• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Yogyakarta adalah Kota Pelajar yang memiliki banyak pelajar dari jenjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Yogyakarta adalah Kota Pelajar yang memiliki banyak pelajar dari jenjang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Yogyakarta adalah Kota Pelajar yang memiliki banyak pelajar dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, hingga Perguruan Tinggi. Setiap pelajar memiliki minat dan bakatnya masing - masing. Salah satunya adalah minat dan bakat dalam bidang musik. Seni musik bisa diwujudkan melalui banyak cara seperti gamelan, band, ansambel, orkestra, dan lain – lain. Yang menjadi fokus penelitian kali ini adalah seni musik orkestra.

Yogyakarta memiliki ribuan pelajar yang menempuh pendidikan di hampir 3000 sekolah dan perguruan tinggi. Berdasarkan data dari Dinas DIKPORA DIY, terdapat 1840 SD dan 161 MI, 433 SMP dan 94 MTs, 160 SMA dan 43 MA, sedangkan untuk kategori Perguruan Tinggi terdapat 24 Universitas, 46 Sekolah Tinggi, 6 Institut, 10 Politeknik, dan 42 Akademi (pendidikan-diy.go.id, 2013). Berdasarkan hasil observasi dari peneliti, di Yogyakarta baru ada sekitar 24 sekolah yang memiliki orkestra atau ansambel. Sembilan sekolah dari tingkat pendidikan SMA, 9 dari tingkat pendidikan SMP, dan 6 dari tingkat pendidikan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada ribuan sekolah di Yogyakarta lainnya yang belum memiliki wadah untuk anak didiknya sehingga akan menghambat anak dan remaja dalam beraktualisasi-diri mengembangkan potensi / bakat di bidang musik orkestra. Sekolah sebagai salah satu sarana belajar bagi

(2)

siswa seharusnya mampu mewadahi kebutuhan belajar siswa baik intrakulikuler maupun ekstrakulikuler.

Penyaluran potensi, minat, dan bakat adalah kebutuhan yang harus terpenuhi. Hal ini berdasarkan pernyataan WHO (2001) tentang individu sehat mental yang didefinisikan sebagai individu yang produktif, dapat mengenali potensi diri, dapat mengembangkan potensi diri, dapat melakukan coping stres, dan berkontribusi pada komunitas atau lingkungan. Abraham H. Maslow juga berpendapat bahwa pribadi yang sehat adalah individu yang menggunakan kapasitas dan kualitas yang ada dalam diri sepenuhnya (Schultz, 1991). Mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi semua potensi, dan keinginan untuk menjadi kreatif yang diwujudkan melalui aktualisasi-diri (Feist & Feist, 2006). Sedangkan menurut Rogers (dalam Schultz, 1991) aktualisasi-diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat serta potensi psikologis yang unik. Individu memiliki dorongan sejak lahir untuk menciptakan dirinya sendiri (self). Suatu hal yang hanya dapat dicapai oleh individu yang sehat secara psikologis. Berdasarkan uraian dari para ahli tersebut, maka penyaluran minat dan bakat pelajar secara tepat dan terarah adalah sesuatu yang sangat penting untuk diwujudkan.

Bakat yang tidak tersalurkan akan menghambat perkembangan pelajar secara psikologis yang kemudian berdampak pada buruknya kesehatan mental mereka. Kesehatan mental yang buruk akan berdampak pada performa pelajar ketika di sekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tentang epidemiologi kesehatan mental remaja berbasis

(3)

sekolah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama remaja/pelajar (SMP dan SMA) secara keseluruhan adalah pada variabel kontrol diri (Kumara, Wimbarti, Susetyo, & Widhiarso, 2016). Pelatihan kontrol diri dapat dilakukan melalui orkestra. Orkestra mengajarkan para pemainnya untuk bermain bersama – sama secara ansambel, menurunkan ego agar dapat mendengarkan para pemain musik lainnya, serta diwajibkan untuk disiplin dan menaati instruksi dari pemimpin orkestra (konduktor). Selain sebagai sarana aktualisasi-diri, musik juga dapat digunakan untuk memacu berbagai unsur psikologis yang ada dalam diri individu (Hallam, 2010).

