• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT SANGGAR BUKIK NAN TONGGA DI KENAGARIAN LAKITAN SELATAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ( ) JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN PENCAK SILAT SANGGAR BUKIK NAN TONGGA DI KENAGARIAN LAKITAN SELATAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ( ) JURNAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

0

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT SANGGAR BUKIK NAN TONGGA DI

KENAGARIAN LAKITAN SELATAN KECAMATAN LENGAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

(1989-2013)

JURNAL

RIDA APRIANI

NIM. 11020001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

1

PERKEMBANGANPENCAK SILAT SANGGAR BUKIK NAN TONGGA

DI KENAGARIAN LAKITAN SELATAN KECAMATAN LENGAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

(1989-2013)

Rida Apriani1 Nopriyasman2 Ranti Nazmi3

STKIP PGRI Sumatera Barat

Program Studi Pendidikan Sejarah Sumatera Barat

ABSTRACT

This script explains about the development of Pencak Silat Sanggar Bukik Nan Tongga di Nagari South Lakitan Lengayang Pesisir Selatan 1989-2013. The problem theorical Such as : (1) What is the reason behind Sanggar Bukik Nan Tongga was built. (2) How about development of Pencak Silat in Sanggar Bukik Nan Tongga. (3) What types of problem which are faced to preserve and develope pencak silat. The purposes of this research are (1) To describe the background of Sanggar Bukik Nan Tongga built. (2) To decribe the history of development in pencak silat of Sanggar bukik Nan Tongga. (3) To describe the problem which are faced in developing and preserving pencak silatThe method which is used in this research is historic method. This method is consisting of 4 steps, they are: (1) Heuristic, Colecting data, searching and conclude from written to direct news. The written data are from documents, books, and scientis book. (2) do source critisize to the source which was gotten then give understanding to that source so got the fact of history. (3) Interpretation data which was gotten then being analyzed and interpreted by connecting the data and comparing the fact which was examined so that the data can be served. (4) Histiograph is that writing in scient after the data was gotten and the fact was really accurate and valid, and then can be written in script.The result of research explain that (1) Sanggar Bukik Nan Tongga was built because the wish of teenager to defend the traditional art. (2) The development of pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga from development which always changes and the program have been managed well, and the incensement of developing always random all years but it keeps making Pencak silat Sanggar bukik Nan Tongga always developed and got achievement. (3) The problems which were found Abunawas as the teacher in preserving and developing Pencak Silat were financial problem, discipline of students, students who wanted to continue their study to city, tools and infrastructure. The conclusion that the developing pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga got increasing from year to year.

Keywords: Development of Pencak Silat

1

Mahasisiwa STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3

(3)

2

PENDAHULUAN

Pada mulanya pencak silat diciptakan manusia untuk memperoleh keamanan dari ancaman binatang buas.Kebutuhan terhadap ilmu silat berkaitan dengan upaya pembelaan diri, baik untuk mempertahankan hidup, ataupun mempertahankan kekuasaan 4 . Pencak silat merupakan salah satu jenis bela diri yang sudah tua umurnya dan merupakan warisan kesenian dari nenek moyang. kata silat diartikan intisari pencak untuk berkelahi membela diri. Boechori Ahmad, pendekar Tapak suci di kota Jember mendefinisikan pencak adalah fitrah manusia untuk membela diri, sedangkan silat sebagai unsur yang menghubungkan gerakan dan pikiran5.

Bagi orang Minangkabau silek atau silat merupakan sumber ilham, dan bahkan menjadi energi positif dalam berbagai gerakan seni-seni bela diri, berupa tarian bercampur dengan silat dan atau randai. Salah satu tariannya bergaya silat adalah tari gaya sasaran. Gaya sasaran memakai gerak, kudo-kudo, balabeh silek, dan langkah duo. Sasaran, di Minangkabau memang dikenal sebagai tempat anak muda belajar silat, khususnya bagi anak laki-laki dalam persukuan sesuai adat Minangkabau. Realitas ini pula yang menyebabkan silat dikenal juga seni bela diri tradisional khas Minangkabau6.

A.A. Navis mengungkapkan bahwa kata pencak merupakan suatu bentuk permainan. Silat artinya seluruh gerakan pencak dalam silat tidak mengandung tindakan yang akan mencederai lawan bermain, sedangkan silat adalah merupakan suatu seni dalam membela diri dari segala bentuk ancaman yang datang. Hal yang sama dikatakan A.A. Navis, pencak adalah permainan yang dilakukan oleh dua orang yang melakukan perkelahian dengan bergaya silat7.

Silat menjadi bukti atau saksi peninggalan sejarah yang berlangsung dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pendukung budaya itu.Kebutuhan terhadap ilmu pencak silat berkaitan dengan upaya pembelaan diri, baik untuk mempertahankan hidup, atau pun mempertahankan kekuasaan, sehingga kontinuitas pencak silat dalam sejarah tetap diperlukan sepanjang masa.

