerja tambang emas yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya jika dilihat dari faktor-faktor yng berhubungan seperti lama kerja, masa kerja dan penggunaan APD, bahwa pekerja yang memiliki lama kerja 60 jam perminggunya kadar merkurinya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja lain yang hanya bekerja

42-58 jam perminggunya, begitu juga dengan pekerja yang memiliki masa kerja 15 tahun kadar merkuri dalam urinenya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja lain yang memiliki masa kerja 4-12 tahun dan pada pekerja yang tidak pernah menggunakan APD kadar merkuri dalam urinenya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pekerja lain yang terkadang-kadang menggunaan APD. Walaupun dari hasil penelitian ini ada pekerja tambang yang positif terdapat kandungan merkuri dalam urinenya, tetapi

Kadar merkuri

Positif Negatif Jumlah Status gizi (IMT pekerja) f % f % f % Kurus Normal Gemuk 4 2 2 66.7 22,2 66,7 2 7 1 33,3 77,8 33,3 6 9 3 100 100 100

Tabel 5. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

Kadar merkuri

Positif Negatif Jumlah penggunaan Masker f % f % f % Tidak pernah Kadang-kadang Selalu memakai 7 1 0 70 14,3 0 3 6 1 30 85,7 100 10 7 1 100 100 100

Tabel 6. Tabulasi Silang Penggunaan Masker dengan Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

Kadar merkuri Positif Negatif Jumlah NAB IPCS f % f % f % < NAB > NAB 3 5 23,1 100 10 0 76,9 0 13 5 100 100

Tabel 7. Tabulasi Silang Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas dengan NAB Merkuri berdasarkan IPCS

(6)

para pekerja tambang emas tersebut belum mengalami gejala atau gangguan kesehatan, namun demikian hal ini tetap perlu diwaspadai karena daya tahan tubuh setiap pekerja tambang emas antara satu dan lainnya berbeda-beda. Menurut WHO kadar merkuri antara 25-100g/l. baru menunjukkan efek berupa gejala kesehatan yang non spesifik, dan pada kadar 100g/l efek yang terlihat adalah tremor pada tangan. Gangguan kesehatan yang mungkin dan sering dialami oleh penambang emas akibat paparan uap merkuri adalah proteinuria dengan kadar merkuri 50-100g/l pada paparan merkuri. Tremor dan ganguan psikomotorik biasanya terjadi pada kadar merkuri dalam urine > 300g/l.

2. Hubungan antara Umur dengan Kadar Merkuri

Penambang emas di Desa Rengas Tujuh yang menjadi sampel pada penelitian ini berumur antara 19-43 tahun yang merupakan usia produktif untuk bekerja. Hal ini juga sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu usia kerja harus 18 tahun keatas.

Umur dimungkinkan dapat mempe-ngaruhi keberadaan merkuri dalam tubuh, karena semakin bertambahnya umur maka semakin besar resiko akumulasi paparan merkuri seiring dengan semakin lama jam kerja dan semakin panjang masa kerja penambang emas tersebut. Terutama pada usia pertumbuhan dan usia lanjut karena menginjak usia lanjut fungsi dari organ-organ tubuh seperti ginjal, hati dan otak sudah menurun, sedangkan pada anak-anak organ tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan baik fungsi maupun ukurannya sehingga rentan terhadap zat-zat yang masuk dalam organ-organ tersebut.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini tidak ada hubungan antara umur dengan kadar merkuri dalam urine, dapat dilihat dari nilai p = 0,337 dengan hasil uji koefisien korelasi = 0,240 yang berarti tingkat hubungannya termasuk dalam kategori lemah.

