• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Jepang dengan usia 83,5 tahun sedangkan Indonesia UHH sebesar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adalah Jepang dengan usia 83,5 tahun sedangkan Indonesia UHH sebesar"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Umur Harapan Hidup (UHH) adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. UHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah, termasuk didalamnya derajat kesehatan. UHH 2010-2015 yang tertinggi adalah Jepang dengan usia 83,5 tahun sedangkan Indonesia UHH sebesar 70,1 tahun (Nations United, 2010). Provinsi Riau UHH meningkat dari 71.69 tahun pada tahun 2012 menjadi 71.73 tahun pada tahun 2013 (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Milenium Development Goals (MDGs) terdapat 17 tujuan pada SDGs salah satunya adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan, artinya menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur (Internationalis, 2015). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai kehidupan yang sehat dan sejahtera adalah dengan dibentuknya Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). .

Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman atau virus penyakit dan tidak ditularkan kepada orang lain,

(2)

termasuk cedera akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Di Indonesia penyakit utama termasuk PTM penyakit kardiovaskuler, kanker, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), diabetes mellitus, serta cedera akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia sebesar 36 juta yang setiap tahunnya sekitar 63% seluruh kematian disebabkan penyakit jantung, kanker, pernafasan kronis dan diabetes.

Ancaman PTM setiap tahun diperkirakan sebesar 8 juta kematian atau 22% dari seluruh kematian di wilayah Asia Tenggara (RI, 2014). Setiap tahun PTM menyebabkan hampir 60% kematian di Indonesia, sebagian besar dialami usia di bawah 60 tahun. Hal ini yang juga berdampak negatif terhadap produktivitas dan pembangunan, sehingga menyebabkan kemiskinan karena menghabiskan waktu dan biaya yang besar untuk pengobatan.

Karakteristik PTM antara lain penularan penyakit tidak melalui rantai penularan tertentu. Masa inkubasi yang panjang dan laten, perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis), kesulitan diagnosis, variasi yang luas, memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan dan faktor penyebab bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas (Bustan, 2007).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2013, penderita PTM 69,6% dialami oleh diabetes melitus, 63,2% hipertensi yang belum terdiagnosis, keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan kematian. Rikesdas 2013 menunjukan prevalensi

(3)

gagal ginjal 0,2%, gagal jantung 0,3%, hyperthyroid 0,4%, batu ginjal 0,6%, kanker 1,4%, penyakit jantung koroner 1,5%, diabetes melitus 2,1%, penyakit paru kronik obstruktif 3,7%, asma 4,5%, cidera 8,2%, hipertensi berdasarkan wawancara 9,5%, stroke 12,1%, rematik 24,7%, hipertensi berdasarkan pengukuran 25,8% dan cidera 8,2%.

Dari data surveilens, PTM kabupaten Kuantan Singingi, terjadi peningkatan kasus diabetes melitus tahun 2013 yaitu 7,8 % pada tahun 2015 menjadi 13,5% kasus, asma tahun 2013 5,9% tahun 2015 jadi 6,4% dan cidera tahun 2013 4,7% pada tahun 2015 menjadi 6,4%. Di Puskesmas Teluk Kuantan pada tahun 2013 kasus diabetes melitus dari 12,7% menjadi 14,2% dan kasus cidera pada tahun 2013 dari 24,8% menjadi 42,6% . Di desa Beringin Taluk pada tahun 2013 kasus hipertensi 41,9%, pada tahun 2015 58,7%, diabetes melitus pada tahun 2013 terjadi 11,5% kasus pada tahun 2015 12,6 %.

Hasil Rikesdas 2013 faktor risiko PTM di Indonesia disebabkan oleh perilaku merokok yaitu 36,3%, kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang sayur dan buah 93,6%, konsumsi makanan tinggi manis 53,1%, konsumsi makanan asin 26,2%, konsumsi makanan tinggi lemak, konsumsi makanan tinggi penyedap 77,3% dan gangguan mental 6,0%.

Kementerian Kesehatan telah menggunakan trik khusus dalam menyiasati pola perkembangan PTM di Indonesia secara cepat dengan menggunakan berbagai media-media komunikasi kesehatan, salah satunya

(4)

dengan slogan yaitu: “Mari Menuju Masa Muda Sehat, Hari Tua Nikmat Tanpa PTM Dengan Perilaku Cerdik”.

Kebijakan dan strategi Pengendalian PTM tergantung dari kebijakan dan strategi masing-masing daerah, begitu juga dengan penerapannya tergantung pada daerah kerja masing-masing. Strategi pengendalian PTM diantaranya yaitu memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM melalui program yang berbasis masyarakat, seperti Pos Kesehatan Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) (Kemenkes, 2012).

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM pada awalnya tidak memberikan gejala. Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat yang selanjutnya berkembang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan Puskesmas.

Tujuan kegiatan Posbindu PTM adalah meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjut. Sasaran utama dalam kegiatan ini adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas (Kemenkes, 2014).

(5)

Usia 15 tahun ke atas merupakan kelompok usia menengah yang merupakan usia produktif. Menteri luar negeri RI pada pertemuan tingkat tinggi PTM di New York tahun 2011 menyatakan bahwa PTM paling banyak menyerang kelompok usia menengah yang merupakan usia produktif sehingga dapat mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi sampai 5%. Kematian akibat PTM yang sebagian besar terjadi pada usia kurang dari 60 tahun yang merupakan kelompok pekerja yang produktif dapat mengganggu pembangunan dan produktifitas negara baik level makro maupun mikro (Kemenkes RI, 2014).

Dinas Kesehatan kabupaten Kuantan Singingi bekerjasama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Mei 2014 telah melakukan sosialisasi kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan untuk dapat mengupayakan pembentukan Posbindu PTM di setiap wilayah. Dinas Kesehatan kabupaten Kuantan Singingi juga memberikan kit Posbindu PTM dasar di setiap puskesmas, serta memperkuat sistem surveilans epidemiologis faktor risiko PTM (Dinkes Kuansing, 2016).