Ilmu psikologi dengan musik/orkestra memiliki hubungan yang positif. Orkestra adalah sebuah grup musik besar yang memainkan berbagai alat musik yang berbeda secara bersama – sama dan dipimpin oleh seorang konduktor (www.dictionary.cambridge.org, 2016). Bagi anak-anak dan remaja, terlibat dalam orkestra memiliki berbagai dampak positif bagi psikologis. Sebuah studi yang dilakukan Norwegian Research Council for Science and Humanities menemukan bahwa anak yang terlibat ke dalam aktivitas musik dan memiliki motivasi tinggi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk bisa sukses di sekolah (Lillemyr, 1983). Whitwell (dalam Hallam, 2010) menemukan bahwa keterlibatan secara kreatif dalam bermusik akan meningkatkan self–image, self awareness, dan membentuk self–attitude yang positif. Pengaruh paling besar terhadap pelajar yang mengikuti kegiatan kesenian di sekolah adalah pengembangan personal dan social development. Dalam konteks psikologis, efek yang dapat dirasakan berupa social awareness, social skills, dan well-being.

(4)

Beberapa pelajar merasakan manfaat kelompok musik sebagai pengembangan skill musik mereka, musik juga dianggap sebagai sarana terapi untuk ketenangan diri, sarana berbagi kebahagiaan dengan individu lain di dalam maupun luar kelompok, meningkatkan kepercayaan diri saat tampil di hadapan umum, melatih pelajar dalam kerja sama tim, serta sebagai wadah untuk mengekspresikan diri (Harland, 2000).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat berbagai manfaat musik terhadap psikologis anak dan remaja sehingga, orkestra biasanya juga dijadikan sebagai sarana pemberdayaan anak dan remaja. Di Venezuela contohnya, di sana terdapat salah satu orkestra yang bergerak di bidang pemberdayaan anak – anak dan remaja untuk mencegah tindakan kriminal dari anak-anak di Venezuela. Kelompok orkestra ini bernama El Sistema. Berbagai penghargaan sudah diterima oleh El Sistema. Di antaranya penghargaan dari Harvard School of Public Health untuk pengaruhnya dalam bidang sosial. Pada tahun 2009, pendiri El Sistema, Jose Antonio Abreu mendapatkan penghargaan dari TED karena visi-nya dalam mengubah dunia melalui musik. El Sistema telah menyelamatkan anak-anak dari bahaya narkoba, kekerasan, dan kejahatan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak-anak setelah pulang sekolah untuk bermain orkestra selama 1 hingga 5 jam per hari dan 5 hingga 6 hari setiap minggunya. Sejak didirikan pada tahun 1970 El Sistema sudah memberdayakan lebih dari 300.000 anak dan remaja. Seluruh anak dari berbagai kalangan dipersatukan tanpa memandang suku, ras, agama, dan status ekonomi. Mereka saling berinteraksi dan bersinergi melalui orkestra (Uy, 2012).

(5)

Sedangkan di Yogyakarta terdapat Jogja Student Orchestra (JSO), sebuah orkestra yang bertujuan mewadahi pelajar di D. I. Yogyakarta dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang memiliki passion dalam bidang musik. Sehingga kehadiran JSO diharapkan mampu menjadi wadah aktualisasi-diri bagi para pelajar yang memiliki minat dan bakat bermusik yang diwujudkan melalui orkestra. Sebanyak 47 pelajar terlibat dalam pagelaran konser Jogja Student

Orchestra: Konser Pendidikan 2017 Mini Concert “Daftar Putar” yang

dilaksanakan pada 12 Mei 2017 di Societed Militair Taman Budaya Yogyakarta. Seluruh pelajar yang terlibat di dalam JSO adalah pemain orkestra amatir. Artinya, para pemain tidak bermain orkestra karena/untuk dibayar atau diberi upah berupa uang. Motivasi mereka mengikuti JSO antara lain adalah untuk mencari pengalaman untuk bermain orkestra, mencari relasi/teman dari sekolah lain, dan untuk menyalurkan hobi.

