• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Restorasi DAS : Mencari Keterpaduan di Tengah Isu Perubahan Iklim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Restorasi DAS : Mencari Keterpaduan di Tengah Isu Perubahan Iklim"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

670

STRATEGI PENGELOLAAN TERPADU

DAERAH ALIRAN SUNGAI MAHAKAM BERBASIS PERUBAHAN IKLIM1 Oleh:

Mislan2, Hardwinarto S.3, Irwansyah W.A4 dan Indi Hendraswari5 2 FMIPA Universitas Mulawarman/ForDAS Kalimantan Timur

3 Fahutan Universitas Mulawarman/ForDAS Kalimantan Timur 4 Kepala dan 5

1 Disampaikan dalam Seminar Nasional Restorasi DAS : Mencari Keterpaduan di Tengah Isu Perubahan Iklim, diselenggarakan atas kolaborasi dari BPTKPDAS, Pascasarjana UNS dan Fakultas Geografi UMS di Surakarta, pada tanggal 25 Agustus 2015.

Kasi Perencanaan-Program BP DAS Mahakam-Berau Jl. HM. Ardans-Samarinda-Kalimantan Timur

Email: airmasadepan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perubahan iklim telah terjadi di DAS Mahakam berdasarkan adanya perubahan parameter iklim, baik suhu maupun curah hujan. Analisis data observasi periode 1986-2010 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan: (1) suhu udara rata-rata, suhu maksimum dan suhu minimum harian, dan (2) intensitas dan rata-rata curah hujan tahunan. Fenomena tersebut diikuti oleh adanya pergeseran indeks iklim di beberapa bagian daerah aliran sungai (DAS) yang variatif, baik dari basah ke sangat basah atau pun basah menjadi agak kering dan perubahan trend curah hujan maksimum. Hasil analisis top down dengan pendekatan General Circulation Models (GCMs) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan suhu udara pada periode 2020-2080 dibandingkan dengan

baseline 2010. Untuk periode dan skenario yang sama, periode 2020-2080 diproyeksikan akan memiliki curah hujan yang lebih tinggi 90-360 mm. Secara umum, musim hujan bersifat lebih basah untuk periode ke depan, sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor. Dampak negatif yang ditimbulkan akan lebih besar jika perubahan penggunaan lahan nantinya tidak dilakukan secara bijak. Selain itu, adanya kenaikan suhu udara dan meningkatnya luas lahan kritis akan meningkatkan peluang terjadinya kebakaran lahan di DAS Mahakam. Oleh karena itu pengelolaan DAS Mahakam di masa mendatang harus dilakukan secara terpadu dan adaptif berdasarkan perspektif perubahan iklim, yang mencakup pendekatan antisipasi, mitigasi dan adaptasi. Program dan kegiatan yang disusun disajikan dalam Matrik Antar Sektor pengelolaan terpadu DAS Mahakam berbasis perubahan iklim yang disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan.

Kata Kunci: Perubahan iklim, pengelolaan terpadu, daerah aliran sungai Mahakam, pendekatan antisipasi, mitigasi dan adaptasi, matrik antar sektor.

(2)

671

I. PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu DAS besar di Pulau Kalimantan dengan luas sekitar 7.724.365,0 Ha. DAS Mahakam memiliki potensi sumber daya air yang besar yang dicirikan oleh panjang sungai yang mencapai sekitar 920 km, lebar antara 300-1.030 m, kedalaman 10-60 m, curah hujan lebih dari 2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun, dan memiliki lahan basah (termasuk danau paparan banjir) yang luasnya mencapai sekitar 80.000 ha. Sumber daya air di DAS Mahakam digunakan oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan diantaranya untuk perikanan, pertanian, kehutanan, pertambangan, transportasi, dan air domestik. Pada saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di DAS Mahakam diantaranya meningkatnya lahan kritis, pencemaran air, banjir, longsor, kekeringan, dan menurunnya keanekaragaman hayati.

