• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Induk

Keuskupan Agung Semarang

(RIKAS)

2016-2035

Dewan Karya Pastoral

Keuskupan Agung Semarang

(2)
(3)

PROMULGASI

RENCANA INDUK

KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

Oleh Uskup Agung Semarang

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai paguyuban Umat beriman dan murid-murid Yesus Kristus mencita-citakan hadirnya Kerajaan Allah yang menyelamatkan dalam hidup sehari-hari, sehingga Gereja menjadi signifikan dan relevan bagi warganya dan bagi masyarakat, termuat dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang (ARDAS KAS) ke enam pada tahun 2011-2015. Cita-cita itu terus dikembangkan dan diupayakan melalui empat fokus pastoral garapan yang diyakini baik: Pengembangan iman mendalam dan tangguh, Peningkatan peran awam di bidang sosial, kemasyarakatan dan politik, Pemberdayaan kaum Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, Difabel (KLMTD), dan Pemeliharaan keutuhan ciptaan (kita kenal dalam Slogan P 4). Aneka upaya dengan gerak sinergis diusahakan selama lima tahun sebagai gerak dinamis Gereja yang berjejaring dengan siapapun.

Perjalanan peziarahan Umat Allah KAS terus bergerak seiring dengan perjalanan waktu dalam konteks dunia dan pemerintah Indo-nesia. Paus Fransiskus mengajak kita menghayati hidup dan peziarahan ini dalam “Sukacita Injil”. Ekhortasi Evangelii Gaudium sebagai penutup tahun iman (24 November 2013) membawa kepada kita kesadaran untuk mewartakan Yesus Kristus dengan cara-cara baru dan para gembala umat bersehati dalam mewartakan Injil karena mau ‘berbau domba’ menuju Jubileum ter-Agung 2000 tahun penebusan oleh Yesus Kristus. Membangun kesadaran sebagai bagian dari bangsa yang mendiami satu bumi sebagai rumah bersama, Paus Fransiskus dalam Ensiklik “Laudato Si – Terpujilah Engkau Tuhan”, 24 Mei 2015 menyentakkan kesadaran bersama secara bertanggung jawab dan tidak mungkin ditunda. Apa yang sudah menjadi gerak langkah Umat Al-lah KAS sejalan dengan seruan dan keprihatinan Pimpinan Gereja semesta. Seluruh gerak dinamis itu kita bawa dan persembahkan kepada Allah – Sang Pemelihara Kehidupan menuju Jubileum Agung tahun 2033 untuk merayakan 2000 tahun penebusan oleh Yesus Kristus, sehingga Yesus Kristus semakin dikenal, dicintai, dan diikuti. Sadar akan gerak perjalanan iman itu, maka ARDAS KAS ke 7, 8, 9, dan 10

(4)

ditempatkan dalam Rancangan Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 20 tahun ke depan, tahun 2016 hingga 2035.

Pintu masuk untuk menghadirkan Gereja secara signifikan dan relevan kita lanjutkan dengan memilih tiga pintu besar yaitu hidup yang Sejahtera, Bermartabat, dan Beriman untuk mewujudkan PERADABAN KASIH. Tiga pintu besar inilah yang menjadi sarana menghadirkan Kerajaan Allah. Aneka upaya yang telah kita buat melalui road map (peta jalan) lima tahunan terus kita upayakan, dengan penyesuaian berkaitan dengan enam misi dan rumusan strategi yang ingin kita jalani melalui komisi-komisi Dewan Karya Pastoral (DKP) dan Kevikepan, melalui keterlibatan Paroki, upaya para aktivis dan kelompok kategorial serta paguyuban sejalan dengan kharisma yang dihayati dan dimiliki. Seluruh komponen Umat Allah KAS bersatu padu mewujudkan cita-cita membangun PERADABAN KASIH dengan cara-cara yang terencana dan sistematis. Nama lembaga di paroki sebagai PGPM, ‘Pengurus Gereja dan Papa Miskin’, dengan sepenuh hati ingin kita wujudkan sebagai bentuk tanggung jawab sejarah dan tanggung jawab mengemban amanat Yesus Kristus junjungan kita sebagai Pengelola Harta Kekayaan Kristus yang digunakan terutama untuk “mengatur ibadat ilahi, memberi sustentasi yang layak kepada klerus serta pelayan-pelayan lain, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta karya amal-kasih terutama terhadap mereka yang berkekurangan” (Bdk. KHK. Kan. 1254. §2). Kehadiran para Imam bersama tarekat/komunitas religius dan institut sekulir, profesionalitas kaum awam dalam bidang-bidang karya dan pekerjaan, serta jalinan dengan Pemerintah Pusat maupun daerah hingga kabupaten/kota serta tingkat paling dasar di Kelurahan/Desa bahkan di RT dan RW, menjadi gerak dan upaya kita bersama, seperti memasuki ‘lawang sewu’ – seribu pintu untuk mewujudkan PERADABAN KASIH.

Hatur terimakasih kepada Tim 12 yang telah menyusun RIKAS dengan mempertimbangkan dan mengolah masukan dari Konsultor diperluas, paroki-paroki, para aktivis, para Rama, Bruder, Suster, Frater, dan seluruh komponen yang ambil bagian dengan dinamika yang telah dijalani sejak November 2013 hingga pada saatnya kita gunakan sebagai pijakan untuk hidup menggereja dan memasyarakat. Kepada siapa saja yang dengan cara dan keterlibatannya memberi masukan, catatan, dan koreksi, menyempurnakan penyusunan naskah ini, dinyatakan terima kasih dan penghargaan.

(5)

Harapan saya, seluruh pemikiran dan upaya yang termuat dalam RIKAS 20 tahun ke depan ini dapat diterjemahkan melalui Ardas Lima Tahunan yang menjadi pegangan pokok dalam bertindak dan menjalankan reksa pastoral di seluruh wilayah gerejawi KAS dengan tetap terbuka pada tanda-tanda jaman dan daya gerak Roh Kudus yang membimbing seluruh hidup dalam peziarahan sampai kepada kepenuhannya hingga kita selalu siap untuk bertolak ke tempat yang dalam “Duc in Altum”, karena kita percaya, “Allah yang telah memulai pekerjaan baik diantara kita, akan menyelesaikanNya pada kedatangan Kristus” (Bdk. Filp.1:6)

Salam, doa dan Berkah Dalem

Semarang, Pada Tahun Hidup Bakti – 7 Oktober 2015 Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu Rosario

Pelindung Gereja Katedral Semarang Uskup Keuskupan Agung Semarang

(6)
(7)

PENGANTAR

1. Gereja KAS dan Perutusan Gereja Universal

Perjalanan Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (KAS) dari waktu ke waktu adalah sebuah perististiwa perjalanan bersama dalam iman, harapan dan kasih yang bersumber pada misteri Kristus sendiri. Kristus sendirilah - sebagai Gembala yang baik- (Yoh 10,11-16) yang aktif mempersatukan domba-dombaNya dan menuntun kawanan dombaNya dengan terus-menerusmemberikan sabda-sabdaNya bagaikan pelita dan pemberian Dirinya sebagai santapan para peziarah yang menguatkan langkah. Itulah gambar Gereja yang hidup dan berziarah menuju kesempurnaan dan kepenuhannya dalam Kristus (bdk LG 48). Dan dalam pengembaraan itulah, Gereja terus-menerus sedang ditransformasikan, diremajakan, dan diantarkan menuju kesatuan makin sempurnya dengan Kristus mempelainya oleh daya kekuatan Roh Kudus ( LG no.4).

Gerak Gereja KAS menyongsong Kristus mempelainya, secara historis ditandai dengan perayaan Yubileum Agung sebagai kenangan akan peristiwa Penebusan dimeteraikan dengan darahNya 2000 tahun yang lalu. Saat itulah dibuktikan betapa besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia mengutus AnakNya yang Tunggal supaya setiap or-ang yor-ang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3,16). Dan ketika Ia ditinggikan dari bumi, Ia bermaksud menarik semua orang untuk datang kepadaNya (Yoh 12,32). Karya penebusan Kristus itulah yang menghimpun semua orang dari berbagai kalangan dan latar belakang menjadi Gereja yang satu, ku-dus, katolik dan apostolik melalui kelahiran yang baru dalam Roh Gereja KAS sebagai persekutuan berbagai paguyuban orang-orang yang diikat oleh meterai Kristus mengemban tugas perutusan apostolik seperti diwariskan Yesus kepada para rasulNya yakni: mewartakan Berita Gembira Kerajaan Allah (Bdk Mk 3,13). Tetapi, sembari tugas dan amanat Yesus tersebut dijalankan terus menerus secara kreatif dan penuh semangat, Gereja KAS sendiri ingin menghayati dan merasakan kegembiraan injili ditengah-tengah kehidupan yang nyata ini. Sebab, kegembiraan Injili tersebut diyakini sebagai getar dan energi kehidupan yang sudah semestinya juga dibagikan kepada semua orang. Dengan

(8)

cara seperti itu, Gereja KAS dapat mewujudkan diri sebagai “Gereja yang menjelma di tempat tertentu, dilengkapi dengan segala sarana penyelamatan yang dianugerahkan oleh Kristus, namun dengan wajah setempat” (EG no. 30). Gereja KAS ingin selalu secara konsisten membawakan diri sebagai kehadiran yang tetap relevan dan signifikan bagi semua orang.