Salah satu penyanyi JSO, PI menyatakan bahwa motivasi dia bergabung di JSO adalah karena ingin merasakan pengalaman baru bernyanyi diiringi oleh orkestra karena di kampusnya ia tidak memperoleh wadah untuk menyalurkan hobinya.

“iya mas, saya mau kok gabung ke JSO meski gak dibayar. Karena motivasi saya daftar ini memang bukan untuk cari tambahan duit. Saya sih lebih karena ingin merasakan suasana baru bernyanyi sambil diiringi orkestra besar gitu kan belum pernah ngerasain. Karena di kampus saya memang tidak ada wadah buat kayak ginian.”

Peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana remaja di JSO teraktualisasi melalui serangkaian proses latihan orkestra dan konser yang mereka jalani. Untuk

(6)

itu, peneliti mengangkat teori aktualisasi-diri Maslow untuk mengeksplorasi aktualisasi-diri subjek. Menurut teori hierarchy of needs Maslow, untuk mencapai sebuah aktualisasi-diri terlebih dahulu harus melewati tahapan yang disebut dengan hierarki kebutuhan. Secara berurutan dari bawah ke atas, kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa dicintai dan memiliki, rasa dihargai, dan aktualisasi-diri. Sehingga untuk mencapai sebuah aktualisasi-diri harus terlebih dahulu melalui ke-empat tahapan di bawahnya yang harus dipenuhi (Feist & Feist, 2006). Menurut Maslow, untuk mencapai aktualisasi-diri individu harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama, bebas dari psikopatologi. Kedua, pribadi yang mengaktualisasikan diri memegang erat B-value. B-value adalah indikator kesehatan psikologis yang mendukung ke arah aktualisasi-diri. Maslow mengistilahkannya sebagai metaneeds dan metamotivation. Isi dari B-values itu sendiri antara lain adalah: wholeness, perfection, completion, justice, aliveness, richness, simplicity, beauty, goodness, uniquess, effortlessness, playfulnes, truth, self-sufficiency. Ketiga, individu yang mengaktualisasikan diri mampu sepenuhnya mengeksplorasi talenta diri, kapasitas, dan potensi diri (Feist & Feist, 2006). Akan tetapi, menurut pengamatan Maslow hanya ada sekitar 1% manusia yang dapat mengaktualisasikan-dirinya secara penuh. Itu pun individu yang sudah berusia di atas 50 tahun atau berada pada fase dewasa akhir (Feist & Feist, 2006). Sedangkan remaja masih berada pada fase tugas perkembangan pencarian jati diri (Santrock J. W., 2011).

Sudah ada beberapa penelitian lain yang menghubungkan antara variabel aktualisasi-diri dengan variabel musik. Salah satu penelitian tentang apresiasi

(7)

