• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Leukimia Dan Leukopenia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Leukimia Dan Leukopenia"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

LEUKOPENIA DAN LEUKEMIA

MAKALAH

oleh:

1. Dahlia Kurniawati U. 112310101005

2. Ria Rohma Wati 112310101015

3. Aldita Berliandra W. 112310101021 4. Ayesie Natasa Zulka 112310101032

5. Dita Oktaviana M. 112310101039

6. Aditya Wahyu Kurniawan 112310101049

7. Kukuh Aria Wijaya 112310101059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

LEUKOPENIA DAN LEUKEMIA

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 6B dosen pengajar: Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep

oleh:

1. Dahlia Kurniawati U. 112310101005

2. Ria Rohma Wati 112310101015

3. Aldita Berliandra W. 112310101021 4. Ayesie Natasa Zulka 112310101032

5. Dita Oktaviana M. 112310101039

6. Aditya Wahyu Kurniawan 112310101049

7. Kukuh Aria Wijaya 112310101059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. karena berkat ridho dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas IKK 6B.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dr. Sujono Kardis Sp.Kj yang

mendukung kegiatan kami.

2. Ns. Ratna sebagai dosen pengajar mata kuliah IKK 6B

3. Teman-teman sebagai sumber inspirasi yang juga telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Kami juga berharap bahwa makalah ini nantinya dapat berguna bagi para pembaca dalam mencari ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...iv

BAB 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...1 1.3 Tujuan...2 1.4 Manfaat...2 1.5 Implikasi Keperwatan...2

BAB 2. TINJAUAN TEORI LEUKOPENIA...4

2.1 Pengertian...4 2.2 Epidemiologi...4 2.3 Etiologi...5 2.4 Klasifikasi...5 2.5 Manifestasi Klinis...6 2.6 Patofisiologi...7

2.7 Komplikasi dan Prognosis ...9

2.8 Pemeriksaan Diagnostik...10

2.9 Pemeriksaan fisik...10

2.10 Pengobatan...11

2.11 Pencegahan...12

(5)

3.1 Pengertian...14

3.2 Epidemiologi...15

3.3 Etiologi...16

3.4 Klasifikasi...17

3.5 Tanda dan Gejala...19

3.6 Patofisiologi...20

3.7 Komplikasi...21

3.8 Pemeriksaan Penunjang...22

3.9 Penatalaksanaan...22

3.10 Pencegahan...24

BAB 4. PATHWAY LEUKOPENIA...26

BAB 5. PATHWAY LEUKEMIA...27

BAB 6. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKOPENIA...28

6.1 Pengkajian...28

6.2Diagnosa Keperawatan...46

6.3 Intervensi keperawatan...47

6.4 Implementasi...53

6.5 Evaluasi...55

BAB 7. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA...58

7.1 Pengkajian...58

7.2Diagnosa Keperawatan...67

7.3 Intervensi keperawatan...67

7.4 Implementasi...71

(6)

BAB 8. KESIMPULAN...74

5.1 kesimpulan ...74

5.2 Saran...74

DAFTAR PUSTAKA...75

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Leukopenia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Sementara itu leukimia adalah suatu

(7)

penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.

Penyakit kanker darah menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Pengobatan penyakit leukemia memerlukan waktu yang lama. Paling cepat lima tahun, bahkan bisa lebih, apalagi jika saat ditemukan penyakitnya sudah mencapai stadium tiga. Pengobatannya sendiri merupakan kombinasi antara operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Jadi, tidak berbeda dengan pengobatan kanker pada orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa pengertian leukopenia dan leukemia?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi leukopenia dan leukemia? 1.2.3 Apa etiologi leukopenia dan leukemia?

1.2.4 Apa tanda dan gejala leukopenia dan leukemia? 1.2.5 Bagaimana patofisiologi leukopenia dan leukemia? 1.2.6 Apa komplikasi dan prognosis leukopenia dan leukemia? 1.2.7 Bagaimana pengobatan leukopenia dan leukemia?

