• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PKPP Tinjauan Tata Ruang untuk Pengembangan Ekowisata Bali Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PKPP Tinjauan Tata Ruang untuk Pengembangan Ekowisata Bali Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 

       

 

 

 

LAPORAN KEMAJUAN

PELAKSANAAN PKPP 2012

 

Tinjauan Tata Ruang untuk Pengembangan Ekowisata Bali Utara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Judul: Tinjauan Tata Ruang untuk Pengembangan Ekowisata Bali Utara Kode: C.6

K/L: BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) Koridor: 5

Fokus: Pariwisata

Lokus: Kabupaten Bangli, Bali Peneliti:

1. Dr. Sri Handoyo 2. Drs. Helman, M.Si 3. Drs. AB Suriadi MA, M.Sc 4. Ir. M. Khifni Soleman 5. Ir. Bambang Riadi, M.Tech

1. Latar Belakang

Ruang wilayah adalah tempat kehidupan dan penghidupan masyarakat. Tata ruang wilayah adalah upaya menempatkan kegiatan di ruang wilayah sehingga tercapai sinergi kegiatan antarguna-lahan, membentuk satu kesatuan jaringan kegiatan yang efektif dan efisien. Dalam menata ruang wilayah tempat kehidupan dan penghidupan, Indonesia menganut konsep ruang wilayah yang terdiri atas elemen wisma, karya, marga, suka, dan penyempurna; disingkat WKMSP. Wisma adalah ruang wilayah permukiman, Karya adalah ruang wilayah pekerjaan, Marga adalah ruang wilayah pergerakan/mobilitas, Suka adalah ruang wilayah bagi fasilitas yang mencakup rekreasi dan pariwisata, dan Penyempurna adalah ruang wilayah bagi fasilitas sosial-budaya lainnya termasuk tempat ibadah (Warpani dan Warpani, 2007).

Bali merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal di dunia, yang sekaligus membawa nama harum negara Indonesia di dunia internasional. Kawasan tujuan wisata di Bali pada umumnya terpusat di daerah Bali Selatan di sekitar Denpasar, pantai Kuta, pantai Sanur, dan sekitarnya. Tidak demikian halnya dengan Bali Utara terutama di Kabupaten Bangli. Daerah tersebut tidak diragukan lagi juga memiliki beragam daya tarik budaya serta tempat-tempat menarik lainnya. Namun tampaknya masih perlu dikembangkan lagi menuju aspek ekowisata dengan terlebih dahulu melihat kembali tata ruang yang sudah ada. Pengertian dan konsep dasar ekowisata menyebutkan sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat.

2. Pokok Permasalahan

Kabupaten Bangli termasuk dalam wilayah Bali Utara yang secara umum perkembangan kepariwisataanya belum semaju wilayah Bali Selatan. Dari kajian data, informasi, peta-peta, dan literatur, serta koordinasi dan pengamatan di lapangan tampak jelas pokok permasalahannya yaitu bahwa Kabupaten Bangli adalah satu-satunya kabupaten dari sembilan kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki Kawasan Pariwisata. Hal ini memberi konsekuensi terbatasnya ijin dan regulasi pengembangan kepariwisataan di Kab. Bangli. Demikian pula daerah ekowisata di Kabupaten Bangli juga sama sekali belum berkembang sebagaimana mestinya, sementara di Kab. Bangli terdapat beberapa daerah tujuan wisata yang cukup dan bahkan sangat menarik untuk dikembangkan. Dengan demikian dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

a.

Di mana terdapat peruntukan ruang dalam Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli di Provinsi Bali yang sesuai dan berpotensi untuk pengembangan kawasan Ekowisata;

b.

Bagaimana mengembangkan kawasan-kawasan Ekowisata tersebut.

3. Metodologi Pelaksanaan

a. Lokus Kegiatan

Lokasi kegiatan penelitian adalah Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang tergolong berada di wilayah Bali Utara.

(3)

Penelitian ini berfokus pada masalah sosial kemanusiaan yang menjiwai penelitian pengembangan ekowisata melalui pelestarian alam tujuan wisata dan sekaligus berupaya meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

c. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk dihasilkan kajian terhadap tata ruang wilayah provinsi di Bali Utara, khususnya Kabupaten Bangli, untuk selanjutnya dievaluasi peruntukan ruangnya, antara kawasan budidaya dan non-budidaya, ke arah pengembangan ekowisata. Hasil ini ditujukan bagi pengguna hasil penelitian yaitu pemerintah dan masyarakat, serta semua pihak dengan berbagai kepentingan yang terkait dengan usaha kepariwisataan yang memperhatikan kelestarian lingkungan.

4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan pemodelan alur pikir penelitian dalam tahap persiapan maka tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Studi pustaka dan tinjauan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli di Bali Utara.

b. Inventarisasi existing area Ekowisata dan inventarisasi potensi area Ekowisata di Bali Utara. c. Mengkaji ketentuan dan faktor-faktor pendukung pengembangan Ekowisata dan pelestarian

lingkungan serta sekaligus memberi dampak positif bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan penduduk setempat.

d. Pengumpulan data primer dan sekunder baik di Pusat maupun di Daerah.

e. Penetapan langkah-langkah pengembangan area Ekowisata dan pelestarian lingkungannya serta peningkatan ekonomi dan kesejahteraan penduduk setempat. Dalam hal ini termasuk penyusunan delapan tahap perencanaan pariwisata (Warpani dan Warpani, 2007).

f. Penyiapan peta dasar tematik dan citra satelit Wilayah Kabupaten Bangli. g. Interpretasi citra dan analisis spasial lokasi Ekowisata dan lingkungannya. h. Desain dan konstruksi Prototipe Peta Ekowisata Kabupaten Bangli.

i. Sosialisasi/diseminasi dan promosi hasil penelitian ke Provinsi Bali dan atau Kabupaten Bangli.

BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pengelolaan Administrasi Manajerial

a. Perencanaan Anggaran

Total biaya penelitian sebesar Rp.250.000.000,- direncanakan dengan uraian sebagai berikut: 1. Gaji dan Upah Rp.109.080.000

2. Bahan Habis Pakai Rp.5.110.000

3. Perjalanan Rp.102.950.000

4. Lain-lain Rp.32.860.000

b. Pengelolaan Anggaran

Dalam penggunaannya sejauh ini telah menarik dana awal (30%) sebesar Rp.75.000.000,- dengan penggunaan sebesar Rp.79.640.000,- (Tujuh puluh sembilan juta enam ratus empat puluh ribu rupiah) atau realisasi sebesar 106% dengan perincian sebagai berikut:

1. Bahan habis pakai Rp. 3.360.000

2. Perjalanan survei lapangan di Bali: 4 org, 8 hr, 1 kl Rp.46.560.000 3. Lain-lain: Sewa Rd-4 dan Transport lokal Rp. 8.220.000

4. Gaji: Honor Reviewer Rp. 2.100.000

5. Gaji: 2 bln Koord., Sekr., PI, Peneliti, Pemb. Peneliti Rp.18.280.000 6. Gaji: Pembantu Lap 2 org, 7 hr Rp. 1.120.000

Daftar penggunaan dana tersebut di antaranya adalah untuk keperluan sebagai berikut:

(1) Pengadaan9 NLP petaRupabumi Kabupaten Bangli, skala 1:25.000, tahun 2000, terdiri atas: 1. Lembar 1707-642 Sambirenteng

2. Lembar 1707-641 Kintamani 3. Lembar 1707-632 Gitgit

(4)

4. Lembar 1707-624 Kedisan 5. Lembar 1707-623 Batur 6. Lembar 1707-622 Menanga 7. Lembar 1707-621 Bangli 8. Lembar 1707-614 Baturiti 9. Lembar 1707-343 Gianyar

Selanjutnya data digital peta-peta rupabumi tersebut telah diolah, diedit, dan digeneralisasi menjadi:

1. 1 NLP Peta Rupabumi Kabupaten Bangli skala 1:50.000, dan 2. 1 NLP Peta Wilayah Desa Kabupaten Bangli skala 1:50.000.

(2) Persiapan bahan ekspose pertama yang telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 di Bakosurtanal sebagai bentuk presentasi penajaman fokus penelitian dan metodologi. Persiapan tersebut berupa pengadaan ATK dan bahan komputer secukupnya.

(3) Pelaksanaan survei lapangan dalam rangka pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Survei lapangan dilaksanakan dari tanggal 17 s/d. 24 April 2012, dengan pelaksana survei terdiri atas:

1. Dr. Sri Handoyo (Peneliti Utama) 2. Drs. AB. Suryadi, M.Sc (Peneliti) 3. Ir. Bambang Riadi, M.Tech (Peneliti)

4. Dr. Rorim Panday (Non-organik/Narasumber perguruan tinggi)

5. DK. Ketut Setiadharma, SH (Pendamping dari Dinas Pariwisata Kab. Bangli). (4) Pembayaran gaji/upah 2 OB dan 80 OJ.

c. Rancangan Pengelolaan Aset

Hasil penelitian ini, antara lain berupa peta-peta hasil penelitian akan diberlakukan sebagai aset yang rencananya akan dihibahkan ke Pemda Kab. Bangli cq. Bappeda dan Dinas Parbud Kab. Bangli.

2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja

a. Kerangka Metode-Proses

Metode penelitian ini adalah meninjau kembali dan mengevaluasi tata ruang wilayah di Bali Utara, khususnya Kabupaten Bangli, yang terkait dengan peruntukan ruang, baik budidaya dan non-budidaya, untuk keperluan kepariwisataan, khususnya ekowisata, disertai dengan analisis spasial (terhadap media citra) untuk mengetahui lokasi dan jenis objek geografis-ekologis di Kabupaten bangli, wilayah Bali Utara. Teknik sistem informasi geografis digunakan untuk menyinkronkan area peruntukan ruang dengan area peruntukan dengan kepentingan ekowisata. Dalam hal ini termasuk memperhatikan empat elemen ekowisata (Smith, 1997, dalam Warpani dan Warpani, 2007) yaitu Habitat (geographic setting), Heritage (ethnographic traditions), History (the effect of acculturation), dan Handicraft (marketable handicraft), beserta prinsip dan ketentuan pengembangan ekowisata.

Pemodelan alur pikir penelitian adalah sebagai diagram berikut.

Kajian faktor‐faktor  pendukung pengembangan  Ekowisata dan pelestarian  lingkungan dan  kesejahteraan masyarakat  setempat.  Studi pustaka dan Tinjauan  perihal:   a. Tata Ruang Wilayah  Kabupaten Bangli di Bali Utara  b. Pengembangan Ekowisata  c. Lingkungan dan konservasi.  Pengumpulan data primer dan sekunder  Penetapan langkah‐langkah   pengembangan Ekowisata dan  pelestarian lingkungan  Wilayah Kabupaten Bangli di  Bali Utara beserta  kesejahteraan masyarakat  setempat.  Sosialisasi dan Promosi  Desain dan konstruksi  Prototipe Peta Ekowisata  Kabupaten Bangli.  Penyiapan peta dasar  tematik  Wilayah  Kabupaten Bangli, di Bali  Utara.  Penyiapan citra Kabupaten Bangli (di  Bali Utara), Provinsi  Bali.  Interpretasi dan  analisis lingkungan  dan konservasi. 

(5)

Dari pemodelan alur pikir penelitian ini dijabarkan ke dalam langkah/tahap-tahap penelitian sekaligus sebagai bentuk target kinerja yang harus dicapai.

b. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dapat diuraikan dengan selesainya tahap persiapan yang berujung pada presentasi awal kegiatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 yang sekaligus juga mempersiapkan rencana survei untuk koordinasi lembaga/program, diseminasi kegiatan penelitian, dan pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Selanjutnya, pelaksanaan survei lapangan telah berjalan dengan lancar dengan hasil terwujudnya koordinasi dengan lambaga di Pemda Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli beserta program Pemda yang terkait dengan penataan ruang dalam rangka pengembangan ekowisata. Dalam pengumpulan data telah terkumpul dua jenis data, yaitu untuk keperluan kajian tata ruang dan untuk keperluan kajian pengembangan ekowisata. Data terkumpul berupa informasi berbentuk hardcopy (buku) dan data digital termasuk peta-peta (draft final) RTRW dan peta-peta promosi pariwisata di Kab. Bangli.

c. Perkembangan Pencapaian Target

Pelaksanaan strategi pencapaian target kinerja dikembangkan dalam pelaksanaan survei lapangan. Pada akhirnya target kinerja dirancang untuk dicapai dalam bentuk hasil-hasil berupa (1) Kebijakan pengembangan ekowisata, (2) Prototipe Peta Ekowisata di Kabupaten Bangli, (3) Sosialisasi dan diseminasi hasil penelitian. Dalam Kebijakan pengembangan ekowisata di antaranya akan dihasilkan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Survei lapangan telah dilaksanakan dengan koordinasi dan penyampaian adanya kegiatan penelitian, diskusi dan tatapmuka untuk wawancara. Secara strategis hal ini telah membuka wawasan Pemda Kab. Bangli dengan adanya kegiatan penelitian yang diharapkan akan sangat membantu dengan memberi masukan dan rekomendasi yang sangat dibutuhkan di antaranya untuk pengembangan ekowisata di Kab. Bangli. Masukan dan rekomendasi setidaknya akan meliputi dua hal yaitu yang terkait dengan penataan ruang untuk pariwisata, dan yang terkait dengan pengembangan ekowisata di Kab. Bangli.

Perkembangan saat ini telah tercapai target kinerja (kemajuan) sebesar 50%. Hal ini tercapai dengan:

(1) banyaknya data yang diperoleh pada saat survei lapangan, baik data primer berupa hasil pengamatan dan wawancara (pertemuan tatap muka) secara langsung maupun data sekunder berupa data-data digital peta-peta RTRW Kabupaten Bangli secara lengkap, dan berbagai data digital peta-peta Pariwisata,

(2) hasil pengolahan data (perpetaan, kajian tata ruang, dan pariwisata), dan hasil

penyusunan laporan kemajuan kerja, serta banyak foto dokumentasi di lapangan (foto-foto hasil survey dilampirkan tersendiri).

3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

a. Kerangka Sinergi Koordinasi

Pelaksanaan koordinasi dalam kegiatan survei lapangan berada dalam kerangka sinergi koordinasi yaitu melalui pertemuan tatap muka yang diawali dengan penyampaian tujuan dan ruang lingkup penelitian, serta dilanjutkan dengan pertemuan diskusi/wawancara. Selain itu pelaksanaan koordinasi juga akan berupa kegiatan diseminasi/sosialisasi hasil penelitian untuk verifikasi dan mendapat masukan pelengkap.

b. Indikator Keberhasilan Sinergi

Indikator keberhasilan sinergi adalah jika tercapai pemahaman bersama adanya kegiatan penelitian ini yang diharapkan bermanfaat bagi masukan pelaksanaan program penataan ruang dan pengembangan ekowisata di Pemda Provinsi Bali dan Kab. Bangli. Selanjutnya pemahaman tersebut direalisir dengan kerjasama diseminasi dan sosialisasinya serta implementasinya bersama pemda dan masyarakat.

c. Perkembangan Sinergi Koordinasi

Pada pelaksanaan survei lapangan dilaksanakan koordinasi dengan Lembaga dan atau program terkait. Koordinasi tersebut adalah dengan:

(6)

(1) Dinas Kesbangpol Provinsi Bali, yaitu dengan Bapak Drs. I Wayan Subrata, dengan maksud untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian, hal ini sesuai dengan Edaran Gubernur Bali.

(2) Bappeda Provinsi Bali, melalui Kepala Bidang Tata Ruang: Bapak Ida Bagus Wijaya, dan melalui Kepala Bidang Penelitian: Ibu Ni Wayan Triningsih (sekaligus sebagai “contact person”), dan melalui Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Pariwisata: Bapak I Ketut Astra. (3) BPS Provinsi Bali, yaitu dengan Bapak I Nyoman Sudana.

(4) Bali CoBTA (Bali Community Based Tourism Association) di Denpasar, yaitu dengan Bapak Djinaldi.

(5) Bappeda Kabupaten Bangli, melalui Bidang Tata Ruang.

(6) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bangli, yaitu dengan Ka. Bid. Parbud: Bapak I Wayan Gobang Edy (merangkap sebagai Camat Kintamani), dan Ka. Subbid: Bapak I Wayan Bona. Selanjutnya selama pelaksanaan survey lapangan didampingi oleh Bapak Dewa Ketut Setiadharma.

(7) Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusadua, yaitu dengan Bapak I Wayan Mertha (Dosen). Koordinasi juga telah disepakati dengan pihak Pamda Kab. Bangli untuk dalam bulan Juli 2012 dilaksanakan diseminasi/sosialisasi hasil penelitian untuk verifikasi dan mendapat masukan pelengkap.

Bentuk pelaksanaan koordinasi juga dihasilkan dari terkumpulnya data secara signifikan baik data/peta RTRW Kab. Bangli (draft final) maupun data dan peta tematik pariwisata Kab. Bangli. Album Peta RTRWK (digital) berisi peta-peta tematik RTRWK yang lengkap, dalam daftar berikut.

1. Peta Administrasi Kabupaten Bangli 2. Peta Kemiringan Lereng

3. Peta Geologi 4. Peta Hidrologi 5. Peta Jenis Tanah 6. Peta Morfologi 7. Peta Curah Hujan

8. Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi 9. Peta Kesesuaian Lahan

10. Peta Pemanfaatan Ruang Tahun 2009 11. Peta Rencana Struktur Ruang

12. Peta Sistem Perkotaan Berdasarkan Fungsi 13. Peta Sistem Jaringan Transportasi

14. Peta Sistem Jaringan Listrik

15. Peta Sistem Jaringan Telekomunikasi 16. Peta Sistem Sumber Daya Alam (SDA) 17. Peta Sistem Jaringan Air Minum

18. Peta Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

19. Peta Rencana Pola Ruang (RPR) Wilayah Blad-1, Blad-2, dan Blad-3 20. Peta RPR Kawasan Lindung

21. Peta RPR Kawasan Budidaya 22. Peta RPR Kawasan Pertanian 23. Peta Sebaran KDTWK dan DTW 24. Peta Kawasan Strategis Kabupaten

Peta-peta tersebut secara umum bersumber dari:

Peta Rupabumi Bakosurtanal skala 1:25.000 tahun 2000 Citra Ikonos Arsip tahun 2004

Hasil analisis Tim Tata Ruang.

Adapun data Objek Wisata yg sudah dan sedang dikembangkan oleh Pemda Kab. Bali (2012) adalah sebagai berikut:

(7)

NO. NAMA OBJEK WISATA LOKASI JARAK DR KAB. (Km)

SUDAH DIKEMBANGKAN

1 OW Pura Penulisan Desa Sukawana, Kintamani 30

2 OW Pura Batur Desa Batur Tengah, Kintamani 27

3 OW Trunyan Desa Trunyan, Kintamani 32

4 OW Desa Adat Penglipuran Kel. Kubu, Bangli 6

5 OW Pura Kehen Kel. Cempaga, Bangli 2

SEDANG DIKEMBANGKAN

1 OW Kolam Renang Seganing Kel. Kawan, Bangli 1

2 OW Pura Pucak Sari Desa Peninjoan, Tembuku 14

3 OW Taman Bali Raja Desa Taman Bali, Bangli 5

4 OW Desa Adat Pengotan Desa Pengotan, Bangli 16

5 OW Museum Gunung Api Batur Desa Batur Tengah, Kintamani 27 6 OW Agro Kopi Arabika Dusun Mabi Desa Belantih dan Selulung,

Kintamani

40

7 Objek Ekowisata Bukit Bangli Kel. Campaga, Bangli 3

8 Desa Wisata Tamansari Desa Undisan, Tembuku, Bangli 8

4. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

a. Kerangka Pemanfaatan Hasil

Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa direncanakan untuk mendukung Industri Hilir, mendukung Pengembangan Potensi Unggulan Daerah, mendukung Proses Industri, modul Pelatihan-Pemberdayaan Masyarakat, semuanya yang terkait dengan pengembangan ekowisata di Kab. Bangli.

b. Strategi Pemanfaatan Hasil

Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa adalah memberikan masukan langsung (koordinasi, diseminasi, sosialisasi, dan pemantauan implementasi) kepada pemda, dan masyarakat, tentang perlunya pengembangan ekowisata di Kab. Bangli, disertai detail elemen-elemen pengembangan pelestarian lingkungan alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat.

c. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan

Indikator ini akan dinilai dari keberhasilan menumbuhkan berbagai aktivitas terkait dengan pembinaan penataan ruang dan pengembangan ekowisata, di antaranya yaitu tercapainya pengembangan dan pelestarian lingkungan ekowisata dan meningkatnya pendapatan masyarakat dengan kegiatan alam dan budaya ekowisata tersebut.

d. Perkembangan Pemanfaatan Hasil

Pemanfaatan hasil Litbangyasa berupa kebijakan pengembangan ekowisata di Kabupaten Bangli akan disampaikan kepada Pemda Provinsi dan Kabupaten melalui bidang Pariwisata/ekowisata. Sementara yang berupa Prototipe Peta Ekowisata akan dimanfaatkan sebagai tayangan/sumber informasi spasial tematik ekowisata yang handal bagi daerah untuk masyarakat. Semua ini dilengkapi dengan acara sosialisasi/diseminasi hasil penelitian ke daerah.

Pemanfaatan hasil Litbangyasa hingga saat ini baru dalam tahap penyampaian kegiatan penelitian yang tengah berjalan dan berproses.

5. Potensi Pengembangan Ke Depan

a. Kerangka Pengembangan Ke Depan

Kerangka pengembangan ke depan adalah pembinaan daerah ekowisata di Kab. Bangli dan pengembangan atau peningkatan status bagi daerah wisata lain setelah dikaji memenuhi syarat sebagai daerah ekowisata.

b. Strategi Pengembangan Ke Depan

Strategi pengembangan de depan adalah jika dapat memperbanyak peningkatan status daerah wisata menjadi daerah ekowisata maka ke depan akan semakin lestari alam dan lingkungan wisata di Kab. Bangli. Di antaranya yang jelas, setelah melalui pangkajian yang intensif, dapat

(8)

diupayakan peningkatan statusnya dalam waktu dekat adalah Desa Wisata panglipuran dan Desa Wisata Bayung Gede.

BAB III RENCANA TINDAK LANJUT

a. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja

Rencana tindak lanjut pelaksanaan pencapaian target kinerja adalah terus dilaksanakannya analisis tata ruang untuk keberadaan dan pengembangan ekowisata Bukit Bangli, dan diikuti dengan penuangannya ke dalam peta ekowisata Bukit Bangli di Kab. Bangli.

b. Rencana Tindak Lanjut Koordinasi Kelembagaan – Program

Sebelum laporan final maka pada bulan Juli akan dilakukan koordinasi dengan Pemda Provinsi Bali dan Kab. Bangli untuk pelaksanaan diseminasi dan sosialisasi hasil sementara penelitian ini dengan maksud untuk verifikasid dan menggali masukan guna penyempurnaan hasil penelitian. c. Rencana Tindak Lanjut Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Direncanakan untuk berkoordinasi dengan Pemda guna menggali efektifitas pemanfaatan dan diseminasi hasil litbangyasa penelitian ini. Di antaranya, misalnya, penyempurnaan dan penggandaan Peta Ekowisata Kab. Bangli yang akan dihasilkan.

d. Rencana Tindak Lanjut Pengembangan ke Depan

Setelah selesai dengan pengkajian daerah Ekowisata Bukit Bangli, maka perlu dilanjutkan dengan pengkajian yang intensif untuk peningkatan status Desa Wisata Panglipuran dan Desa Wisata Bayung Gede.

BAB IV PENUTUP

 

Hasil yang telah ada hingga saat ini adalah:

1 NLP Peta Rupabumi Kab. Bangli skala 1:50.000 1 NLP Peta Wilayah Desa Kab. Bangli skala 1:50.000

1 Makalah: “Kajian Geospasial Tematik Pariwisata Kabupaten Bangli” oleh Sri Handoyo, Helman, AB Suriadi, Bambang Riadi, Rorim Panday, Khifni Soleman, Supriyatna

Kesimpulan Sementara Hasil Kajian.

Dari hasil kajian awal atas literatur dan peta-peta rupabumi dan draft final RTRW Kab. Bangli, dari pengamatan, dan kajian lapangan, dapat ditarik Kesimpulan Sementara bahwa:

1) Kabupaten Bangli tidak memiliki Kawasan Pariwisata disebabkan berbagai alasan, yaitu:

a) Kabupaten Bangli dengan Kecamatan Kintamani merupakan sumber air bagi lima kabupaten di sekeliling Kab. Bangli. Sumber air ini harus dijaga kelestariannya dari berbagai gangguan berupa aktivitas manusia.

b) Topografi Kab. Bangli pada umumnya merupakan kombinasi pegunungan yang tinggi dan lembah yang curam sedemikian rupa sehingga sebagian besar kelas lereng (di antara 40-80°) tidak layak untuk dibangun sarana wisata dan atau sarana permukiman.

c) Berdasarkan sejarah riwayat geologi, Gunung Batur merupakan gunung yang sangat aktif di mana dalam beberapa kaliletusan dahsyatnya telah membentuk kaldera ganda yang di antaranya telah membentuk Danau Batur. Sangat aktifnya status Gunung Batur menjadi dasar untuk tidak direkomendasikannya banyak aktivitas wisata di wilayah tersebut.

2) Daerah ekowisata Bukit Bangli saat ini masih sedang dikembangkan dan berada dalam tahap sangat awal sedemikian rupa sehingga praktis belum ada kegiatan kongkrit yang layak disebut sebagai kegiatan ekowisata. Namun demikian dari hasil pengamatan lapangan dan kesungguhan program Pemda Kab. Bangli tampak bahwa ekowisata Bukit Bangli berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini antara lain adanya kampus yang luas Sekolah Tinggi Agama Hindu di sebelah Utara area Bukit bangli yang berpotensi untuk dijalin kerjasama mengembangkan pelestarian lingkungannya dan melibatkan masyarakat di sekitar lokasi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kebutuhan lain adalah pembangunan infrastruktur sarana jalan dan wisata di ekowisata tersebut.

(9)

3) Daerah Desa Wisata Panglipuran yang telah dikembangkan perlu ditingkatkan statusnya sebagai Desa Ekowisata karena dari pengamatan di lapangan dan koordinasi tampak adanya berbagai kegiatan wisata yang telah memenuhi syarat sebagai daerah ekowisata. Hal ini antara lain adanya pelestarian hutan lindung bambu di sekitar Desa Panglipuran, dan telah ada upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat setempat di antaranya melalui kegiatan budaya, adanya kegiatan pembuatan kerajinan bambu, dan penyiapan fasilitas homestay bagi para wisatawan di desa tersebut.

4) Kajian ini masih dalam proses dan masih dilanjutkan dengan analisis berikut antara lain analisis lereng, hidrografi, dan liputan lahan khususnya di wilayah Kecamatan Kintamani dan ekowisata Bukit Bangli.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berbeda tidak nyatanya perlakuan pemakaian dedak padi fermentasi sampai level 40 % (P>0.05) terhadap produksi telur ayam ras petelur disebabkan karena kualitas protein

Berdasarkan praktik-praktik sebagaimana yang ditunjukkan dalam analisis, praktik-praktik kekuasaan para elite di tingkat lokal dalam konteks teori pilihan rasional

Depresi pernafasan memanjang pada bayi dari ibu yang mendapat anestesi narkotik dalam waktu 4 jam sebelum persalinan , sudah dilakukan langkah resusitasi, dan frekuensi denyut

Maka dari itu dari beberapa alasan tersebut dapat diambilkan saran bahwa adanya pandemic Covid-19 ini harus dijadikan sebagai sebuah momentum untuk lebih dekat

2D- PCA merupakan pengembangan dari metode PCA dengan beberapa kelebihan dibandingkan PCA yaitu matrik citra 2D langsung dihitung tanpa mengubah ke bentuk 1D,

Purves, drama Die Dreigroschenoper karya Bertolt Brecht mendapat rerata penilaian sebesar 5,5 yang berarti drama ini dinilai baik oleh pembaca akademik, (2) tidak ada satupun