• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audio Frekuensi Generator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Audio Frekuensi Generator"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Generator Frekuensi Audio (GFA)

Generator Frekuensi Audio (GFA)

Analog Digital Analog Digital Sumber  Sumber http://www.anekasarana.com/tag/audio-frequency-generator http://www.anekasarana.com/tag/audio-frequency-generator  A. A. PengertianPengertian  Audio

 Audio Function Function Generator Generator   (AFG) adalah alat ukur elektronik yang  (AFG) adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga,

menghasilkan, atau membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga,rampramp, segi, segi empat, dan bentuk gelombang pulsa.

empat, dan bentuk gelombang pulsa. Fu Funcnctition on gegeneneraratotor r   terdiri dari generator  terdiri dari generator utama dan generator modulasi. Generator Utama menyediakan gelombang utama dan generator modulasi. Generator Utama menyediakan gelombang output sinus, kotak, atau gelombang segitiga dengan rangkuman frekuensi output sinus, kotak, atau gelombang segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator modulasi menghasilkan bentuk gelombang 0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator modulasi menghasilkan bentuk gelombang sinus, kotak, dan segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 10 sinus, kotak, dan segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 10 kHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai

kHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai Amplitudo  Amplitudo ModulationModulation (AM) atau

(AM) atau Frequensi Mod Frequensi Modululatiationon (FM).(FM). Disamping itu

Disamping itu  juga  juga memiliki memiliki pengertiapengertiann sebuah instrumen terandalkansebuah instrumen terandalkan yang memberikan suatu pilihan beberapa bentuk gelombang yang yang memberikan suatu pilihan beberapa bentuk gelombang yang frekuensi-frekuensinya diatur sepanjang rangkuman (

frekuensinya diatur sepanjang rangkuman (rangerange) yang lebar. Bentuk-) yang lebar. Bentuk- b

 beennttuk uk yaya nng g llaazzim im digdigununakakan an adadalalah ah sisinusnus oidoid a, a, segsegitiitiga, ga, pepersersegi, gi, dadan n gigigigi gergaji. Frekuensi bentuk - bentuk gelombang ini dapat bisa diatur dari satu gergaji. Frekuensi bentuk - bentuk gelombang ini dapat bisa diatur dari satu hertz sampai beberapa ratus kilohertz (kHz) bahkan sampai megahertz hertz sampai beberapa ratus kilohertz (kHz) bahkan sampai megahertz (MHz). Generator fungsi juga bagian dari peralatan atau

(2)

elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang ini bisa berulang-ulang atau satu kali yang dalam kasus ini semacam sumber  pemicu diperlu kan, secara in te rn al at au pu n ek st er nal .T ip e la in da ri generator fungsi adalah sub-sistem yang menyediakan output sebanding terhadap beberapa input fungsi matematika. Contohnya, output berbentuk kesebandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat seperti itu digunakan dalam sistem pengendali umpan dan komputer analog.

Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang segitiga sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini dihasilkan oleh kapasitor yang dimuat dan dilepas secara berulang-ulang dari sumber arus konstan. Hal ini menghasilkan rampvoltase menanjak dan menurun secara linier. Ketika voltase output mencapai batas atas dan batas bawah, proses pemuatan dan  pelepasan dibalik men ggunakan komparator . menghasilkan gelombang segitiga linier. Dengan arus yang bervariasi dan ukuran kapasitor, frekuensi yang  berbeda d apat dihasilkan.

B. Kegunaan Generator Frekuensi Audio

Adapun kegunaan dari Generator Frekuensi Audio adalah.

1. Sebagai pembangkit gelombang listrik sinusoidal, segitiga, dan kotak. 2. Untuk memahami bentuk dan pola gelombang listrik.

3. Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari suatu rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika

4. Dapat digunakan sebagai sumber tegangan/arus AC untuk percobaan rangkaian penguatan transistor.

Selain kegunaan di atas, Generator Frekuensi Audio juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran, yakni.sebagai alat yang pendukung pada kegiatan percobaan siswa dalam hal:

1. mengenali bentuk gelombang sinus dan kotak.

2. mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang. 3. sebagai sumber bunyi.