1.2.8 Bagaimana pencegahan leukopenia dan leukemia? 1.2.9 Bagaimana pathway leukopenia dan leukemia?

1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien leukopenia dan leukemia? 1.3 Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan penulisan dari makalah ini, di antaranya:

1.3.1 untuk mengetahui pengertian leukopenia dan leukemia; 1.3.2 untuk mengetahui epidemiologi leukopenia dan leukemia;

(8)

1.3.3 untuk mengetahui etiologi leukopenia dan leukemia;

1.3.4 untuk mengetahui tanda dan gejala leukopenia dan leukemia; 1.3.5 untuk mengetahui patofisiologi leukopenia dan leukemia;

1.3.6 untuk mengetahui komplikasi dan prognosis leukopenia dan leukemia; 1.3.7 untuk mengetahui pengobatan leukopenia dan leukemia;

1.3.8 untuk mengetahui pencegahan leukopenia dan leukemia; 1.3.9 untuk mengetahui pathway leukopenia dan leukemia;

1.3.10 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien leukopenia dan leukemia.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan

referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan keperawatan;

1.4.2 dengan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan penyakit leukopenia dan leukemia maka kita dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien leukopenia dan leukemia dengan baik.

1.4.3 Implikasi Keperawatan

Pasien dengan diagnosa medis leukopenia dan leukemia mengalami suatu kejadian yang tidak diharapkan. Sebagai perawat kita perlu memberikan dorongan serta dukungan pada pasien saat dilakukannya pemeriksaan fisik baik secara psikis atau yang lainnya, hal tersebut digunakan untuk meneliti beberapa kemungkinan yang terjadi pada pasien sehingga sebagai perawat seyogyanya kita h a r u s menjelaskan kepada pasien beserta anggota keluarganya mengenai perawatan tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat yang harus dilakukan kepada pasien tersebut.

(9)

BAB 2. TINJAUAN TEORI LEUKOPENIA

2.1 Pengertian

Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu

(10)

keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 / mm3. (Dorland,1994)

Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 109 / L. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer.

Leukopenia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 leukosit/mm3.

2.2 Epidemiologi

Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka untuk menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu persen leukosit berada di bawah 5000 cells/mm3, neutropenia dengan jumlah neutrofil.

2.3 Etiologi

Infeksi virus (virus onkogenik) dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat menyebabkan leukopenia.

Dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu: a. Faktor eksogen

(11)

 Radiasi berlebih terhadap Sinar x, sinar radioaktif.

 Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agen).

 Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti fenotiazin (yang paling sering), begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal. Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat menyebabkan leukopenia.

 Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan (sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak digunakan.

b. Faktor endogen

 Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam).  Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom

Down).

 Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur). 2.4 Klasifikasi Leukopenia

Klasifikasi leukopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu 1. Neutropenia

Penyebabnya karena infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.

(12)

2. Eosinopenia

Penyebabnya yaitu meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.

3. Limfopenia

Penyebabnya karena faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.

4. Monocytopenia

Penyebabnya karena batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan agranulocytosis).

2.5 Manifestasi Klinis

Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia (pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak akan menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai muncul.

Tanda dan gejala leucopenia yaitu :

1. Pasien tidak menunjukkan gejala sampai terjadi infeksi. 2. Pilek tak sembuh-sembuh.

3. Pucat, lesu, mudah terstimulasi.

4. Demam dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering. 5. Anoreksia, mual, muntah.

6. Rasa malaise umum ( rasa tidak enak, pusing). 7. Berat badan menurun.

(13)

8. Perdarahan gusi, memar tanpa sebab. 9. Nyeri tulang dan persendian.

10. Nyeri abdomen. 11. Nyeri kepala.

12. Tukak pada membran mukosa 13. Takikardi

14. Disfagia

Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :

a) Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin. b) Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan

saat periode menstruasi.

c) Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi. d) Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit

kepala, dan mengganggu keseimbangan emosional.

e) Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.

f) Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.

g) Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau bakteri.

h) Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.

(14)

i) Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus oral, dan mudah marah.

2.6 Patofisiologi Leukopenia

Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia.

Radiasi sinar X dan sinar ل (gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat - obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia.

Oleh karena penyebab-penyebab di atas yang berujung pada menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia, monositopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.

Patofisiologi terjadinya penyakit

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa,

(15)

limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.

2.7 Komplikasi dan Prognosis a) Anemia,

Penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin. b) Menorrhaggia,

Perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode menstruasi.

c) Metrorrhaggia,

Perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi.

d) Neurasthenia,

Kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan mengganggu keseimbangan emosional.

e) Trombositopenia

Penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah. f) Stomatitis,

(16)

Suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.

g) Pneumonia,

Peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau bakteri.

h) Abses hati,

Terjadi infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.

Menurut Guyton (2008) pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1 minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan lainnya untuk menaggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang cukup dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel darah dapat kembali normal.

Selain itu Prognosis juga bergantung kepada : - Gambaran sum-sum tulang (hipocellular).