Tercatat dalam sejarah dari semenjak zaman kuno nenek moyang bangsa Indonesia telah

4

Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri Dan Karakter Bangsa

(Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2013), Hlm 85 5O‟ong Maryono,

Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang Press, 1999), Hlm 5.

6

Nopriyasman, Silek Minang Kabau Dalam Perspektif Sejarah Budaya, (Padang: Universitas Andalas, 2014), Hlm 1.

7

A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru, (Jakarta: Grafitri Pers, 1998), Hlm 267-268.

memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Cara pembelaan diri tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi alam sekitarnya.Cara-cara pembelaan diri tersebut terus berkembang dengan ciri-ciri khusus, dengan mengolah keterampilan menggunakan senjata seperti tombak, batu, golok dan senjata tajam lainnya8.

Berlanjut pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia ilmu bela diri pencak silat digunakan untuk keamanan serta dalam memperluas wilayah kerajaan dan melawan kerajaan lainnya. Pada zaman ini pencak silat juga dijadikan sebagai alat untuk mencapai status dan kedudukan sosial. Seseorang yang menguasai kemahiran bela diri pencak silat disegani oleh masyarakat dan dapat mencapai kekuasaan politik.

Perjalanan sejarahnya pencak silat terus dikembangkan dan disebarluaskan dan menjadi keahlian para prajurit kerajaan.Kerajaan yang mempunyai kekuatan besar dan kuat serta mahir dalam ilmu bela diri di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.Berlanjut ke zaman pra kemerdekaan, ketika wilayah Nusantara dikuasai oleh penjajah Belanda, silat ikut membentuk karakter dan semangat persatuan nasional.

Pencak silat sebagai alat bela diri yang berkembang di masyarakat pada zaman itu dijadikan alat untuk melawan penjajah untuk cita-cita bebas dan merdeka di bawah komando para tokoh-tokoh perguruan pencak silat. Gerakan-gerakan perlawanan itu semakin lama semakin besar sehingga menjadi gerakan sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat pribumi.

Kekhawatiran pemerintahan kolonial Belanda muncul terhadap hal itu sehingga pemerintahan kolonial Belanda berupaya meredam kebangkitan hal tersebut dengan mengeluarkan kebijakan, membatasi bahkan melarang pendidikan dan pengajaran pencak silat. Adanya kebijakan atau tekanan Belanda menyebabkan pendidikan atau pelatihan silat sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Namun para cendikiawan pencak silat tidak patah arang untuk tetap mengajarkan pencak silat sebagai media pendidikan kepada masyarakat dengan cara diintegrasikan ke dalam bentuk kesenian daerah. Dari hasil kreativitas inilah pencak silat berkembang menjadi pencak silat seni yang bernilai estetika. Meskipun pada zaman kolonial pelatihan silat dilarang, tetapi kegiatan pendidikan pencak silat tetap dilaksanakan di setiap perguruan,

8

Suwirman, Pencak Silat Dasar(Padang: DIP Proyek UNP, 1999) Hlm 1-2.

(4)

3

walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan kelompok-kelompok kecil9.

Masa pendudukan pemerintahan Jepang (1942-1945) kegiatan pencak silat mengalami kemajuan yang pesat.Tujuan pemerintahan Jepang mengembangkan seni bela diri pencak silat adalah untuk bersama-sama mempertahankan diri dari serangan sekutu. Atas anjuran pemerintahan pendudukan Jepang, diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat.Secara keseluruhan di Jawa serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah Jepang, sedangkan di Jakarta oleh para pembina pencak silat mengusulkan gerakan pencak silat sebagai gerakan olah raga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah10.

Setelah Indonesia merdeka upaya melestarikan dan mengembangkan pencak silat terus berlangsung. Pada tahun 1948 atas prakarsa para pembina dan guru pencak silat diadakan musyawarah untuk membentuk suatu ikatan yang menjadi wadah perkumpulan pencak silat di Indonesia11. Berdasarkan tulisan di atas terlihat pencak silat cukup jaya pada masa dahulunya, namun dengan seiring bergantinya tahun pencak silat atau seni bela diri berbanding terbalik, cenderung mengalami kemunduran.

Salah satu sebab kemunduran itu adalah pengaruh globalisasi serta kurangnya dukungan orang tua, sosial, ekonomi dan pengetahuan serta banyaknya muncul seni-seni bela diri yang baru seperti karate, yudo, kungfu, dan tekwondo. Generasi muda lebih tertarik pada karate, yudo, kungfu dan tekwondo karena dianggap lebih modern, selain itu generasi muda menganggap bahwa pencak silat merupakan seni bela diri yang sudah ketinggalan dan terlalu lambat gerakannya sehingga peminatnya rendah atau mengalami kemunduran12.

