• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI

4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa

Secara administratif, Desa Banjarsari termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Wilayah desa ini di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukaratu, di sebelah Timur dengan Desa Tanjursari, di sebelah Utara dengan dengan Desa Sukapancar, dan di sebelah Barat dengan Desa Cipacing.

Desa Banjarsari terletak sekitar tiga kilometer dari Ibu Kota Kecamatan Sukaresik, 27 kilometer dari ibukota Kabupaten Tasikmalaya, dan sekitar 123 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Dari Bogor desa ini terletak sekitar 250 kilometer, yang dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat (bus). Perjalanan ke desa tersebut dapat ditempuh melalui trayek bus jurusan Tasik-Jakarta yang berpangkal di Terminal Kampung Rambutan. Selanjutnya, dari Terminal Kampung Rambutan, dengan melalui tol Cipularang perjalanan ke desa ini dapat ditempuh sampai dengan terminal Ciawi. Setelahnya, wilayah Kecamatan Sukaresik dapat dicapai dengan menggunakan angkutan pedesaan jurusan Ciawi-Panumbangan. Selanjutnya, dari ibukota Kecamatan Sukaresik ke Desa Banjarsari dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 15 menit, sedangkan jika dengan berjalan kaki sekitar 30 menit. Tidak tersedia kendaraan umum beroda empat yang melayani trayek tersebut

Secara administratif, Desa Banjarsari terdiri atas 17 Rukun Tetangga (RT) dan tujuh Rukun Warga (RW). Ketujuh belas RT tersebut tersebar di sebelas kampung yang berada di tiga dusun: Muhara, Sandaan, dan Banjarsari. Kecuali di Dusun Banjarsari, terdapat masing-masing tiga kampung di Dusun Muhara dan Sandaan. Kampung-kampung yang ada di Dusun Muhara adalah Tanjung Sirna, Muhara, dan Cinusa, sementara di Dusun Sandaan meliputi Kampung Sandaan, Babakan Garut dan Kondang. Adapun di Dusun Banjarsari terdiri dari kampung-kampung Banjarsari, Sindangsari, Sukasari dan Lemahanyar. Di Dusun Banjarsari ini terdapat tujuh RT dan tiga RW (RW 1, RW 2 dan RW 3). Adapun di dua dusun lainnya masing-masing mencakup dua RW, yakni RW 4 dan RW 5 yang

(2)

masing-masing terdiri dari dua RT berada di Dusun Sandaan, serta RW 6 dan RW 7 yang masing-masing terdiri atas tiga RT berada di Dusun Muhara.

Bentang wilayah Desa Banjarsari berupa dataran tinggi dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan curah hujan rata-rata sekitar 1400 mm3/tahun dan suhu rata-rata harian 26-27 0Celcius. Desa Banjarsari memiliki luas wilayah 145,33 hektar dengan pemanfaatan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Wilayah Desa Banjarsari Menurut Penggunaannya Tahun 2008

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)

Sawah tadah hujan 55,52 38,20

Sawah irigasi setengah teknis 44,33 30,50

Pemukiman 30,70 21,12 Tanah Bengkok 6,50 4,47 Bangunan sekolah 5,88 4,05 Kuburan 2,40 1,65 Perkantoran desa 1,00 0,69 Total 145,33 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

Mayoritas lahan di Desa Banjarsari berupa lahan pertanian, baik berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi setengah teknis maupun tanah bengkok, seluruhnya seluas 106,35 Ha atau 73,17 persen dari total luas desa. Yang menarik adalah status desa Banjarsari sebagai sebuah desa dataran tinggi itu diperkuat oleh fakta bahwa mayoritas lahan pertanian merupakan lahan sawah tadah hujan, yaitu seluas 55,5 hektar atau lebih dari 50 persen terhadap total luas lahan pertanian di desa ini.

4.2 Keadaan Umum Penduduk

Berdasar Potensi Desa Banjarsari Tahun 2008, jumlah penduduk di desa ini tercatat sebanyak 3.585 jiwa, yang terdiri atas 1808 jiwa laki-laki (50,43 persen) dan 1777 jiwa perempuan (49,57 persen). Jumlah tersebut berasal dari 1023 Kepala Keluarga (KK), dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak

(3)

4 orang. Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Banjarsari Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Golongan Umur (tahun) Laki-Laki Perempuan Total