- Jumlah granulosit yang lebih dari 2000/mm3 menunjukan

perubahan prognosisyang lebih baik. 2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan labolatorium

- Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah merah (RBC) dan morfologi trombosit.

(17)

- Pemeriksaan sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik sitometri arus.

- Pemeriksaan microbiologic cultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat dilihat pada pasien demam.

- Pengujian antibodi antineutrophil harus dilakukan pada pasien dengan riwayat autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak jelas penyebab leukopenia.

- Dalam bawaan neutropenia dan neutropenia siklik, analisis genetik harus dilakukan.

2. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum.

3. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow

4. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut.

2.9 Pemeriksaan fisik

 Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah terkena infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan kelemahan imun tubuh (sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal.  Palpasi: Adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas,

suhu tubuh menunjukkan peningkatan.  Auskultasi : ditemukan ronchi.

2.10 Pengobatan

a. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.

(18)

b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c. Sitostatika.

Selain sitostatika yang lama (6 - merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.

d. Prednisone.

Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.

e. Infeksi sekunder dihindarkan. f. Imunoterapi.

Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai

diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.

Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:

(19)

Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.

2. Konsolidasi

Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. 3. Rumat (maintenance)

Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.

4. Reinduksi

Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.

5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.

Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.

6. Pengobatan imunologik

Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. 2.11 Pencegahan

Cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi penyebabnya (simptomatik). Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus

(20)

dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah sangat penting. Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas sampai organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.

(21)

BAB 3. TINJAUAN TEORI LEUKEMIA

3.1 Definisi

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang artinya putih dan

haima yang artinya darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. Dan terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang. Dimana sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian dari leokimia menurut para ahli yaitu sebagai berikut: Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, dkk, 2002)

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, 2001)

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

(22)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

3.2 Epidemiologi

Insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun yaitu ALL (Acute Lymphoid Leukemia). Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Dan ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Dan resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down (Smeltzer, 2001).

Leokemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Menurut Handayani (2008) ada beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut.

1. Insidensi

Insidensi leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/ tahun. Dan leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.

2. Frekuensi relatif

Frekuensi relatif di Negara Barat menurut Guns yaitu: Leukemia akut 60%, CLL 25%, CML 15%. Sedangkandi Indonesia, frekuensi CLL sangat rendah. Dan CML merupakan leukemia kronis yang paling sering di jumpai.

3. Usia

 ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa

 AML pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa • CML pada semua usia tersering usia 40-60 tahun

(23)

• CLL terbanyak pada orang tua 4. Jenis kelamin

Leukimia lebih sering di jumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 2:1.

3.3 Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia menurut, yaitu :

3.3.1 Genetik

Adanya penyimpangan kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991 dalam Handayani 2008) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

3.3.2 Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985 dalam Handayani, 2008) .

(24)

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam Handayani, 2008).

3.3.4 Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985 dalam Handayani, 2008). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia (Kumala, 1990 dalam Reeves, 2001).

3.3.5 Bahan Kimia dan Obat-obatan

Paparan kromis dari bahan kimia (benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam dalam Handayani, 2008). Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain: produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik (Soeparman, 1998).

3.3.6 Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik (alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.

(25)

Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Soeparman, 1998).

3.3.7 Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.

3.4 Klasifikasi Leukimia

Leukemia pada dasarnya di bedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: 3.4.1 Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia (Mansjoer, 2002). Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi utamanya pada orang dewasa (85%) daripada anak-anak (15%) dan lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita. Dan gejala klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie, pendarahan, nyeri tulang, serta infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar mediastinum. Kadang0kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonolitik (Handayani, 2008).

(26)

LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun (Mansjoer, 2002). Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa dan limpa membesar (Handayani, 2008). 3.4.3 Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal (Mansjoer, 2002).

3.4.4 Leukemia Limfositik Kronis (LLC)

LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain (Mansjoer, 2002)

3.5 Tanda dan Gejala

Hal-hal yang dapat di perhatikan untuk mengidentifikasi leokemia yaitu dengan adanya tanda dan gejala sebagai berikut (Baughman,2000).

1. Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsumtulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasihemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderitaleukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

(27)

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahantubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Perdarahan

Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosaseperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombositsangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran

Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkanberbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan

6. Kelemahan dan kelelahan fisik

Selain apa yang telah di sebutkan dan dijelaskan diatas ada beberapa sumber yang juga menyebutkan tanda dan gejala yang dapat muncul utamanya pada anak yaitu: anak terlihat pucat., demam, anemia, perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan, Purpura, pembesaran hepar dan lien, adanya gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas, jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda meningitis, peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein dan penurunan glukosa (Nursalam, 2005).