4. memperkenalkan perpaduan gelombang bunyi. C. Konstruksi dan Cara Kerja

Generator Frekuensi audio mempunyai rangkaian jembatan wein sebagai rangkaiannya. Jembatan Wien terdiri dari 2 pembagi tegangan, yaitu: Rangkaian Wien (R 1, C1, R 3, C3) dan sebuah rangkaian resistor murni R 2  dan R 4. Dalam

 penggunaan normal kesetimbangan jembatan DV’ = V

o

 – 

Vo’ = DV’ = 0, yaitu bila

(3)

Vo = Vo

’ se-

 fase  dan se-magnetudo. Kedua kondisi tersebut harus dipenuhi secara

serentak dengan menyetimbangkan jembatan AC.

Untuk mendapatkan kondisi setimbang, pertama tegangan keluaran Vo

’ dari

 pembagi potensial bersifat resistif selalu sefasa dengan tegangan masukan Vi

’.

Kondisi sefasa ini dicapai jika w = wo

’ (fasa setimbang). Nilai w

o dinyatakan dengan

oleh persamaan. Dalam sebuah jembatan praktis, kapasitor Cl dan C3 adalah kapasitor

tetap dan resistor R 1 dan R 3 adalah resistor variabel yang dikontrol oleh sebuah poros

 bersama. Dengan menetapkan R 2 = 2R 4, maka jembatan dapat digunakan sebagai alat

 pengukur frekuensi yang disetimbangkan oleh suatu pengontrol tunggal. Pengontrol ini dapat dikalibrasi langsung dalam frekuensi.

Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi ( f ) tertentu

dilewatkan pada jembatan dan arus akan terbagi pada masing-masing lengan. Dengan memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu sehingga R 1= R 2= R dan C1 = C2 =

C sehingga diperoleh frekuensi sebesar:  f = 1/2RC 

Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang sinus, tapi juga gelombang segitiga, dan kotak.

Pada umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur kapasitor dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan oleh variasi arus yang mengemudikan integrator. Generator audio memberikan keluaran berbentuk gelombang sinus, segitiga dan kotak dengan jangkauan frekuensi dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi terkendali tegangan ( frequency controlled voltage)  mengatur dua sumber arus Upper dan  Lower Constant CurrentSource. Upper Constant CurrentSource mensuplai arus tetap ke integrator yang menghasilkan tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut  persamaan berikut :

Voutput= -1/C ∫ idt

Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope tegangan output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan mengubah keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah

(4)

ditetapkan. Perubahan ini akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke

 Lower constant current source.

Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga tegangan output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas minimum yang ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan menyambung keUpperconstant current source, demikian seterusnya kembali seperti semula. Dengan demikian terjadilah siklus yang terus menerus. Tegangan output integrator adalah bentuk gelombang segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada  besar kecil arus yang dicatu oleh kedua sumber arus konstanUpper  dan Lower .

Keluaran komparator memberikan tegangan gelombang kotak (SQUARE) dengan duty cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur slope dari gelombang segitiga (TRIANGLE) sehingga amplitudonya berubah menghasilkan gelombang SINUS dengan distorsi kurang dari 1 %. Jenis konektor yang dipakai tergantung frekuensi kerjanya. Kebanyakan generator audio generasi terbaru frekuensi kerjanya sampai 20MHz memakai konektor jenis-

BNC, dengan terminasi 50 ~ 75 Ω.

Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator sinyal, terdapat juga bagian attenuator , beberapa jenis gelombang modulasi output, dan memiliki fasilitas frekuensi gelombang sapuan yang memberi kemampuan untuk  pengetesan respons frekuensi dari rangkaian elektronik yang diberikan. Beberapa generator audio dilengkapi kemampuan membangkitkan sinyal derau putih ( pink noise).

a. Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan  persegi dengan rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz.

 b. Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan instrumen atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari luar. Tegangan pengontrol frekuensi mengatur dua sumber arus.

c. Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang tegangan keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan keluaran diberikan oleh hubungan :

eout= -

1/C ∫ i dt

d. Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas akan memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan

(5)

keluaran. Multivibrator tegangan berubah keadaan pada suatu level yang telah ditentu-kan sebelumnya pada kemiringan tegangan keluaran integrator yang  positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan penyaluran arus atas menuju

integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.

e. Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga keluarannya berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran mencapai suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan  bentuk gelombang keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi D. Spesifikasi Alat

Spesifiikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai  berikut.

1. Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak;

2. Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm; 3. Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s.d 11000Hz; 4. Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm;

5. Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick 6. Tegangan daya masukan utama : 220 Volt.

(6)

1. TombolPower

Power switch digunakan pada function generator . 2. Power di indicator

LED digunakan untuk menandai ketika power diterapkan atau digunakan untuk function generator.

3. Range Switch

Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz.

4. Tombol Function.

Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang yang diinginkan, seperti gelombang pulsa, segitiga, segitiga dan sinusoidal.

5. Pengali (Multiplier)

Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan range dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.

(7)

6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali )

Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output agar mendapatkan gelombang yang simetris.

7. Pulse Invert

Sebuah pushbUtton yang digunkaan untuk membalikkan waktu simetris yang diset pada duty control. Berikut adalah setting invert switch dan duty control.

Tabel.Setting Invert Switch dan Duty Control 

8. DC OFFSET (PULL ADJ)

Suatu DC OFFSET kendali disediakan untuk membiarkan DC tingkat bentuk gelombang OUTPUT yang untuk menjadi di-set seperti diinginkan.Tabel 2-2 di bawah menggambarkan pengaruh dari kendali DC OFFSET. Menjepit  bentuk gelombang disebabkan oleh terlalu banyak amplituda dan terlalu  banyakoffset .

(8)

Tabel 2-2. D>C>Offset Control 

9. Amplitudo

Pengatur amplitudo menyediakan 20 db dari attenuation dari bentuk gelombang .

10. ATT

Ketika tombol ditekan di additor 20 db disediakan oleh pengendali amplitudo, maksimum dari 40 db dari attenuation di output.

11. Output

Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan gelombang pulsa lebih dari 20Vp-p

12. VCF input.

Input voltage controlled frequency (VCF) untuk frekuensi eksternal. 13. Output Pulsa.

Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL logik. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan

(9)

 pulsa dapat diatur sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty control. Kesimetrisan pulsa gelombang output dikendalikan dengan cara  pengesetan semua table.

F. Prosedur Penggunaan

Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan dijelaskan cara menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain :

1. Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stopkontak  jaringan PLN.

2. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut. 3.  Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power. 4. Setelah itu siapkan osiloskope.

5. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600 Ohm.

Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara menghubungkan kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama generator tersebut dengan penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung  pada input osiloskop. Nyalakan osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk  pola gelombang keluarannya.

6. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang mudah diamati.

7. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang. Apakah terjadi perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan  baik.

G. Aplikasi penggunaan Generator Audio

Berikut ini adalah aplikasi penggunanaan Generator audio, yakni:

troubleshooting dengan teknik signal tracing , penggunaan generator audio sebagai  bias dan sumber sinyal, karakteristik penguat dengan beban lebih (overload ), ,  pengetesan speaker dan rangkaian impedansi. Uraian berikut akan berisi penjelasan

cara pengetesan, setting up peralatan, dilengkapi dengan uraian dan gambar kerja tentang pelaksanaan pengetesan masing-masing.

(10)

Salah satu teknik troubleshooting untuk mencari kerusakan padakomponen system audio adalah, dengan mengijeksikan sinyal dari generator frekuensi audio  pada bagian input alat yang akan dites. Kemudian osiloskop dipakai untuk memeriksa output setiap tingkat dari penguat. Hal ini dimulai dari bagian input dan bergerak kearah output. Bila suatu tingkat memberikan sinyal output yang cacat atau tidak ada output sama sekali, maka dapatdiduga pada tingkat tersebut terdapat kerusakan. Sinyal inputyang lazim digunakan berbentuksinusoida dengan amplitudorendah, sedemikian rupa supayatidak menimbulkan cacat bentukpada tingkat berikutnya. Padagambar 14 dapat dilihat troubleshooting  pada rangkaian penguat audio menggunakan teknik signal tracing .