0-4 5,38 6,08 11,46 5-9 4,66 4,85 9,51 10-14 4,05 3,85 7,90 15-19 3,04 3,21 6,25 20-24 3,62 3,40 7,02 25-29 3,62 3,51 7,13 30-34 3,99 3,99 7,98 35-39 3,62 3,43 7,05 40-44 3,68 3,24 6,92 45-49 3,74 3,40 7,14 50-54 3,18 3,12 6,30 55-59 3,46 3,12 6,58 60-64 2,23 2,23 4,46 65-69 1,01 0,89 1,9 70-74 0,98 1,03 2,01 75+ 0,17 0,22 0,39 Total (persen) 50,43 49,57 100,00 Total (jiwa) 1808 1777 3585

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

Berdasar data pada Tabel 3, diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Banjarsari tergolong usia kerja (15-60 tahun) yakni sekitar 79,78 persen. Di desa ini, penduduk usia sekolah -sekolah dasar dan menengah- yakni mereka pada kelompok umur 5 sampai dengan 19 tahun sekitar 23,66 persen, sementara penduduk lanjut usia (umur sama dengan dan lebih dari 60 tahun) sekitar 8,76 persen. Yang menarik adalah bahwa komposisi penduduk pada kategori usia sekolah dan lanjut usia tidak jauh berbeda jika dilihat menurut jenis kelaminnya, berturut-turut sekitar 11,8 persen dan 4,4 persen. Adapun pada kelompok usia kerja menunjukkan sedikit pebedaan, dimana penduduk perempuan usia kerja sekitar 39,12 persen atau 1,5 persen lebih rendah dibanding penduduk laki-laki.

Tabel 4 menyajikan data jumlah penduduk angkatan kerja di Desa Banjarsari. Sebagaimana terlihat pada Tabel 4, terdapat sebanyak 1.975 jiwa angkatan kerja atau sekitar 55,09 persen dari total penduduk desa

(4)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Di Desa Banjarsari Menurut Angkatan Kerja Tahun 2008

Angkatan Kerja Jumlah Persen

Usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 965 48,86

Usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumahtangga 851 43,09

Usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 106 5,37

Usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak bekerja 45 2,28

Usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja 7 0,35

Usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 1 0,05

Total angkatan kerja (18-56 tahun) 1975 100

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

Data tersebut di atas meskipun resmi dilaporkan dalam Monografi Desa Banjarsari, tampaknya tidak dapat dipercaya sepenuhnya. Hal ini terlihat dari tidak samanya data yang dilaporkan dalam hal kelompok umur antara 18 – 56 tahun yang dilaporan pada Tabel 3 di atas dengan yang kelompok angkatan kerja sebagaimana konsep BPS (2008). Hal ini tampaknya karena ketidaktahuan atas konsep-konsep baku berkenaan angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistik, menjadikan kriteria yang tercantum pada data Potensi Desa itu tidak merujuk konsep BPS. Sebagaimana diketahui, penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu memiliki pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti cuti atau menunggu panen. Sedangkan penduduk kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengrus rumahtangga, dan sebagainya; dan tidak melakukan kegiatan yang tergolong bekerja (BPS, 2008). Dengan merujuk pada konsep angkatan kerja BPS tersebut, maka data penduduk “usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumahtangga” sebagaimana pada Tabel 4 sesungguhnya adalah mereka yang bukan angkatan kerja. Jika demikian halnya, data tersebut tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, karena meskipun perempuan berstatus ibu rumahtangga namun dari hasil observasi dan wawancara dijumpai perempuan yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai pengelola dan pekerja keluarga maupun buruh tani. Hal ini didukung data berkenaan data penduduk menurut lapangan pekerjaan sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

(5)

Tabel 5. Penduduk Desa Banjarsari Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2008 (dalam jumlah dan persen)

Jenis Pekerjaan Jumlah Persen

Petani 620 53,45

Buruh tani 319 27,50

Buruh non-pertanian 118 10,17

Pedagang/ Wiraswasta 51 4,40

Pegawai Negeri Sipil 25 2,15

Pembantu Rumah Tangga 13 1,12

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 0,43

Industri Rumah Tangga 3 0,26

Montir 3 0,26

Dukun Kampung Terlatih 2 0,17

Seniman/Artis 1 0,09

Total 1160 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

Pada Tabel 5 terlihat bahwa mayoritas penduduk Desa Banjarsari bekerja di sektor pertanian, yakni sekitar 81 persen. kemudian diikuti oleh mereka yang bekerja di sektor jasa sebanyak 162 jiwa atau sekitar 14 persen. Selainnya adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, dengan persentase hampir seperdelapanbelas atau sepertiga dari mereka yang bekerja berturut-turut di sektor pertanian dan perdagangan. Kurang berkembangnya sektor perdagangan tampaknya berhubungan dengan rendahnya daya beli masyarakat karena sebagian besar rumahtangga petani tergolong gurem atau berlahan sempit, bahkan tdak berlahan alias buruh tani, sebagaimana terlihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Sebelumnya telah dikemukakan bahwa di Desa Banjarsari terdapat 1.023 kepala keluarga. Dengan demikian, data yang disajikan pada Tabel 6 bukanlah data kepemilikan lahan menurut individu penduduk, tetapi berbasis rumahtangga. Data pada Tabel 6 tidak menunjukkan adanya rumahtangga petani yang memiliki