Sungguhpun demikian masih ada aliran-aliran pencak silat yang masih bertahan bahkan terus berkembang. Salah satunya berbentuk sanggar seni yang mengambil nilai-nilai filosofis dan gerak silat warisan nenek moyang ini.Salah satu sanggar tempat belajar silat adalah Sanggar Bukik Nan Tongga. Keberadaan kesenian ilmu bela diri sesungguhnya sudah ada sejak tahun 1989, namun sifatnya belum terlembagakan dengan baik. Atas dasar kadaaan itu, maka Abunawas kemudian mendirikan Sanggar Bukik Nan Tongga pada tahun 2004, Abunawas adalah guru besar dalam kesenian

9

Mulyana, Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri Dan Karakter Bangsa

(Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2013), Hlm 83. 10

Ria Intani T, Toto Sucipto, Tradisi Adaptasi Masyarakat Banten dan Lampung

(Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006), Hlm 14.

11

Ibid, Hlm 14. 12

Padang Ekspres, 11 April 2015.

pencak silat di Pesisir Selatan. Ide itu bermula dari sebuah keinginan yang datang dari anak nagari untuk mempertahankan seni tradisi nagari. Kampung Karang Tangah, Kenagarian Lakitan Selatan, tempat kesenian pencak silat berlangsung13.

Selain kesenian pencak silat,Sanggar Bukik Nan Tongga juga melakukan pelatihan kesenian tari Pasambahan dan randai. Pengajaran ilmu bela diri atau pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga bersifat selektif dan tertutup. Abunawas selaku guru tidak ingin mempunyai murid yang mempunyai keinginan setengah-setengah dan tidak ingin ilmu bela dirinya tersebut dipergunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab14.

Belajar ilmu pencak silatdi Sanggar Bukik Nan Tongga mengikuti aturan-aturan tertentu, serta mempunyai rasa kebersamaan antara murid-murid atau anggotanya15. Bagi guru dan anggota pelajar di Sanggar Bukik Nan Tongga, para murid disebut sebagai pendekar (pandeka) yang ilmunya dijadikan sebagai panutan dalam hidup bermasyarakat dan tidak untuk disalahgunakan atau artikan. Di Sanggar Bukik Nan Tongga belajar dan latihan pencak silat bukan saja bertujuan untuk menguasai keteraturan gerak badan dan kelincahan anggota tubuh, tetapi yang terpenting ialah menghayati dan mengamalkan berbagai tuntutan nilai dan norma adat istiadat yang mengandung makna sopan santun sebagai etika murid anggota persilatan16.

Aliran-aliran perguruan pencak silat lainnya banyak mengalami kemunduran, namun kesenian pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga masih tetap eksis dan bertahan.Dalam kancah dunia modern berdiri atau bermunculan bentuk ragam ilmu bela diri. Alasanya adakalanya ada generasi yang menganggap pencak silat telah ketinggalan zaman dan sudah tidak populer. Anggapan itu ternyata tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya Kenegarian Lakitan Selatan masih melestarikan ilmu bela diri seni pencak silat.

Mereka mengerti bahwa pencak silat sudah lama dikenal, tidak hanya sekedar dikenal tetapi juga pernah merupakan suatu kebanggaan. Meskipun barangkali kebanggaan itu hanya tinggal pada cerita tidak lagi sebagai pemilik. Suatu hal yang pasti silat merupakan salah satu identitas orang Minang. Identitas yang menumbuhkan rasa bangga dan kebanggaan yang membuat orang Minang merasa satu terutama bila berada di rantau. Walaupun begitu dalam perkembangannya

13

Arsip Sanggar Bukik Nan Tongga. 14

Wawancara dengan Abunawas, di Kenagarian Lakitan Selatan Kecamatan Lengayang 28 Februari 2015.

15

Ibid 28 Februari 2015. 16

(5)

4

kesenian pencak silat di Pesisir Selatan ini sering mengalami pasang surut.

Perkembangannya yang pasang surut itu terlihat pada tahun ke tahun. Pada tahun 1989 murid yang bergabung dalam pencak silat lebih banyak dengan jumlah 40 orang.Tahun 1992 muridnya berkurang dengan jumlah 36 orang namun penampilan untuk tampil dalam acara undangan tetap ada. Pada tahun 1995 dilihat dari jumlah murid yang ikut ilmu bela diri pencak silat kembali berkurang yaitu berjumlah 30 orang, sedangkan pada tahun 2006 pertambahan muridnya kembali bertambah dengan jumlah 51 orang dan mendapat perolehan perestasi juara 2 dalam penampilan pencak silat antar Kecamatan17. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mengangkat permasalahan ini lebih lanjut, judul yang dipilih adalah

Perkembangan Pencak Silat SanggarBukik Nan

TonggaDi Kenagarian Lakitan Selatan

KecamatanLengayang Kabupaten Pesisir

Selatan (1989 –2013).