Kegiatan Posbindu PTM tidak berhasil karena hasil yang diharapkan tidak sejalan dengan yang direncanakan. Hasil evaluasi dari program ini belum terlihat, dikarenakan sulitnya menerapkan kegiatan Posbindu PTM pada masyarakat umum. Dari laporan Direktur Pengendali Penyakit Tidak Menular Kemenkes, dari sekitar 10.000 Posbindu PTM yang ada di Indonesia hanya 6000 yang aktif. Padahal, Posbindu PTM berfungsi untuk mendeteksi

(6)

dan menapis penyakit tidak menular lebih dini. Menurut menteri kesehatan penyakit tidak menular sangat terkait dengan perilaku dan gaya hidup. Itu sebabnya yang memegang peranan yang paling sentral dalam penyakit tidak menular ialah kesadaran masyarakat untuk hidup dan berperilaku sehat (Kompas, 2015).

Di kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari 23 Puskesmas dan hanya 6 Puskesmas yang masih aktif Posbindu PTM yaitu Puskesmas Lubuk Jambi, Gunung Toar, Kari, Teluk Kuantan, Sentajo Raya dan Inuman. Pada tahun 2016 Dinas Kesehatan kabupaten Kuantan Singingi menargetkan 60% dari wilayah yang ada disetiap Puskesmas harus mempunyai Posbindu PTM yang aktif. Adapun cakupan kunjungan Posbindu PTM yang aktif pada tahun 2015 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Cakupan Kunjungan Posbindu PTM di Puskesmas Kabupaten Kuantan SingingiTahun 2015

No Nama Puskesmas Jumlah Posbindu PTM

Cakupan kunjungan (%) 1 Inuman 11 19,1 2 Sentajo Raya 10 18,4 3 Teluk Kuantan 1 10,8 4 Kari 11 19,9 5 Gunung Toar 14 21,9 6 Lubuk Jambi 5 27,1 Jumlah 52 19,5

Sumber buku kunjungan Posbindu PTM Kabupaten Kuantan Singingi

Menurut Handayani (2012), dalam Umayana dan Cahyati (2015) perilaku seseorang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predeposisi antara lain (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, karakteristik individu), faktor pemungkin (ketersediaan sarana kesehatan, jarak tempuh, hukum pemerintah, keterampilan terkait

(7)

dengan kesehatan), dan faktor penguat (antara lain keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat) .

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang, sedangkan menurut pendapat Ware. H (1984) yang dikutip oleh Heri Purwanto (1999 dalam Susanti dan Yeni, 2013) semakin tinggi keingintahuan seseorang maka semakin besar kemungkinan orang tersebut mencari informasi dan meningkatkan kemampuan seseorang tersebut memahami yang akan dilakukan dalam menghadapi suatu masalah atau bertindak. Selain faktor pengetahuan ada faktor lainnya yaitu faktor keluarga.

Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu kelompok, sebagai motivator kuat bagi penduduk untuk dapat mengikuti kegiatan Posbindu PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi, mengantar atau mengingatkan jadwal Posbindu PTM. Keberadaan anggota keluarga memainkan peranan penting dalam mencegah atau paling tidak menunda orang menderita sakit kronis ke lembaga pelayanan kesehatan.

Besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang diberikan keluarga tergantung pada sumber-sumber ekonomi, struktur keluarga, kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan tenaga yang tersedia (Wetle, 1997 dalam Lestari, 2011 dalam Umayana dan Cahyati, 2015). Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan seseorang untuk mengikuti kegiatan Posbindu. Kehadiran penduduk dalam Posbindu yang rendah dapat

(8)

dipengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga (Fallen, 2010 dalam Sunartyasih, 2011 dalam Umayana dan Cahyati, 2015). Peran keluarga sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat, jika ada anggota keluarga sangat berperan, maka masyarakat akan berpartisipasi sesuai sikap anggota keluarganya (Rufiati, 2011 dalam Umayana dan Cahyati, 2015).

Penelitian Susanti dan Yenni pada tahun 2013 di kabupaten Sijunjung bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posbindu PTM dan ada hubungan antara motivasi dengan kunjungan Posbindu PTM. Begitu pula dengan hasil penelitian Umayana dan Cahyati pada tahun 2015 di Semarang bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan penduduk pada kegiatan Posbindu PTM.

Desa Beringin Taluk yang yang berada di wilayah Puskesmas Teluk Kuantan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, hal tergambar dari sedikitnya kunjungan Posbindu PTM setiap bulannya. Berikut data kunjungan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di desa Beringin Taluk Puskesmas Teluk Kuantan pada bulan Januari-Desember 2015 yang dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:

(9)

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Posbindu PTM Desa Beringin Taluk Tahun 2015

Sumber buku kunjungan Posbindu PTM desa Beringin Taluk

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 melalui wawancara terhadap 20 orang diperoleh hasil bahwa yang tidak tahu Posbindu PTM sebanyak 12 orang (60%) dan sebanyak 8 orang (40%) yang tahu Posbindu PTM. Dari 8 orang yang tahu tentang Posbindu PTM tersebut hanya 3 orang (15%) yang pernah mengikuti kegiatan Posbindu PTM, tetapi tidak setiap bulan mengikuti kegiatan tersebut karena tidak ada keluarga yang mengantar dan juga tidak ada yang mengingatkan.

Berdasarkan latar belakang dan survei di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Tentang Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Dengan Pemanfaatan Posbindu PTM Pada Masyarakat Desa Beringin Taluk Wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016.”

BULAN MASYARAKAT USIA ≥ SASARAN 15 TAHUN KUNJUNGAN Januari 2636 18 Februari 2636 27 Maret 2636 16 April 2636 22 Mei 2636 27 Juni 2636 30 Juli 2636 13 Agustus 2636 18 September 2636 36 Oktober 2636 22 November 2636 25 Desember 2636 28 Jumlah 282

(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan pengetahuan tentang Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular dengan pemanfaatan Posbindu PTM desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2016?

2. Apakah terdapat hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan pemanfaatan Posbindu PTM pada masyarakat desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui proporsi pengetahuan tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, dukungan keluarga dan pemanfaatan

(11)

Posbindu PTM pada masyarakat desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016. b. Menganalisa hubungan pengetahuan tentang pos pembinaan terpadu

penyakit tidak menular dengan pemanfaatan Posbindu PTM pada masyarakat desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016.

c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM pada masyarakat desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian.

1. Aspek Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah khasanah ilmu kebidanan terutama mengenai pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular.

b. Bagi institusi pendidikan kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dalam menyusun hipotesis baru ataupun dengan jenis penelitian berbeda.

2. Aspek Praktis

a. Dapat digunakan oleh Puskesmas terutama bagi penanggung jawab program penyakit tidak menular dalam meningkatkan pemanfaatan pos

(12)

pembinaan terpadu penyakit tidak menular di Puskesmas Teluk Kuantan dan fasilitas pelayanan kesehatan lain.

b. Dapat digunakan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di Puskesmas Teluk Kuantan dan fasilitas pelayanan kesehatan lain umumnya.

c. Dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kompetensi bagi tenaga kesehatan khususnya dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular.

d. Meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular.

(13)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)

a. Konsep pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular 1) Pengertian

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.

2) Tujuan Kegiatan

Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak lanjut dini.

3) Sasaran Kegiatan

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

4) Wadah Kegiatan

Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah, tempat ibadah, terminal dan lain sebagainya.

(14)

5) Pelaku kegiatan

Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah yang ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasi. Pelaksanaan Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah kerja dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota setempat. Petugas Pelaksana Posbindu PTM memiliki kriteria antara lain mau dan mampu melakukan kegiatan Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis, lebih diutamakan minimal SLTA sederajat.

6) Klasifikasi Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak Menular

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok Posbindu PTM yaitu : a) Posbindu PTM Dasar

Meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran

(15)

berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT), pemeriksaan tekanan darah serta konseling.

b) Posbindu PTM Utama

Meliputi kegiatan Posbindu PTM Dasar ditambah dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran Arus Puncak Ekspirasi ( APE), konseling dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) serta Clinical Breast Examination (CBE), pemeriksaan kadar alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga ahli teknologi laboratorium medik/lainnya) 7) Kemitraan

Dalam penyelenggraan Posbindu PTM pada tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Kemitraan dengan Poskesdes, industri, dan klinik perlu dilakukan untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan. Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat seperti fasilitas olahraga atau sarana untuk pejalan kaki. Melalui Poskesdes dapat dikembangkan sistem rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan industri misalnya industri farmasi bermanfaat dalam pendanaan dan

(16)

fasilitas alat, dengan klinik swasta bermanfaat untuk memperoleh tenaga dalam pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya.

b. Langkah-langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM

1) Identifikasi Kelompok Potensial yang ada di Masyarakat

Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat diawali dengan pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM yang ada, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia. Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data yang belum diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial yang ada yang merupakan sasaran akan menjadi subyek atau objek dalam pengembangan Posbindu PTM. Tujuannya adalah agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat sehingga dapat berjalan secara mandiri dan berkesinambungan. Informasi didapatkan secara langsung melalui berbagai metode sebagai berikut:

a) Wawancara b) Pengamatan c) Angket

d) Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Parisipatif Pedesaan

(17)

2) Sosialisasi dan advokasi

Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat potensial terpilih tentang besarnya permasalahan PTM yang ada, dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM. Tindak lanjut dari advokasi adalah kesepakatan bersama berupa penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM.

3) Pelatihan Petugas Pelaksana Posbindu PTM a) Tujuan

Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular faktor risiko, dampak dan upaya yang diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM, memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM, memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut lainnya.

b) Materi Pelatihan Pelaksana Posbindu PTM

(18)

(2) Penyakit Tidak Menular : (a) Jenis PTM

(b) Faktor risiko PTM

(3) Penyelenggaraan Posbindu PTM (Tahapan Layanan Posbindu PTM).

(4) Pengukuran faktor risiko PTM (5) Konseling faktor risiko PTM (6) Pencatatan dan Pelaporan

(7) Surveilans Faktor Risiko PTM berbasis Posbindu PTM c) Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar

pelatihan berlangsung efektif.

d) Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan. e) Sarana peralatan Posbindu PTM

Sarana dan peralatanyang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai berikut : (1)Posbindu PTM Dasar memerlukan 5 set meja-kursi jika

tersedia, pengukur tinggi badan, timbangan berat badan/alat ukur analisa lemak tubuh, pita pengukur lingkar perut dan tensimeter digital serta buku pintar Posbindu PTM seri 1- 6 dan media edukasi lainnya.

(2)Posbindu PTM Utama memerlukan sarana dan peralatan seperti pada Posbindu PTM dasar ditambah dengan alat

(19)

pemeriksaan kadar gula darah, kadar kolesterol total dan trigliserida, kadar alkohol dalam darah, Arus Puncak Ekspirasi (peakflow meter) dan amfetamin urine serta peralatan pemeriksaan IVA.

(3)Untuk pelaksanaan surveilans PTM diperlukan buku pemantauan faktor risiko PTM, buku dan alat pencatatan dan pelaporan Posbindu PTM berbasis sistem informasi.

(4)Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yaitu serial buku pintar Posbindu PTM, lembar balik, leaflet, model makanan dan sebagainya.

Tabel 2.1 Standar Sarana Posbindu PTM

Tipe-tipe Posbindu

Peralatan Deteksi Dini dan Monitoring

Media KIE dan Penunjang

Posbindu PTM Dasar

Alat ukur lingkar perut 1 buah Lembar balik

1 buah Alat ukur tinggi badan 1 buah Leaflet / brosur 1

buah

Timbangan berat badan 1 buah Buku

panduan

1 buah

Tensimeter digital 1 buah Buku pencatatan 1

buah Posbindu PTM Utama Peralatan Posbindu PTM Dasar 1 paket Formulir rujukan 1 buah Alat ukur gula darah,

kolesterol total dan trigliserida 1 buah Buku Monitoring FR-PTM Sesua i kebut uhan

Peakflowmeter 1 paket Kursi dan meja

Tes amfetamin urin 1 paket

Alat ukur kadar alkohol 1 paket

Meja Gynekologi 1 paket

(20)

4) Pengorganisasian dan Pembagian Peran

Setelah petugas petugas pelaksana Posbindu PTM dilatih langkah yang dilakukan:

a) Melaporkan kepada pimpinan organisasi/lembaga atau pimpinan wilayah

b) Mempersiapkan dan melengkapi sarana yang dibutuhkan c) Menyusun rencana kerja

d) Memberikan informasi kepada sasaran

e) Melaksanakan wawancara, pengukuran, pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan serta rujukan bila diperlukan setiap bulan

f) Melaksanakan konseling

g) Melaksanakan penyuluhan berkala

h) Melaksanakan kegiatan aktifitas fisik bersama i) Membangun jejaring kerja

j) Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan 5) Pelaksanaan Kegiatan Posbindu PTM

Tabel 2.2 Peran dan Kriteria

No Peran Kriteria dan Tugas

1 Koordinator Ketua dari penanggung jawab kegiatan serta berkoordinasi terhadap puskesmas dan para pembina terkait di wilayahnya

2 Petugas

Penggerak

Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus melakukan wawancara dalam penggalian informasi

3 Petugas Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dari komunikatif bertugas melakukan pengukuran faktor risiko PTM 4. Petugas konselor/

Edukator

Anggota perkumpulan yang aktif komunikatif dan telah menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas melakukan konseling, eduksi, motivasi serta menindaklanjuti rujukan dari puskesmas

(21)

No Peran Kriteria dan Tugas

5 Petugas Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM

Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM :

Pada H -1, Tahap Persiapan

a) Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.

b) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.

c) Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanaan.