DAS Mahakam bersifat dinamis, sehingga kondisinya mudah berubah akibat adanya perubahan unsur internal penyusunnya maupun faktor eksternal. Banyak isu yang terkait dengan pengelolaan DAS, diantaranya isu ketersediaan air, daya rusak air, konservasi sumber daya air, dan pencemaran air (Darghouth et.al., 2008). Isu-isu tersebut semakin menguat seiring dengan terjadinya perubahan iklim, dan selanjutnya berinteraksi dengan perubahan penggunaan lahan sehingga menyebabkan siklus hidrologi dan potensi sumber daya air mengalami perubahan (USEPA, 2008; BPPK Kemenhut, 2012). Adanya peningkatan dan penurunan curah hujan akan menyebabkan dampak yang berlanjut terhadap meningkatnya gagal panen, frekuensi banjir, longsor, kekeringan, abrasi pantai, tenggelamnya pantai dan banyak pulau kecil, perubahan habitat satwa dan tumbuhan, serta kerugian ekonomi (Locateli et.al., 2009; Diposaptono dkk, 2009; USEPA, 2008). Di Indonesia, kejadian bencana alam didominasi oleh bencana hidroklimatologi yaitu banjir dan tanah longsor yang menyebabkan kerugian yang sangat besar (BNPB, 2013).

DAS sebagai satuan pengelolaan sumber daya air harus dikelola secara terpadu, termasuk dalam kaitannya dengan perubahan iklim (USEPA, 2014; Darghout, et.al, 2008), dan kondisi setempat, yaitu perubahan

(3)

672

penggunaan lahan (BPPK Kemenhut, 2012). Dengan demikian, maka rencana pengelolaan seluruh DAS di Indonesia, termasuk DAS Mahakam sudah harus mempertimbangkan aspek perubahan iklim, baik pengenalan kondisi iklim yang sudah dan sedang terjadi maupun perkiraan respon DAS Mahakam terhadap perubahan iklim global yang diproyeksikan terjadi dimasa datang dan adanya perubahan penggunaan lahan. Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan mengenai penurunan kondisi tata air dan kondisi lahan di DAS Mahakam (BPDAS Mahakam-Berau, 2012) dan meningkatnya permasalahan banjir, kekeringan, tanah longsor, kualitas air, lahan kritis dan menurunnya kondisi habitat/daerah perlindungan keanekaragaman hayati (BPDAS Mahakam-Berau, 2008).

Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana pengelolaan terpadu DAS Mahakam berdasarkan perspektif perubahan iklim, yang mencakup pendekatan antisipasi, mitigasi dan adaptasi. Program dan kegiatan yang disusun dalam Matrik Antar Sektor.

II. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010-2014 di DAS Mahakam Provinsi Kalimantan Timur.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Peta Rupa Bumi DAS Mahakam (Cakupan DAS Mahakam Lembar Utama 1616 sampai 1917, Skala 1:50.000, Bakosurtanal, 1991: Sumber: BWS Kalimantan III, 2013), (2) Peta Tematik DAS Mahakam (Sumber: BP DAS Mahakam-Berau, 2012), (3) Data Suhu Udara dan Curah Hujan dan (Sumber: BMKG Stasiun Temindung-Samarinda, 2013; BMKG Stasiun Sepinggan-Balikpapan, 2013; BWS Kalimantan III, 2013 dan Dinas PU Kaltim, 2013), dan (4) Data sekunder hasil proyeksi suhu udara dan curah hujan (Bappenas, 2010).

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Komputer dengan dukungan software SPSS 20.0 dan ArcGis 10.1 dan (2) Global Positioning System GARMIN (GPS) 76 CSx.

(4)

673

C. Metode penelitian 1) Data suhu udara

Data suhu udara bersumber dari 3 lokasi: Stasiun Iklim Kota Bangun, Stasiun BMKG Temindung, dan Stasiun BMKG Sepinggan untuk periode 1982-2010. Data disajikan secara deskriptif melalui grafik, mencakup nilai minimum, rata-rata, maksimum, dan maksimum tertinggi. Analisis data meliputi analisis spasial dengan metode isoterm dan trend atau kecenderungan.