Berdasasarkan hal itu adapun rumusan permasalahan penelitian:

a. Apakah yang melatar belakangi pendirian Sanggar Bukik Nan Tongga?

b. Bagaimanakah perkembangan pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga (1989-2013)? c. Apakah kendala-kendala yang dihadapi

pengelola Sanggar Bukik Nan Tongga dalam melestarikan dan mengembangkan pencak silat (1989-2013)?

Berdasarkan permasalah di atas, penelitian ini bertujuan:

a. Mendeskripsikan latar belakang pendirian Sanggar Bukik Nan Tongga.

b. Mendeskripsikan sejarah perkembangan pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga (1989-2013).

c. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi pengelola Sanggar Bukik Nan Tongga dalam melestarikan dan mengembangkan pencak silat (1989-2013).

Agar permasalah yang di bahas tidak menyimpang dari permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan, baik spasial maupun temporal. Batasan spasial adalah penekanan pada tempat kejadian peristiwa atau kejadian peristiwa dalam suatu unit wilayah tertentu18. Penelitian ini hanya memfokuskan pada perkembangan dari kesenian pencak silat. Batasan spasial ialah di kampung Karang Tangah Kenagarian Lakitan

17

Arsip Sanggar Bukik Nan Tongga. 18

Irhash A. Shamad, Ilmu Sejarah Perspektif Metodologis Dan Acuan Penelitian, (Jakarta: Hayfa Press, 2003), Hlm 53.

Selatan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, karena di daerah inilah berdiri dan berkembang kesenian pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga.

Batasan temporal adalah penekanan dalam rentang waktu kejadian atau kejadian peristiwa dalam suatu waktu tertentu19. Batasan temporal penelitian mengambil periode perkembangan kesenian pencak silat dari tahun 1989-2013.Pada tahun 1989 merupakan awal berdiri kesenian pencak silat, di Pesisir Selatan pada tahun ini, Abunawas adalah guru tunggalnya.Pada tahun 2004 Abunawas mendirikan Sanggar Bukik Nan Tongga. Tahun 2013 dijadikan sebagai batas akhir penelitian, karena pada tahun ini kesenian pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga, resmi menjadi kelompok seni dan budaya yang mewakili KecamatanLengayang, Kabupaten Pesisir Selatan20. Beberapa studi yang relevan dengan penelitian ini adalah Yuriko Abadi (2014) yang berjudul “Perkembangan Keguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Kenagarian Lubuak Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan (1991-2010)” yang berisi tentang berdirinya PSHT karena diminta oleh pesilat-pesilat atau warga/saudara PSHT yang ada di Jawa kepada saudara-saudara PSHT yang berimigrasi ke Sumatera Barat, kususnya Kenagarian Lubuak Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan21.

Dewi Aina Enovia yang berjudul “Perguruan Pencak Silat Camar Putih Suatu Tinjauan Historis (1983-2007)‟‟ tulisan ini menjelaskan bahwa perguruan ini berdiri pada tahun 1983 atas ide dari Idris Rajo Bujang selaku guru besar di silat Camar Putih dan dipilihnya Muasri sebagai pimpinan22.

Kemudian tulisan Kelvira (2010) yang berjudul “Silek Gelombang Dalam Perguruan Silek Pangian di Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya‟‟ Suatu Tinjauan Historis, bahwa dalam tulisan ini perguruan Silek Pangian mengajarkan beberapa aktivitas diantaranya belajar ilmu silat, belajar pengajian,

19

Ibid, Hlm 54. 20

Arsip Sanggar Bukik Nan Tongga 21

Yuriko Abadi (2014) , Perkembangan Keguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate PSHT di Kenagarian Lubuak Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan (1991-2010)’’ skripsi. STKIP PGRI Sumbar.

22

Dewi Aina Enovia (2010), Perguruan Pencak Silat Camar Putih: Suatu tinjauan historis 1983-2007 Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Padang.

(6)

5

silat kebhatinan (ilmu kebathinan) dan juga belajar silek gelombang23.

Tulisan Andi Boy Rekni (1996) yang berjudul “Seni Bela Diri Silat di Kenagarian Lubuk Basung Tahun (1969-1996)‟‟ tulisan ini memberi penjelasan bahwa pada tahun 1970 an pencak silat di Kenagarian Lubuk Basung sangat berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyak berdiri perguruan silat di kenagarian tersebut tetepi letaknya agak jauh dari keramaian dan tidak ada usaha-usaha dari pemerintah Lubuk Basung untuk melesterikan seni bela diri silat ini terutama pihak kebudayaannya24..