3.6 Patofisiologi

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-seldarah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:

(28)

1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan padaleukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yangdihasilkan adalah sel yang immatur.

2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian darikonsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.

Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegali, hepatomegali). Poliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi (Long, 1996).

Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh tubuh. Dimana struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak dipermukaan tubuh (Ngastiyah, 1997).uriadi (2001 dalam prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adnya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan pletelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dn trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudanh mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat, gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan meningkatnya tekanan jaringan dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.

(29)

3.7 Komplikasi

Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu: a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal

memproduksi sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu:

o Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit) o Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih o Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.

b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.

c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.

d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.

e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.

f. Kematian.

3.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.

3.8.1 Pemeriksaan Darah Tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).48 Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari

(30)

50.000/mm3,48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.

3.8.2 Pemeriksaan Sumsum Tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

3.9 Penatalaksanaan

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz,Cecily L. 2002).

Selain apa yang telah di jelaskan diatas, pada klien dengan leokemia dapat dilakukan beberapa penatalaksaan sebagai berikut.

(31)

1. Pelaksanaan kemoterapi a. Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. 2. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Hidayat, 2008) yaitu: a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

o Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.

o Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi. b) Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi

(32)

dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.

- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.

- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

c) Pengobatan imunologik

Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

3. Pencangkokan sumsum tulang 4. Irradiasi krania

3.10 Pencegahan

3.10.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.

a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif

Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.

b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia

Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen

(33)

agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.

c. Mengurangi frekuensi merokok

Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA disebabkan oleh merokok.45 Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA). d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.

3.10.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan.43 Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.

(34)

Disfungsi sum-sum tulang Leukosit menurun Menurunnya neutrofil neutropenia Menurunkan sistem pertahanan tubuh sekunder

Radiasi sinar X, penggunaan obat-obatan yang berlebihan

Resiko infeksi Anoreksia, mual, muntah Monositopenia S. integumen Menurunnya eosinofil eosinopenia Efek kemoterapi Menurunnya monosit Kompensasi tubuh Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Limfosit T4 hancur, leukosit turun Infeksi opurtunitas Imun defisiensi

Spt. HIV dan AIDS

Imunitas turun Menyerang CD4 S. pencernaan Peradangan pd jar. paru S. Pernafasan

Infeksi jamur Peradangn Kulit Sesak Gg. Pertukaran gas Peradangan mulut

Gg. Keb nutrisi krg dr keb tubuh Sulit menelan,

mual

Timbul lesi bercak kulit Gatal, nyeri, bersisik

(35)
(36)

BAB 5. PATHWAY LEUKEMIA

Radiasi, terpajan kimia, aberasi genetik

Sel blast

Kerusakan sum-sum tulang

Proliferasi leukosit immature

Akumulasiasi IInfiltrasi ekstra medulartrasi ekstra medular

hati

Tulang

ng hepatomegali

Nyeri

SS

P

S. neurologis terganggu Sakit kepala, penglihatan kabur

Resiko

Injuri

Depresi sum-sum tulangang Hematopoesis terganggu anemi

a

Pucat, lesu

Intolerans

i aktivitas

Hb

Turun

O2 ke jaringan turun

G. perfusi

jaringan

Sel kekurangan makananngan makanan MeMetabolismeta bolisme Perubahan metabolisme tubuhbahan metabolisme

Pembekuan darah terganggu

Perdarahan

trombositopenia Resiko syok hipovolemik

Anoreksia, mual, muntah, muntah Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

limpa

Eritrosit turun limpadenopat i trombositopenia Pembekuan darah terganggu Resiko syok hipovolemik Mekanisme imun terganggu Resiko infeksi

(37)

BAB 6. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKOPENIA 6.1 Pengkajian Ruangan : Tgl. / Jam MRS : Dx. Medis : No. Reg. : TGL/Jam Pengkajian : I. Biodata A. Identitas Klien

1. Nama/Nama panggilan :untuk membangun hubungan saling percaya sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan

2. Tempat tgl lahir/usia :untuk membantu melakukan pengukuran dosis dalam pemberian medikasi atau pengobatan.

3. Jenis kelamin :Bisa terjadi pada wanita maupun laki-laki

Data disamping tujuannya yaitu untuk mempermudah dalam melakukan pengenalan dan pendataan terkait pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

(38)

4. Agama :untuk mengkaji status spiritual sehingga kebutuhan baik fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi

5. Pendidikan :tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tindakan pencegahan terhadap leukopenia oleh penderita. 6. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal

yang mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya, seperti radiasi

7. Tgl masuk :untuk melihat bagaimana perkembangan status kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau buruk selama dilakukan perawatan.