2) Curah Hujan

Data curah hujan berasal dari 14 pos/stasiun hujan yang memiliki seri data lebih dari 20 tahun. Data digambarkan secara deskriptif dengan tabel dan grafik mencakup nilai dan trend curah hujan tahunan, indeks iklim, intensitas hujan, sifat hujan dan curah hujan harian maksimum: (1) perhitungan hujan kawasan di DAS Mahakam menggunakan rerata tertimbang dan dilanjutkan dengan penggambaran peta hujan dengan metode isohiet, (2) tipe hujan, ditentukan berdasarkan jumlah puncak hujan: Tipe Monsunal jika terdapat 1 puncak hujan, Tipe Ekuatorial jika terdapat 2 puncak hujan, dan Tipe Lokal jika terdapat 1 puncak hujan tetapi terbalik dengan Tipe Monsunal, (3) indeks Iklim ditentukan dengan pendekatan Schmidt-Ferguson berdasarkan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah, dan (4) intensitas curah hujan (CH) diperoleh dari besarnya curah hujan (mm) per tahun dan dinyatakan dalam satuan mm/hari, dengan kriteria: intensitas CH (mm/jam) < 1 mm (hujan sangat ringan), 1-5 mm/jam (hujan ringan), 5-10 mm/jam (hujan normal), 10-20 mm/jam (hujan lebat) dan >20 mm/jam (hujan sangat lebat).

3) Proyeksi Suhu Udara dan Curah Hujan

Proyeksi suhu udara dan curah hujan dalam penelitian ini menggunakan hasil kajian dari Bappenas (2010), yang dihasilkan dari salah satu keluaran GCM yaitu model GFDLCM20. Model ini mempunyai tiga skenario SRES yaitu: B1 (emisi rendah, konsentrasi CO2=550 ppmv, A1B (emisi sedang, konsentrasi CO2=750 ppmv)

(5)

674 4) Proyeksi Neraca Air

Persamaan neraca air yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah persamaan neraca air untuk DAS besar, dan untuk menghitung besarnya limpasan atau debit aliran digunakan pendekatan The Soil Conservation Services (SCS)–Curve Number. Sehingga unsur neraca air yang dibahas terbatas pada curah hujan, nilai resistensi dan hujan efektif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Suhu Udara dan Curah Hujan

Suhu udara di DAS Mahakam periode tahun 1982 – 2010 adalah 27,4oC dengan variasi antara 6,5oC sampai 10,4oC dengan kenaikan

0,02 – 0,1oC/tahun,

Curah Hujan

Pola curah hujan di DAS Mahakam pada periode tahun 1986 - 2008 didominasi oleh curah hujan 2.000 – 3.000 mm. Selain itu, terdapat

Gambar 1. Nilai Parameter Suhu Udara (oC) di Kota Bangun, Samarinda dan Balikpapan Periode 1982-2010.

Gambar 2. Nilai Kenaikan Per Tahun (oC) periode 1982-2010.

Gambar 4. Peta Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di DAS Mahakam Periode 1982-2010. Gambar 3. Persentase (%) Kelas Curah

Hujan di DAS Mahakam Sebelum 1986, 1986-2008, 1986-1999 dan 2000-2008.

(6)

675

perubahan hujan kawasan antara periode sebelum tahun 1986, dan 1986 – 2008 yang nilainya masing-masing 2.661,7 mm dan 2.156,3 mm. Curah hujan tahunan di Long Iram, Kota Bangun, Muara Kaman, Teluk Dalam, Tenggarong, Temindung, Tanah Merah, Klandasan, Sepinggan dan Waru mengalami peningkatan, sebaliknya Melak, Muara Ancalong, Baqa dan Samboja mengalami penurunan. Hujan di DAS Mahakam bertipe Ekuatorial dengan ciri curah hujan lebih besar 100 mm dan turun sepanjang tahun kecuali di Muara Ancalong.

(a) (b)

Gambar 5. Peta Isohiet Curah Hujan di DAS Mahakam: (a) Sebelum 1986, dan (b) periode 1986-2008.

Gambar 6. Peta Indek Iklim di DAS Mahakam: (a) Periode 1986-2008, (b) 1986-1999, dan (c) 2000-2008.

1

66

(a) (b)

(7)

676

Perubahan indeks iklim dari basah menjadi sangat basah terjadi di Long Iram dan Teluk Dalam, agak basah menjadi basah di Melak dan Kota Bangun, agak basah menjadi sangat basah di Waru dan Muara Kaman, sangat basah menjadi sedang di Baqa, serta agak basah menjadi kering di Samboja, sedangkan Muara Ancalong berubah dari sedang menjadi sangat kering

.