Selanjutnya ada tulisan Yon Nafsi (2008) yang berjudul “Studi Tentang Pencak Silat Tradisional Maninjau di Nagari Labuatan Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar‟‟. Skripsi ini menjelaskan bahwa pencak silat merupakan permainan anak nagari yang turun-temurun dari dahulu sampai sekarang. Selain untuk bela diri silat menjadi tanggung jawab kaum muda dalam nagari terutama laki-laki (dubalang)25.

METODE PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian sejarah. Langkah pertama heuristik adalah mencari dan menemukan sumber-sumber atau data sejarah26. Klasifikasi sumber sajarah yang paling lazim adalah sumber primer dan sumber sekunder. Sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara sumber primer dan sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara lapangan dengan guru pencak silat yakni Abunawas dan wawancara dengan anggota atau murid yang ikut bergabung dalam kesenian pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga, serta dengan masyarakat setempat, dan bentuk catatan data atau arsip-arsip dokumen kesenian pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga serta foto-foto anak silat yang ada di Sanggar tersebut.

Sumber sekunder adalah semua sumber yang sudah dikerjakan oleh tangan kedua.Artinya tidak berasal dari pelaku sejarah pada masa peristiwa itu berlangsung.Sumber sekunder dalam

23

Kelvira (2010), Silek Galombang Dalam Perguruan Silek Pangian di Nagari Sungai Dareh Kec. Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya. Institut Seni Indonesia ISI Padang Panjang.

24

Andi Boy Rekni (1996), Seni Bela Diri Silat di Kenagarian Lubuak Basung Tahun 1969-1996 ‘’Skripsi. Fakultas Sastra Universitas Andalas.

25

Yon Nafsi (2008), Studi Tentang Pencak Silat Tradisional Maninjau Di Nagari Labuatan Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. “Skripsi. FIK Universitas Negri Padang.

26

Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Lapai: Universitas Negri Padang, 1999), Hlm 37.

penelitian ini diperoleh melalui perpustakaan seperti buku-buku yang menunjang pembahasan penelitian ini, artikel-artikel maupun bentuk jurnal yang ditulis atau membahas tentang pencak silat.

Langkah kedua kritik sumber. Kritik sumber yaitu merupakan tahapan pengolahan data atau menganalisis sumber informasi. Data yang diperoleh kemudian akan dikritik menurut prosedur ilmu sejarah yakni kritik sumber. Ada 2 tingkat pengolahan data sejarah, pertama kritik eksteren yaitu pengujian otensitas (keaslian) data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan apakah sumber itu relevan, lengkap dan sebagainya, kemudian yang kedua kritik interen adalah kritik yang berkaitan dengan isi sumber tujuannya menguji kredibilitas isi sumber. Kedua tingkat pengolahan data ini bertujuan untuk menyeleksi bagian data yang tidak otentik dan kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bagian yang telah diseleksi dari data yang otentik27. Langkah ketiga Interpretasi data adalah memilah-milahkan atau membedah sumber sejarah sehingga ditemukan butir-butir informasi yang sebenarnya atau sudah diuji lewat saringan kritik sumber. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan cara menghubungkan dan membandingkan fakta-fakta yang diteliti sehingga terdapat fakta yang siap disajikan.

Langkah keempat Historiografi adalah penulisan sejarah. Penulisan akhir setelah mendapati data dan fakta yang benar-benar akurat dan valid dalam penelitian, barulah ditulis dalam bentuk skripsi28.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah yang melatar belakangi berdirinya Sanggar Bukik Nan Tongga bermula dari adanya keinginan dari anak nagari untuk mempertahankan seni tradisi nagari. Setelah bertualang ke sana kemari mencari keterampilan seni tradisi dengan belajar pada yang pandai, maka selaku anak silat didikan guru Abunawas terbesitlah keinginan untuk mendirikan kelompok seni di kampung Karang Tangah (Pulakek), bertempat di kenagarian Lakitan Selatan, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan.Dengan dukungan Angku Wali Nagari Lakitan Selatan (Martias Dt. Pituan Mudo) dan para Niniak Mamak, (Dt. Mandaro Putiah, Dt. Rajo Merah) yang ada di KAN Lakitan, serta para guru Tuo (Abunawas) yang ada di Lakitan juga motivasi dari pada budayawan nagari serta pemuda „‟Parik Paga dalam Nagari‟‟, maka berdirilah Sanggar Bukik Nan Tongga.

Sanggar Bukik Nan Tongga merupakan wadah anak nagari untuk mendalami dan membangkitkan seni budaya tradisi yang ada

27

Ibid, Hlm 37. 28

(7)

6

sekaligus mempelajari seni tersebut agar tidak hilang ditelan era globalisasi atau budaya asing yang dapat merusak moral anak nagari, juga akidah, adat dan agama di nagari tercinta.Selain itu Sanggar Bukik Nan Tongga juga merupakan tempat para seniman nagari untuk menyalurkan karya-karya seni tradisi dan mewariskan pada generasi muda anak nagari agar karya itu bertahan sepanjang zaman29.

Ada beberapa cara pengelola sanggar, khususnyadalam mengembangkan dan melestarikan kesenian pencak silat. Pertama melalui ajakan agar masyarakat turut berpatrisipasi dalam kegiatan sanggar. Ajakan itu disampaikan melalui para murid agar menjadi teman-temannya.Kedua, melalui tingkatan-tingkatan jurus yang memusatkan kepada kemampuan dan ketangguhan dalam kemapanan silat dan ketangkasan kaji. Ketiga, melalui kerja sama antara murid dan guru dengan masyarakat. Keempat, melalui donatur tamu yang datang dari luar sanggar30.

Strategi dalam melestarikan dan mengembangkan pencak silat dilakukan dengan cara terbuka, tidak disembunyi-sembunyikan. Seringnya tampil dalam acara-acara ketika mendapat undangan dan apabila tampil dalam acara-acara pencak silat tersebut dalam acara apapun selalu mempromosikan kesenian pencak silatnya kepada masyarakat yang menonton. Pemimpin sanggar juga melakukan pengajuan-pengajuan berbentuk proposal ke pihak yang lebih tinggi dalam penunjangan seperti sarana dan prasarana yang akan dibutuhkan terkait dengan pencak silatnya31.

Selain itu dalam penerimaan murid yang akan ikut bergabung atau belajar pencak silat di Sanggarnya tidak dipersulit. Selaku guru Abunawas mengajarkan ilmu pencak silat kepada anak muridnya secara serius32. Perkembangan murid pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan seperti yang ada pada tabel berikut:

29

Arsip Sanggar Bukik Nan Tongga 30

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

31

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

32

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah. Tahun Jumlah Murid Laki-laki Perempuan 1989 40 orang 40 orang - 1990 60 orang 60 orang - 1991 40 orang 40 orang - 1992 36 orang 36 orang - 1993 40 orang 40 orang - 1994 40 orang 40 orang - 1995 30 orang 30 orang - 1996 33 orang 33 orang - 1997 41 orang 41 orang - 1998 42 orang 42 orang - 1999 40 orang 40 orang - 2000 53 orang 53 orang - 2001 62 orang 62 orang - 2002 50 orang 50 orang - 2003 52 orang 52 orang - 2004 42 orang 42 orang - 2005 44orang 44orang - 2006 51 orang 51 orang - 2007 63orang 54 orang 9 orang 2008 40 orang 29 orang 11 orang 2009 29 orang 17 orang 12 orang 2010 41 orang 34 orang 7 orang 2011 36 orang 26 orang 10 orang 2012 38 orang 29 orang 9 orang 2013 39 orang 22 orang 17 orang Sumber: Arsip Sanggar Bukik Nan Tongga.

Kesenian pencak silat yang berada di Sanggar Bukik Nan Tongga pernah ikut berpartisipasi dalam acara-acara pencak silat.tahun 1991 sampai tahun 1995 periode ini partisipasi tampil dalam acara pencak silatbanyak tampil dalam panggilan undangan baralek, undangan batagak penghulu dan undangan adat baik dalam kampung maupun diluar kampung. Memasuki periode tahun 1996 merupakan perkembangan bagi anggota pencak silat yang berada di Sanggar Bukik Nan Tongga.Pertama kalinya tampil dalam acara perlombaan pencak silat dalam acara Pestival Labuhan.Empat orang murid pencak silat yang dipercayakan ikut yaitu Pance, Andi, Iwan, dan Seri.Lawan main di antaranya aliran silat tuo

kampuang bau (kampung baru), silat luncua Balai Jumat, silat bauah buyuang, silat imau lapau macang, dan yang lain-lain33.

Pada waktu itu anggota pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga memperoleh prestasi sebagai juara pertama dengan hadiah uang sebesar Rp 500.000 dan 2 seragam pakaian silat. Pada tahun 1997 sampai pada tahun 2003 kembali lebih banyak tampil dalam bentuk undangan acara

33

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

(8)

7

baralek (pernikahan), undangan adat seperti undangan acara balimau (berlimau) penyambutan masuknya bulan puasa.

Tahun 2004 dan tahun 2005 anggota pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga kembali terpanggil mengisi acara tampil memainkan pencak silat dalam peresmian melaksanakan berburu Sumbar di kampung Balai Selasa tahun 2004 dan di kampung Padang Laban tahun 2005. Memasuki periode tahun 2006 juga merupakan suatu peningkatan bagi anggota pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga yaitu kembali berpartisipasi dalam acara perlombaan pencak silat putra dan putri tingkat Kecamatan.