8. Tgl pengkajian :untuk memastikan perkembangan status kesehatan pada saat itu.

9. Diagnosa medik :untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien

10. Rencana terapi : teroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih. Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan leukopenia.Identitas Orang tua

1. Ayah

a. N a m a :untuk membina hubungan saling percaya sehingga saat mendekati anak dapat lebih mudah.

b. U s i a :

c. Pendidikan :untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua akan penyakit yang menimpa anaknya.

(39)

d. Pekerjaan/sumber penghasilan :

e. A g a m a :mengkaji aspek spiritual yang mungkin anaknya sebelumnya pernah dibawa ke pengobatan alternatif.

f. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya.

2. Ibu a. N a m a : b. U s i a : c. Pendidikan : d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: e. Agama : f. Alamat :

C. Identitas Saudara Kandung No

N A M A U S I A HUBUNGAN

STATUS KESEHATAN

Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan. dan memungkinkan penularan penyakit-penyakit infeksi.

Sama dengan kondisi dan penjelasan pada ayah.

(40)

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang : Keluhan Utama :

Anak mungkn menjadi rewel, demam, malaise, dan anak mengalami kesulitan untuk menelan ataupun menyusu.

Riwayat Keluhan Utama :

Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni: (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan medis.

Keluhan Pada Saat Pengkajian :

Keluhan utama saat pengkajian yang mungkin muncul adalah demam, kelemahan otot, dan kesulitan saat menelan

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun) 1. Prenatal care

Riwayat kesehehatan kehamilan ibu selama kehamilan, apakah ibu sering terpapar bahan-bahan radiasi. Selain itu riwayat kesehatan ibu yang pernah mengalami penyakit imunodefisiensi taupun pernah mengalami penyakit leukopenia selama kehamilan

2. Natal

. Tempat melahirkan : bayi bisa terinfeksi oleh virus-virus dan bakteri rumah misalnya saja melahirkan di dukun bayi yang personal

(41)

higienenya kurang sehingga bayi dapat terinfeksi dikarenakan tingkat sistem kekebalan tubuh bayi masih rendah.

b. Jenis persalinan : ………. c. Penolong persalinan : bukan petugas medis (dukun bayi) sehingga

alat yang digunakan untuk membantu persalinan tidak terjamin kesterilannya

3. Post natal

a. Kondisi bayi : prematur karena infeksi bakteri menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (Kusnawara, 2001). APGAR……… b. Anak pada saat lahir tidak mengalami……… (Untuk semua Usia)

o Klien pernah mengalami penyakit : penyakit campak , TBC milier, sindrom chusing, demam thypoid

pada umur : diberikan obat oleh :deiberikan obat-obatan tidak sesuai resep

o Riwayat kecelakaan : adanya riwayat kecelakaan denganperdarahan yang hebat

o Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : sulfanilamides, barbiturat, cytostaties

o Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :anak cenderung lebih lambat pertumbuhannya.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga ¤ Genogram

Ket : genogram digunakan untuk melihat apakah keluarga memiliki riwayat penyakit serupa atau tidak.

(42)

IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap) NO Jenis immunisasi Waktu

pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekuensi 1. BCG 2. DPT (I,II,III) 3. Polio (I,II,III,IV) 4. Campak 5. Hepatitis

Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka anak tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-bakteri patogen maupun virus yang dapat memicu terjadinya penyakit leukopenia. imunisasi yang penting pada pasien ini adalah imunisasai campak

V. Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : mengalami enurunan 2. Tinggi badan :normal

3. Waktu tumbuh gigi ……….gigi tanggal ……… Jumlah gigi ... buah.

B. Perkembangan Tiap tahap VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

Pemberian ASI pada setiap anak yang baru dilahirkan dapat membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari serangan bakteri maupun virus. Asi eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak, karena dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.

(43)

B. Pemberian susu formula 1. Alasan pemberian : 2. Jumlah pemberian : 3. Cara pemberian :

Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada anak, tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI. Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI ekslusif atau hanya diberikan susu formula saja

VII. Riwayat Psikososial

¤ Anak tinggal bersama : ... di...

¤ Lingkungan berada di : ...

¤ Rumah dekat dengan : ..., tempat bermain ...

kamar

klien : ... ¤ Rumah ada

tangga : ... ¤ Hubungan antar anggota

keluarga : ... ¤ Pengasuh

anak : ...