Intensitas curah hujan (mm/hari) di DAS Mahakam pada periode sebelum 1986 didominasi tipe Hujan Lebat (6 stasiun) dan Sangat Lebat (4 stasiun). Untuk periode 1986-2008, 9 stasiun memiliki tipe Hujan Lebat (Kota Bangun, Teluk Dalam, Muara Ancalong, Temindung, Tanah Merah, Baqa, Samboja, Klandasan dan Sepinggan), sedangkan 5 stasiun memiliki tipe hujan Sangat Lebat (Long Iram, Melak, Muara Kaman dan Waru). Pada periode sebelum 1986 dan 1986-2008 curah hujan maksimum di DAS Mahakam juga didominasi oleh hujan sangat lebat.

Gambar 7. Grafik Intensitas Curah Hujan

di DAS Mahakam 1986-2008. Gambar 8. Grafik Curah Hujan Maksimum di DAS Mahakam 1986-2008.

Gambar 9. Peta Curah Hujan Harian Maksimum di DAS Mahakam Periode Sebelum 1986.

Gambar 10. Peta Curah Hujan Harian Maksimum di DAS Mahakam Periode 1986-2008

(8)

677

Proyeksi Suhu Udara dan Curah Hujan di DAS Mahakam

Berdasarkan data perubahan suhu udara di pulau Kalimantan (Bappenas, 2010) dan nilai baseline suhu udara di DAS Mahakam, maka nilai suhu udara di DAS Mahakam masing-masing periode adalah sebagai berikut (Gambar 11). Pada periode tahun 2080, skenario A2 menghasilkan perkiraan suhu yang paling tinggi (31,0oC), diikuti

skenario A1B (30,7oC) dan skenario B1 (29,9oC).

Gambar 11. Proyeksi Suhu Udara Periode 2020-2080 berdasarkan Skenario B1, A1B dan A2.

Proyeksi Curah Hujan di DAS Mahakam menggunakan nilai curah hujan

baseline periode 2010 di DAS Mahakam sebesar 2467,9 mm/tahun.

Proyeksi curah hujan yang diperoleh sampai periode 2080 adalah sebagai berikut:

Gambar 12. Proyeksi Curah Hujan Tahunan (mm) Periode 2020-2080 Neraca Air dan Proyeksinya di DAS Mahakam

Nilai CN untuk dekade 2010 didasarkan pada peta tutupan lahan di DAS Mahakam tahun 2004, dihitung berdasarkan pendekatan rerata tertimbang dan diperoleh nilai 62,1. Nilai CN yang digunakan pada periode 2020, dihitung dari data tutupan lahan tahun 2011 dan

(9)

678

diperoleh nilai 63,0. Perubahan CN dalam satu dekade sebesar 0,9(=63,0 - 62,1). Nilai perubahan digunakan untuk memprediksi

perubahan nilai neraca air untuk masing-masing periode dengan asumsi bahwa nilai CN bertambah 0,9 setiap dekade (10 tahun).

Tutupan lahan di DAS Mahakam terus mengalami perubahan. Gambar 13 dan 14 menunjukkan bahwa hutan dengan penutupan baik berubah menjadi hutan dengan penutupan jelek dan permukiman. Perubahan ini menyebabkan perubahan nilai CN dari yang semula kecil menjadi lebih besar, sehingga menurunkan jumlah retensi potensial maksimum oleh air tanah, yang sebagian besar karena infiltrasi (S). Selanjutnya, kondisi tersebut cenderung meningkatkan hujan efektif.

Gambar 15. Proyeksi Curah Hujan Tahunan (P, mm) dan Hujan Effektif Tahunan (P, mm) Periode 2010-2080

Dari tahun 2010 sampai 2080 diperkirakan nilai S berkurang dari 155,0 menjadi 117,3 atau senilai 37,7. Kombinasi berkurangnya nilai resistensi dan bertambahnya curah hujan tahunan menghasilkan hujan efektif yang menjadi aliran sungai menjadi lebih besar. Dari 3 skenario, skenario A1B (emisi sedang) menghasilkan hujan efektif 2691,8 mm, lebih besar dibandingkan skenario B1 (emisi rendah) yaitu 2572,1 mm dan skenario A2 (stabilisasi tidak tercapai) yaitu 2422,3 mm. Dengan

Proyeksi Hujan Effektif (Pe, mm) Proyeksi Curah Hujan (P, mm) Gambar 13. Peta Tutupan Lahan

(10)

679

luas DAS Mahakam 7.724.365,0 Ha, maka hujan efektif tersebut setara dengan debit aliran masing-masing sebesar 2,07x1011 m3/tahun,

1,98x1011 m3/tahun dan 1,86x1011 m3/tahun.