Penampilan di acara ini anggota pencak silat yang ikut adalah Nanda dan Ison, dengan lawan main dari aliran silat luncua Sungai Liku, silat taratak, dan yang lain. Memperoleh prestasi menjadi juara kedua pencak silat putra dengan mendapatkan satu medali perak dan membawa pulang uang sebesar Rp 1.500.000.Tahun 2007 Abunawas membawa anggota pencak silat didikannya dalam acara perlombaan olahraga pencak silat kategori pelajar tingkat Kabupaten atas nama Nanda Pratama, dengan lawan aliran silat ulu ambek, dan silat imau (Harimau). Berhasil mendapatkan peringkat ketiga dengan hadiah satu medali perunggu dan uang senilai Rp 800.000.Perkembangan pada tahun 2008 anggota pencak silat tampil dalam acara penyambutan tahun baru.Murid yang terpilih yaitu Ijup, Ilham, dan Andi.

Memasuki tahun 2009 tampil dalam acara keseniaan budaya adat nagari bertempat di Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir selatan. Murid yang ikut untuk tampil adalah Andre, Puji, Beni, Inop, dan Asri, tahun ini juga mendapat undangan tampil dalam acara balimau (berlimau) dalam penyambutan datangnya bulan puasa dan mendapat undangan tampil pada acara perayaan lebaran. Tahun 2010 juga ikut tampil dalam acara duduk kaum suku kampai di Sungai Liku, acara perayaan lebaran, dan acara balimau (berlimau)34.

Berlanjut keperiode tahun 2011 anggota pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga hanya tampil dalam undangan acara baralek, undangan acara balimau dan undangan perayaan lebaran.Ditahun 2012 mendapat undangan untuk tampil dalam acara perpisahan anak kelas 3 MAN Balai Selasa.Murid yang diutus tampil Ijal, Ari, Rio, Siip, Rudi, dan Siot. Perkembangan di tahun 2013 anggota Pencak silat Sanggar Bukik Nan Tongga juga berpartisipasi dalam acara Pastival Langkisau dalam penampilan pencak silat, murid diutus berangkat yaitu Nopri, Awi, Delki, Ilham

34

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

Ketek, dan Adek dengan memperoleh prestesi hanya mendapatkan peringkat ke enam35.

Menjadi seorang guru bagi Abunawas dalam mengembangkan pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semenjak berdiri dari tahun 1989 sampai 2013 tidak hanya berjalan dengan baik adapun kendala-kendala yang dirasakan dalam mengembangkan pencak silat kepada murid atau anggota pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga. Kendala-kendala yang dirasakan yaitu seperti masuknya seni bela diri modern, masalah pendidikan atau tamat sekolah, masalah sarana dan prasarana yang tidak lengkap, masalah pembiayaan,aspek pakaian/seragam silat, pengaruh alam, kurang disiplinnya murid pencak silat, dan pengaruh HP.

Solusi dari permasalahan kurangnya disiplin dan pengaruh Hp, Abunawas lebih tegas meningkatkan kedisiplinan dan peraturan untuk mematikan Hp saat latihan silat. Permasalahan listrik kerja sama antara guru dan murid silat untuk mencari penerangan seperti iyuran membeli minyak tanah untuk menghidupkan beberapa lampu seroking. Solusi murid yang belum memiliki pakaian silat menggunakan seragam yang memungkinkan dalam latihan silat.

Solusi masalah pembiayaan Abunawas menetapkan peraturan murid dikenakan pembayaran biaya kas sanggar dua kali lipat apabila telat atau tidak membayar kas pas pada hari latihan.Penerapan ini membawakan hasil bagi perkembangan latihan silat di Sanggar Bukik Nan Tongga.Tampil untuk mengikuti panggilan undangan murid dan guru tidak terganggu lagi dengan masalah pembiayaan persiapan keberangkatan ataupun biaya makan, karena kas sanggar ada.

Kedisiplinan murid juga meningkat. Terkait masalah sarana dan prasarana Abunawas beserta murid pencak silat yang ada di Sanggar Bukik Nan Tongga berusaha untuk berupaya mengajukan bentuk proposal kepada camat Lengayang supaya ikut membantu atau menyumbangkan dana dalam memfasilitasi sarana dan prasarana yang kurang di Sanggar Bukik Nan Tongga36.

35

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

36

Wawancara dengan Abunawas (guru pencak silat). Tanggal 6 Juli 2015 di Karang Tangah.