Perjalanan Gereja KAS sebagai communio (persekutuan orang beriman) menuju tahun 2035 adalah perjalanan dalam tegangan antara Gaudium et Spes yakni tegangan antara kegembiraan dan harapan, suka dan duka, prestasi dan kecemasan banyak orang terutama mereka yang kecil, miskin, dan tersingkir, serta disable (Bdk GS no.1). Dari satu sisi, Umat Allah KAS oleh Kristus dilengkapi dengan berbagai macam anugerah dan kharisma sehingga persekutuan Umat tersebut tampak subur dan semarak dengan berbagai buah Roh Kudus. Persekutuan Umat tersebut dipupuk dengan berbagai kegiatan perayaan iman dan kekhusukan kebaktian devosional serta didukung oleh partisipasi umat yang mengesankan dan dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Di sisi lain, sebagai bagian dari Gereja seluruh dunia dan - secara kontinental adalah bagian dari Gereja-Gereja di Asia serta Gereja Indonesia - Gereja KAS ingin menyatukan gerak bersama dalam menanggapi secara aktif, kontekstual dan proporsional persoalan-persoalan nasional dan internasional terutama yang menyangkut martabat manusia dan keutuhan alam ciptaan dengan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam bahasa yang komunikatif dan komprehensif. Lima dekade terakhir ini, sejak sidang para Uskup Asia di Manila tahun 1970, Gereja-Gereja di Asia (Indonesia termasuk di dalamnya) disibukkan dengan persoalan-persoalan yang terkait dengan budaya/inkulturasi, dialog antar agama-agama dan masalah kemiskinan. Tidak kalah menyita perhatian banyak orang ialah masalah-masalah yang muncul akibat mobilitas manusia (migrasi), obat-obat bius/narkotika, perdagangan manusia khususnya kaum perempuan dan anak-anak, fundamentalisme/radikalisme, terorisme, dan tindak kekerasan lainnya, serta kerusakan lingkungan hidup yang ujung-ujungnya merupakan ancaman dan pelecehan terhadap martabat manusia.

Perjalanan Gereja KAS menuju tahun 2035 adalah perjalanan misioner, karena secara hakiki Gereja Kristus bersifat misioner (AG no.2). Ia mengambil bagian dalam perutusan Kristus yang telah diurapi

(9)

Bapa dalam Roh Kudus untuk membawa Kabar Gembira keselamatan (bdk Luk 4,18-19) dengan serentak menjalankan fungsi sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dengan kesetiaan penuh, Kristus telah menjalankan tugas perutusan Bapa sehingga akhirnya martabat manusia sebagai anak-anak Allah dipulihkan kembali, persahabatan dengan Allah yang dirusak oleh realitas dosa dibangun kembali (bdk. Rom 8,10-15). Untuk tugas yang sama, Kristus memilih dan mengutus para muridNya (bdk Mat 28,19-20). Gereja yang diutus Kristus seperti yang ditegaskan oleh Konsili Vatikan II dalam AG no.5, secara aktual digambarkan oleh Paus Fransiskus sebagai “Gereja yang terus berjalan” (bdk. EG no.20-24) yakni komunitas misioner yang terus-menerus sadar dan setia akan perutusannya untuk membawa Kabar Baik kepada semua orang dan semua makhluk. Secara konkrit, itu berarti “terlibat dengan kata dan perbuatan dalam kehidupan harian umat manusia; menjembatani yang berjauhan, berkehendak untuk merendahkan diri jika diperlukan dan merangkul kehidupan umat manusia, menyentuh penderitaan Kristus dalam diri sesama. (EG no.24).

2. Menegaskan Kebersamaan Arah

Gereja sebagai persekutuan iman, harapan, dan kasih yang berpusat pada Kristus oleh Konsili Vatikan II disebut sebagai persekutuan kelihatan yang berbentuk serikat kelembagaan (LG no.8). Hakikat dan bentuk Gereja seperti ini hadir sebagai Keuskupan Agung Semarang. Persekutuan iman, harapan, dan kasih secara hakikat bersifat mistik dengan menekankan dimensi hubungan manusia dengan Allah dalam Kristus (dimensi vertikal). Sedangkan unsur kelembagaannya bersifat fisik yang menekankan tata hubungan dengan sesama manusia dan dunianya (dimensi horisontal). Kedua dimensi ini tidak saling mengeksklusikan melainkan saling melengkapi sehingga terwujudlah satu Gereja yang hidup kini dan di sini. Untuk mewujudkan satu Gereja yang hidup itulah dirumuskan sebuah Arah bersama yang berfungsi sebagai “ruang berfikir dan berkreasi” bagi kita. Arah bersama Keuskupan Agung Semarang yang bermuara pada TERWUJUDNYA BUDAYA KASIH, adalah ruang tempat seluruh Umat KAS berfikir, melakukan penegasan bersama dan menciptakan terobosan-terobosan baru sesuai dengan keadaan setempat masing-masing. KAS ingin mewujudkan cita-cita dan semangat Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh Tuhan Yesus Kristus (Mrk 1,14-15). Kerajaan

(10)

Al-lah adaAl-lah Kerajaan Kasih karena AlAl-lah adaAl-lah Kasih (1Yoh 4,8). Kasih adalah inti hidup Injili yang menyentuh dimensi-dimensi hidup manusia yang paling dalam dan kasih itu jugalah yang merupakan pancaran hidup Allah yang bisa ditangkap oleh seluruh ciptaanNya. Dalam kasih manusia berjumpa dengan Allah dan sesama beserta dengan seluruh ciptaanNya.

Gereja KAS yang tersimpan dalam sejarah diberi gelar “Gereja Papa Miskin” ingin mengikuti Kristus yang “melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan” (LG no.8) menyalurkan buah-buah penebusan Kristus. “Bahkan dalam mereka yang miskin dan menderita Gereja mengenali Pendirinya yang miskin dan menderita, berusaha meringankan kemelaratan mereka dan bermaksud melayani Kristus dalam diri mereka” (LG no.8). Pilihan sikap untuk memberi perhatian lebih pada mereka yang lemah, miskin, tersingkir, dan disable diyakini sebagai sebuah jalan untuk membantu manusia keluar dari keterkungkungan kemiskinan menuju ke arah kesejahteraan bersama dan hidup bermartabat. Namun demikian, sebagai Umat Beriman yakin seperti St. Paulus bahwa “Kerajaan Allah bukan saja soal makanan dan minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kerajaan Allah yang identik dengan Kerajaan Kasih diwartakan Kristus sebagai alasan untuk bertobat (Mk 1,15). Bertobat secara mendasar berarti mengarahkan kembali seluruh hidupnya pada Allah (metanoia). Dalam tataran hidup nyata, pertobatan mendasar tersebut berarti juga perubahan cara berfikir dan berperi-laku (etika) sebagai buah hasil pertobatan (bdk Luk 3,8-14) dan menjalankan perintah kasih (bdk Yoh 15,12). Buah-buah pertobatan yang dimaksud di sini terkait sangat erat dengan kesadaran umat beriman - sebagai warga masyarakat dan bangsa Indonesia- akan tanggungjawab sosialnya untuk menyumbangkan jasa bagi kesejahteraan bersama (bonum commune) dan untuk menjunjung tinggi martabat manusia baik pria maupun wanita. Dalam konteks Indonesia, cita-cita dan upaya untuk mewujudkan peradaban kasih ditempatkan dalam kekayaan budaya-budaya dan kebhinekaan hidup bangsa Indonesia yang secara ideologis disatukan dalam Pancasila. Itu berarti umat beriman KAS semakin intensif mengembangkan habitus baru dan semakin aktif mengambil bagian dalam menyejahterakan seluruh bangsa Indonesia. Peradaban kasih juga menyadarkan akan kewajiban Umat beriman KAS untuk tetap menjaga kesatuan dan

(11)

keutuhan bangsa yang sering diancam oleh tindak kekerasan, aksi-aksi fundamentalistik, dan kepentingan-kepentingan sektarian-primordialistik. Akhirnya, cita-cita peradaban kasih ditempatkan juga dalam usaha tanpa henti menjaga keutuhan alam ciptaan di bumi In-donesia sehingga bumi, air, dan udara InIn-donesia terawat sebaik-baiknya demi keberlangsungan, keutuhan, dan harmoni kehidupan.” Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp 1, 6).

(12)

DAFTAR ISI

Promulgasi 3 Pengantar 7 Daftar Isi 12 Daftar Istilah 14 1. Pendahuluan 25 1.1. Latar Belakang 25 1.2. Tujuan 26 2. Metode 27 2.1. Tim Perumus 29

2.2. Proses dan Tahapan 30

2.3. Data Dasar dan Rujukan 31

2.4. Metode Programming 32

3. Hasil 34

3.1. Elemen Inovatif RIKAS 34

3.2. Arah Dasar 37

3.3. Rumusan Program pelayanan Gereja: Prediksi,

Outcomes, Milestones 39

3.4. Aplikasi untuk Seleksi-Kategorisasi-Abstraksi 45

4. Pedoman Pengelolaan Pelaksanaan RIKAS 47

4.1. Pusat Pengelola RIKAS 47

4.2. Fungsi Pengelolaan Paling Dasar 48

4.2.1. Discovery 50

4.2.2. Dream 52

4.2.3. Design 54

4.2.4. Destiny 56

4.2.5. Delivery 58

4.3. Mekanisme Minimal Pengelolaan 61

4.4. Sosialisasi, Konsultasi, dan Edukasi 63

(13)

4.6. Koordinasi dan Fasilitasi 65

4.7. Monitoring dan Review 66

4.8. Pengembangan Pengetahuan Baru 70

Referensi 72 Lampiran A. Prediksi B. Outcomes C. Milestones D. Asumsi E. Resiko F. Taglines

(14)

DAFTAR ISTILAH

Berikut ini istilah yang digunakan dalam RIKAS, disusun berdasarkan urutan abjad.

Advokasi

Advokasi adalah berbagai upaya mengkritisi, mengawal dan memperjuangkan agar kebijakan publik berpihak kepada semua warga negara secara adil dan pelayanan publik bagi semua warga negara, khususnya yang tidak beruntung, dapat menerima dengan cepat, mudah, berkualitas.

Catatan: Kegiaatan advokasi memiliki tahapan mulai dari kegiatan yang “lunak”: menyajikan data dan informasi yang lebih obyektif, melakukan konsultasi publik, dialog publik, maupun negosiasi publik. Jika hal itu tidak berhasil memberikan jalan keluar yang baik bagi warga negara, dapat dilakukan usaha lebih “keras” seperti: menulis kritik terbuka di media publik, menyampaikan petisi, bahkan berbagai unjuk rasa yang santun, damai, dengan semangat kasih dan tidak merusak serta anti kekerasan.