Riwayat psikososial pada anak-anak dengan leukopenia perlu menjadi perhatian, misalnya saja peran keluarga atau pola asuh dalam keluarga juga dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, sehingga keluarga seharusnya

(44)

menjadi support system dalam proses pengobatan anak. Anak yang tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak diam atau rewel.

VIII. Riwayat Spiritual ¤ Support sistem dalam

keluarga : ... ¤ Kegiatan

keagamaan : ...

Spiritual yang baik dapat meningkatkan keyakinan keluarga terhadap kesembuhan anak, hubungan yang baik dan saling mengasihi antar anggota keluarga juga menjadi dukungan yang baik bagi kesembuhan anak

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap - Ibu membawa anaknya ke RS

karena : ... - Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : ...

- Perasaan orang tua saat

ini : ... - Orang tua selalu berkunjung ke

RS : ... - Yang akan tinggal dengan

(45)

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak pernah. Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga mimiliki ikatan batin yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas juga berdampak pada ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah sakit

X. Aktivitas sehari-hari A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Anak dapat makan dan menghabiskan makanan porsinya

Anak menjadi susah makan karena muncul kesulitan menelan pada saat sakit dan kehilangan nafsu makannya

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan

Normal Anak kesulitan untuk

minum karenan

mengalami kesulitan dalam menelan

C. Eliminasi (BAB&BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu) 3. Konsistensi 4. Kesulitan

normal Menjadi lebih sering

(46)

5. Obat pencahar

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur - Siang - Malam 2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur

Normal Anak menjadi sulit

tidur, rewel karena kondisi yang tidak nyaman saat sakit,

E. Olah Raga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Program olah raga

2. Jenis dan

frekuensi

3. Kondisi setelah olah raga

Normal Terjadi pengurangan

frekuensi untuk olahraga karena kelemahan saat sakit

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi - Cara - Frekuensi - Alat mandi 2. Cuci rambut Tergantung dari perawatan personal hygien individu

Orang tua harus lebh memperhatikan personal hygien anaknya

(47)

- Frekuensi - Cara 3. Gunting kuku - Frekuensi - Cara 4. Gosok gigi - Frekuensi - Cara G. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari 2. Pengaturan jadwal harian 3. Penggunaan alat Bantu aktifitas 4. Kesulitan pergerakan tubuh

Anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari Anak menjadi lemah sehingga mengurangi aktivitas sehari-harinya H. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Perasaan saat sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaan setelah rekreasi 4. Waktu senggang

Anak dapat melakukan aktivitas rekreasi saat libur aupun waktu luang

Anak membatasi

aktivitas di luar rumah karena kelemahan kondisinya

(48)

klg

5. Kegiatan hari libur

XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah 2. Kesadaran : .composmentis 3. Tanda – tanda vital :

a. Tekanan darah : > 120/80mmHg b. Denyut nadi : >100x / menit

c. Suhu : > 36o C

d. Pernapasan : .>24 x/ menit

4. Berat Badan : . mengalami penurunan atau kurang dari normal (bayi baru lahir 3,25 Kg, usia 12 bulan 10,5 Kg

5. Tinggi Badan : .tidak mengalami kelainan 6. Kepala

Keadaan rambut & Hygiene kepala :

a. Warna rambut : hitam

b. Penyebaran : penyebaran rambut merata

c. Mudah rontok : kering mudah rontok

d. Kebersihan rambut :bersih/tergantung personal hygine yang di lakukan

Palpasi: tidak ditemukan kelainan 7. Muka

Inspeksi

a. Simetris / tidak : simetris b. Bentuk wajah : normal

c. Gerakan abnormal : tidak ada d. Ekspresi wajah : meringis kesakitan Palpasi

(49)

Data lain : 8. Mata

Inspeksi

a. Pelpebra : tidak ada edema

b. Sclera : biru hingga putih

c. Conjungtiva : tidak anemis

d. Pupil : - Isokor

- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+) e. Posisi mata : Simetris

f. Gerakan bola mata : normal g. Penutupan kelopak mata : normal h. Keadaan bulu mata : normal

i. Keadaan visus : normal

j. Penglihatan : normal

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain :

Inspeksi

a. Posisi hidung : simetris b. Bentuk hidung : simetris c. Keadaan septum : normal d. Secret / cairan : tidak ada

Data lain :