(9)

8

KESIMPULAN

Berdirinya Sanggar Bukik Nan Tongga bermula dari adanya keinginan dari anak nagari untuk mempertahankan seni tradisi nagari. Setelah bertualang ke sana kemari mencari keterampilan seni tradisi dengan belajar pada yang pandai, maka selaku anak silat didikan guru Abunawas terbesitlah keinginan untuk mendirikan kelompok seni di kampung Karang Tangah (Pulakek), bertempat di kenagarian Lakitan Selatan, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan

Dengan dukungan Angku Wali Nagari Lakitan Selatan dan para Niniak Mamak yang ada di KAN Lakitan serta para guru Tuo yang ada di Lakitan juga motivasi dari pada budayawan nagari serta pemuda „‟Parik Paga dalam Nagari‟‟, maka berdirilah Sanggar Bukik Nan Tongga. Abunawas selaku guru pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian pencak silat hingga semenjak berdiri 1989 sampai 2013 tidak pernah mati atau masih tetap bertahan kerana memiliki cara yang terbuka tidak disembunyi-sembunyikan.

SARAN

Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik, namun sebagai manusia biasa penulis tidak lepas dari kekhilafan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Diharapkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan untuk lebih memperhatikan seni bela diri pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga karena pencak silat merupakan suatu peninggalan warisan budaya.Diharapkan kepada Abunawas selaku guru pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga agar dapat mempertahankan keberadaanya terkait dengan perkembangan zaman era globalisasi seperti sekarang.Diharapkan agar murid pencak silat di Sanggar Bukik Nan Tongga lebih meningkatkan prestasi dalam iven-iven pencak silat dan tidak melupakan budaya dan agama dan selalu mempunyai moralitas yang baik dan berakhlak sesuai dengan ajaran agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA 1. Arsip

Arsip Pencak Silat Sanggar Bukik Nan Tongga. Koran Padang Ekpres, 11 April 2015.

2. Buku

Herliswanny R,Siti Maria.(1996/1997). Apresiasi

Generasi Muda Terhadap Pencak Silat di Daerah Jawa Barat. Jakarta: Cv Bupara Nugraha.

Maryono, O‟ong. (1999). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Galang Press.

Mulyana.(2013). Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri Dan Karakter Bangsa. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. Navis, A. A. (1998). Alam Terkembang Jadi

Guru.Jakarta: Grafitri perss.

Nopriyasman.(2014). Silek Minangkabau Dalam Prespektif Sejarah Budaya.Padang: Universitas Andalas.

Shamad,Irhash A. (2003). IlmuSejarah Perspektif Metodologis Dan Acuan Penelitian. Jakarta: Hayfa Press.

Sutrisnosutuyo dkk.(1977). Sejarah Daerah -Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Cv. Eka Dharma.

Suwirman.(1999). Pencak Silat Dasar. Padang: Dip Proyek Universitas Negri Padang.

Zed, Mestika .(1991). Metodologi Sejarah. Lapai: Universitas Negri Padang.

3. Skripsi

Andi Boy Rekni. (1996). „’Seni Bela Diri Silat Di Kenagarian Lubuak BasungTahun 1969-1996‟‟. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra

Universitas Andalas.

Dewi Aina Enovia. (2010). „’Perguruan Pencak Silat Camar Putih: Suatu Tinjauan Historis 1983-2007‟‟ Skripsi. Padang:

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Padang.

Yon Nafsi. (2008). „’Studi Tentang Pencak Silat Tradisional Maninjau Di Nagari Labuatan Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar‟‟ Skripsi. Padang: FIK Universitas

Negri Padang.

Yuriko Abadi. (2014). „‟Perkembangan Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Kenagarian Lubuak

Gadang di Kec. Sangir Kab. Solok Selatan (1991-2010)’’Skripsi.Padang: STKIP PGRI Sumbar Program Studi Sejarah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini dengan

Hasil eksperimen menunjukkan robot heksapoda yang dirancang dapat berjalan menyusuri ruang tanpa menabrak dinding dan menemukan sumber api, kemudian api

BAGIAN STRUKTUR JENIS / BAHAN KETERANGAN DIMENSI 1.1 Lantai Tegel terbuat dari campuran semen & pasir 30 cm x 30 cm atau.. LANTAI 40 cm x

dievaluasi  dalam  konteks  analisis  keuangan.  Ada  dua  hal  yang  mendasari  keyakinannya  tersebut.  Pertama,  tidaklah  mungkin  mengukur  results  yang 

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dituliskan kesimpulan bahwa LKS materi pemisahan campuran untuk melatihkan keterampilan proses sains

Pengaruh Reputasi Underwriter dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Jangka Panjang Saham IPO (Studi Pada Perusahaan Yang Telah Terdaftar Di BEI). Fanny Septina

Ketika Semua Telah Terlena Oleh Arak Dan Musik, Pang Tong Berbicara Kepada Fa Zheng, "Karena Tuan Kita Tidak Mau Mengikuti Rencana Kita, Kita Lebih Baik