Teknik yang sama dapat diterapkan pada peralatan nonaudio. Umumnya generator frekuensi audio dapat menghasilkan sinyal sampai 2 MHz, bahkan beberapa model mampu memberikan frekuensi sampai 10 MHz atau lebih tinggi. Pada teknik sinyal tracing ini tidak diperlukan tegangan DC-offset darigenerator frekuensi audio, walaupun rangkaian penguat audio menggunakan kopling kapasitor yang mampu memblokir tegangan DC yang berasal dari sumber.

2. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber sinyal

Beberapa generator audio modern mampu mencampurkan tegangan DC-offset

 pada tegangan output AC nya. Dengan mengamati output penguat pada osiloskop, amplitudo dan bias transistor dapat dioptimalkan pada output tidak cacat. Dengan melakukan variasi DC-offset , maka pengaruh beberapa bias (klas A, B dan C) dapat ditentukan.

3. Karakteristik beban lebih pada amplifier

Titik beban lebih (overload ) dari beberapa penguat sulit ditentukan dengan cara  pengetesan menggunakan input gelombang sinusoida. Bentuk gelombang segitiga merupakan bentuk gelombang ideal untuk keperluan ini, karena setiap titik awal dari linieritas mutlak suatu gelombang dapat dideteksi dengan baik. Dengan output segitiga kondisi puncak pembebanan lebih dari sebuah penguat akan mudah ditentukan.

4. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi

Generator fungsi dapat dipakai untuk memperoleh informasi mengenai impedansi input suatu speaker atau sembarang rangkaian impedansi yang lain

(11)

terhadap frekuensi. Dengan kata lain frekuensi resonansi rangkaian dapat ditentukan. Adapun prosedur pengetesannya adalah sebagai berikut:

a. Hubungkan peralatan seperti tertera pada gambar 17 osiloskop dapat dipakai untuk memastikan apakah output generator fungsi tidak dalam kondisi terpotong.

 b. Bila menggunakan metode voltmeter, variasikan nilai frekuensi sampai range  penuh dan logaritmik tegangan terukurpada terminal speaker terhadap frekuensi. Skala dB dari Voltmeter AC sesuai untuk mengkonversi data ke dalam satuan respons standar.

c. Bila memilih menggunakan CRO, maka gunakan sweep untuk pengukuran respons frekuensi.

d. Dalam pengetesan speaker tegangan sinyal percakapan akan naik pada frekuensi rendah. Frekuensi resonansi dihasilkan seperti pada kurva gambar 18. Hal ini sangat dipengaruhi oleh konstruksi kotak speaker. Para perancang kotak speaker dapat menggunakan karakteristik yang dihasilkan, untuk mengevaluasi  pengaruh berbagai faktor seperti bahan peredam, jenis bahan kotak speaker, dan

tentu saja jenis speakernya sendiri.

e. Dalam pengetesan rangkaian impedansi, tidak perlu terjadi resonansi pada frekuensi rendah. Tetapi bila mendekati resonansi level sin yal akan naik.

H. Keselamatan Kerja

Periksa apakah tegangan pada ground Generator terhadap netral stop kontak tetap 0 Volt.

1. Bila ternyata tegangan ground tersebut tidak sama dengan nol, laporkan  pada teknisi atau instruktur, hentikan sementara percobaan

2. Jangan biasakan memutar tombol-tombol kontrol diluar ketentuan  praktikum

3. Jangan coba masukkan tegangan DC atau apapun keterminal output Generator.

4. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat tinggi, kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik tinggi.

5. Simpanlah Generator di tempat yang sejuk, dan bebas debu. Sebaiknya disimpan dalam almari tertutup dan berilah silika-gel untuk menghindari kelembaban dalam almari.

(12)

I. Perawatan Generator Frekuensi Audio

Agar dalam penggunaan generator fungsi tidak merusak peralatan ada  beberapa tips supa ya tetap taha n lama:

1. Setelah alat selesai digunakan matikanlah jangan dibiarkan menyala. 2. Untuk kabelnya gulunglah dengan rapi.

3. Simpanlah Generator fungsi ditempat kering untuk menghindari  berkaratnya bagian dalam generator fungsi , dan Hindarkan dari

tempat –  tempat yang berdebu.

4. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat tinggi, kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik tinggi.

J. Langkah Perbaikan Jika Terjadi Kesalahan Atau Kerusakan Pada Generator Frekuensi Audio

1. Identifikasi Kesalahan/Kerusakan a. Persiapkan alat dan bahan  b. Periksa keadaan fisik GFA

c. Ukur/periksa keluaran GFA pada segala keadaan pilihan sinyal keluaran (sinus, gigi gergaji, kotak)

d. Teliti hasil pengukuran anda, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai maka identifikasi kesalahan yang terjadi

2. Pelacakan Kesalahan/Kerusakan

Bila kesalahan yang terjadi sudah diidentifikasi maka lakukan langkah langkah  berikut :

(13)

a. Periksa kembali sambungan dari output AFG ke alat ukur

 b. Lakukan pengukuran keluaran pada tiap tiap titik pengukuran seperti ilustrasi pada lembar informasi secara berurutan dari titik  pengukuran

 paling belakag (titik “C”)

c.

Jika sinyal keluaran pada titik “C” sesuai, maka bias dipastikan bahwa

kesalahan terjadi pada sambungn dengan alat ukur

d. Jika sinyal

keluaran pada titik “C” tidak sesuai, maka kemungkinan

kesalahan/kerusakan terjadi pada rangkaian pembentuk gelombang sinus dan rangkaian lain didepannya.

e. Untuk lebih pastinya, lanjutkan pengukuran pada titik selanjutnya (titik

“B”)

f. Bila sinyal keluaran pa

da titik “B” baik, maka kesalahan terjadi pada

rangkaian pembentuk gelombang sinus. Tapi bila hasil pengukuran tidak sesuai lakukan lagi pengukuran pada titik berikutnya.

g. Lakukan seterusnya sampai diperoleh bagian yang mengalami kesalahan/kerusakan

h. Pelacakan kesalahan ini dilakukan dengan maksud mempersempit daerah kerusakan.

3. Deteksi Kesalahan

Pendeteksian kesalahan dilakukan pada blok/bagian yang sudah dipastikan mengalami kesalahan/kerusakan sesuai dengan hasil pada langkah B.

a. Periksa keadaan sambungan/sirkuit pada blok yang bersangkutan

 b. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada komponen aktif misalnya transistor dan lain lain

c. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada kompnen pasif, Pengukuran yang dimaksud meliputi pengukuran statis dan pengukuran dinamis.

4. Menentukan Kerusakan

a. Gejala : Tidak ada sinyal keluaran

1) Bila lampu indicator tidak menyala, lakukan pengecekan pada fuse (sekering)

(14)

2) Bila lampu indicator nyala tapi tidak ada sinyal keluaran, lakukan  pemeriksaan blok-blok rangkaian pada power supply seperti rangkaian

filter dan transistor-transistor

3) Bila ada tegangan keluaran pada power supply tetapi tidak bias diatur, lakukan pemerikasaan pada IC-IC yang ada pada rangkaian Power supply

4)

Lakukan pengukuran pada titik ukur “C”. Bila ada sinyal yang ter 

ukur,  periksa apakah R seri pada masukkan rangkaian  Attenuator dalam

keadaanopen circuit 

5)

Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur “C”, lakukan

 pengukuran pada titik ukur “B”. Jika ada sinyal yang terukur,

 periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizerdalam keadaan open circuit

6) Bila tidak ada sinyal yang te

rukur pada titik ukur “B”, lakukan

 pengukuran pada titik ukur “A”. Jika ada sinyal yang terukur,

 periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Integrator dalam keadaan open circuit

7)

Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur “A”, lakukan

 pengukuran pada input rangkaian flip-flop. Jika ada sinyal yang terukur,  periksa apakah ada komponen pada masukan rangkaian dalam keadaan

open circuit

8) Bila tidak ada sinyal yang terukur berarti kerusakan terdapat pada power supply.

 b. Gejala : Cacat pada gelombang atas sinyal keluaran

1)

Ukur sinyal keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO

2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.