Aktivis

Aktivis adalah seseorang yang memiliki kepekaan sosial dan rela terlibat bahkan ikhlas mengurbankan harta, dan berbagai kepentingan individu demi suatu perubahan dalam cara hidup bersama untuk mewujudkan cita-cita lembaga dimana dia mengikat diri. Urusan hidup bersama sangat dekat dengan urusan politik1

Catatan: Seorang aktivis tumbuh sejak masa remaja. Aktivis dapat berkembang dari posisi “sukarela” (amatir tanpa balaskarya) hingga tingkat “professional” (dengan balaskarya) sesuai keadaan dan pilihan pribadi. Dikalangan organisasi masyarakat sipil (khususnya LSM), seorang aktivis tetap disebut aktivis meskipun menerima balaskarya namun dalam melakukan tugasnya, hidup tetap sederhana, melakukan tugasnya dengan sepenuh hati berani

(15)

menanggung beban jauh diluar batas tugasnya yang biasa. Jiwa kemanusiaan mereka jauh melebihi ukuran biasa yang terjadi dalam masyarakat dimana mereka tinggal. Definisi di atas bisa berlaku bagi pribadi-pribadi dalam status Hidup Bakti (pastor, bruder suster).

Asumsi

Asumsi dalah rumusan “faktor eksternal positif” yang diperhitungkan akan membantu pencapaian tujuan hasil kerja atau program pelayanan Gereja. Yang disebut eksternal adalah semua elemen atau aktor di luar ruang lingkup manajemen program pelayanan Gereja.

Catatan: Rumusan ini menunjukkan bahwa Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) tidak sendiri dalam mencapai cita-citanya. Gereja KAS wajib bekerja sama dengan institusi/aktor luar guna mencapai hasil kerja yang lebih luas. Asumsi harus diantisipasi untuk memastikan agar asumsi benar-benar terjadi sehingga pro-gram pelayanan Gereja KAS tercapai. Tindakan antisipasi harus masuk dalam Rencana Kegiatan Tahunan.

Cerdas

Cerdas atau cendekiawan adalah orang yang luas pengetahuannya yang memiliki ketajaman menangkap akar atau pangkal masalah dan memiliki kemampuan mental menangkal masalah (Oxford Univ Press, 1989).

Civic Innovators

Civic Innovators adalah sebutan untuk aktivis kewarganegaraan yang memfokuskan diri pada hal-hal terkait dengan perubahan berbagai konvensi sosial, perubahan struktur sosial, perubahan pola relasi dalam masyarakat, berbagai kegiatan inovasi terkait peningkatan hidup bersama (bonum commune). Istilah ini dikemukakan (Allan Fowler,2000) untuk membedakan dengan istilah kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship) yang dikembangkan oleh Yayasan Asoka di Amerika serikat.

(16)

Evaperca

Evaperca adalah singkatan dari evaluasi dan perencanaan tahunan. Bentuknya adalah pertemuan tahunan untuk melihat perjalanan program pelayanan Gereja selama satu tahun anggaran dan melihat hasil kerja perubahan keadaan selama setahun sambil mengumpulkan umpan balik, pembelajaran, dan perbaikan dalam bentuk membuat Rencana Kerja Tahun berikutnya.

Catatan: Evaperca dilakukan dengan semangat partisipatif, terbuka dan obyektif dihadiri oleh para wakil institusi terkait pilihan.

Inspirasi

Sumber rujukan (Kitab Suci, Tradisi, dan Magisterium Gereja) yang berfungsi sebagai dorongan bertindak yang dapat menyemangati kegiatan guna mewujudkan Visi pilihan.

Kegiatan

Kegiatan adalah pilihan tindakan atau upaya yang dilakukan pengelola program pelayanan Gereja untuk mencapai masing-masing outputs.

Milestones

Milestones adalah penanda hasil perubahan kondisi pada periode program pelayanan Gereja dalam setiap periode yang disepakati. RIKAS kita memiliki 4 Road Map (5 tahunan). Jika indikator merupakan target yang harus memenuhi kriteria tertentu, khususnya keharusan bisa diukur secara statistik, milestones merupakan penanda posisi program pelayanan Gereja yang lebih mudah disepakati karena unsur “common sense” tanpa syarat ukuran statistikal. Dalam pengalaman program pelayanan Gereja, ada dua jenis milestones, yaitu significant milestones dan insignifi-cant milestones. Beda keduanya terletak pada kesepakatan perencana terhadap bobot program pelayanan Gereja. Jumlah sig-nificant milestones lebih kecil dari jumlah outcomes. Jadi, signifi-cant milestones mewakili beberapa outcomes. Insignifisignifi-cant mile-stones jumlahnya bisa sama atau lebih banyak dari jumlah outcomes atau outputs-nya. Milestones bisa dipakai sebagai alat memastikan

(17)

minimum pencapaian suatu program pelayanan Gereja. Mengingat RIKAS adalah program pelayanan Gereja yang mendasarkan pada status sukarelawan, maka untuk keperluan RIKAS milestones berjumlah sama atau lebih banyak dari outcomes atau outputs-nya.

Catatan: Milestones akan dilihat secara periodik terutama pada waktu dilakukan monitoring, sebagai bukti kemajuan program pelayanan Gereja dalam periode yang ditentukan. Setiap program pelayanan Gereja dapat memastikan jenis milestones yang akan dipakai untuk memudahkan kesepakatan sejauh mana program pelayanan Gereja mencapai hasil. Significant milestones berjumlah lebih sedikit dari jumlah outcomes. Insignificant milestones jumlahnya bisa sama banyak atau lebih banyak dari jumlah outcomes. Dalam praktek yang biasa berlaku, jumlah sig-nificant milestones sekitar 20-25% dari jumlah outcomes yang direncanakan. Jika angka itu dianggap kecil, dapat ditambah sesuai perkiraan kapasitas pelaksana asal tidak membebani (overload) atau sebaliknya terlalu ringan (underload).

Misi

Misi adalah rumusan mandat dasar institusi yang dipilih untuk mencapai Visi.

Misioner

Misioner adalah orang yang bersemangat karena merasa diutus untuk melakukan suatu tugas khusus di lokasi khusus yang banyak tantangan. Orang berjiwa dan bersemangat menjalankan perutusan sampai akhir hayat. (Oxford Univ Press, 1989)

Outcomes

Outcomes adalah hasil kerja bersama antara KAS dan pihak lain yang diharapkan terjadi ditingkat warga Paroki, Komisi atau salah satu institusi dalam lingkup KAS. Hasil kerja dapat berupa perubahan cara pandang, perubahan kondisi, perubahan posisi/ pola relasi, atau perubahan perilaku.

Catatan:Gereja KAS harus menyapa semua aktor/elemen/institusi di Keuskupan Agung Semarang. Maka perubahan hasil kerja pada

(18)

tingkat outcomes harus menyentuh mereka masing-masing. Dengan cara tersebut, dokumen ini menjadi rujukan bagi semua aktor/elemen/institusi di KAS tentang ekspektasi Gereja terhadap mereka masing-masing baik individu maupun secara berkelompok.

Outputs

Outputs hasil kerja jangka pendek dapat berupa perubahan cara pandang, perubahan keadaan, perubahan posisi, dan perubahan perilaku yang bersifat jangka panjang. Outputs merupakan hasil kerja pihak pengelola sebagai efek dari kegiatan yang dilakukan. Hasil kerja ini merupakan akuntabilitas pengelola dimana kualitas efek merupakan “tanggunggugat” manajemen pengelola. Pengelola dalam hal ini antara lain: Paroki, Kevikepan, Komisi, DKP dan semua institusi di KAS (pendukung RIKAS).

Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah model pendekatan dengan intensi utama memperkuat kapasitas subyek agar dapat lebih mampu mandiri dalam menentukan hari depan mereka sendiri tanpa tergantung pihak lain.

Catatan: Banyak tafsir menunjuk pada pengaruh buku milik Peter Ludwig Berger (The Triangle of Sacrifice yang diterjemahkan ke Indonesia oleh penerbit LP3ES (1974) dengan judul: Segitiga yang dikorbankan). Empowerment ditujukan untuk memberi kekuasaan dan kapasitas kepada rakyat agar dapat melakukan dialog dengan Intelektual dan Birokrasi sehingga negara menjadi lebih bermartabat. Dikalangan Organisasi Masyarakat Sipil, elemen-elemen pemberdayaan mengandung lima aspek sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar

Melakukan upaya-upaya untuk mencukupi kebutuhan dasar warga masyarakat: pangan, sandang, papan.

2. Peningkatan akses

Upaya-upaya peningkatkan kapasitas masyarakat agar memiliki kesempatan bergiat dalam bidang ekonomi (modal & pasar), sosial (pendidikan & kesehatan) politik (pengambilan

(19)

keputusan), hukum (memperoleh keadilan) dan teknologi (informasi, air, enerji).

3. Peningkatan kapasitas mengorganisasi diri

Upaya-upaya masyarakat memiliki organisasinya sendiri (memotivasi, memilih pemimpin, memiliki program pelayanan Gereja, saling mengontrol, dan menikmati hasil upayanya sendiri secara bersama sehingga setiap anggota berkembang secara penuh sebagai manusia).

4. Pendidikan kritis

Upaya-upaya agar masyarakat memiliki pendidikan kritis dan mengembangkan pikiran kritis untuk bisa menemukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri serta menyadari semua elemen yang ada di dalam masyarakatnya maupun elemen yang datang dari luar masyarakatnya.

5. Penguatan kontrol sosial

Upaya-upaya agar masyarakat bisa mengatakan sesuatu itu benar atau tidak benar, agar bisa menyadarkan elemen-elemen yang tidak benar supaya tidak berkembang, berani melawan korupsi karena mencederai kesetiakawanan sosial, dan mengusahakan pelestarian lingkungan hidup mereka.

Pendekatan 3 (Tiga) R

2

Pendekatan 3 R adalah model Pengembangan Masyarakat Integratif yang menyatukan tiga elemen pendekatan yang biasanya dilakukan secara sektoral sendiri-sendiri. Tiga R singkatan dari Resiliency (ketangguhan, kemandirian), Respects (pengembangan jaringan), dan Rights based (pendekatan berbasis hak). Dalam model Pengembangan Masyarakat Integratif, ketiga elemen tersebut harus dilakukan serentak agar dapat meningkatkan 2 Susan Walsh, Development Assistance Among Jalq’a Paperos In potosi, Bolivia: From

Trojan Horse Toward Strengthened Resilience, Manitoba University, 2003 (Disertasi). Ringkasan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Methodius Kusumahadi,

(20)

kepastian tercapainya kemandirian (resiliency) berkat ada jaringan kerja sama (respects) dan dukungan kebijakan publik (advokasi kebijakan publik).

Prediksi

Hasil dari kegiatan melakukan perkiraan tentang kecenderungan dalam sektor sosial, ekonomi, politik, lingkungan alam, keamanan didalam dan diluar KAS yang diperkirakan bakal menjadi tantangan utama dalam setiap periode program pelayanan Gereja. Dalam proses RIKAS, kegiatan perkiraan dilakukan secara kolektif dengan memanfaatkan keahlian masing-masing anggota TIM 12. Hasil perkiraan disampaikan dalam beberapa pertemuan kelompok ahli dan mendapatkan verifikasi sampai waktu dimana tak ada prediksi lain yang disampaikan kepada Tim 12.

Program pelayanan Gereja

Program pelayanan Gereja adalah seluruh pelayanan institusi Gereja KAS, atau mereka yang bertugas mewakilinya, baik dalam bentuk “proyek” atau tindakan yang ditujukan bagi umat beriman di KAS.

Program pelayanan yang Terencana, Terintegrasi, Tersistematisasi dan Terukur

Program pelayanan Gereja terencana dalam arti bahwa program pelayanan Gereja direncanakan secara rasional, berfokus pada perubahan cara pandang, perubahan kondisi, perubahan posisi, dan pola relasi egaliter antar semua aktor, yang berdimensi perubahan berjangka waktu panjang (Goals), berjangka waktu menengah (Out-comes), dan berjangka waktu pendek (outputs), berbasis penghormatan pada Hak Asasi Manusia. Program pelayanan Gereja terintegrasi3 dalam arti mengembangkan kerja sama dan keterkaitan

dengan berbagai sektor kehidupan seluas-luasnya secara 3 Prof.DR. Amin Abdullah, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menulis tentang

integrasi empat tingkat sebagai tuntutan perkembangan pendidikan di masyarakat: integrasi internal, integrasi multisektor, integrasi intersektor, integrasi transsektor. Pada tingkat lebih dewasa, masyarakat akan berpikir diluar sektor-sektor yang ada. Seba gai contoh,seorang agamawan yang dewasa tak akan nyaman dan puas melihat realitas hanya dari dimensi agamanya sendiri.

(21)

berjenjang dengan melibatkan berbagai tingkatan dan kategori. Tersistematisasi artinya terbangun kerja sama sebagai sebuah sistem: terdiri dari elemen-elemen, satu sama lain saling terkait, saling mengandaikan, dan saling terhubung (French dan Bell, 1999). Terukur dalam arti memiliki ukuran keberhasilan agar dapat dimonitor dan dikendalikan sejauh mana kemajuannya, serta bisa dievaluasi guna mengetahui hasil akhir, kekuatan, kelemahan, serta lessons learned, bestpractices dan perbaikan di masa depan.

Catatan 1: Model perencanaan yang disarankan adalah

menggunakan model perencanaan partisipatif, yang berorientasi hasil tanpa meninggalkan proses yang baik, berkualitas, edukatif, transparan, dan akuntabel guna membangun kredibilitas Gereja KAS.

Catatan 2: Integrasi program pelayanan Gereja dapat berdimensi intrasektor (kerja sama antar elemen-elemen dalam sektor yang sama), integrasi multisektor (bila dilakukan integrasi dengan sektor lainnya), integrasi intersektor (bila melakukan kerja sama dengan banyak sektor), dan integrasi lintas sektor bila dilakukan kerja sama tanpa memandang sektor-sektor yang ada.

Catatan 3: Kerja sama sistemik dicapai bila kerja sama mencapai tingkat saling tergantung dan saling mengandaikan sehingga tatkala satu elemen rusak tidak berfungsi maka seluruh kesatuan elemen tak bisa berfungsi lagi.

Catatan 4: Keterukuran program pelayanan Gereja menjadi penanda sekaligus penentu keabsahan dan kesahihan (bernilai). Jika tak ada ukuran yang bisa dipakai, sebuah program pelayanan Gereja akan jatuh dalam situasi yang tidak menentu dan sulit diambil keputusan tentang kemajuan dan arahnya. Dengan adanya ukuran,situasi mengambang tanpa arah dan hasildapat dihindari.

Proyek

Proyek adalah kumpulan kegiatan pelayanan institusi Gereja KAS, atau mereka yang bertugas mewakilinya, yang ditujukan untuk umat beriman di KAS.

(22)

Resiko

Resiko adalah rumusan “faktor eksternal negatif”yang diprediksi akan terjadi dan dapat menghambat perjalanan program pelayanan Gereja KAS. Resiko harus dicegah terjadi atau diminimalkan dampaknya.

Catatan: Gereja KAS wajib bekerja sama dengan berbagai aktor atau institusi lain guna mengantisipasi terjadinya hambatan terhadap program pelayanan Gereja KAS. Tindakan pencegahan harus masuk dalam Rencana Kegiatan Tahunan.

Review Semester

Review semester adalah kegiatan refleksi enam bulanan yang harus diselenggarakan oleh setiap penyelenggara program pelayanan Gereja (DKP, Komisi, Kevikepan, Paroki, institusi lain di KAS) untuk melihat kemajuan program pelayanan Gereja selama enam bulan yang lewat, guna menghasilkan pembelajaran dan perbaikan di sisa waktu satu tahun kerja.

Catatan: Review dilakukan dengan semangat partisipatif, terbuka dan obyektif dihadiri oleh wakil pilihan institusi terkait.

Road Map

Road map adalah peta jalan yang berisi hasil kerja (Outcomes, Mile-stones, Asumsi, Resiko, Taglines) atau tindakan pelayanan institusi Gereja KAS, atau mereka yang bertugas mewakilinya, yang ditujukan untuk umat beriman di KAS. Road Map dari RIKAS dibuat untuk periode lima tahunan. Road Map lima tahunan harus diterjemahkan dalam program pelayanan Gereja tahunan.

Strategi

Strategi adalah pendekatan atau rincian cara bertindak yang utama yang dipilih untuk memobilisasi semua potensi pendukung dalam menjalankan Misi yang dipilih untuk mencapai Visi.

(23)

Catatan:

1. Kualitas strategi yang baik memenuhi empat kriteria4 sebagai

berikut:

a) Menghilangkan akar masalah (negatif) atau mengejar perwujudan ide (positif)

b) Memiliki cakupan pengaruh besar c) Memiliki akibat yang berjangka panjang

d) Mengutamakan dampak bukan hanya kegiatan

2. Dalam pemilihan tindakan strategis5 ada beberapa alternatif

untuk berfokus pada pilihan-pilihan sebagai berikut: a) Berbasis keunggulan internal

b) Mempertimbangkan kelemahanaktor lain (eksternal) c) Mengubah image negatif internal

d) Berdimensi inovatif.

Tag lines

Sering disebut slogan, adalah rangkaian kata ringkas padat mencerminkan kandungan pesan berisi nilai, karakter, ciri, identitas yang diinginkan menandai suatu pelayanan yang dihasilkan.

Catatan:Taglines atau Slogan dalam RIKAS dibuat untuk menandai periode satu tahapan waktu lima tahunan. Rumusan singkat menunjukkan “ciri khas tiap Road Map” dalam perspektif rencana 20 tahun, yang akan merupakan “halte” atau terminal menuju perubahan keadaan pada 20 tahun mendatang.

Tangguh

- Mampu mengantisipasi dan meminimalisasi kekuatan yang merusak (ancaman bencana) dengan cara melakukan adaptasi. 4 Ohmae, Kenichi: The Mind of The Strategist, The Art of Japanese Business;

McGraw-Hill, Inc., 1982

(24)

- Mampu mengelola dan menjaga stuktur dan fungsi dasar tertentu ketika terjadi bencana.

- Jika terkena dampak bencana, mereka akan dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali. (John Twigg, 2009).

Tanggung Gugat (Accountability)

Dalam model perencanaan partisipatif LFA (Logical Framework Analysis), tanggung gugat menunjuk pada peran eksekutif yang memiliki kewajiban memberikan seluruh tenaga dan komitmen untuk memastikan bahwa tujuan program pelayanan Gereja/ proyek (Outputs) dicapai dengan baik sesuai kriteria. Konsekuensi bila hasil kegiatan jangka pendek (Outputs) gagal tercapai adalah pelaksana kehilangan mandat dan kepercayaan serta dapat diganti.

Tanggung Jawab (Responsibility)

Dalam model perencanaan partisipatif LFA (Logical Framework Analysis), tanggung jawab menunjuk pada peran para perencana yang memiliki kewajiban etis dan moral ikut mengakui bersalah jika tujuan yang ditetapkan (Outcomes dan Goals) tidak tercapai, meskipun yang bersangkutan tidak memiliki kewajiban penuh (tanggung gugat) terhadapnya karena bukan sebagai eksekutif for-mal.

Tantangan

Tantangan adalah faktor eksternal negatif yang tidak diharapkan tetapi dipilih dan disepakati untuk diatasi.