lahan <0,10 ha, padahal dari hasil survei rumahtangga dijumpai adanya 27,94 persen rumahtangga pengadopsi SRI yang menguasai lahan seluas <0,10 ha. Di tingkat nasional, Rusastra, Lakollo dan Friyatno (2007) melaporkan bahwa penguasaan lahan oleh rumahtangga petani pada luasan tersebut meningkat sekitar hampir 10 persen pada periode 1993-2003.

(6)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Lahan Tahun 2008

Kriteria luas lahan Jumlah (jiwa) Persen (%)

Tidak memiliki (tuna kisma) 168 16,42

0,1-0,2 268 26,20 0,21-0,3 201 19,65 0,31-0,4 136 13,29 0,41-0,5 103 10,07 0,51-0,6 95 9,29 0,61-0,7 27 2,64 0,71-0,8 18 1,76 0,81-0,9 4 0,39 0,91-1,0 2 0,20 >1,0 1 0,10

Total Pemilik Lahan 1023 100

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

Dengan tidak memperhitungkan data rumahtangga pemilik lahan, terdapat 855 rumahtangga pemilik lahan. Terhadap total rumahtangga pemilik lahan, diketahui bahwa sekitar 82,8 persen rumahtangga tergolong gurem (memiliki

lahan <0,5 ha). Kondisi ini lebih parah dibanding kondisi data tingkat nasional sebagaimana dilaporkan Rusastra dkk. (2007); dimana rumahtangga yang

memiliki luas lahan <0,5 ha jumlahnya sekitar 56,2 persen. Namun demikian, kondisi di Desa Banjarsari lebih mendekati (sedikit lebih tinggi) dibanding kondisi di Pulau Jawa yang dilaporkan jumlahnya sebesar 74,68 persen. Kondisi di Desa Banjarsari tersebut di atas memperkuat temuan bahwa ketimpangan dalam pemilikan lahan di desa-desa di Pulau Jawa cenderung menguat. Di bawah ini dikemukakan data penduduk desa menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan (Tabel 7).

(7)

Tabel 7. Penduduk Desa Banjarsari Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2008.

Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total

Tamat SD/sederajat 26,85 35,55 62,41

Tamat SLTP/sederajat 9,15 11,35 20,50

Tamat SLTA/sederajat 7,72 6,43 14,15

Tamat D-1-D2/sederajat 0,61 0,45 1,06

Tamat S-1 & S2 sederajat 0,83 0,98 1,82

Tamat SLB A 0 0,08 0,08

Total (persen) 45,16 54,84 100

Total (jiwa) 597 725 1321

Sumber: Data Potensi Desa Banjarsari 2008

4.3 Kelembagaan

Kelembagaan yang terdapat di Desa Banjarsari meliputi kelembagaan formal dan informal, yang beberapa diantaranya dibentuk atas prakarsa penduduk desa. Lembaga formal yang terdapat di desa ini antara lain kelembagaan Pemerintah Desa, POSYANDU, Keluarga Berencana (KB), PKK, Karang Taruna dan BPD. Meskipun sudah mengedepankan partisipasi dari masyarakat, namun aparat kelembagaan pemerintahan desa tersebut dominan melibatkan laki-laki. Sebaliknya kelembagaan yang cenderung berhubungan dengan peranan reproduktif didominasi oleh perempuan (KB dan POSYANDU).

Kelembagaan di tingkat desa lainnya berhubungan dengan jaring pengaman sosial, yakni program beras miskin atau Raskin, pelayanan kartu sehat, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program raskin diintrodusikan sejak tahun 2002, dimana setiap rumahtangga miskin memperoleh sekitar 15 kilogram raskin. Sebagaimana diketahui, program ini diintroduksikan untuk didistribusikan kepada rumahtangga miskin yang kondisi ekonomi rumahtangga terkena dampak krisis ekonomi. Namun demikian, pendistribusian beras miskin di desa ini dilakukan dengan mempertimbangkan asas pemerataan, bahkan rumahtangga contoh dalam penelitian yang tergolong miskin juga memperoleh manfaat dari beras miskin.