Dari 18 orang sampel penelitian semuanya masuk ke dalam kategori usia produktif untuk bekerja, sehingga kondisi fisik pekerja tambang emas masih prima (baik) dan kemampuan organ-organ tubuh seperti

No Variabel bebas Variabel terikat P value Kesim pulan Koef korelasi Tingkat hubungan 1 2 3 4 5 Umur Jam kerja Masa kerja Status gizi Pengguna an APD Kadar merkuri dalam urine Kadar merkuri dalam urine Kadar merkuri dalam urine Kadar merkuri dalam urine Kadar merkuri dalam urine 0,337 0,045 0,000 0,335 0,001 Tidak ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tidak ada hubungan Ada hubungan 0,240 0,477 0,919 0,241 - 0,717 Lemah Sedang Sangat kuat Lemah kuat Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Statistik Rank Spearman

(7)

ginjal, hati dan organ lainnya dalam mengelola zat-zat kimia atau zat beracun yang masuk ke dalam tubuh masih berfungsi atau bekerja secara optimal sehingga racun-racun tersebut dapat disekresi dengan sempurna.

Pada kenyataannya pekerja tambang emas yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya bervariasi tidak selalu yang berumur tua kadar merkurinya tinggi, misalnya kadar merkuri pada pekerja yang berumur 23 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan kadar merkuri pada pekerja yang berumur 30 tahun. Dari 8 orang pekerja tambang emas yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya berumur antara 23 tahun (2 orang), 28 tahun, 30 tahun (2 orang), 33 tahun, 34 tahun, dan 43 tahun. Walaupun demikian lebih baik jika pekerja tambang emas yang telah berumur tua agar mengurangi lama kontak dengan merkuri untuk mengurangi tingkat resiko paparan merkuri. Karena umur mempengaruhi kesehatan seseorang, pada usia lanjut fraksi masa tubuh, fungsi hati, fungsi ginjal juga kecepatan aliran darah berkurang (racun akan lebih lama berada dalam tubuh) dan jaringan lemak meningkat.

3. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kadar Merkuri

Seluruh penambang emas di Desa Rengas Tujuh pada penelitian ini memiliki lama kerja lebih dari 40 jam perminggunya, berkisar antara 42-60 jam perminggunya. Lama kerja penambang emas di desa Rengas Tujuh telah melebihi batas ketentuan jam kerja normal yang berlaku selama 40 jam perminggu atau 8 jam kerja sehari dengan 5 hari kerja.

Semakin lama penambang emas bekerja maka semakin lama durasi mereka untuk terpapar unsur dan senyawa merkuri, sehingga memungkinkan semakin besar penyerapan merkuri oleh tubuh baik melalui

inhalasi maupun absorbsi dan semakin besar

pula akumulasi kandungan kadar merkuri dalam urine pekerja tambang emas.

Terdapat hubungan antara lama kerja dengan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas, dilihat dari nilai p = 0,045 dengan hasil uji koefisien korelasi = 0,477 yang berarti tingkat hubungannya termasuk dalam kategori sedang dan arah hubungan positif (searah) yang berarti semakin panjang lama kerja pekerja tambang emas maka semakin tinggi kadar merkuri dalam urinenya. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh dosis merkuri dan respon tubuh dari pekerja, semakin lama waktu pemaparan maka semakin banyak jumlah dosis merkuri yang diterima oleh tubuh pekerja. Dapat dilihat dari pekerja tambang emas yang memiliki lama kerja 60 jam perminggunya kadar merkurinya lebih tinggi dibandingankan dengan pekerja yang lama kerjanya hanya 42 jam perminggunya.

Untuk mencegah terjadinya gejala atau gangguan kesehatan akibat terpapar merkuri, maka diharapkan pada pekerja tambang emas untuk mengatur jumlah jam atau hari kerja dalam seminggu. Jika kesulitan dalam mengatur lama kerja karena berbagai hal, maka pekerja tambang emas harus menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan yang baik, istirahat yang cukup dan rajin berolah raga.

Dugaan semakin lama waktu kerja para penambang emas untuk bekerja maka akan semakin besar mereka terkena resiko paparan merkuri, hal didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ashe W. et. al. yang memberikan paparan unsur merkuri secara terus-menerus pada 2 ekor kelinci selama 30 jam dengan konsentrasi 28,8 mg / m3

ditemukan 1 ekor mati, sedangkan pada kelinci yang diberi paparan selama kurang dari 20 jam tidak ditemukan ada yang mati.

(8)

Kadar Merkuri

Dengan semakin panjang masa kerja maka dimungkinkan semakin banyak pula dosis paparan merkuri yang diterima oleh penambang, karena semakin sering frekuensi penambang terpapar merkuri dan semakin lama paparan yang mereka terima, sehingga semakin besar resiko penambang emas tersebut untuk positif terdapat kandungan merkuri dalam tubuhnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hubungan antara masa kerja dengan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas, nilai p = 0,000 dengan hasil uji koefisien korelasi = 0,919 yang berarti tingkat hubungan termasuk dalam kategori sangat kuat dan arah hubungan positif (searah) yang berarti semakin panjang masa kerja pekerja tambang emas maka semakin tinggi kadar merkuri dalam urinenya.

Hal ini dapat dilihat dari pekerja tambang emas yang memiliki masa kerja di atas 3 tahun semuanya positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya dan diperkuat dengan perbandingan antara pekerja tambang emas yang memiliki masa kerja 15 tahun lebih tinggi kadar merkuri dalam urinenya jika dibandingkan dengan pekerja tambang emas yang masa kerjanya 12 tahun. Untuk menghindari gejala atau gangguan kesehatan diharapkan para pekerja tambang emas untuk selalu menjaga stamina tubuh dan mengurangi lama kerja yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi dan lama paparan merkuri. Karena kandungan merkuri dalam urine mencapai puncak + 2-3 minggu setelah pemaparan dan berkurang dengan sangat lambat dengan waktu paruh 40-60 hari untuk pemaparan jangka pendek dan 90 hari untuk pemaparan jangka panjang.

Tingginya kandungan merkuri akibat paparan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penambang emas itu sendiri, hal ini didukung

oleh atau dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fawer yang melakukan pengukuran tremor pada tangan terhadap 26 pekerja laki-laki yang terpapar merkuri dan unsurnya dalam pabrik tabung fluorosence,

chloralkil dan acetaldehyde dengan rata-rata

masa kerja 15,3 tahun dan kisaran masa kerja 1-41 tahun, dibandingkan dengan 25 orang pekerja yang tidak terpapar sebagai kontrol. Hasil pengukuran menunjukan hasil kandungan merkuri dalam darah rata-rata 41,3g / l dan kandungan merkuri dalam urine sebesar 11,3g / l atau 20g / g kreatine. Ditemukan frekuensi tertinggi terjadinya

tremor pada pekerja yang terpapar lebih besar

secara signifikan dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar dan ada hubungan yang signifikan antara paparan dan lamanya masa kerja.

5. Hubungan antara Status Gizi dengan Kadar Merkuri

Jika melihat dari data deskriptif maka diketahui ada 2 orang penambang emas memiliki IMT normal, 4 orang kurus dan 2 or-ang gemuk yor-ang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya.

Status gizi dimungkinkan dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam tubuh, karena orang dengan berat badan yang besar (normal) cenderung kadar racunnya kecil, sebaliknya pada orang yang memiliki berat badan yang rendah (kurus) lebih rentan terhadap racun sehingga kadar racun dalam tubuhnya lebih besar. Orang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih rentan terhadap bahaya zat beracun yang masuk ke dalam tubuhnya, karena ketebalan jaringn lemak sehingga mempengaruhi kecepatan aliran darah yang menyebabkan racun berada lebih lama dalam tubuh. Walaupun hasil dari penelitian tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kadar merkuri dalam urine pekerja tambang emas, akan tetapi dari data diketahui bahwa pekerja tambang

(9)

emas yang memiliki IMT gemuk atau kurus sebagian besarnya positif terdapat kadar merkuri dalam urine sedangkan pekerja yang IMTnya normal hanya sebagian kecil saja. Selain itu keberadaan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas masih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lama kerja, masa kerja dan penggunan APD.

Oleh karena itu diharapkan pada pekerja tambang untuk selalu menjaga pola makan yang baik, dengan keadaan gizi yang baik akan mendukung aktifitas fisik maupun men-tal sehingga tidak cepat lelah dalam bekerja dan mampu berfikir secara optimal. Jika sta-tus gizi baik maka akan mempengaruhi tingkat status kesehatan juga, sehingga tidak rentan terhadap berbagai macam penyakit.

Akan tetapi penggambaran status gizi melalui perhitungan IMT mempunyai kelemahan jika dihubungkan dengan kadar merkuri dengan paparan jangka panjang, karena IMT pekerja tambang emas pada saat pengambilan data mungkin tidak akan sama dengan IMT pekerja dimasa lalu dan yang akan datang.

6. Hubungan antara Penggunaan APD dengan Kadar Merkuri

Dari seluruh penggunaan APD yang meliputi masker, kaca mata, sepatu boot, sarung tangan karet dan pakaian panjang, pekerja yang tidak pernah menggunakan APD di atas 50 % nya positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya. Sedangkan pekerja yang kadang-kadang menggunakan APD hanya sebagian kecil saja yang positif terdapat kadar merkuri dalam urinenya. Dan bagi pekerja yang selalu menggunakan APD semuanya tidak terdapat kadar merkuri dalam urinenya.

Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kadar merkuri dalam urine pada pekerja tambang emas di Desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang tahun 2007, dilihat dari nilai p = 0,001

dengan hasil uji koefisien korelasi = - 0,717 yang berarti tingkat hubungannya termasuk dalam kategori sedang dan arah hubungan negatif (berlawanan arah) yang berarti semakin sering pekerja tambang emas menggunkan APD maka semakin rendah kadar merkuri dalam urinenya.

Penggunaan APD dimaksudkan untuk meminimalisasi tingkat paparan merkuri dan menghindari atau mengurangi resiko bahaya yang disebabkan oleh merkuri. Sehingga semakin jarang menggunakan (tidak pernah memakai) APD maka semakin besar pula resiko terpapar merkuri dan semakin banyak pula kandungan merkuri dalam tubuh seiring berjalannya waktu, karena merkuri bersifat akumulatif.

Penggunaan APD meliputi ; masker yang berfungsi mengurangi kadar uap merkuri yang terhirup oleh pekerja pada saat proses penggarangan (pembakaran untuk mendapatkan emas murni); kaca mata berfungsi untuk menghindari kontak langsung antara mata dengan merkuri, upaya pencegahan kemungkinan kecipratan atau kemasukan merkuri ke dalam mata karena peristiwa ini pernah terjadi yang menyebabkan kebutaan pada salah satu pekerja tambang emas ; sepatu boot berfungsi untuk menghindari kontak langsung antara kulit dengan merkuri dan menghindari absorbsi merkuri ke dalam tubuh pada proses amalgamasi; sarung tangan karet berfungsi untuk menghindari kontak langsung kulit tangan dengan merkuri pada proses amalgamasi; dan pakaian panjang untuk melindungi tubuh dari absorbsi merkuri melalui kontak langsung dengan kulit.

SIMPULAN DAN SARAN

Pekerja tambang emas di desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat sebanyak 44,4 % di dalam urine terdapat kadar merkuri

(10)

dengan rata-rata kandungan kadar merkuri 7,6g / l dan kisaran kandungan kadar merkuri antara 2,32 – 45,29g/l, akan tetapi belum mengalami gejala maupun gangguan kesehatan.

Bagi Pekerja Tambang Emas diharapkan dapat mengatur lama jam kerja, masa kerja dan menggunakan APD untuk menghindari atau mengurangi paparan merkuri sehingga diharapkan dapat mencegah penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh merkuri, karena dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara lama jam kerja, masa kerja dan penggunaan APD dengan tingkat kadar merkuri dalam urine.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra. Keracunan, Sumber, bahaya,

serta penanggulangannya. Angkasa.

Bandung. 1985.

Arikunto, Suharsimi, Dr, Prof. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta. Jakarta. 2002.

Budiono, Sugeng. Jusuf, RMS. Pusparini, Andriana. Bunga Rumpai. Hiperkes &

KK, Hiegene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja, KeselamatanKerja.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2003.

Concise International Chemical Assessment Document 50. Elemental Mercury and Inorganik Mercury Compounds, Human Health Aspect. WHO. Geneva. 2003. Dahlan, Sopiyudin, Statistik Untuk

Kedokteran & Kesehatan. PT Arkans.

Jakarta. 2006.

Donatus, Argo, Imono. Toksikologi Dasar. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2001.

Equator Online. Dibahas, Dampak

Keracunan Merkuri ; Rambut dan Urine Diteliti di BATAN. 2000.

Handayani, Sri. Hubungan Industrial di

Indo-nesia. UPP AMP YKPN.Yogyakarta.

2002.

International Progamme on Chemical Safety.

Enviromental Health Criteria 101, Methyl Merkuri. WHO. Geneva.1990.

International Progamme on Chemical Safety.

Biological Monitoring of Metal. WHO.

Geneva. 1994.

International Labour Office, Geneva.

Pencegahan Kecelakaan, Buku Pedoman. PT Gramedia. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, Dr. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta. 2005.

Notoatmodjo, Soekidjo, Dr. Pendidikan dan

Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta. 2003.

Office of Air Quality Planning and Standard and Office of Research and Develop-ment. Mercury Study Report to Congres,

Volume V : Health Effect of Mercury and Mercury Compounds. US EPA. 1997.

Palar, Heryando. Pencemaran dan

Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta.

Jakarta. 1994.

Pratiknya, Watik. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

Raja Grafindo. Jakarta.1995.

RI. DepKes, Tidak Ada Standar Kadar

Merkuri. 05 Agustus 2004.

Stwertka, A., Guide To The Elements. Oxford University Press. New York. 1998. Sugiono, Joko. Wijaya, Caroline. Deteksi Dini

Penyakit Akibat Kerja. World Health

Or-ganization. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.

(11)

Sugiyono, Dr, Prof. Statistika Untuk

Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. 2005.

Suma’mur, pk. Higiene Perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT

Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. Suma’mur, pk. Toksikologi Industri. PT Toko

Gunung Agung. Jakarta. 1998.

Supriasa, Nyoman, Dewa, I. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2002.

US. Enviroment Protection Agency, Mercury,

Gambar

Tabel 2. Tabulasi Silang Umur dengan Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh
Tabel 5. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Urine Pekerja Tambang Emas di Desa Rengas Tujuh

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi di sisi lain sapi silangan juga mempunyai beberapa kekurangan (HARDJOSUBROTO, 2002) antara lain: (i) reproduktivitas sapi silangan cenderung lebih rendah dibandingkan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian,

yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi saya dari awal perkLrliahan sampai akhir penyusunan skipsi;.. Kedua orang tua, Susilo Hadi dan Suratun

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,

Ahli desain diminta untuk memberi masukkan berkaitan dengan relevansi atau ketepatan tujuan, kompetensi dasar dan indikator dampingan atas ketepatan perangkat dampingan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis asam yang berbeda untuk menganalisis kadar Cu total dan Zn total dalam lumpur limbah industri pelapisan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Juni 2014.Variabel yang diteliti adalah karakteristik pekerja (usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja), faktor

Sistem yang sedang berjalan pada pengolahan surat masuk dan surat keluar belum terkoordinasi dengan baik karena pelaksanaannya dan peralatan yang digunakan masih