-9. Telinga Inspeksi

(50)

a. Posisi telinga : normal

b. Ukuran / bentuk telinga : normal

c. Aurikel : normal

d. Lubang telinga : Bersih / serumen, tergantung dari personal hygiene anak

e. Pemakaian alat bantu : -Palpasi

Nyeri tekan / tidak : tidak ada 10.Mulut Mulut

Inspeksi a. Gigi

- Keadaan gigi : meliputi kebersihan gigi, warna gigi yang tergantung dari personal hygiene anak

- Karang gigi / karies : ada tidaknya karies, tergantung dari personal hygiene anak

- Pemakaian gigi palsu : -b. Gusi

Merah / radang / tidak : tampak merah c. Lidah

Kotor / tidak : tampak merah karena defisiensi B12 dan asam folat

Bibir

- Cianosis / pucat / tidak : pucat

- Basah / kering / pecah : kering, kemungkinan diakibatkan oleh adanya hipertermi dan tidak diimbangi oleh asupan cairan. - Mulut berbau / tidak : tidak

- Kemampuan bicara : normal

(51)

-11. Tenggorokan

a. Warna mukosa :merah b. Nyeri tekan : tidak ada c. Nyeri menelan : ada 12. Leher

Inspeksi

Kelenjar thyroid : normal/ tidak terjadi pembesaran Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba b. Kaku kuduk / tidak : -c. Kelenjar limfe :

Data lain :

13. Thorax dan pernapasan 14.Thorax dan pernapasan

a. Bentuk dada :simetris b. Irama pernafasan: tidak teratur

c. Pengembangan di waktu bernapas :simetris/ mengembang sempurna

d. Tipe pernapasan : dapat takipneu

Data lain :

-Palpasi

a. Vokal fremitus : simetris bilateral b. Massa / nyeri : tidak ada

Auskultasi

a. Suara nafas :Vesikuler b. Suara tambahan : tidak ada

(52)

15.Jantung Palpasi

Ictus cordis : tidak ada

Perkusi

Pembesaran jantung : tidak ada, suara jantung redup

Auskultasi

a. BJ I : normal

b. BJ II : normal

c. BJ III :

-d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada

Data lain :

-16.Abdomen Inspeksi

a. Membuncit : tidak membuncit b. Ada luka / tidak : tidak terdapat luka Palpasi

a. Hepar : tidak teraba

b. Lien : tidak teraba

c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan Auskultasi

Peristaltik : penurunan peristaltik usus

(normal 12-30x/menit) Perkusi

a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomen

(53)

-Data lain :

-17. Genitalia dan Anus : Periksa kebersihan dari genitalia dan anus, adakah luka ataupun cairan yang keluar dari genitalia 18.Ekstremitas

Ekstremitas atas a. Motorik

- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan tangan lemah dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan otot tidak dapat melakukan fungsinya.

- Pergerakan abnormal : tidak ada

- Kekuatan otot kanan / kiri : melemah

- Tonus otot kanan / kiri : menurun

- Koordinasi gerak : menurun

b. Refleks

- Biceps kanan / kiri : normal

- Triceps kanan / kiri : normal

c. Sensori

- Nyeri : lebih sensitif atau terjadi

iritabilitas terhadap rangsang nyeri

- Rangsang suhu : normal

- Rasa raba : normal

19.Status Neurologi. Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

- Konstriksi pupil : normal

- Gerakan kelopak mata : simetris bilateral - Pergerakan bola mata : simetris/normal

(54)

- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal d. Nervus V (Trigeminus)

- Sensibilitas / sensori : lebih sensitif terhadap rangsang nyeri

- Refleks dagu : positif

- Refleks cornea : positif

e. Nervus VII (Facialis)

- Gerakan mimik : normal

- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal f. Nervus VIII (Acusticus)

Fungsi pendengaran : normal

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

- Refleks menelan : normal

- Refleks muntah : normal

- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal

- Suara : normal

h. Nervus XI (Assesorius)

- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : dapat dilakukan/ normal

- Mengangkat bahu : dapat dilakukan/ normal

-i. Nervus XII (Hypoglossus)

- Deviasi lidah : normal

Tanda – tanda perangsangan selaput otak a. Kaku kuduk : tidak ada kelainan b. Kernig Sign : negatif

c. Refleks Brudzinski : negatif

d. Refleks Lasegu : negatif

(55)

pemeriksaan reflek : -XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Dengan menggunakan DDST 1. Motorik kasar

Pada motorik kasar, umumnya anak dengan leukopenia akan mengalami kelemahan, sehingga aspek dari motorik kasar mungkin akan terlambat untuk dilalui (delayed) atau mungkin tidak dapat dilalui (failed) jika telah masuk ke tahap kronis.