Potensi Dampak (Negatif) Perubahan Iklim di DAS Mahakam

Berdasarkan hasil analisis data suhu udara diketahui bahwa suhu rata-rata bulanan pada periode 1982-2010 telah terjadi peningkatan suhu udara di DAS Mahakam (Gambar 2). Peningkatan suhu udara tersebut disebabkan oleh adanya pemanasan global, berkurangnya ruang terbuka hijau, tumbuhnya titik-titik panas akibat pertambangan batubara dan land clearing, naiknya emisi karbon yang membentuk pulau-pulau panas setempat, serta pengaruh fenomena global seperti

El-Nino. Dampak yang terjadi adalah : (1) meningkatnya

evapotranspirasi, (2) peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan (gambut), dan (3) meningkatnya suhu perairan yang berdampak lanjut pada perubahan ekologi. Berdasarkan kelas curah hujan tahunan dan perubahannya (termasuk proyeksi dan neraca air), perubahan indek iklim, intensitas dan sifat curah hujan, trend curah hujan maksimum dan faktor fisiografi serta morfometri sungai di DAS Mahakam, maka terdapat kawasan-kawasan yang rawan banjir, kekeringan, longsor, dan perubahan kualitas air yang cepat.

Strategi Pengelolaan DAS Mahakam Berbasis Perubahan Iklim

Berdasarkan kondisi parameter suhu udara dan curah hujan (sebagai indikator perubahan iklim) serta potensi dampak negatif perubahan iklim, maka strategi pengelolaan DAS Mahakam yang dapat dilakukan adalah bersifat adaptif terhadap perubahan iklim. Strategi ini tetap mengacu pada kegiatan: (1) pengelolaan lahan, (2) pengelolaan tata air, (3) sosial ekonomi budaya, dan (4) kelembagaan tetapi diformulasikan ke dalam bentuk atau langkah yang biasa digunakandalam menghadapi perubahan iklim yaitu (1) strategi antisipasi, (2) strategi mitigasi, dan (3) strategi adaptasi dan mempertimbangkan peran para pemangku kepentingan. Dalam pendekatan antisipasi, perkuatan jaringan hidrologi dan klimatologi menjadi hal utama yang harus dilakukan dengan sasaran tercapainya pengumpulan dan pengolahan data yang lebih lengkap, baik dan tersinkronisasi; termasuk revitaliasi SPAS, dan menjadi acuan untuk

(11)

680

pembangunan sistem peringatan dini dalam penanggulangan banjir, kekeringan, dan kebakaran lahan. Pendekatan mitigasi dilakukan melalui pengurangan emisi karbon, terutama yang berbasis lahan dan hutan. Pendekatan adaptasi diantaranya dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan pengendalian daya rusak air dan konservasi sumber daya air untuk mendukung tercapainya penyediaan air baku, meningkatkan kapasitas kebijakan dan masyarakat dalam penanggulangan bencana, mata pencaharian yang produktif tetapi ramah lingkungan, dan efektivitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air. Matrik Antar Sektor (MAS) dibahas dan disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan dengan persetujuan gubernur, dan sebagai dasar untuk penyusunan anggaran dan kegiatan dalam pengelolaan DAS Mahakam secara berkelanjutan.

(12)

681

Tabel 1. Matrik Antar Sektor Strategi Pengelolaan DAS Mahakam Berbasis Perubahan Iklim

Strategi Tujuan Program/Kegiatan Lokasi Prioritas Insitusi

(Provinsi dan Kab/Kota) 1. Antisipasi mengumpulkan dan mengolah data/informasi mengenai unsur-unsur iklim sehingga diketahui besar dan arah perubahannya.

1) penguatan pengelolaan jaringan pengamatan suhu udara

Umum:

1) Bagian hulu DAS Mahakam.

2) Pusat perkotaan, bandara, perkebunan dan pertambangan.

BMKG Samarinda (Leader), Dinas PU Kaltim/BWS Kalimantan III dan Dinas Pertanian.

2) penguatan pengelolaan

jaringan pos hujan Hulu DAS Mahakam, subDAS Belayan, sub DAS Kedang Kepala, su DAS Kedang Pahu, dsb.