3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas rangkaian attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit 4)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “C” cacat, lanjutkan

 pengukuran pada titik ukur “B”

5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.

6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor dan transistor stabilizer pada bagian atas rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizeryang mengalami open/short circuit

(15)

7)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B” cacat,

lanjutkan

 pengukuran pada titik ukur “A”,

 Bila sinyal yang terukur tidak cacat

berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.

8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada  bagian atas rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit

9)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “A” cacat, kemungkinan

kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.

c. Gejala: Cacat pada gelombang bawah sinyal keluaran

1)

Ukur sinyal keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO

2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.

3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian bawah attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit

4) Bila sinyal keluaran yang terukur pa

da titik ukur “C” cacat, lanjutkan

 pengukuran pada titik ukur “B”

5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.

6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor dan transistor stabilizer pada bagian bawah rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizeryang mengalami open/short circuit

7)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B” cacat, lanju

tkan

 pengukuran pada titik ukur “A",

 Bila sinyal yang terukur tidak cacat

berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.

8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada  bagian bawah rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit! 9)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “A” cacat, kemungkinan

kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply. d. Gejala : Cacat pada gelombang atas dan bawah sinyal keluaran

1) Ukur sinyal

keluaran pada titik ukur “C” dengan CRO

2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.

3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas dan bawah attenuator karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit 4)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “C” cacat, lanjutkan

(16)

5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.

6) Periksa apakah ada Transistor-transistor,dioda-dioda pemotong, resistor dan transistor stabilizer pada bagian atas dan bawah rangkaianSinusoidal Wave Synthesizer yang mengalami open/short circuit

7)

Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur “B” cacat, lanjutkan

 pengukuran pada t

itik ukur “A”

8) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.

9) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada  bagian atas dan bawah rangkaian Integrator yang mengalami open/short

circuit

10) Bila sinya

l keluaran yang terukur pada titik ukur “A” cacat, kemungkinan

kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.

e. Gejala : Amplitudo sinyal keluaran tidak sesuai

1) Lakukan pengukuran nilai kapasitor (C) dan resistor ( R ) pada rangkaian  pengatur range. Bila ada nilai komponen mengalami pergeseran diatas 1%

lakukan penggantian dengan komponen dengan nilai yang sesuai 2)

Lakukan pengukuran pada titik ukur “C”

3) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.

4) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)  pada rangkaian attenuator baik atas maupun bawah

5)

Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “C” memiliki amplitude yang

tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur “B”

6) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.

7) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)  pada rangkaianSinusoidal Wave Synthesizer baik atas maupun bawah 8)

Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “B” memiliki amplitude yang

tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur “A”

9) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.

10) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)  pada rangkaian integrator baik atas maupun bawah !

11)

Bila sinyal yang terukur pada titik ukur “A” memiliki amplitude yang

tidak sesuai, lakukan pengukuran pada masukan rangkaian flip-flop

(17)

12) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti kesalahan terjadi pada rangkaian flip-flop.

13) Lakukan pemeriksaan pada rangkaian pembatas (R // D) pada rangkaian Flip Flop baik atas maupun bawah

14) Bila semua komponen pada blok-blok rangkaian di atas dalam keadaan  baik tapi sinyal keluaran masih mengalami cacat pada kedua bagian  periksa rangkaian pembatas tegangan (R + D) pada rangkaian power

supply

f. Gejala : Frekuensi rangkaian keluaran tidak sesuai

1) Lakukan pengukuran nilai kapasitor (C) dan resistor ( R ) pada rangkaian  pengatur range

2) Bila ada nilai komponen mengalami pergeseran diatas 1% lakukan  penggantian dengan komponen dengan nilai yang sesuai

3) Lakukan pengukuran pada tiap tiap titik ukur secara berurutan dari titik ukur paling belakang

4) Temukan wilayah kerusakan lalu periksa nilai tiap tiap kapasitor (C) dan resistor (R) pada wilayah kerusakan karena komponen yang banyak  berpengaruh terhadap frekuensi adalah kapasitor dan resistor.

Gambar

Tabel 2-2. D>C> Offset Control 

Referensi

Dokumen terkait