Terdapat sejumlah rumahtanga di Desa Banjarsari yang juga mendapat program jaring pengaman sosial BLT yang diintroduksikan mulai pada tahun 2004. Adapun pelayanan kartu sehat diintroduksikan kepada warga Desa Banjarsari pada tahun 2007 melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(8)

(Jamkesmas). Pemberian semua program tersebut dilakukan berdasarkan kondisi rumahtangga penduduk desa yang telah didata oleh ketua RT setempat.

Kelembagaan pertanian yang ada di Desa Banjarsari adalah Kelompok Tani Mukti Tani. Kelompok tani ini berdiri pada 2006 yang diprakarsai oleh tokoh masyarakat, namun pada tahun tersebut statusnya masih belum resmi didaftarkan di Dinas Pertanian. Barulah kemudian pada tahun 2007, Program Pendanaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia (PPKIPM) mendaftarkan Kelompok Tani Mukti Tani di Dinas Pertanian. Kegiatan kelompok ini diantaranya pertemuan rutin yang diadakan satu minggu sekali. Dalam pertemuan rutin ini biasanya dilakukan penyuluhan, diantaranya mengenai tata cara bertani, diantaranya tentang jadwal tandur dan jadwal mengolah lahan. Kegiatan lainnya yang pernah diikuti anggota kelompok tani adalah sekolah lapang yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian pada tahun 2007, khususnya pelatihan Sekolah Lapang Pertanian Hama Terpadu (SLPHT). Kegiatan sekolah lapang ini dilaksanakan selama satu minggu yang di dalamnya memberikan penyuluhan sistem budidaya padi dengan metode SRI.

Kelembagaan informal yang terdapat di Desa Banjarsari adalah kelembagaan keagamaan (pengajian), keuangan (arisan), dan kredit barang (PHR Qurrota ‘Ayun). Jadwal pengajian di Desa Banjarsari dilaksanakan di tiap RT pada setiap minggu, dengan tokoh agama sebagai penggiatnya. Dalam hal arisan, ada dua jenis kelembagaan arisan yang ada di Desa Banjarsari, yaitu arisan uang dan arisan barang, yang umumnya diikuti kaum perempuan. Arisan uang dilakukan setiap dua minggu sekali. Penduduk yang berpartisipasi dalam arisan ini membayar arisan pada setiap minggunya sesuai dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapun arisan barang adalah arisan dalam bentuk kebutuhan pokok untuk membuat makanan, seperti beras, gula, terigu, minyak goreng dan yang lainnya. Individu yang namanya terpilih melalui penarikan nomor undian berhak menentukan jenis kebutuhan pokok yang diinginkan. Kemudian melalui arisan ini, semua anggota arisan wajib melakukan iuran setiap minggunya sampai uang yang dibutuhkan cukup untuk membeli bahan makanan yang telah ditentukan.

(9)

Kelembagaan PHR Qurrota ‘Ayun merupakan sistem kelembagaan yang diprakarsai oleh para istri dan melibatkan hampir semua kaum perempuan di Desa Banjarsari. Sesuai namanya, PHR Qurrota ‘Ayun adalah lembaga kredit barang yang dibentuk dengan tujuan memudahkan para ibu rumahtangga dalam membeli kebutuhan lebaran. Pembayaran kredit barang dilakukan selama 40 minggu sebelum lebaran dan barang tersebut akan diterima ketika menjelang lebaran. Barang yang dikreditkan dapat berupa sembako maupun peralatan rumahtangga. Selain itu, terdapat kegiatan gotong royong yang dilaksanakan penduduk desa bersifat temporer, seperti pembangunan masjid dan perbaikan jalan.

4.4 Sarana dan Prasarana

Desa Banjarsari mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat, diantaranya Balai Desa/Kantor Desa yang memiliki fasilitas berupa dua unit mesin tik, delapan unit meja, tiga buah almari arsip, tiga unit kendaraan dinas, dan 38 unit kursi yang dapat disewakan atau dipinjamkan untuk kebutuhan desa dan warga. Selain itu, di desa ini terdapat enam mesjid yang tersebar, masing-masing satu unit di Dusun Banjarsari, Dusun Sukasari, Dusun Sandaan, dan Dusun Cinusa satu unit. Selainnya, yakni dua unit berada di Dusun Tanjung Sirna. Prasarana peribadatan lainnya adalah sebanyak 27 unit mushola yang tersebar di hampir setiap RT. Dalam hal prasarana pendidikan, di desa ini terdapat lima unit play group, dua unit Sekolah Dasar (SD), satu unit Madrasah Ibtidaiyah setara Sekolah Dasar, dua unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan tujuh unit Madrasah Diniyah. Kondisi ketujuh bangunan madrasah tersebut masih dapat dikatakan baik, namun masih memerlukan perbaikan pada beberapa tempat.