Visi

Visi adalah impian, cita-cita, tentang keadaan publik masa depan yang ingin diwujudkan melalui Misi yang dipilih secara seksama untuk memastikan terwujudnya Visi.

(25)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) dirahmati dengan para peletak dasar yang mempunyai visi ke depan yang inspiratif. Rama Van Lith, SJ yang lahir tahun 1863 di negeri Belanda, ketika menetap di Muntilan mempunyai cita-cita agar anak-anak memiliki akal budi cerdas, hati penuh kasih, jiwa merdeka, serta tangan yang terampil bekerja. Benih iman pun ditaburkan dengan kesabaran hingga akhirnya dibaptislah 171 orang lewat karya seorang katekis handal Sendangsono bernama Bapak Barnabas Sarikrama.

Para Bapa Uskup di KAS, sejak masih bagian dari Vikariat Apostolik Batavia, di bawah Mgr. Petrus Joannes Willekens, SJ, selalu berupaya menghadirkan dan mengakarkan Gereja Katolik di tengah-tengah masyarakat. Pada tahun 1912 didirikan Seminari Menengah di Muntilan, pada tahun 1936 didirikan Seminari Tinggi St. Paulus, dan pada tahun 1938 didirikan pula Suster Pribumi ADSK (Abdi Dalem Sang Kristus) di Ambarawa.

Mgr. Alb. Soegijopranata, SJ ikut ambil bagian dalam Konsili Vatikan II. Pada tahun 1966, Justinus Kardinal Darmajuwono mendirikan 4 Kevikepan dan setahun kemudian menetapkan Vikep sebagai Ordinaris Wilayah/Wakil Uskup. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ bersama DKP (Dewan Karya Pastoral) merumuskan Arah Dasar (Ardas) pada tahun 1984 yang berlaku selama 5 tahun. Perumusan Ardas tersebut dilanjutkan Mgr. Suharyo dan Mgr. Pujasumarta. Saat ini, Ardas yang digunakan adalah Ardas ke-6, untuk tahun 2011-2015. Mgr. I. Suharyo menggunakan ilmu-ilmu positif untuk menata Gereja KAS agar semakin kredibel, akuntabel, dan transparan. Aneka pedoman dan panduan dibuat sebagai pegangan kerja.

Dalam semangat “Duc in Altum” kini kita rumuskan cara menggereja 20 tahun ke depan (Yubileum Penebusan Yesus Kristus 2033). Kita ingin wujudkan Gereja KAS th. 2033 sebagai “Umat Allah KAS Merayakan Kehidupan Bersama Umat manusia dengan sinergi dalam bidang Pengembangan iman mendalam dan tangguh, Peningkatan keterlibatan awam dalam bidang SosPolMas,

(26)

pembedayaan KLMTD dan Pelestarian Lingkungan sebagai rumah bersama”. Sinergisitas antar bidang, optimalisasi peran Kaum Awam dan daya signifikansi Gereja bagi dunia dan para anggotanya telah dinyatakan dalam ARDAS KAS 2011-2015 serta termuat dalam Road Map tahunan Ardas. Sudah dilaksanakan pula Monev Ardas setiap tahun. Tentang hasilnya, harus dioptimalkan terus menerus.

Terang Tahun Iman (11/10/2012 - 24/11/2013) perlu terus digemakan menuju Jubileum ter–Agung untuk merayakan penebusan Yesus Kristus selama 2000 tahun. Laju dunia yang kencang berlari belum diikuti dengan sikap tanggap Gereja beserta para aktivis dan pemegang otoritas (hierarki – Kuria – Pastor Paroki – Pimpinan Tarekat/Kongregasi) untuk ambil keputusan tepat & taktis menentukan sikap hadir di tengah dunia. Bergerak bersama orang muda dan anak-anak yang ditandai sebagai Generasi Z multi talent, Umat Allah KAS perlu terus bergerak dan bersikap.

1.2. Tujuan

1. Mempelajari memahami dan menyadari bersama situasi dan kondisi KAS. Menilik posisi, potensi dan tanggungjawab sejarah yang kita emban di wilayah KAS dan Indonesia.

2. Mempelajari, memahami makna, identitas jati diri Gereja menurut Dokumen Konsili Vatikan II untuk diletakkan dalam peta Indonesia dan dunia.

3. Menggali informasi tentang cita-cita Gereja KAS 20 tahun mendatang dalam terapan Ardas lima tahunan.

4. Merumuskan strategi dan pendekatan hidup menggereja dalam jaman ini (Pembinaan Kaum Muda, Reksa Pastoral Keluarga, Manajemen Paguyuban, Bahaya Narkoba, Feodalisme, Pendidikan, Ekonomi, Peranan Gereja dalam masyarakat, keterlibatan dalam Politik, dll).

5. Dirumuskannya Rencana Induk langkah-langkah perwujudan Rencana Induk KAS (RIKAS) hingga tahun 2035 dalam Pola Lima Tahunan (Road Map Lima Tahunan)

(27)

2. METODE

Pada dasarnya, Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) dibuat menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif. Untuk pertama kali dalam sejarah Gereja KAS wakil awam dalam jumlah signifikan terlibat penuh dalam Tim 12, Tim Kerja yang mendapat mandat dari Bapak Uskup, sebagai Pimpinan Gereja KAS, untuk memfasilitasi proses perumusan RIKAS. Proses pembuatan RIKAS mengandalkan dan menggerakkan semua potensi yang ada di Gereja Keuskupan Agung Semarang, dengan semangat solidaritas, subsidiaritas dan kemandirian.

Pada awal proses, disepakati digunakannya model FORESIGHT yang memiliki kekuatan aspiratif berbasis impian masa depan Gereja KAS pada Yubileum Agung 2033. Model tersebut dilengkapi dengan bantuan alat-alat program pelayanan Gereja dari pendekatan Logframe, yang memiliki kekuatan dalam menggunakan kerangka logis dan sudah dikenal khalayak umum hampir diseluruh dunia. Model penggabungan ini sekaligus melengkapi dimensi pendekatan kualitatif dengan elemen yang bernuansa kuantitatif, sejauh cocok dengan kebiasan program pelayanan Gereja KAS yang sudah dijalankan lima tahun terakhir. Tim 12 secara dinamis menyesuaikan diri dengan respon, aspirasi, dan rekomendasi berbagai kelompok yang ada di wilayah KAS. Dalam proses perumusan, Tim 12 juga bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW) untuk mengembangkan aplikasi baru dalam mengolah data kualitatif dan Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta (FE UAJY) untuk membaca data Sensus Umat KAS 2011.

Langkah perumusan berdasar model FORESIGHT (Event-Trends-Drivers-Quadran) dipakai sebagai pedoman sebagaimana nampak dalam Gambar 1. Dalam perjalanan proses, dikenali bahwa model tersebut memiliki jiwa, semangat dan langkah-langkah yang sangat serupa dan sejalan dengan model Appreciative Inquiry (AI) yang jauh lebih dikenal, menawarkan keunggulan alternatif, ide dasarnya jauh lebih diapresiasi masyarakat luas, dan banyak dipakai di

(28)

Indone-sia karena prinsipnya yang fleksibel dan bersemangat mempromosikan organisasi sebagai pembelajar6.

Gambar 1.Alur Perumusan Rencana Induk KAS (Ohmae, 1982; Bryson, 2995; Allison, 1997; modifikasi oleh Kusumahadi, 1999)

Rincian langkah selanjutnya banyak menggunakan ide dan deskripsi model AI yang berbasis pada tahapan 4D (Discovery-Dream-Design-Destiny). Berbagai umpan balik mendorong agar proses perencanaan di tingkat paroki dibuat lebih mudah. Hal tersebut diwujudkan dengan dibuatnya satu langkah tambahan (Delivery) yang memperkuat proses perkembangan organisasi menuju ke arah organisasi pembelajar, sehingga tahapan 4D menjadi tahapan 5D, yaitu Discovery-Dream-Design-Destiny-Delivery. Penambahan ini sangat

6 Dalam perspektif teori dan pengalaman manajemen, organisasi sebuah organisasi

yang ideal adalah bila organisasi telah menjadi sebuah Learning Organisation (Seng, 1999).

(29)

penting karena hakekat strategi, berdasarkan pengalaman empirik sangat sering lemah dalam implementasi strategi di lapangan7.

2.1. Tim Perumus

Tim 12 untuk Grand Design KAS 20 tahun ke depan:

1) Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang: Rm. FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr

2) Wakil UNIO dan Litbang DKP : Rm. Nur Widipranata, Pr 3) DKP dan Teolog FTW: Rm. St. Gitowiratma S., Pr

4) DKP dan Teolog FTW: Rm. M. Purwatma, Pr

5) Tim Pendataan KAS dan Teolog : Rm. F.A. Purwanto, SCJ 6) Awam ahli Hukum dan Gender: Yosephine Sari Murti

Widiyastuti (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

7) Awam wakil Universitas di DIY: Antonius Budi Susilo (Universitas Sanata Dharma)

8) Awam wakil Universitas di Jateng: Yohanes Budi Widianarko (Unika Soegijopranoto)

9) Awam wakil aktivis masyarakat: Methodius Kusumahadi (Satunama/Karinakas)

10) Awam wakil aktivis politik: FX. Harry Cahya Supriyanto 11) Awam pengusaha: Kristian Hardiyanta

12) Wakil tarekat: Rm. Prasetyantha, MSF

Tim 12 didukung oleh FX. Sugiyana, Pr (Sekretaris DKP), Jaka Warwanta (kantor sekretariat DKP), Gloria Virginia (support system; 7 Diskusi KOMPAS terkait kritik terhadap Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden

yang melakukan banyak “blusukan” dan cara berpikir pragmatis dikritik karena berbeda dengan style pendahulunya (Susilo Bambang Yudhoyono) yang dikenal sebagai strategis. Harris Turino (Kompas.Com) Doktor bidang Manajemen Strategi memberi argumen kuat bahwa style Jok owi adalah sebuah kekuatan baru yang sangat penting karena menunjukkan banyak strategi bagus tidak berjalan baik justru karena kelemahan dalam implementasi strategi.

(30)

dosen FTI UKDW), dan Th. Agung Harsiwi (analisis data Sensus Umat KAS 2011; dosen FE UAJY).

2.2. Proses dan Tahapan

Perencanaan RIKAS dilakukan menggunakan dua bahasa pro-gramming, yaitu model Appreciative Inquiry (AI) dan Logical Frame-work Approach (LFA), dilengkapi berbagai prinsip manajemen (non profit)8. Proses pembuatan RIKAS berangkat dari fakta realitas hidup

sehari-hari (evidence based) yang melibatkan berbagai wakil umat (bottom up) dalam merumuskan konsep akhir RIKAS. Perumusan RIKAS mengalir satu setengah tahun dalam bentuk diskusi pleno-kelompok-pleno, rutin terjadwal minimal 2 jam setiap pertemuan. Setiap 3 bulan sekali, hasil proses diverifikasi dengan berbagai kelompok profesional. Pertemuan rutin dilakukan di PPSM (Pusat Pas-toral Sanjaya Muntilan) dan Ruang Rapat Seminari Tinggi Kentungan. Mengingat kesibukan tugas masing-masing, tidak setiap anggota selalu hadir, namun hasil diskusi selalu di-share kepada semua anggota untuk mendapat umpan balik sebagai bahan diskusi berikutnya. Jadwal diskusi utama secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan: mendiskusikan TOR, menentukan tujuan, metode, proses kerja (November 2013)

2. Melakukan berbagai analisis: Analisis Kecenderungan, Analisis Hasil Kerja, Analisis Internal (Februari – April 2014) 3. Mengelola kuesioner dan pengumpulan datanya (Maret – Juli

2014)

4. Pertemuan tambahan dengan Pastores, DKP, Konsultores (Mei – Agustus 2014)

5. Penentuan kluster dan subklaster isu-isu strategis (awal September 2014)

6. Perumusan awal Road Map dan integrasi hasil analisis Tim 12 (tengah September 2014)

8 Beberapa buku rujukan yang banyak dipakai dalam diskusi-diskusi RIKAS berasal

(31)

7. Seleksi – Kategorisasi – Abstraksi data kuesioner (akhir September 2014)

8. Melakukan proses Abstraksi menggunaan aplikasi (awal Oktober 2014)

9. Menggabungkan hasil abstraksi kuesioner umat (tengah Oktober 2014)

10. Integrasi semua hasil analisis ke Road Map (akhir Oktober 2014) 11. Perumusan akhir kategori baru yang lebih ringkas (November

2014)

12. Menyepakati isi Road Map 1,2,3, 4 secara komplit (akhir November 2014).

13. Merumuskan Arah (Visi, Misi, Strategi, Inspirasi) KAS 2035 (Desember 2014).

14. Tahap diseminasi hasil kepada 4 ring audiences lewat aplikasi (Desember 2014)

15. Verifikasi draf RIKAS ke berbagai institusi (Januari 2015) 16. Menyelenggarakan diskusi ahli diikuti perbaikan (Februari –

Maret 2014)

17. Penyampaian draf ke BapakUskup dan Kuria (Maret 2015) 18. Perumusan akhir dan integrasi semua rekomendasi (Juni – 17

Agustus 2015)

19. Presentasi dan Diskusi RIKAS antara Tim 12 dengan DKP (6 September 2015)

20. Penyempurnaan akhir RIKAS atas semua input paska 6 September (19 September 2015)

2.3. Data Dasar dan Rujukan

Data untuk perumusan RIKAS semula hanya berasal dari tujuh sumber. Dalam perkembangannya,data yang digunakan berasal dari 10 sumber, yaitu sebagai berikut

(32)

1. Datahasil analisis Tim 12:

a. Analisis internal dan hasil karya KAS b. Analisis institusi dan stakeholders c. Analisis kecenderungan

2. Data statistik umat KAS tahun 2011

3. Data kualitatif hasil 3 jenis kuesioner (dengan 387 responden yang berasal dari 3 paroki pilihan yang mewakili desa, pinggiran, dan kota)

4. Input dari Dewan Imam KAS

5. Hasil diskusi dan FGD Pastores dari 4 Kevikepan 6. Hasil diskusi dan FGD para anggota DKP-KAS 7. Hasil diskusi dan FGD Konsultores yang diperluas 8. Input dari hasil diskusi dengan tiga ahli terpilih 9. Data dari tiga kali temu verifikasi

10. Input dari Bapak Uskup dan Kuria

2.4. Metode Programming

Appreciative Inquiry (AI) dirumuskan oleh David Cooperrider dan Diana Whitney tahun 1987. Baru 18 tahun kemudian mereka menulis tentang metode ini dan mempublikasikannya. Pada prinsipnya, AI bertumpu pada kesadaran bahwa pendekatan pemecahan masalah memiliki keterbatasan menemukan berbagai kemungkinan baru yang lebih kreatif. AI menawarkan pendekatan baru bertumpu pada sikap positif dengan cara memberi pengakuan, penghargaan pada apa yang sudah dihasilkan, terutama yang memiliki daya menggerakkan perubahan yang dapat menghasilkan hal-hal baru dengan melibatkan semua aktor yang ada. Penghargaan pada manusia yang memiliki segala kemungkinan, potensi, semangat, kreativitas, inovasi untuk maju, menjadi kunci khas pendekatan AI. Pendekatan lama yang berfokus pada pemecahan masalah yang dijawab dengan mesin organisasi diganti dengan pendekatan berbasis pada optimisme, solidaritas, fleksibilitas, bertumpu pada kekuatan yang ada pada setiap orang. Maka, sikap penghargaan terhadap apapun yang sudah

(33)

dihasilkan merupakan suatu kekuatan penting membangun lembaga. AI mendasarkan keyakinan bahwa harapan setiap orang saling terajut dengan masa depan organisasi yang diimpikannya. Organisasi adalah konstruksi manusia yang ada di dalamnya. Maka proses pencarian, eksplorasi, keingintahuan, dan elemen mencipta merupakan elemen dasar yang harus dikembangkan dalam menghadapi tantangan bersama. Semangat baru dan sikap kebersamaan menjadi elemen penting mengantisipasi masa depan. AI menawarkan empat langkah dasar, yaitu Discovery, Dream, Design, dan Destiny (Cooperrider, 2008). Ada 5 prinsip kerja dalam AI, yaitu: 1) Semangat belajar untuk mencari dan menemukan perbaikan; 2) Usaha kreatif bersama untuk menemukan tahapan baru; 3) Semangat mencipta seperti para perupa dan seniman menjadi keunggulan menciptakan suatu yang baru; 4) Dikembangkannya fungsi poetik setiap orang: kreatifitas, inovasi, kebersamaan, keterbukaan, inspirasi, fleksibilitas; dan 5) Komitmen setiap orang untuk menjalankan kesepakatan bersama. (Kessler, 2013). LFA (Logical Framework Approach) adalah sebuah model perencanaan kerja yang dikembangkan pada tahun 1969 oleh USAID berdasarkan studi intensif yang dilakukan oleh Leon J. Rosenberg. Tahun 1971, ada 30 negara yang tercatat telah menggunakan model perencanaan tersebut dengan merujuk pada satu dokumen Practical Concepts Incorporated, yang dibuat oleh Rosenberg. Tahun 1990s, model tersebut sangat terkenal dan dipakai oleh hampir semua lembaga multilateral dan bilateral di dunia. LFA diperkenalkan ke Indonesia oleh USAID lewat Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Manajemen, Menteng Jakarta, kepada berbagai yayasan dan Lembaga Pembangunan Masyarakat. Selama 30 tahun terakhir ada sekitar 10 model perencanaan sejenis LFA yakni ZOPP, PCM, RBM, TOPP, GOP, IOP, AURA, PBS, ISFPP. Model yang disebut terakhir, Integrated Strategic Financial and Program pelayanan Gereja Planning, dikembangkan oleh Yayasan SATUNAMA), pada tahun 2002, berdasarkan ide dari The Nature Conservancy (TNC), lembaga lingkungan hidup terbesar di Amerika. ISFPP mengintegrasikan program pelayanan Gereja dengan strategi SDM, strategi finansial dan strategi komunikasi. Model AI juga menggunakan sebagian model LFA pada tahap Design.

(34)

3. HASIL

3.1. Elemen Inovatif RIKAS

Bila pembaca menyimak seluruh hasil rumusan RIKAS, ada beberapa hal baru (inovatif) yang dibawa. Beberapa nuansa baru tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan RIKAS tidak berangkat dari konsep ‘dari atas’ (top down) seperti biasanya. Informasi yang dikembangkan menjadi RIKAS, berangkat dari kuesioner yang diisi wakil umat sebanyak 387 orang ditambah data dari sembilan sumber. Semangat dan pesan yang dibawa adalah: Wakil umat ikut serta dalam proses menentukan arah dan perubahan posisi Gereja KAS di masa depan. Maka umat akan ambil bagian dalam pelaksanaannya dan mengawal agar jalannya lancar sesuai harapan umat. Suara umat menentukan perjalanan Gereja KAS dua puluh tahun mendatang.

2. Dengan menggabungkan dua model perencanaan, AI dan LFA, diharapkan RIKAS memberi semangat baru agar terjaga keseimbangan antara PROSES dan HASIL. Semangat Bapak Paus saat ini justru mengajak kita sebagai Gereja menjadi “gembala yang berbau domba”.

3. RIKAS mengundang umat terlibat penuh di masyarakat secara 4T (terencana, terintegrasi, tersistematisasi/terstruktur, dan terukur) agar ajaran Gereja dapat dijalankan dan kehadirannya semakin dirasakan serta memberi manfaat kepada kehidupan di masyarakat.

4. RIKAS melanjutkan Ardas yang saat ini mencapai Ardas VI (2011-2015). Maka, dokumen RIKAS 2016 – 2035 akan menjadi Ardas VII, VIII, IX, dan Ardas X. Perangkat Programasi yang sudah ada di KAS saat ini tetap dilanjutkan dan dilengkapi. 5. RIKAS mengembangkan program pelayanan Gereja dengan

(35)

approaches). Semua kegiatan RIKAS dijalankan dengan pendekatan terintegrasi antara membangun kemandirian (Resiliency), bersolidaritas dalam jaringan (Respects), serta memperhatikan kebijakan publik yang langsung mendorong terciptanya hidup bersama yang adil bagi semua.

6. RIKAS mengintegrasikan pasar (politis) dan altar (ekaristis): menjaga keseimbangan antara spiritualitas ekaristis dan spiritualitas keadaban publik. RIKAS menjaga keseimbangan ‘ALTAR” dan “PASAR” untuk selanjutnya bisa menetralisir dampak kelemahan pemahaman yang bipolaristis dan dikotomis tersebut.

7. RIKAS menyapa semua umat lewat 31 elemen pelayanan RIKAS untuk terlibat dengan cara menyediakan rujukan ke arah mana dan bagaimana membangun masa depan. Elemen-elemen program pelayanan Gereja (prediksi, Outcomes, Milestones, Asumsi, Resiko, dan Taglines) merupakan satu kesatuan upaya yang saling mengandaikan dan harus dilihat sebagai satu keutuhan upaya untuk mencapai perubahan yang diharapkan.

8. RIKAS mewajibkan semua institusi Gereja yang ada di KAS menanggapi dan merumuskan hasil kerja jangka pendek (Outputs) yang cocok untuk setiap tahun dalam kegiatan evaperca (evaluasi perencanaan tahunan). Agar perjalanan RIKAS lancar dan benar secara manajemen, setiap enam bulan diselenggarakan pertemuan semesteran untuk melihat kemajuan pelayanan Gereja dan mengumpulkan input serta perbaikan tugas. Tugas ini juga akan dilakukan oleh DKP, Komisi di tingkat Keuskupan maupun Kevikepan, serta Paroki, dan semua institusi lainnya secara periodik.

9. Mendesak didirikannya berbagai komisi atau bidang baru dalam struktur Gereja KAS agar pelayanan sesuai tuntutan jaman dan dilakukan dengan pendekatan inovatif. Misal, perlu didirikan Komisi Advokasi JPIC (Justice Peace and Integraty of Creation); Komisi Seni, Budaya, dan Olah Raga; Komisi Sosial

(36)

dengan perhatian ke Teknologi Informasi, Migran – Pengungsi, dan Turisme. Harus ada Litbang; Komisi Perempuan (Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan); Komisi Anak dan Remaja; Komisi Lingkungan Hidup; Vikep Kategorial: untuk Orang berkebutuhan khusus, indigo, waria. Juga perlu pembentukan biro atau departemen di bawah karya Komisi. Misalnya Komsos, dengan Biro Media Tradisional, Media Cetak, Media Elektronik, Media Informatika. Selain itu, pengembangan kapasitas umat dalam berbagai dimensi mutlak penting agar meningkatkan keahlian dan mutu pelayanan, karena itu perlu dibangun berbagai pelatihan jenis baru: SEP (Sekolah Evangelisasi Pribadi), Sekolah Ketua Lingkungan, Sekolah Bendahara, Sekolah Pendamping OMK (Orang Muda Katolik). Setiap lembaga dalam wilayah kerja KAS harus dilengkapi dengan standar minimum pelayanan, sehingga dapat dicek dan dikawal dalam pemenuhan kebutuhan yang nyata. Perlu dipikirkan pengangkatan karyawan dan tenaga yang profesional. Harus ada upaya fundrasing yang lebih profesional agar pengembangan program pelayanan baru tidak kesulitan energi dan finansial.

10. RIKAS dilengkapi Buku Pedoman Programing di tingkat institusi. Harus dijamin kesatuan gerak secara struktural, tersistematisasi, dan terintegrasi yang melibatkan semua institusi di KAS sebagai dasar Gereja KAS menjalankan mandat dasarnya.

11. Dewasa ini, ada keprihatinan mendalam terhadap gejala pendangkalan atau menipisnya pengetahuan iman anak dan remaja Katolik sebagai akibat berkembangnya teknologi komunikasi yang tidak diimbangi dengan pendidikan iman yang cukup di tingkat keluarga. Maka, pendidikan iman berjenjang harus semakin efektif. Setiap keluarga harus menghidupkan tradisi keluarga Kristiani yang baik.

12. Seluruh isi RIKAS dapat dirangkum sebagai sebuah upaya mewarisi tiga tugas utama Kristus, yaitu sebagai Gembala, Nabi,

(37)

dan Imam. Tugas sebagai Gembala-Hamba dapat diwujudkan dalam tugas menyediakan dan memperjuangkan KESEJAHTERAAN (pangan, sandang, papan, pendidikan, kesempatan kerja, kebaikan hidup bersama, bonum commune, dll). Tugas sebagai Nabi-Firman diwujudkan dalam memperjuangkan MARTABAT manusia (memperjuangkan keadilan, kebenaran, VERUM, perdamaian, resolusi konflik, anti korupsi, advokasi kebijakan publik). Sedangkan tugas sebagai Imam-Kurban diwujudkan dalam KEBERIMANAN (percaya akan Allah Tritunggal, keutamaan hidup kristiani, iman yang CTMD: Cerdas, Tangguh, Misioner-kekudusan hidup, Dialogal).

3.2. Arah Dasar

Hasil analisis data dari sepuluh sumber memberikan rumusan identifikasi isu-isu strategis 20 tahun mendatang. Dari rumusan tersebut telah disepakati rumusan arah dasar dalam bentuk rumusan Visi, Misi, Strategi dan Inspirasi sebagai berikut.

RENCANA INDUK KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG (RIKAS) 2035

VISI:

TERWUJUDNYA PERADABAN KASIH DALAM MASYARAKAT INDONESIA YANG SEJAHTERA, BERMARTABAT, DAN

BERIMAN.

MISI:

1. Meningkatkan mutu kehidupan bersama umat terutama kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, disable, kaum tani, nelayan, buruh, dan sektor ekonomi kecil.

(38)

2. Meningkatkan partisipasi umat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam memperjuangkan kebijakan publik yang bermartabat dan adil, melestarikan lingkungan sebagai rumah bersama dan nilai-nilai budaya setempat.

3. Menyelenggarakan formasio iman yang integral, berjenjang, dan berkelanjutan yang bercirikan cerdas, tangguh, misioner, dan dialogal.

4. Menyelenggarakan pendidikan yang komprehensif, integral, berwawasan kebangsaan, dan berlandaskan Pancasila bagi masyarakat.

5. Mengembangkan kerja sama di berbagai tingkat dan berbagai bidang kehidupan yang menyangkut kesejahteraan, martabat manusia, dan keberimanan.

STRATEGI:

1. Pengembangan karisma dan potensi umat baik fisik, emosional, intelektual, dan spiritual dengan mengedepankan kesetaraan gender.

2. Peningkatan kerja sama antara kaum tertahbis, para awam dan para religius pada tingkat teritorial maupun kategorial.

3. Perhatian pada pastoral keluarga, dengan memperhatikan jenjang umur,dan kelompok-kelompok khusus.

4. Pemberdayaan unit-unit lembaga pelayanan gerejawi dengan semangat kemandirian, solidaritas, subsidiaritas, dan desentralisasi serta sinergi.

5. Pemanfaatan kekayaan lintas ilmu, teknologi, dan sarana-prasarana secara optimal dalam pengelolaan dan pelayanan gereja.

6. Pemanfaatan dan penguatan sumber daya akademik, finansial, organisasi dan budaya.

7. Peningkatan kerja sama dengan semua pihak pada semua bidang di semua tingkat baik dalam maupun luar negeri.

(39)

8. Penguatan jiwa ke-Indonesiaan yang mengembangkan pluralitas berdasar pada asas kemanusiaan dan keadilan merujuk nilai-nilai otentik Pancasila

INSPIRASI:

1. Jangan takut.... Aku menyertai kamu sampai akhir jaman (Mat. 28:10.20).

2. Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33).

3. Yesus semakin dikenal dan dicintai (Panitia Jubileum ter-Agung 2033).

4. Maria teladan iman umat beriman.

3.3. Rumusan Program Pelayanan Gereja: Prediksi,

Out-comes, Milestones

Arah program pelayanan Gereja KAS berpusat pada Outcomes. Outcomes merupakan hasil kerja jangka menengah dan sering disebut Objectives, Tujuan Pelayanan, yang bila diwujudkan akan menjadi sumbangan Gereja KAS bagi terciptanya masyarakat yang lebih beradab. Dengan tercapainya Outcomes, Gereja KAS telah memenuhi mandat dasarnya sebagai bagian dari komunitas Jawa Tengah, bagian dari komunitas Indonesia. Mengingat posisi tersebut maka Outcomes diberi ukuran (Milestones) atau penanda yang dapat diukur dan ditimbang sejauh mana pelayanan telah terwujud.

Rumusan-rumusan tersebut terbagi dalam empat Road Map, masing-masing untuk periode lima tahunan. Setiap Road Map menjadi landasan bagi tahap berikutnya. Rumusan lengkap program pelayanan Gereja Gereja KAS sampai dengan tahun 2035 dapat dilihat dalam Lampiran. Ringkasan Outcomes tampak pada Tabel 1.

(40)

Tabel 1. Ringkasan Outcomes untuk setiap Road Map.

Road Map Ringkasan Outcomes

1. Umat Beriman I

(2016-2020)

Umat semakin cerdas terhadap kebijakan publik, keluarga harmonis, menghormati lingkungannya, warga masyarakat makin saling bekerja sama

II (2021-2025)

Usaha umat berkembang, aktif mewujudkan 5 fungsi gereja, terciptanya ruang pergaulan umat yang luas.

III (2026-2030)

Makin banyak umat yang terlibat dalam usaha kesejahteraan umum, kreatif, eksploratif dalam menganimasi nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan sehingga Gereja mampu menjadi mediator dan inisiator dalam keberagaman masyarakat.

IV (2031-2035)

Makin banyak umat yang menjadi saksi injil di media publik, ada di posisi dalam jabatan publik baik di eksekutif, kegislatif dan yudikatif serta mampu berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan publik melalu musrenbang maupun institusi lain.

2. Golongan Umat Allah 1. 1. Hirarki

I (2016-2020)

Semakin banyak imam yang meluangkan waktu untuk melayani dan meneguhkan umat, utamanya keluarga dan umat terpencil, imam yang mampu menmanfaatkan TI secara cerdas dan kritis, ajur ajer dalam masyarakat mengusahakan keadilan, perdamaian, melestarikan lingkungan, mempromosikan budaya serta imam yang bersedia mengembangkan pribadi baik dari sisi spiritualitas maupun profesionalitas.

II (2021-2025)

Semakin banyak imam yang memberi waktu pada upaya pemberdayaan berbagai kelompok umat, a.l.: kelompok-kelompok kesenian, kebudayaan lokal, ekonomi kerakyatan, orang muda, serta menerapkan prinsip solidaritas, subsidiaritas transparansi, dan akuntabilitas dalam kepemimpinan gereja dan mampu mengoptimalkan penggunaan alat komunikasi untuk pelayanan pastoral, terbuka pada budaya dan kearifan lokal, banyak imam yang ahli dalam salah satu bidang karya pastoral.

(41)

Road MapRoad Map Ringkasan OutcomesRingkasan Outcomes

III (2026-2030)

Semakin banyak imam yang terbuka dan mau terlibat dalam pemberdayaan ekonomi, ikut ambil bagian dalam dinamika pemberantasan korupsi, kemiskinan, miras, narkoba serta terlibat dalam lembaga sosial lintas agama, menghormati keberagaman berbasis data, imam yang menjadi rujukan berbagai masalah spiritual, mampu menggerakkan dan melibatkan umat dalam berbagai bidang guna menebarkan budaya kasih dalam masyarakat. IV

(2031-2035)

Semakin banyak imam menampilkan semangat sukacita, berjejaring dalam tukar mimbar, kerja sama antar paroki di berbagai bidang (ekonomi, kesehatan, sosial, hukum), pengembangan pastoral dengan memiliki jaringan IT dilandasi semangat pengampunan resolusi konflik dan perdamaian serta imam yang bersedia bekerja sama dengan para tokoh masyarakat mempelopori keberlangsungan budaya lokal dan nasional seperti merti desa ulang tahun kota/kabupaten, hari-hari nasional.

2. 2. Kaum Awam: Keluarga, Aktivis, dan Kelompok Kategorial I

(2016-2020)

Semakin banyak awam yang terlibat dalam usaha-usaha atau gerakan-gerakan untuk perdamaian, kesejahteraan, dan keadilan yang terkait dengan urusan hidup bersama mulai RT/RW, gerakan keadilan, perdamaian, anti korupsi, pengentasan kemiskinan, budaya dan sosial politik dengan pembekalan dari paroki.

II (2021-2025)

Semakin banyak awam berjejaring dalam kelompok-kelompok budaya, sosial kemasyarakatan yang menyangkut usaha-usaha atau gerakan-gerakan untuk perdamaian, kesejahteraan, dan keadilan, serta keteladanan dalam hidup bermasyarakat.

III (2026-2030)

Semakin banyak kaum awam, khususnya kaum perempuan dan orang muda yang terlibat aktif dalam karya pastoral baik di Gereja maupun di masyarakat, terutama dalam memerangi penyakit masyarakat dan advokasi kebijakan publik.

IV (2031-2035)

Semakin banyak awam yang berperan aktif dan menjadi acuan dalam keluarga-keluarga di masyarakat dalam program-program kesejahteraan, serta berpengaruh di masyarakat.

2. 3. Hidup Bakti I

(2016-2020)

Semakin banyak religius terlibat dalam pembangunan masyarakat dan keuskupan sesuai dengan kharismanya.

(42)

Road Map Ringkasan Outcomes

II (2021-2025)

Semakin banyak religius meningkatkan profesionalisme dalam hal pastoral baik untuk gereja maupun untuk masyarakat.

III (2026-2030)

Semakin banyak religius terlibat dalam usaha-usaha kesejahteraan masyarakat dan berjejaring pada semua tingkat.

IV (2031-2035)

Semakin banyak religius menemukan cara-cara baru dalam menghayati kharisma dan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat.

3. Pembinaan

3. 1. Pembinan Calon Imam dan Religius I

(2016-2020)

Para calon imam dan religius dididik dalam bidang ilmu teologi, humaniora untuk mempersiapkan pastoral secara memadai dan terintegrasi dengan gerak KAS.

II (2021-2025)

Para calon imam dan religius memperoleh on going formation, bekerja sama dengan karya sejenis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

III (2026-2030)

Para calon imam dan religius memiliki pemahaman yang komprehensif tentang persoalan sosial masyarakat dan bekerja sama antar mereka.

IV (2031-2035)

Para calon imam dan religius terlibat aktif dalam usaha-usaha penyejahteraan masyarakat, dan bekerja sama dengan unsur non Gereja.

3. 2. Pembinaan Awam I

(2016-2020)

Awam mendapat pendidikan dan pelatihan leadership sesuai dengan kebutuhan Gereja.

II (2021-2025)

Awam mendapat pendidikan dan pelatihan yang integral dengan kebutuhan masyarakat.

III (2026-2030)

Awam dilatih untuk bekerja sama dalam menangani persoalan masyarakat.

IV (2031-2035)

Awam dilatih untuk bekerja sama dengan elemen non Gereja untuk menyelesaikan persoalan masyarakat

(43)

Road Map Ringkasan Outcomes

4. Pelayanan

1. 1. Liturgi dan Peribadatan I

(2016-2020)

Inovasi berbagai macam tradisi doa dan pengelolaan tempat ziarah yang berorientasi pada pendalaman iman secara terprogram.

II (2021-2025)

Perayaan iman yang terbuka terhadap ekumenisme dan devosi yang menggerakkan perwujudan iman.

III (2026-2030)

Perayaan yang inkulturatif dan menggerakkan pemberdayaan KLMTD, pelestarian lingkungan.

IV (2031-2035)

Perayaan yang inkulturatif dan menyumbang pada peribadatan gereja universal.

1. 2. Pewartaan dan Evangelisasi I

(2016-2020)

Pewartaan yang menanggapi pelbagai sektor hidup umat dan memanfaatkan media secara efektif dan inovatif

II (2021-2025)

Pewartaan yang inkulturatif, menarik dan menggerakkan semangat berbagi, serta memasuki semua ruang kehidupan.

III (2026-2030)

Pewartaan melalui dialog dan kesaksian hidup yang mempromosikan nilai-nilai Injil bagi dunia

IV (2031-2035)

Pewartaan yang membuahkan kesaksian hidup injili dan mempromosikan budaya kasih kepada masyarakat.

1. 3. Pelayanan Kemasyarakatan I

(2016-2020)

Lembaga-lembaga pelayanan Gereja (Pendidikan, Kesehatan, Sosial Ekonomi) semakin tanggap dan terlibat secara kreatif pada penyelesaian masalah-masalah baru yang menyangkut narkoba,

trafficking dan hal-hal yang menyangkut JPIC.

II (2021-2025)

Lembaga-lembaga pelayanan Gereja berorientasi pada pendidikan kemandirian dan kaderisasi tokoh-tokoh penggerak masyarakat. III

(2026-2030)

Lembaga-lembaga pelayanan Gereja semakin meningkatkan mutu pelayanannya serta berjejaring dengan lembaga-lembaga sejenis di semua tingkat dan lingkupnya demi mewujudkan bonum commune. IV

(2031-2035)

Lembaga-lembaga pelayanan Gereja mengutamakan pembelaan terhadap korban serta menjadi pelopor dalam mewujudkan bonum

(44)

Road Map Ringkasan Outcomes

1. 4. Paguyuban dan Persaudaraan I

(2016-2020)

Gereja menjadi komunitas perjumpaan lintas iman berbasis lingkungan

II (2021-2025)

Gereja menghadirkan persaudaraan sejati dengan keluar dari zona nyaman ke perjumpaan kemanusiaan

III (2026-2030)

Gereja mengembangkan komunitas pengharapan dengan pendidikan perdamaian dan manajemen konflik

IV (2031-2035)

Gereja menghadirkan masyarakat humanis dan bermartabat.

5. Tata kelola Pastoral I

(2016-2020)

Membudayakan tata kelola pastoral yang mengacu pada pedoman-pedoman pastoral yang sudah diberlakukan bagi seluruh Keuskupan sebagai sebuah standar minimal untuk setiap lembaga pastoral di KAS.

II (2021-2025)

Membenahi dan melengkapi serta memberdayakan semua perangkat pastoral yang ada untuk penguatan institusi dengan didukung oleh personel yang kompeten dan mencukupi.

III (2026-2030)

Penguatan sistem-sistem pastoral yang bersinergi dengan menyempurnakan sistem programming pastoral dan menjadikan setiap lembaga pastoral learning institution yang didukung oleh sistem penjaminan mutu.

IV (2031-2035)

Gereja dari segi tata kelola semakin kokoh dan tanggap jaman sebagai institusi pelayanan iman tetapi juga inovatif serta terbuka terhadap kerja sama regional, nasional dan internasional.

Gambar

Gambar 1.Alur Perumusan Rencana Induk KAS (Ohmae, 1982; Bryson, 2995; Allison, 1997; modifikasi oleh Kusumahadi, 1999)
Tabel 1.  Ringkasan Outcomes untuk setiap Road Map.
Gambar 2.  Lingkaran Pembelajaran.
Tabel 2.  Discovery:  Identifikasi – Apresiasi pengalaman nyata.
+7

Referensi

Dokumen terkait