Pada hari H, Tahap Pelaksanaan

a) Melakukan kegiatan dengan 5 tahapan layanan atau modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama

b) Aktifitas bersama seperti olahraga, demo masak, penyuluhan, sarasehan atau peningkatan keterampilan bagi para anggotanya Pada H+1, Tahap Evaluasi

a) Menilai kehadiran (para anggotanya, petugas pelaksana Posbindu PTM dan undangan lainnya.

b) Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan. c) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi. d) Mencatat hasil penyelesaian masalah.

(22)

e) Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila diperlukan

f) Melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu PTM Peran pihak lainnya :

Petugas Puskesmas

a) Memberikan bimbingan teknis kepada para petugas pelaksana Posbindu PTM dalam penyelenggarakannya

b) Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko PTM dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya c) Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu PTM d) Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan

dari Posbindu PTM

e) Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain terkait

Para Pemangku Kepentingan (Para Pembina Terkait) a) Camat

b) Lurah/Kepala desa atau sebutan lain

c) Para pimpinan kelompok potensial/lembaga/instansi/organisasi. d) Tokoh/Penggerak Masyarakat

e) Dunia Usaha 6) Pembiayaan

Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM agar dapat berlangsung secara berkelanjutan, diperlukan pembiayaan yang

(23)

memadai. Pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, kelompok masyarakat/lembaga atau pihak lain yang peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular.

c. Pelaksanaan Posbindu PTM 1) Waktu Penyelenggaraan

Diselenggarakan dalam satu kali dalam sebulan, bila perlu dapat lebih satu kali sebulan, hari dan waktu dipilih sesuai dengan kesepakatan dan situasi serta kondisi setempat.

2) Tempat

Tempat pelaksanaan adalah tempat yang sudah disepakati dan menjadi tempat rutin suatu kelompok.

3) Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM yang rutin dilaksanakan sebulan sekali di suatu tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan melakukan kegiatan Posbindu PTM secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan cakupan peserta Posbindu PTM di wilayah tersebut.

Skema 2.1 Proses Kegiatan Posbindu

Tahapan layanan 1 : Registrasi, pemberian nomor urut/kode yang sama serta pencatatan ulang hasil pengisian buku pemantauan Faktor

Tahapan layanan 4 Tahapan layanan 5 Tahapan layanan 3 Tahapan layanan 2 Tahapan layanan 1

(24)

Risiko Penyakit Tidak Menular (FR-PTM) ke buku pencatatan oleh petugas pelaksana Posbindu.

Tahapan layanan 2 : Wawancara oleh petugas pelaksana Posbindu PTM.

Tahapan layanan 3: Pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut, analisa lemak tubuh.

Tahapan layanan 4 : Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol total, dan trigliserida, APE, alkohol, amfetamin, CBE dan IVA.

Tahapan layanan 5 : Identifikasi faktor risiko PTM, konseling/edukasi, serta tindak lanjut lainnya.

4) Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara manual dan atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh petugas pelaksana Posbindu PTM maupun oleh petugas Puskesmas. Petugas puskesmas mengambil data atau menerima data untuk dianalisis dan untuk digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.

Untuk pencatatan manual digunakan :

a) Buku Pemantauan Faktor Risiko (FR) PTM b) Buku Pencatatan Posbindu PTM

(25)

Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Faktor Risiko PTM

Faktor Risiko Baik Buruk

Gula darah puasa < 126 ≥ 126

Glukosa darah 2 jam < 200 ≥ 200

Glukosa sewaktu < 200 ≥ 200

Kolesterol darah total < 200 ≥ 200

Trigliserida < 150 ≥ 150

Tekanan darah < 140 / 90 ≥140 / 90

Indeks Masa Tubuh < 25 ≥ 25

Lingkar perut P< 90cmW< 80 cm P ≥90cmW80 cm

Arus Puncak Ekspirasi Nilai APE ≥ nilai prediksi normal

Nilai APE ≤ nilai prediksi normal

5) Tindak Lanjut Dini Faktor Risiko Posbindu PTM

Pada tahap dini, kondisi faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktifitas fisik, pengelolaan stres dan lain-lain.

Tabel 2.4 Frekuensi dan Jangka Waktu Pemantauan Faktor

RisikoPTM

Faktor Risiko Orang sehat Faktor Risiko Penderita PTM

Glukosa darah puasa 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Glukosa darah 2 jam 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Glukosa darah sewaktu 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali Kolesterol darah total 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali

Trigliserida 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali

Tekanan darah 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali Indeks Masa Tubuh (IMT) 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali

Lingkar perut 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali

Arus Puncak Eksirasi 1 tahun sekali 3 bulan sekali 1 bulan sekali Cedera dan kekerasan

dalam rumah tangga 6 bulan sekali 3 bulan sekali 3 bulan sekali

IVA dan CBE 1 tahun sekali

Kadar alkohol dalam darah

dan amfetamin dalam urin 1 tahun sekali 6 bulan sekali 1 bulan sekali

6) Rujukan Posbindu PTM

Pelaksanaan Posbindu PTM dimulai dengan layanan pendaftaran, kemudian dilanjutkan dengan wawancara dan pengukuran serta pemeriksaan faktor risiko PTM. Bila ditemukan

(26)

peserta yang memiliki faktor risiko maka petugas akan melakukan tindak lanjut dini berupa konseling dan edukasi atau merujuk peserta ke FKTP sesuai dengan kriteria rujukan.