musik dan aktualisasi-diri pada pelajar berbakat menemukan bahwa pelajar berbakat (gifted student) memiliki kebutuhan dasar (basic needs) yang sama dengan remaja pada umumnya baik dalam kategori kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, dan rasa dihargai. Yang membedakan adalah dalam hal kebutuhan aktualisasi-diri, pelajar berbakat memiliki kebutuhan aktualisasi-diri yang lebih mencolok dibandingkan dengan remaja pada umumnya. Hal ini disebabkan karena pelajar berbakat akan berfokus untuk mengembangkan seluruh potensial yang ada dalam satu area tertentu. Karena pelajar berbakat memiliki performa yang sangat baik pada satu area/bakat/talenta tertentu. Penelitian ini lebih berfokus pada pelajar yang berbakat dalam bidang musik yang disalurkan melalui apresiasi musik berupa mendengarkan musik, bermain musik, atau membuat komposisi lagu (Piragasam, Majid, & Jelas, 2013). Sebuah penelitian lainnya menyatakan bahwa keterlibatan secara intens dalam kegiatan bermusik baik itu mendengarkan atau memainkan alat musik akan mendorong terjadinya pengalaman puncak (peak experience). Musik yang memberikan kesan menyenangkan dan memotivasi bagi pelajar akan semakin mempermudah mereka untuk mencapai pengalaman puncak. Pengalaman puncak inilah yang nanti akan menggiring pelajar ke arah aktualisasi-diri (Lowis, 2002). Sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa improvisasi musikal itu tidak hanya sekadar menciptakan musik secara bersama-sama, akan tetapi juga melibatkan pada sebuah perjalanan menuju aktualisasi-diri. Hasil temuan ini kemudian dimanfaatkan dalam praktik psikoterapi musik (Ahonen & Houde, 2009).

(8)

Berdasarkan pemaparan data dan pengamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa penyaluran minat dan bakat remaja adalah sesuatu yang penting untuk diwujudkan. Fase remaja adalah fase perkembangan dalam pencarian jati diri. Pengamatan dari Maslow juga menunjukkan bahwa aktualisasi-diri baru dapat dicapai oleh individu yang matang. Sehingga, menarik untuk dieksplorasi tentang kebutuhan apa yang dimiliki remaja dalam bermain orkestra. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus kepada individu berusia 12-18 tahun (fase remaja awal dan madya) yang mengikuti JSO. Melalui Jogja Student Orchestra (JSO), remaja mengalami berbagai proses dan dinamika selama latihan hingga pementasan berlangsung. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba mengeksplorasi faktor-faktor hierarchy of needs dan B-value pada remaja yang mengikuti Jogja Student Orchestra untuk mengetahui bagaimana dinamika psikologis remaja dalam menjalani proses orkestra.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor hierarchy of needs dan B-value pada remaja yang mengikuti Jogja Student Orchestra untuk mengetahui bagaimana dinamika psikologis remaja dalam menjalani proses orkestra.

(9)

C. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang psikologi, khususnya psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, psikologi musik, serta psikologi kepribadian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi subjek penelitian hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengembangkan diri dalam hal psikis melalui proses musikal.

b. Bagi para psikolog, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk membantu menstimulasi pelajar, khususnya anak dan remaja dalam meningkatkan kesehatan mentalnya.

c. Bagi para musisi khususnya untuk Jogja Student Orchestra, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penerangan berupa ide atau gagasan dalam pengembangan metode pelatihan musik bagi anak dan remaja yang selain menekankan unsur musikalitasnya tetapi juga menekankan unsur psikologisnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kandidat entitas merupakan enti- tas yang akan menjadi bagian dari perenca- naan arsitektur perusahaan, sehingga penentuannya dapat didasarkan pada kondisi fungsi bisnis

Uji kepadatan tanah dilakukan dengan uji Proctor Standar. Hasil dari uji pemadatan berupa berat volume kering maksimum dan kadar air optimum digunakan sebagai

(2) Dalam hal setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank lain dan mengakibatkan yang

Melalui gambar, yaitu apabila seseorang akan membuat cetakan permanen, maka ia akan membutuhkan suatu gambar pedoman dari benda yang akan dibuat dalam proses pengerjaan awal.

Tekanan kecepatan /Velocity pressure (VP), adalah tekanan kinetik (akibat dari gerakan) dalam arah aliran yang diperlukan untuk menyebabkan aliran udara dengan kecepatan tertentu,

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya melalui alat analisis Partial Least Square atau PLS mengenai Pengaruh Employee Engagement, Budaya

40 komponen aktivitas memasak dengan cara memanggang atau menggoreng Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker)

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan