Abstrak—Daya output yang dihasilkan oleh sel
surya saat ini pada umumnya hanya mencapai nilai maksimal pada waktu tertentu yaitu pada saat sinar matahari jatuh tegak lurus terhadap panel sel surya. Hal ini dikarenakan kaki penopang sel surya tidak bisa bergerak secara dinamis untuk mengikuti arah pergerakan sinar matahari. Selain itu, sel surya yang ada pada saat ini juga belum terintegrasi dengan suatu sistem yang mampu mendeteksi daya output maksimal yang bisa dihasilkan oleh sel surya tersebut. Output dari sel surya adalah berupa daya listrik yang akan dideteksi untuk mendapatkan nilai maksimalnya. Setelah menerima data tersebut, ATmega8535 akan memerintahkan driver motor DC untuk mengatur posisi kaki panel sel surya. Kemampuan dari kaki panel sel surya untuk bergerak itulah yang memungkinkan sel surya memperoleh posisi yang tepat sehingga mampu menghasilkan daya output yang maksimal. Kaki panel sel surya tersebut akan bergerak sepanjang hari sesuai dengan arah pergerakan matahari sehingga diperoleh daya output yang maksimal sepanjang hari.
Kata Kunci—driver motor DC, mikrokontroller
ATmega8535, sel surya
I. PENDAHULUAN
ERKAIT dengan pemanfaatan sel surya, tren yang sedang berlangsung di dunia saat ini bahwa energi listrik yang dihasilkan sel surya tersebut digunakan sebagai penerangan jalan dan taman, pembuka maupun penutup pintu gerbang, serta beberapa hal lain yang tidak membutuhkan energi listrik yang terlalu besar. Di Politeknik Kota Malang sedang diusahakan efisiensi dalam penggunaan energi listrik yang disuplai PLN untuk menekan biaya tagihan listrik sekaligus sebagai upaya untuk pemanfaatan sumber energi alternatif. Oleh karena itu, penggunaan sel surya di Politeknik Kota Malang dirasa cukup penting untuk menghasilkan listrik sebagai penerangan jalan dan taman.
Daya output yang dihasilkan oleh sel surya saat ini pada umumnya hanya mencapai nilai maksimal pada waktu tertentu yaitu pada saat sinar matahari jatuh tegak lurus terhadap panel sel surya. Hal ini
dikarenakan kaki penopang sel surya tidak bisa bergerak secara dinamis untuk mengikuti arah pergerakan sinar matahari. Selain itu, sel surya yang ada pada saat ini juga belum terintegrasi dengan suatu sistem yang mampu mendeteksi daya output maksimal yang bisa dihasilkan oleh sel surya tersebut. Dengan memperhatikan beberapa hal di atas maka pada penelitian kali ini akan dirancang suatu sistem yang mampu mendeteksi daya output untuk diintegrasikan pada sel surya. Setelah sel surya mampu menghasilkan daya output maksimal, maka sistem akan mengatur posisi panel surya dalam hal ini sudut kemiringinnya agar sel surya secara konstan menghasilkan daya output maksimal sepanjang hari. Sistem pendeteksi ini terdiri dari sensor LDR, avometer, mikrokontroler, driver motor DC, dan motor DC. Sel surya yang telah dilengkapi dengan sistem tadi akan diaplikasikan di Politeknik Kota Malang sebagai sumber energi alternatif bagi penerangan jalan.
II. TINJAUANPUSTAKA
Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari sebuah wilayah-besar diode p-n junction, yang mana, dalam hadirnya cahaya matahari mampu menciptakan energi listrik yang berguna. Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Sel surya terdiri atas dua lapis bahan semikonduktor. Lapisan pertama bermuatan positif dan lapisan yang lain bermuatan negatif. Ketika cahaya matahari masuk ke dalam sel, beberapa foton yang berasal dari sinar matahari diserap oleh atom di lapisan semikonduktor yang akan membebaskan elektron dari lapisan sel yang bermuatan negatif supaya mengalir melalui suatu rangkaian menuju ke lapisan sel yang bermuatan positif. Aliran elektron inilah yang menghasilkan arus listrik. Untuk meningkatkan kemampuan sel solar tersebut, beberapa individu sel surya digabung menjadi satu yang bernama modul. Ketika dua buah modul terhubung seri, tegangan yang dibangkitkan menjadi lebih besar dua kali lipat sedangkan arusnya tetap konstan. Ketika dua buah modul terhubung paralel, arus yang dihasilkan menjadi lebih besar dua kali lipat sedangkan tegangannya tetap konstan. Sebagai salah satu ukuran performansi solar cell adalah efisiensi. Yaitu prosentasi perubahan energi
Analisis Sudut Deviasi Arah Datang Sinar Matahari Terhadap
Tingkat Efektifitas Arus Keluaran Pada Sel Surya
Muhammad Fahmi Hakim
1), Aditya Kurniawan
2)Politeknik Kota Malang
aditya@poltekom.ac.id
cahaya matahari menjadi energi listrik. Sebuah Sel Surya dalam menghasilkan energi listrik (energi sinar matahari menjadi photon) tidak tergantung pada besaran luas bidang silikon, dan secara konstan akan menghasilkan energi berkisar ± 0.5 volt - max. 600 mV pada 2 A, dengan kekuatan radiasi solar matahari 1000 W/m2 = ”1 Sun” akan menghasilkan arus listrik (I) sekitar 30 mA/cm2 per sel surya.
Pada bagian ini akan kita pelajari karakteristik piranti tiga terminal atau lebih dikenal sebagai “transistor”. Pada bagian ini kita akan pertama-tama membahas transistor bipolar atau BJT (bipolar junction transistor). Berikutnya akan kita bahas transistor unipolar seperti misalnya FET (field-effect transistor). Dibandingkan dengan FET, BJT dapat memberikan penguatan yang jauh lebih besar dan tanggapan frekuensi yang lebih baik. Pada BJT baik pembawa muatan mayoritas maupun pembawa muatan minoritas mempunyai peranan yang sama pentingnya. Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-n. Karena alasan sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut “basis” (base), salah satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut “emitor” (emitter) dan yang lainya sebagai “kolektor” (collector).
Komparator berfungsi untuk membandingkan input yang diterima dari sensor dengan tegangan referensi. Jika input dari sensor lebih besar dari input tegangan referensi, maka output akan berlogika high. Sebaliknya, jika tegangan referensi lebih besar dari input sensor, maka output akan berlogika low. Komparator konvensional umumnya dapat menggunakan IC LM 324 atau LM 339 yang merupakan sebuah penguat operasional (op-amp). Perbedaan input positif dan input negatif menyebabkan keluaran pada pin output. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Dalam sebuah aki berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging). Besar ggl yang dihasilkan satu sel aki adalah 2 Volt. Sebuah aki mobil terdiri dari enam buah aki yang disusun secara seri, sehingga ggl totalnya adalah 12 Volt. Accu mencatu arus untuk menyalakan mesin (motor dan mobil dengan menghidupkan dinamo stater) dan komponen listrik lain dalam mobil. Pada saat mobil berjalan aki dimuati (diisi) kembali sebuah dinamo (disebut dinamo jalan) yang dijalankan dari putaran mesin mobil atau motor. Lampu LED merupakan lampu terbaru yang
merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi “cahaya putih”. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru-hijau atau lampu LED biru berlapis fosfor. Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalulintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif.
III. PERANCANGANDANPEMBUATAN SISTEM
Kebutuhan torsi motor pada tiap aksis adalah sebagai berikut, dengan asumsi aksis x adalah aksis yang sejajar dengan sumbu gerak matahari, dan aksis y adalah aksis yang sejajar dengan sudut gerak inklinasi matahari sebesar maksimum 23.5°.
Sel surya yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Spesification Value
PM (Watt Peak) 50W VOC (Voltage Open Circuit) 21.6V ISC (Current Short Circuit) 2.98A VMP (Voltage Max Peak) 17.6V IMP (Current Max Peak) 2.85A Max system voltage 1000V
Pola kalkulasi energi tenaga surya
Nama Peralatan Listrik
Jumlah Volt Wattage
Asumsi penggunaan (dalam jam) / hari watt hour (wh)/hari Discharge current total Lampu 2 12 5 Watt 8 10 0,83 10 0,83
Pola kalkulasi energi tenaga surya
Total
Perhitungan kebutuhan WP sel surya dan kapasitas dry cell berdasarkan konsumsi watt per hari:
10 watt hour/hari 4 jam 50 wp 17,6 V 2,8 A 200 watt hour 1 buah 17,5 Ah 1 buah 17,5 Ah Ampere Hour/battery jumlah Battery Total Kapasitas battery
Kebutuhan Watt
Spesifikasi panel surya
Asumsi waktu efektif konversi sel
Spesifikasi Dry Cell
Output power (Watt Peak) /panel max power Voltage
Current charging (Short Circuit Current) Charging capacity
Jumlah sel surya
Pola pengisian dan pengosongan pada solar cell (charging) dan (discharging) dengan skema pengisian:
Jml battery Life cycle (jam) 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 35,2 70,4 105,6 140,8 176 211,2 246 281,6 316,8 352 0 0 0 31,2 66,4 101,6 136,8 172 207,2 242 277,6 312,8 348 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 -0,24752 -0,24752 -0,24752 0,568 0,5682 0,568 0,5682 0,568 0,568 0,57 0,247525 0,247525 0,247525 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 10,56 21,12 31,68 42,24 52,8 63,36 73,9 84,48 95,04 105,6 0 0 0 6,56 17,12 27,68 38,24 48,8 59,36 69,9 80,48 91,04 101,6 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 -0,07426 -0,07426 -0,07426 0,568 0,5682 0,568 0,5682 0,568 0,568 0,57 0,074257 0,074257 0,074257 DISCHARGING
Metode full Metode partial Metode shallow
1 1 1
Constant current charge
240 120 72
RECHARGING TIME (Full discharge)
Charge time Constant current charge Topping charge Float charge
RECHARGING CURRENT (full discharge)
Charge time
Constant current charge Topping charge Float charge
RECHARGING TIME (shallow discharge)
Charge time Constant current charge Topping charge Float charge
RECHARGING CURRENT (shallow discharge)
Charge time
Topping charge Float charge
IV. ANALISISDATA
A. Analisis Hubungan Dua Variabel (Sudut Deviasi dan Arus Keluaran)
Sudut deviasi yang disampling adalah sudut 00 sampai dengan 150. Sedangkan arus keluaran adalah arus hubung singkat ISC.
a. Scatter data kondisi kemiringan 00
Standard deviation : 0,05298 Mean : 21,4946
Nilai maximum : 21,59 Nilai minimum : 21,4 b. Scatter data kondisi kemiringan 10
Standard deviation : 0,058534 Mean : 21,402
Nilai maximum : 21,49 Nilai minimum : 21,3 c. Scatter data kondisi kemiringan 20
Standard deviation : 0,058534 Mean : 21,402
Nilai maximum : 21,49 Nilai minimum : 21,3 d. Scatter data kondisi kemiringan 30
Standard deviation : 0,061943 Mean : 21,402
Nilai maximum : 21,49 Nilai minimum : 21,3 e. Scatter data kondisi kemiringan 40
Standard deviation : 0,057303 Mean : 21,0918
Nilai maximum : 21,19 Nilai minimum : 21
f. Scatter data kondisi kemiringan 50
Standard deviation : 0,026758 Mean : 21,0454
Nilai maximum : 21,09 Nilai minimum : 21
g. Scatter data kondisi kemiringan 60
Standard deviation : 0,011503 Mean : 21,015
Nilai maximum : 21,03 Nilai minimum : 21
h. Scatter data kondisi kemiringan 70
Standard deviation : 0,141806 Mean : 20,7202
Nilai maximum : 20,99 Nilai minimum : 20,5 i. Scatter data kondisi kemiringan 80
Standard deviation : 0,084525 Mean : 20,443
Nilai maximum : 20,59 Nilai minimum : 20,3 j. Scatter data kondisi kemiringan 90
Standard deviation : 0,086198 Mean : 20,2468
Nilai maximum : 20,39 Nilai minimum : 20,1
k. Scatter data kondisi kemiringan 100
Standard deviation : 0,056301 Mean : 20,1028
Nilai maximum : 20,19 Nilai minimum : 20
l. Scatter data kondisi kemiringan 110
Standard deviation : 0,104335 Mean : 19,7754
Nilai maximum : 19,99 Nilai minimum : 19,6
m. Scatter data kondisi kemiringan 120
Standard deviation : 0,108556 Mean : 19,5057
Nilai maximum : 19,69 Nilai minimum : 19,3
n. Scatter data kondisi kemiringan 130
Standard deviation : 0,057 Mean : 19,28
Nilai maximum : 19,39 Nilai minimum : 19,2
o. Scatter data kondisi kemiringan 140
Standard deviation : 0,059 Mean : 19,2
Nilai maximum : 19,29 Nilai minimum : 19,1
p. Scatter data kondisi kemiringan 150
Standard deviation : 0,056 Mean : 19,1
Nilai maximum : 19,19 Nilai minimum : 21
B. Hasil Analisis
Setelah didapatkan mean (rata rata) data pada tiap kemiringan sudut sebanyak 100 repetisi maka dapat digambarkan sebagai berikut pada tabel di bawah, bentuk grafik dan tren.
Derajat kemiringan VOC (Voltage Open Circuit)
0 21,4946 1 21,402 2 21,2943 3 21,1871 4 21,0918 5 21,0454 6 21,015 7 20,7202 8 20,443 9 20,2468 10 20,1028 11 19,7754 12 19,5057 13 19,2843 14 19,1964 15 19,0979
mean derajat kemiringan = 7,5 mean VOC = 20, 43142.
Koefisien Pearson yang didapatkan adalah -0,98249.
Derajat kemiringan VOC (Voltage Open Circuit) VOC Maksimum / VOC (persen) 0 21,4946 99,51% 1 21,402 99,08% 2 21,2943 98,58% 3 21,1871 98,09% 4 21,0918 97,65% 5 21,0454 97,43% 6 21,015 97,29% 7 20,7202 95,93% 8 20,443 94,64% 9 20,2468 93,74% 10 20,1028 93,07% 11 19,7754 91,55% 12 19,5057 90,30% 13 19,2843 89,28% 14 19,1964 88,87% 15 19,0979 88,42%
Untuk mengetahui penurunan efisiensi tiap derajat maka lebih dahulu kita hitung untuk range derajat 0 – 15 dan nilai efisiensi 88,42% - 99,51% maka dapat dilakukan dengan perhitungan range derajat Maks –
derajat Min yaitu 15-0 = 15 derajat dan nilai efisiensi tertinggi – terendah yaitu 99,51% - 88,42% = 11,10%
V. REFRENCE AND CITATION
REFERENCES
Bendersky, D.A, J. M Santos. 2005. Robot
Formations as an Emergent Collective Task using Target-following Behavior. From,
(https://blacxcode.wordpress.com/2010/08/24/hello-world/, diakses tanggal 25 juli 2011).
Blacxcode. 2010. Built and Design With
Microcontroller AVR. From,
(https://blaxcode.wordpress.com/2010/08/24/hello-word/, diakses tanggal 29 juli 2011).
Ibnu, Muhammad. 2003. Rangkaian Listrik. Yogyakarta: Gava Media.
Manji, J.F. 2005. Robots Facilitate High-speed Welding. From,
(http://www.roboticsonline.com/public/articles/archiv edetails.cfm?id=146, diakses tanggal 7 agustus 2011).
Miller, J.C. and J.N. Miller. 1993.
Pengendalian Lengan Robot ROB3 Berbasis
Mikrokontroler AT89C51 Menggunakan Tranduser Ultrasonik, ThirdEdition. New York: Ellis Horword
PTR Prentice Hall.
Muhsin, Muhammad. 2004. Operational
Amplifier. Yogyakarta: PustakaAndira.
Rusmadi, Dedy. 1995. Mengenal Komponen
Elektronika. Bandung: Pionir Jaya.
Wardana, Lingga. 2006. Analisa Rangkaian
Listrik. Jakarta: Andi Media.
Daryl Brian Arnall, 2008. Analysis of the Coefficient of Variation of Remote Sensor Readings in Winter Wheat, and Development of a Sensor Based Mid-season Nitrogen Recommendation for Cotton