7) Tingkat Perkembangan Posbindu PTM

Beberapa tolak ukur hasil pengukuran dan tindak lanjut faktor risiko PTM yang mejadi indikator untuk perkembangan Posbindu PTM yang meliputi cakupan dan proporsi faktor risiko PTM, yaitu : a) Merokok b) konsumsi sayur dan buah c) aktifitas fisik ,d) konsumsi minuman beralkohol e) Indeks massa tubuh, f) lingkar perut g) tekanan darah h) gula darah sewaktu i) kolesterol total j) trigliserida k) pemeriksaan klinis payudara l) inspeksi visual asam

asetat m) arus puncak ekspirasi n) kadar alkohol dalam darah o) tes amfetamin urin.

Penilaian tingkat perkembangan Posbindu PTM berdasarkan indikator:

a) Cakupan kegiatan Posbindu PTM

(1) Indikator untuk menilai kegiatan Posbindu PTM terhadap masyarakat di tingkat desa/kelurahan, Puskesmas kabupaten/kota dan provinsi.

Cakupan kegiatan Posbindu PTM adalah presentase penduduk ≥ 15 tahun yang melakukan pemeriksaan faktor

risiko PTM dibandingkan dengan jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun.

(27)

∑ ( )

Dengan indikator tersebut, maka diketahui sejauh mana diketahui kegiatan Posbindu PTM pada suatu wilayah telah menjangkau masyarakat sehingga dengan demikian pengelola program PTM dapat melakukan pembinaan dan tindak lanjut terkait hal ini.

Tabel 2.5 Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM

No Pemeriksaan Faktor risiko Merah Target Hijau

1 Merokok < 50% ≥ 50%

2 Konsumsi sayur buah < 50% ≥ 50%

3 Aktifitas fisik < 50% ≥ 50%

4 Konsumsi minuman beralkohol < 50% ≥ 50%

5 Penyuluhan rokok < 50% ≥ 50%

6 IMT < 50% ≥ 50%

7 Lingkar perut < 50% ≥ 50%

8 Tekanan darah < 50% ≥ 50%

9 Fungsi paru sederhana < 50% ≥ 50%

10 Gula darah < 50% ≥ 50%

11 Kolesterol total darah < 50% ≥ 50%

12 Trigliserida darah < 50% ≥ 50%

13 Benjolan payudara (P 30-50 th) <10% ≥ 10%

14 IVA (P 30-50 th) <10% ≥ 10%

15 Penyuluhan IVA dan CBE (P 30- 50 th) <80% ≥80%

16 Kadar alkohol pernafasan <20% ≥20%

17 Kadar amfetamin urin <20% ≥20%

(2) Cakupan kegiatan Posbindu PTM di tingkat Puskesmas, Kabupaten / Kota, Provinsi dan Nasional.

Indikator ini digunakan untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM pada tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional berdasarkan prosentase masing – masing wilayah.

(28)

( )

Hasil cakupan pada tingkat desa/kelurahan, Puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional akan dianalisis dan dikategorikan menjadi dua yaitu hijau jika melebihi nilai yang ditetapkan dan merah bila kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan.

Tabel 2.6 Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM Tingkat Puskesmas, Kabupaten / Kota, Provinsi, Nasional

No Pemeriksaan Faktor risiko Target

Merah Hijau

1 Merokok < 10 % ≥ 10%

2 Konsumsi buah dan sayur < 10 % ≥ 10%

3 Aktivitas fisik < 10 % ≥ 10%

4 Konsumsi minuman beralkohol < 10 % ≥ 10%

5 IMT < 10 % ≥ 10%

6 Lingkar perut < 10 % ≥ 10%

7 Tekanan darah < 10 % ≥ 10%

8 Fungsi paru sederhana < 10 % ≥ 10%

9 Gula darah < 10 % ≥ 10%

10 Kolesterol darah < 10 % ≥ 10%

11 Trigliserida darah < 10 % ≥ 10%

12 Benjolan payudara (P 30-50 thn) < 10 % ≥ 10%

13 IVA (P 30-50 thn) < 10 % ≥ 10%

14 Penyuluhan IVA dan CBE (P 30-50 thn) < 20% ≥ 20%

15 Penyuluhan rokok < 20 % ≥ 20%

16 Kadar alkohol pernafasan < 10% ≥ 10%

17 Kadar amfetamin urin < 10% ≥ 10%

Target cakupan secara bertahap akan ditingkatkan karena semakin tinggi cakupan berarti semakin banyak masyarakat yang melakukan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM dan hal ini berkontribusi besar bagi pengendalian penyakit tidak menular. Dinas Kesehatan

(29)

Kabupaten/Kota dapat menetapkan target cakupan sesuai dengan kemampuan yang ada.

b) Proporsi faktor risiko PTM.

Berdasarkan hasil pemeriksaan faktor risiko, maka dapat diketahui kondisi faktor risiko di suatu Posbindu atau suatu wilayah yang merupakan rekapitulasi proporsi dari Posbindu PTM di wilayahnya. Proporsi faktor risiko ini untuk kewaspadaan masyarakat dan pengelola program PTM terhadap suatu faktor risiko di waktu tertentu dan prediksi atau proyeksi PTM di masa mendatang, serta intervensi yang diperlukan.

Proporsi faktor risiko PTM adalah prosentase hasil faktor risiko dari peserta Posbindu PTM yang melakukan pemeriksaan. Proporsi faktor risiko PTM :

Hasil proporsi akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa/kelurahan, Puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2 kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau jika kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan.

(30)

Tabel 2.7 Indikator Proporsi Faktor Risiko PTM Pada Posbindu PTM

No Faktor risiko Target

Merah Hijau

1 Kurang makan sayur dan buah <90% 90%

2 Kurang aktivitas fisik >26% ≤26%

3 Merokok >30% ≤30%

4 Konsumsi minuman beralkohol >20% ≤20%

5 IMT ≥ 25 (obesitas) >20% ≤20%

6 Obesitas sentral >26% ≤26%

7 Tekanan darah tinggi >25% ≤25%

8 Fungsi paru sederhana tidak normal >4% ≤4%

9 Hiperglikemia >6,5% ≤6,5%

10 Hiperkolesterolemia >1% 1%

11 Hipergliserida >1% 1%

12 Benjolan payudara >2º∕ ºº 2º∕ ºº

13 IVA positif >3% ≤3%

14 Kadar alkohol dalam darah positif >1% ≤1%

15 Amfetamin urin positif >1% ≤1%

16 Penyuluhan rokok <80% ≥80%

17 Penyuluhan IVA dan CBE (P 30-50 thn) <80% ≥80%

18 Penyuluhan potensi cedera <80% ≥80%

8) Pembinaan

Kegiatan pembinaan antara lain adalah :

a) Penyelenggaraan forum komunikasi bagi petugas pelaksana Posbindu PTM minimal 2 kali setahun yang difasilitasi oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan

b) Pemilihan petugas pelaksana Posbindu PTM teladan c) Pemilihan Posbindu PTM teladan

d) Pelaksana studi banding

e) Pendampingan oleh puskesmas dengan memberikan bantuan maupun bimbingan teknis dan fasilitas secara berkala dan berkesinambungan.

(31)

2. Konsep Pengetahuan

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu.

Menurut Husada (2013), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya(mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Sementara itu menurut Nursalam (2013), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah umur dan pendidikan, di mana semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang dapat menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang diperkenalkan dan semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki, namun sebaliknya semakin tinggi tingkat umur seseorang pengalaman yang didapat semakin lebih banyak.

(32)

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dibagi 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recall) suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

(33)

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulir dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan di antaranya sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pengetahuannya. Namun hal ini tidaklah mutlak, seorang berpendidikan rendah bukan berarti memiliki pengetahuan yang rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak didapatkan

(34)

di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Semakin banyak aspek positif yabg diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut.

2) Informasi / media massa

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi tersedia sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang sehingga memberikan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan. 3) Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seeorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan

(35)

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada di lingkungan tersebut.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Tahapan usia menurut Masganti Sit (2011) adalah : a) Remaja akhir dari usia 17-20 tahun

b) Masa dewasa dini dari usia 21 - 39 tahun c) Masa dewasa madya dari usia 40 - 60 tahun d) Masa usia lanjut dari usia 60 ke atas.

Pada usia madya, individu akan berperan lebih aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.

Hasil penelitian Susanti dan Yenni (2013) di Jorong Pasar Maloro kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung menunjukan

(36)

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2006) dalam Budiman dan Agusrianto (2013) pengukuran pengetahuan terbagi :

1) Pengetahuan baik : hasil persentase 75%-100% 2) Pengetahuan kurang : hasil persentase < 75% b. Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah hasil atau dengan resultan antara stimulus (faktor eksternal) faktor respon (faktor internal) dalam orang yang berperilaku. Dengan kata lain perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar (Notoatmodjo, 2010). Teori Lawrence Green ada tiga faktor utama perilaku yaitu :

1) Faktor-faktor predeposisi (pre disposing faktors) :

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.

(37)

2) Faktor-faktor pemungkin ( enabling factors) :

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, yaitu sarana dan prasarana atau faslilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya Puskesmas, Posbindu PTM tempat pembuangan sampah dan sebagainya.

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) :

Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya misalnya keluarga, teman, guru, petugas kesehatan dan sebagainya.

3. Konsep Keluarga

a. Keluarga 1) Pengertian

Keluarga adalah bagian dari masyarakat, yang merupakan kelompok primer yang diikat suatu perkawinan tetapi juga menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan berumah tangga dan pemeliharaan anak.

2) Fungsi Keluarga a) Fungsi biologis

Fungsi dari bapak dan ibu (1) Meneruskan keturunan.

(38)

(3) Memelihara dan merawat kesehatan. b) Fungsi psikologis

Bukan dari ayah dan ibu saja.

(1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman. (2) Memberikan perhatian anggota keluarga

(3) Membina proses pendewasaan anggota keluarga (4) Memberikan identitas yang baik

c) Fungsi sosiologis

(1) Memberikan sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial diantara anggota keluarga.

(2) Membentuk norma dan tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

(3) Meneruskan nilai budaya bangsa. d) Fungsi pendidikan

(1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pendidikan, pengetahuan keterampilan membentuk perilaku sesuai bakat dan minat.

(2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang akan datang. (3) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangan anak. e) Fungsi ekonomi

(1) Mencari sumber penghasilan kebutuhan keluarga. (2) Mengatur penggunaan keuangan.

(39)

f) Fungsi rekreasi

Memberikan kesempatan pada anak untuk mengetahui hal-hal baru.

g) Fungsi religi

(1) Menanamkan rasa keagamaaan terhadap anak. (2) Membiasakan anak mengamalkan ajaran sejak kecil. b. Dukungan keluarga

1) Pengertian

Dukungan (motivasi) atau dukungan merupakan kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu, oleh karena itu motivasi berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).

2) Bentuk dukungan keluarga

Menurut Friedman (1998 dalam Psycologi Mania, 2012) ada beberapa bentuk dukungan keluarga yaitu :

(a) Dukungan informasional

Berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada induvidu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

(40)

(b) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai nara sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian.

(c) Dukungan instumental

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan dalam kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

(d) Dukungan emosional

Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang bersangkutan diperhatikan.

Dalam penelitian Handayani (2012), Susanti dan Yenni (2013), Umayana dan Cahyati (2015) menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dalam mengikuti Pos Pembinaan Terpadu penyakit tidak menular sangat berpengaruh besar pada individu. Masyarakat yang kurang pengetahuan tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular cenderung tidak mendukung kegiatan Posbindu PTM tersebut.

Mullany, et al, (2007) bahwa keluarga atau orang terdekat merupakan perantara yang efektif dan mampu memberikan kemudahan seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

(41)

Karena keluarga juga memiliki peran dalam menentukan keputusan untuk memelihara kesehatan para anggota keluarganya. Dukungan sosial yang dibutuhkan adalah berupa dukungan secara emosional yang mendasari tindakan. Keluarga sebagai motivator yang kuat bagi penduduk untuk mengikuti kegiatan Posbindu PTM apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi, mengantar atau mengingatkan jadwal Posbindu PTM. Keberadaan anggota keluarga memainkan peranan penting dalam mencegah atau paling tidak menunda orang menderita penyakit kronis ke lembaga pelayanan kesehatan. Besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan diberikan keluarga tergantung pada sumber-sumber ekonomi, struktur keluarga, kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan tenaga yang tersedia (Wetle, 1997 dalam Lestari,2011 dalam Umayana dan Cahyati, 2015)

B. Kerangka Teori

Dari penjabaran dalam tinjauan pustaka, maka pada pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, maka dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu: pengetahuan dan dukungan keluarga, maka disentesis dan ditunjukkan kerangka teori skema di bawah ini :

(42)

Skema 2.2 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori di atas, peneliti hanya meneliti beberapa faktor saja yang akan dioperasionalkan menjadi variabel kerangka konsep yaitu pengetahuan dan dukungan keluarga, dengan ditunjukkan kerangka konsep pada skema 2.3 sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.3 Kerangka Konsep

Pemanfaatan pos pembinaaan terpadu

penyakit tidak menular

Pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular

1. Pengetahuan

2. Dukungan keluarga

Faktor Pendorong / penguat (Renforcing factors) 1. Keluarga

2. Teman sebaya 3. Guru

4. Petugas kesehatan

Faktor Predisposisi (pre disposing factors) : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai 6. Tradisi

Faktor pemungkin (enabling factors)

1. Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular

2. Keterampilan petugas

3. Ketersediaan sarana dan prasarana 4. Keterjangkauan sumber daya kesehatan

(43)

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan pengetahuan tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan pemanfaatan Posbindu PTM.

2. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM.

(44)

44 Pengetahuan baik 1. Memanfaatkan 0. Tidak memanfaatkan 0. Tidak memanfaatkan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan penelitian bersifat analitik menggunakan pendekatan cross

sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan pemanfaatan Posbindu PTM pada masyarakat desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan kabupaten Kuantan Singingi tahun 2016.

1. Rancangan Penelitian

Secara sistematis rancangan penelitian ini dapat dilihat dalam skema 3.1:

enelitan

Skema 3.1 Rancangan Penelitian (Sudigdo, 2014)

Dukungan keluarga : mendukung

Pengetahuan kurang

Dukungan keluarga : tidak mendukung

1. Memanfaatkan

(45)

2. Alur Penelitian

Secara sistematis alur penelitian dapat dilihat dalam skema 3.2

Skema 3.2 Alur Penelitian

Puskesmas Teluk Kuantan

Jumlah masyarakat desa Beringin Taluk di wilayah kerja Puskesmas Teluk Kuantan

3567 orang

Analisa data 1. Univariat 2. Bivariat

Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM : Pengetahuan dan dukungan keluarga

Melakukan pengolahan data Jumlah masyarakat usia ≥ 15 tahun desa Beringin Taluk di wilayah kerja Puskesmas

TelukKuantan N= 2636 orang Memanfaatkan Posbindu PTM n =19 orang Tidak memanfatkan Posbindu PTM n =77 orang Hasil

(46)

3. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian yang akan peneliti lakukan meliputi:

a) Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada bagian program Studi DIV Kebidanan yang disetujui oleh Ketua STIKes Tuanku Tambusai Riau.

b) Melakukan studi pendahuluan di desa Beringin Taluk. c) Melakukan seminar proposal.

d) Selanjutnya memasukkan surat izin penelitian tersebut ke Puskesmas Teluk Kuantan.

e) Melakukan penelitian masyarakat usia ≥ 15 tahun di desa Beringin Taluk wilayah kerja Puskesmas Teluk Kuantan.

f) Menjelaskan prosedur penelitian, manfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasiaan responden pada responden yang akan diteliti. g) Jika calon responden bersedia menjadi responden, maka peneliti boleh

melakukan penelitian

h) Meminta responden untuk menandatangi surat persetujuan menjadi responden penelitian.

i) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian.

j) Setelah kuesioner diisi, peneliti langsung mengumpulkan untuk memeriksa kelengkapannya

k) Apabila belum lengkap responden diminta untuk melengkapinya saat itu juga.

(47)

l) Mengolah data hasil penelitian.

m) Melakukan bimbingan skripsi sesuai dengan arahan dari pembimbing hingga mendapatkan persetujuan dari pembimbing untuk seminar laporan penelitian.

4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas (variabel independen) yaitu pengetahuan dan dukungan keluarga.

b) Variabel terikat (variabel dependen) yaitu pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Beringin Taluk wilayah Puskesmas Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 – 18 Juni 2016.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2012), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah

(48)

seluruh masyarakat desa Beringin Taluk yang merupakan sasaran pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular sebanyak 2636 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2012). Besarnya sampel pada penelitian diambil dengan menggunakan rumus:

Di mana :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d2= Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0.1)

96 orang usia ≥ 15 tahun

Setelah sampel didapatkan, maka selanjutnya metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik systematic random sampling caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan

perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel (Notoatmodjo, 2012). Yaitu 2636 : 96 = 27,4 = 27 interval.

) ( 1 N d2 N n   ) ( 1 N d2 N n   ) 01 . 0 ( 2636 1 2636   n 36 , 26 1 2636   n 36 , 27 2636  n 3 , 96  n

(49)

Kriteria sampel: a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Berusia ≥ 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang berdomisili di desa Beringin Taluk

2) Bersedia menjadi responden . 3) Bisa baca tulis.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Responden yang berasal dari keluarga yang telah menjadi responden terdahulu.

2) Responden yang tidak memiliki keluarga.

3) Masyarakat yang tidak ada di tempat selama periode penelitian.

D. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia

(50)

maka etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Informed Consent (persetujuan)

Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan

peneliti kepada responden. Pada penelitian ini informed consent diberikan secara verbal di mana peneliti memberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan meminta persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian. Responden mempunyai hak untuk menyetujui atau bersedia menjadi responden dan mempunyai hak untuk menolak menjadi responden. Setelah responden menyetujui untuk menjadi responden kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, lembar persetujuan atau informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas objek peneliti tidak akan mencantumkan identitas objek pada lembar pengumpulan data, cukup memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan objek dijamin oleh peneliti disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Hidayat, 2012).

(51)

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen adalah suatu alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai masalah dengan menyediakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik kepada objek (Budiman dan Riyanto, 2013). Kuesioner berisikan 20 pertanyaan pengetahuan, 6 pernyataan dukungan keluarga dan 1 pertanyaan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan jenis pertanyaan tertutup. Pertanyaan pengetahuan dibuat multiple choice untuk dengan skor penilaian 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Untuk pertanyaan dukungan keluarga dan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dibuat dichotomous choice dengan skor penilaian 1 jika jawaban mendukung, dan 0 jika tidak mendukung. Pertanyaan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular skor 1 jika memanfaatkan dan 0 jika tidak memanfaatkan (Hidayat, 2012)

F. Uji Validitas& Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen penelitian ini dilakukan di desa Koto Kari yang memiliki karakteristik yang sama dengan wilayah penelitian dengan responden sebanyak 20 orang.

(52)

Uji validitas yang akan peneliti gunakan adalah dengan menggunakan rumus korelasi pearson produck moment.

Keterangan : R : Koefisien X : Skor pertanyaan Y : Skor total N : Jumlah kuesioner

xy : skor pertanyaan dikali skor total

Peneliti juga akan melakukan uji validitas dengan bantuan SPSS. Setelah diperoleh nilai r, kemudian hasilnya dikonstitusikan dengan nilai r tabel, jika r hitung ≥ r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang akan peneliti gunakan adalah dengan menggunakan rumus alpha cronbach.

Keterangan : r : Reliabilitas yang dicari : Varians total

n : Jumlah responden

Peneliti juga akan melakukan uji reliabilitas dengan bantuan SPSS. Setelah diperoleh nilai r, kemudian hasilnya dikonstitusikan dengan nilai r tabel dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05), jika r hitung ≥ r tabel, maka

(53)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data primer yang melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan kuesioner berbentuk angket dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri atas 3 bagian yaitu sebagai berikut :

1. Point A

Kuesioner ini terkait dengan identitas responden meliputi inisial responden, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

2. Point B

Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan pada masyarakat tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular yang terdiri dari 20 pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti. Jenis pertanyaan tertutup dengan multiple choice untuk pertanyaan pengetahuan dengan skor penilaian 1 pada jawaban yang benar, dan bila salah 0.

3. Point C

Kuesioner ini terkait dengan dukungan keluarga untuk memanfaatkan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular terdiri 6 pertanyaan tertutup dibuat dichotomous choice dengan skor penilaian 1 jika jawaban yang mendukung, dan jika tidak mendukung 0.

(54)

4. Point D

Kuesioner ini terkait masyarakat memanfaatkan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular terdiri dari 1 pertanyaan tertutup dibuat dichotomous choice dengan skor penilaian 1 jika jawaban ya , dan 0 jika

jawaban tidak.

Kuesioner diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi yang berada di desa Beringin Taluk Puskesmas wilayah Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2016.

H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Defenisi operasional ini sangat penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo, 2012).

Adapun Defenisi Operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini

(55)

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

NO Variabel Defenisi operasional Alat

ukur

Skala

Ukur Hasil ukur I Variabel

Independen

Pengetahuan masyarakat

Segala sesuatu yang diketahui masyarakat tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular: 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Sasaran 4. Jadwal 5. Wadah

6. Kegiatan/ pelaku kegiatan 7. Standar sarana

8. Kriteria pengendalian faktor risiko

Kuesioner Ordinal 1. 1.Baik : jika menjawab dengan benar ≥ 16 pertanyaan atau ≥ 7 76 % 0. Kurang : jika menjawab < 16 pertanyaan atau < 76% Dukungan keluarga

Dukungan yang diberikan

keluarga pada masyarakat untuk mengikuti pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular yg meliputi :

1. Dukungan informasi dengan mengingatkan dan memberi tahu jadwal tempat pelaksanaan Posbindu PTM .

2. Dukungan Penilaian dengan memberi pujian.

3. Dukungan Instrumentalia dengan keluarga ada yang mengantar pergi ke Posbindu PTM

4.Dukungan Emosional

merupakan dukungan kepedulian, kepercayaaan didengarkan atau mendengarkan yaitu keluarga peduli dengan pergi ke Posbindu PTM

Kuesioner Ordinal 1. Mendukung: jika 76-100% 0. Tidak mendukung: jika < 76% II Variabel Dependen Pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular

Masyarakat yang mengikuti kegiatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular.

Kuesioner Nomi nal

1 Ya, jika masyarakat berkunjung ke Posbindu PTM 0 Tidak, jika masyarakat tidak berkunjung ke Posbindu PTM

(56)

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Lembar kuisioner yang telah terisi dan yang sudah dikumpulkan diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan data baik identitas maupun kelengkapan pengisian dan kesalahan serta melihat konsistensi jawaban.

b. Coding

Coding adalah mengklarifikasikan jawaban-jawaban responden ke dalam kategori-kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban (Notoatmodjo, 2012). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Pemberian kode dalam penelitian ini adalah:

1) Pengetahuan: diberi kode 1 untuk baik, kode 0 untuk kurang. 2) Dukungan keluarga: diberi kode 1 untuk Mendukung, kode 0

untuk Tidak mendukung.

3) Pemanfaatan Posbindu PTM: diberi kode 1 untuk Ya, kode 0 untuk Tidak.

(57)

c. Entry Data

Memasukkan data ke dalam program pengolahan data, dengan menggunakan program komputerisasi.

d. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan analisa bivariat:

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini penulis menganalisa data secara univariat yaitu analisis yang hanya meliputi satu variabel yang bertujuan menggambarkan frekuensi dan persentase hasil yang akan digunakan sebagai tolak ukur dalam pembahasan dan kesimpulan.

Dengan menggunakan rumus :

Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi

Gambar

Tabel  1.1  Cakupan  Kunjungan  Posbindu  PTM  di  Puskesmas  Kabupaten  Kuantan SingingiTahun 2015
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Posbindu PTM Desa Beringin Taluk Tahun 2015
Tabel 2.1 Standar Sarana Posbindu PTM
Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Faktor Risiko PTM
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan

Hasil perhitungan lain juga menujukkan bahwa kemampuan mengingat leksikon bahasa Inggris anak pada pretest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak

Kondisi perairan utara dan selatan Bintan pada musim peralihan I ditandai oleh suhu permukaan laut yang lebih tinggi dan salinitas yang lebih rendah yang

Akhmad Subhkan, NIM 001710101092, Pengaruh Konsentrasi Glukosa dan Sukrosa Sebagai Sumber Karbon dalam Produksi Skleroglukan Menggunakan Biakan Sclerotium glucanicum,

Pada Gambar 5 dan 6, terlihat bahwa daya fermentasi gula semakin meningkat selama masa penyimpanan 60 hari.Filler agent tepung beras (LMB) lebih tinggi di banding

Hopkins(Sutama 2010 : 15) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri

keuangan daerah dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh Petugas PPID baik di Utama, Pembantu maupun di unit-unit pelaksana memerlukan upaya sinergitas dan