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Banjarsari antara lain lima unit Posyandu yang didukung oleh 25 orang kader posyandu dan satu orang pembina. Di samping itu terdapat satu unit Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang didukung oleh masing-masing seorang bidan, dukun bersalin terlatih dan lima orang kader Bina Keluarga Aktif. Adapun prasarana olah raga yang ada di desa ini diantaranya masing-masing sebuah lapangan sepak bola dan lapangan

(10)

bulu tangkis, serta masing-masing dua buah meja pimpong dan lapangan voli. Dalam hal sarana komunikasi, di desa ini terdapat dua unit warung telepon. Namun demikian, dari observasi dijumpai sejumlah warga desa yang memiliki telepon genggam sebagai alat komunikasi. Selain itu, hampir semua warga memiliki televisi sebagai media hiburan..

Apabila dilihat dari keadaan sanitasi masyarakat terdapat 623 KK yang telah memiliki jamban di rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 61 persen dari total KK yang ada di desa ini telah memiliki kesadaran dalam menerapkan hidup bersih dan sehat. Adapun prasarana sumber air bersih yang dimiliki warga berupa 761 unit sumur gali yang dimanfaatkan 978 KK, dua unit mata air yang dimanfaatkan 45 KK, dan dua buah sungai, yaitu sungai Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang yang masih dimanfaatkan oleh sekitar 30 KK. Penduduk yang masih memanfaatkan air sungai pada umumnya bertempat tinggal di pinggiran sungai, yang cenderung lebih memilih memanfaatkan air sungai tersebut daripada harus membuat sumur gali yang menurut mereka membutuhkan banyak biaya.

Prasarana penting lainnya adalah prasarana irigasi yang memiliki delapan unit pintu sadap dan empat unit pintu pembagi air. Sayangnya, separuh dari unit pintu sadap serta tiga dari empat unit pintu pembagi air dalam keadaan rusak. Panjang saluran primer irigasi sekitar 900 meter dan panjang saluran sekundernya sekitar 2600 meter. Beberapa bagian dari saluran ini ada yang telah rusak, diantaranya 150 meter pada saluran primer dan sepanjang 1043 meter pada saluran sekundernya. Dalam hal prasarana listrik, terdapat dua unit fasilitas instalasi listrik dari PLN yang sudah dimanfaatkan sebagai sumber penerangan oleh hampir seluruh rumahtangga di Desa Banjarsari.

Gambar

Tabel 2. Luas Wilayah Desa Banjarsari Menurut Penggunaannya Tahun 2008
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Banjarsari Menurut Golongan Umur dan Jenis  Kelamin Tahun 2008
Tabel 4. Jumlah Penduduk  Di Desa Banjarsari Menurut Angkatan Kerja Tahun 2008
Tabel 5.  Penduduk Desa Banjarsari Menurut Lapangan  Pekerjaan Tahun 2008 (dalam jumlah dan  persen)
+3

Referensi

Dokumen terkait

bentuk dengan lebih cepat • Keterampilan motorik dan kognitif menjadi lebih terasah • Siswa lebih terampil secara motorik dan kognitif • Siswa termotivasi

bahwa untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pendidikan dan proses belajar mengajar pada Politeknik Sendawar, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat

Dengan menggambarkan peran perempuan sebagai agen perubahan sosial dalam masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa novel-novel Indonesia telah ikut berperan dalam

Apabila filing sistem abjad yang dipilih sebagai sistem penyimpanan, maka nama merupakan ciri atau identitas penting di dalam pencarian dokumen sesuai dengan

Dengan memanfaatkan metode profile matching dalam merancang sistem pendukung keputusan memiliki keunggulan dengan adanya core factor dan secondary factor sehingga pengguna

۲۱۱ ), hlm.. ةغللا ةيبرعلا سيل نع ةفرعم دعاوق نكلو ،طقف لصفلا في رشابم ةيبرعلا ةغللاب ملكتت ةيسمر لصفلا جرالخا في وأ ةيسمر. بحأس ةيفللخا هذه نم ث

Hal inilah yang mendasari sehingga hak-hak yang terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) UUPA diberikan hak yang bersifat sementara dan akan dihapuskan dalam waktu yang

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa Media animasi dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS)berpengaruh signifikan