BMKG Balikpapan (Leader), Dinas PU Kaltim/BWS Kalimantan III, Dinas Pertanian, dan Dishut/BP DAS Mahakam-Berau

3) penguatan pengelolaan jaringan pos Automatic Water Lever Recorder

(AWLR) dan kualitas air.

Hulu dan tengah DAS Mahakam, dan

subDAS besar. BMKG Balikpapan (Leader), Dinas PU Kaltim/BWS Kalimantan III, Dinas Pertanian, Dishut/BP DAS Mahakam-Berau, dan BLH Kaltim dan BPBD, dan

4) monitoring dan kajian perubahan tutupan lahan di DAS Mahakam.

Kegiatan HPH, HTI, perkebunan dan

Pertambangan batubara. BP DAS Mahakam-Berau, BLH Kaltim, dan BPBD Kaltim.

Khusus

1) pembangunan sistem peringatan dini banjir (dan longsor), kekeringan (kebakaran lahan dan hutan) dan kualitas air.

:

Melak, Kota Bangun, Tenggarong, Samarinda dan Delta Mahakam.

BPBD Kaltim, Dinas PU Kaltim/BWS Kalimantan III, BMKG Balikpapan (Leader), Dishut/BP DAS Mahakam-Berau, dan BLH Kaltim

(13)

682

Strategi Tujuan Program/Kegiatan Lokasi Prioritas Insitusi

(Provinsi dan Kab/Kota) 2. Mitigasi untuk pengurangan

emisi gas rumah kaca baik melalui pengendalian emisi yang terpapar maupun penangkapan emisi oleh vegetasi. 1) Pengendalian perubahan penggunaan lahan. Umum:

Kawasan sempadan sungai, perkotaan, kawasan danau, kegiatan perkebunan dan pertambangan batubara, pertanian dan lahan kritis.

Bappeda / Dinas PU Kaltim, Dishut /BP DAS Mahakam Berau, BLH / Dinas Perkebunan /Pertanian, BPBD Kaltim/Kab-Kota, Dinas PU/BPN/Distamben, dan Perusahaan.

2) Reboisasi dan Penghijauan.

Lahan kritis, perkebunan sawit,

pertambangan, sempadan danau. Dishut/BP DAS Mahakam Berau, Dinas Perkebunan/Pertanian, Distamben dan Perusahaan.

3) Dukungan terhadap upaya pengurangan emisi lainnya

Seluruh lokasi dan sektor. Seluruh sektor, perusahaan dan masyarakat.

Khusus

1) Perlindungan lahan basah dan gambut.

:

Kawasan lahan basah dan gambut di sub DAS Belayan, sub DAS Kedang Kepala, sub DAS Kahala, sub DAS Kedang Pahu, dan sebagainya.

BLH Kaltim/Kab-Kota, Dishut/BP DAS Mahakam Berau, Dinas Perkebunan /Pertanian, dan perusahaan/masyarakat.

2) Pemanfaatan potensi pengurangan emisi dari gulma.

Kawasan danau dan sekitarnya. Dishut/BP DAS Mahakam Berau, Dinas Perkebunan/Pertanian, dan masyarakat.

(14)

683

Strategi Tujuan Program/Kegiatan Lokasi Prioritas Insitusi

(Provinsi dan Kab/Kota) 1. Adaptasi untuk penyesuaian

terhadap perubahan iklim yang terjadi dengan mengambil peluang manfaat yang sebesar-besarnya dan meminimalkan dampak/resiko yang dihadapi.

1) Konservasi sumber daya air.

Umum:

Seluruh bagian DAS, terutama perkotaan.

Dinas PU/BWS Kalimantan III, BP DAS Mahakam Berau, BLH, dsb.

2) Pengembangan kapasitas kebijakan menghadapi perubahan iklim.

Seluruh wilayah, mencakup PERDA,

Pergub, dan sebagainya BLH, DDPI, seluruh SKPD, Perguruan Tinggi dan NGO/LSM. 3) Peningkatan pemahaman

dan peran serta masyarakat.

Seluruh lapisan. Seluruh SKPD dan institusi lainnya.

4) Kelembagaan untuk

menghadapi perubahan iklim.

Optimalisasi tupoksi DDPI, ForDAS, Dewan SDA, TK-PSDA, Perguruan

Tinggi

BLH, DDPI, Dishut/BP DAS Mahakam Berau, dan sebagainya.

5) Pengelolaan (SiH3). Seluruh wilayah dan aspek. BMKG, Dinas PU/BWS Kalimantan III, Distamben, BLH dan sebagainya.

Khusus:

(1) Program/Kegiatan

pengurangan resiko bencana.

Kawasan sempadan sungai,

kawasan danau dan perkotaan. BPBD Kaltim, Dinas PU, BLH Kaltim, dan sebagainya. (2) Pengembangan ekonomi

tahan iklim. Seluruh sektor dan bagian DAS Mahakam. BPBD Kaltim, Dinsos, Disperindag, DKP, Distan, dsb. (3) Perlindungan Kawasan

(15)

684

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan:

1. Suhu udara rata-rata di DAS Mahakam periode tahun 1982 – 2010 adalah 27,4oC dengan variasi antara 6,5oC sampai

10,4oC dengan kenaikan 0,02 – 0,1o

2. Pola curah hujan di DAS Mahakam pada periode tahun 1986 - 2008 didominasi oleh curah hujan antara 2.000 – 3.000 mm. Perubahan curah hujan ditandai dengan meningkatnya curah hujan tahunan, pergeseran indek iklim, intensitas dan sifat hujan serta perubahan curah hujan maksimum.

C/tahun.

3. Baseline suhu udara rata-rata bulanan di DAS Mahakam periode tahun 2000 – 2010 adalah 28,1oC, jika menggunakan skenario B1

maka perkiraan suhu udara periode 2080 mencapai 29,9oC, skenario mecapai 30,7oC dan untuk A2 mencapai 31,0o

4. Baseline curah hujan tahunan di DAS Mahakam periode 2010 adalah 2.467,9 mm. Proyeksi curah hujan pada periode 2080 untuk skenario B1=2827,9 mm; skenario A1B= 2707,9 dan skenario A2 2.557,9 mm.

C..

5. Hujan efektif masing-masing skenario A1B adalah 2691,8 mm, lebih besar dibandingkan skenario B1 (emisi rendah) yaitu 2572,1 mm dan skenario A2 (stabilisasi tidak tercapai) yaitu 2422,3 mm. Dengan luas DAS Mahakam 7.724.365,0 Ha, maka hujan efektif tersebut setara dengan debit aliran masing-masing sebesar 2,07x1011 m3/tahun, 1,98x1011 m3/tahun dan 1,86x1011 m3

B. Saran

/tahun. 1. Strategi antisipasi, secara umum dilakukan melalui penguatan

pengelolaan jaringan pengamatan suhu udara, penguatan pengelolaan jaringan pos hujan, penguatan pengelolaan POS AWLR dan kualitas air, monitoring dan kajian perubahan tutupan lahan di DAS Mahakam, secara khusus dilakukan melalui pembangunan sistem peringatan dini kebencanaan banjir, kekeringan dan longsor.

(16)

685

2. Strategi mitigasi,secara umum dilakukan melalui pengendalian penggunaan lahan, rehabilitasi dan reboisasi, serta dukungan terhadap upaya pengurangan emisi lainnya, secara khusus melaksanakan perlindungan lahan basah dan gambut, serta pemanfaatan potensi pengurangan emisi dari gulma,

3. Strategi adaptasi, secara umum dilakukan melalui konservasi sumber daya air, pengembangan kapasitas kebijakan menghadapi perubahan Iklim, peningkatan pemahaman dan peranserta masyarakat, kelembagaan untuk menghadapi perubahan Iklim, serta pengelolaan Sistem Informasi Hidroklimatologi, Hidrologi dan Hidrogeologi (SiH3), secara khusus melaksanakan program/kegiatan pengurangan risiko bencana, pengembangan ekonomi tahan lingkungan dan perlindungan kawasan rawan bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Aguado, E. And Burt, J.E. 2001. Understanding Weather and Climate. Prentice Hall. New Jersey, USA.

Ahrens, C. D. 2006. Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and the Environment

Asdak, Chay. 2006. Hidrologi, dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

. Eighth Edition. Thompson, Brooks/Cole. USA.

Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap. Basis Saintifik: Analisis dan Proyeksi Suhu dan Curah Hujan. Jakarta. Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap. Sektor

Sumber Daya Air. Jakarta.

BMKG. 2011. Buku Informasi Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta. BMKG Stasiun Temindung. 2013. Data Suhu Udara dan Curah Hujan

Stasiun Temindung dan Pos Kerjasama. Samarinda.

BMKG Stasiun Sepinggan. 2013. Data Suhu Udara dan Curah Hujan Stasiun Sepinggan. Samarinda.

BNPB. 2013. Data Bencana di Indonesia. Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. Jakarta.

BP DAS Mahakam-Berau. 2010. Studi DAS Kritis di Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

(17)

686

BP DAS Mahakam-Berau. 2012. Rencana Pengelolaan DAS Mahakam. Samarinda.

BPPK Kemenhut, 2012. Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 2012. Prosiding Workshop. Surakarta, 21 Oktober 2011. ISBN 978-602-99218-5-4. 2012.

BWS Kalimantan III. 2013. Data Klimatologi Kalimantan Timur. Samarinda.

BWS Kalimantan III. 2013. Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Mahakam. Samarinda.

Darghouth, S., Ward, C., Gambarelli, C., Styger, E. dan Roux, J. 2008.

Watershed Management Approaches, Policies, and Operations:

Lessons for Scaling Up. Water Sector Board Discuss on Paper

Series. Paper No .11. May. 2008. The World Bank, Washington, DC.

Dinas PU Kalimantan Timur. 2013. Data Suhu Udara dan Curah Hujan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

Diposaptono, S., Budiman, dan Agung, F. 2009. Menyiasati Perubahan

Iklim, di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penerbit Buku

Ilmiah Populer. Bogor.

IPCC. 2008. Climate Change and Water. IPCC Technical Paper VI. Prepared: IPCC Working Group II. Geneva, Switzerland.

IPCC. 2014. Climate Change 2013: The Physical Science Basis.

Contribution of Working Group II to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.

Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA, 1550 pp.

IPCC. 2015. Climate Change 2014: Synthesis Report. Summary for

Policymakers. © Intergovernmental Panel on Climate Change,

2015. First published 2015. ISBN 978-92-9169-143-2.

Junaidi, E. 2013. Mampukah Tutupan Lahan Hutan Mengatur Proses Tata Air Daerah Aliran Sungai (DAS): Studi Kasus di DAS Cisadane. Jurnal Penelitian Agroforestry. Vol I No.I Agustus 2013.

Locatelli, B., Kanninen, M., Brockhaus, M., Colfer, M.P., Murdiyarso, D. and Santoso, H. 2009. Menghadapi masa depan yang tak pasti Bagaimana hutan dan manusia beradaptasi terhadap

perubahan iklim. Center for International Forestry Research

(18)

687

PEACE. 2007. Indonesia dan Perubahan Iklim, Status Terkini dan

Kebijakannya. Bank Dunia – DFID – PEACE. Jakarta.

WMO. 2015. WMO statement on the status of the global climate in 2014. ISBN 978-92-63-11152-4. WMO-No. 1152 © World Meteorological Organization, Geneva.

Gambar

Gambar 1.  Nilai Parameter Suhu Udara ( o C)   di Kota Bangun, Samarinda dan  Balikpapan Periode 1982-2010.
Gambar  6.  Peta Indek Iklim di DAS Mahakam:  (a)  Periode           1986-2008, (b) 1986-1999, dan (c) 2000-2008
Gambar 7.  Grafik Intensitas Curah Hujan
Gambar  11. Proyeksi Suhu Udara Periode 2020-2080  berdasarkan Skenario B1, A1B dan A2
+3

Referensi

Dokumen terkait

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Abstrak: Seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut pemenuhan keinginan dan kebutuhan pengguna jasa akan pengiriman paket, PT Pos Indonesia (Persero) KantorPos Semarang

Tujuan dari terwujudnya aplikasi ini adalah pengguna dapat mengevaluasi kegiatan olahraga bersepeda mereka dengan mengetahui hasil aktivitasnya selama bersepeda,

Formulir pemesanan taksi digunakan untuk mengisi informasi mengenai pesanan berupa nama pelanggan, waktu pemesanan, tujuan asal dan tujuan akhir dari supir taksi. Selain

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah, maka Kepala Daerah mengajukan Rancangan Peraturan

Selanjutnya batuan paling bawah merupakan batuan dasar dengan nilai densitas 2,7 gr/cc berada pada kedalaman sekitar 6 km diduga berupa kerak granitik benua Australia

Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau

2). Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayi baru lahir. Meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya... Memberikan