2. Motorik halus 3. sonoBahasa 4. Personal social XII. Test Diagnostik

Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan, pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak adanya neutrofil. Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor. Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang belakang. Pada kesempatan ini, mungkin hypercellular sumsum.

6.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d peradangan pada paru-paru 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d peradangan pada kulit 3. Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada kulit

4. Resiko infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh sekunder

5. kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah

Pada umumnya tidak mengalami kemunduran yang berarti dalam ketercapaian dari masing-masing aspek di samping.

(56)

6.3 Intervensi

Diagnosa 1:Gangguan pertukaran gas b.d peradangan pada paru-paru

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah gangguan pertukaran gas pasien teratasi

Kriteria hasil: 1. RR 16-24x/menit

2. pasien tampak tidak sesak 3. nilai AGD dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1

2

3

Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.

Palpasi fremitus

Awasi tanda vital dan irama jantung

Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan beratnya hipoksemia.

Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.

Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

(57)

4

Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

Diagnosa 2:Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d peradangan pada kulit

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien menunjukkan pengurangan nyeri

Kriteria Hasil: - Skala nyeri 3

- Kulit tampak tidak merah

- Pasien mengatakan nyerinya berkurang

(58)

1

2

3

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Kolaborasi pemberian analgesik dan antiinflamasi

Untuk mengetahui penyebab, derjat nyeri, sehingga dapat menentukn intervensi selanjutnya

Nyeri akibat perdangan pada kulit dapat digambarkan dengan pasien tampak memegangi area yang sakit

Memberikan suasana relaks dan tenang untuk membantu mengurangi nyeri

Membantu mengurangi nyeri dan mengobati peradangan pada kulit

Diagnosa 3: Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada kulit

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam pasien menunjukkan perbaikan pada area kulit

(59)

Krteria Hasil:

1. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan 2. pasien melaporkan tidak adanya rasa gatal, nyeri 3. sensasi dan warna kulit normal

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemberian diet tinggi protein, mineral dan vitamin

Untuk menghindari gesekan sehingga tidak memperparah kondisi kulit

Untuk menghindari kontaminasi bakteri sehingga tidak memperparah kondisi kulit

Warna kulit tampak merah bisa diakibatkan oleh efek inflamasi tampak memegangi area yang sakit

Untuk membantu proses

penyembuhan dari kerusakan integritas kulit

(60)

Diagnosa 4 : Resiko infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh sekunder Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam pasien tidak menunjukkan tidak adanya infeksi

Kriteria Hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Jumlah leukosit dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1

2

3

Pertahankan teknik aseptif

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Tingkatkan intake nutrisi

Inspeksi kulit dan membran mukosa

Untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan adanya infeksi

Mengantisipasi adanya infeksi

Meningkatan kebutuhan nutris dan energi sehingga diharapkan daya tahan tubuh meningkat

Mengantisipasi adanya infeksi pada kulit

(61)

4

5

terhadap kemerahan, panas,

Kolaborasi pemberian terapi antibiotik

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual, muntah

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, mual muntah dapat teratasi sehingga kbutuhan nutrisi klien

Kriteria Hasil:

1. Mual dan muntah berkurang

2. pasien dapat mengahbiskan porsi makannya

No Intervensi Rasional

1

2

Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

Timbang berat badan klien.

Sebagai data untuk melakukan

tindakan keperawatan dan

pengobatan selanjutnya

Berat badan dapat menunjukkan perubahan status nutrisi klien

Referensi

Dokumen terkait

kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa surat-surat niaga yang masih digunakan di era disrupsi pada agen dari ke-13 surat niaga, hanya ada 2 jenis

Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Menganti Kecamatan Kesugihan. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan pemahaman kepada penderita

Dengan judul “TINJAUAN KRIMINOLOGI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN “BEGAL” (Studi di Polres Pasuruan). Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah

Objek menggambar dapat berbentuk Àora (tumbuhan), fauna (hewan), dan alam benda, baik benda buatan manusia atau benda yang berasal dari alam.. Menggambar sebaiknya dimulai

Dengan adanya sistem pendukung keputusan pemilihan jurusan menggunakan metode PROMETHEE maka calon siswa/siswi SMK Negeri 6 Medan dapat dengan mudah memilih jurusan

Aktivitas spesifik enzim selulase ini ditandai dengan nisbah diameter zona bening terhadap diameter koloni isolat yang ditumbuhkan pada media agar-agar bersumber karbon

Dalam rangka melaksanakan Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan