• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA : Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA : Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA (Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Garut)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

FITRI SILVIA SOFYAN 1302335

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA (Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Garut)

Oleh Fitri Silvia Sofyan

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana

© Fitri Silvia Sofyan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Tesis ini telah diujikan pada sidang tahap 2 Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juni 2015

Tempat : Ruang Sidang Lantai Sekolah Pascasarjana UPI

Penguji I :

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. 19600515 198803 1 002 Penguji II :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. 19630820 198803 1 001 Penguji III :

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si 19620316 198803 1 003

Penguji IV :

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed

Mengetahui,

(4)

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. 19630820 198803 1 001

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

FITRI SILVIA SOFYAN 1302335

HUBUNGAN PROSES PERKULIAHAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENINGKATAN

WAWASAN KEBANGSAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP SEMANGAT NASIONALISME MAHASISWA

(Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut)

Disahkan dan disetujui oleh: Pembimbing Tesis:

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. 19600515 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarja Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penulisan ... 13

E. Kegunaan Penulisan ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

1. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

2. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ... 21

3. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi ... 24

4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ... 26

B. Wawasan Kebangsaan... 30

1. Konsep Kebangsaan Indonesia ... 30

2. Etnis Menuju Bangsa Indonesia ... 32

3. Konsep Wawasan Kebangsaan ... 34

C. Semangat Nasionalisme ... 38

1. Konsep Nasionalisme... 39

2. Terbentuknya Nasionalisme di Indonesia ... 41

(6)

D. Mahasiswa sebagai Bagian dari Perguruan Tinggi ... 45

E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 48

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 49

1. Kerangka Pemikiran ... 49

2. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Metode dan Desain Penelitian ... 51

1. Metode Penelitian ... 51

2. Desain Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

1. Populasi Penelitian ... 53

2. Sampel Penelitian ... 54

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 56

1. Definisi Operasional ... 56

2. Variabel Penelitian ... 57

D. Instrumen Penelitian ... 66

E. Pengujian Alat Pengumpulan Data ... 67

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 68

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 69

F. Prosedur Penelitian ... 71

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 72

1. Teknik Pengumpulan Data ... 72

2. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 76

1. Sejarah STKIP Garut ... 76

2. Profil STKIP Garut ... 77

3. Program Studi di STKIP Garut ... 79

4. Gambaran Umum Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum STKIP Garut ... 79

(7)

di STKIP Garut ... 83

2. Gambaran Pemahaman Wawasan Kebangsaan dan Semangat Nasionalisme Mahasiswa di Lingkungan STKIP Garut ... 106

a. Wawasan Kebangsaan ... 106

b. Semangat Nasionalisme ... 110

3. Korelasi Proses Perkuliahan PKn dengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan serta Dampaknya terhadap Semangat Nasionalisme Mahasiswa di STKIP Garut ... 115

a. Uji Normalitas ... 115

b. Uji Homogenitas ... 120

c. Perhitungan Koefisien Korelasi ... 122

d. Perhitungan Determinasi ... 125

e. Pengujian Koefisien Jalur ... 127

f. Pengujian Hipotesis ... 130

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 132

1. Penerapan Proses Perkuliahan PKn di STKIP Garut ... 132

2. Pemahaman Wawasan Kebangsaan dan Semangat Nasionalisme Mahasiswa di STKIP Garut ... 135

3. Korelasi Proses Perkuliahan PKn dengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan serta dampaknya terhadap Semangat Nasionalisme Mahasiswa di Lingkungan STKIP Garut ... 139

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 146

A. Simpulan ... 146

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 147

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian (Variabel Bebas) ... 58

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian (Variabel Terikat) ... 60

Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi 75 Tabel 4.1 Kriteria Analisis Deskripsi ... 83

Tabel 4.2 Hasil Deskriptif Data Nilai Tes Wawasan Kebangsaan ... 106

Tabel 4.3 Data Statistik Wawasan Kebangsaan ... 107

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Wawasan Kebangsaan ... 108

Tabel 4.5 Hasil Deskriptif Data Nilai Tes Semangat Nasionalisme... 111

Tabel 4.6 Data Statistik Semangat Nasionalisme ... 112

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Semangat Nasionalisme ... 113

Tabel 4.8 Uji Normalitas Mata Kuliah PKn ... 116

Tabel 4.9 Uji Normalitas Wawasan Kebangsaan ... 118

Tabel 4.10 Uji Normalitas Semangat Nasionalisme ... 119

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Variabel X dan Y ... 121

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Variabel X dan Z ... 122

Tabel 4.13 Korelasi Variabel X dan Y ... 123

Tabel 4.14 Korelasi Variabel X dan Z ... 124

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 3.1 Hubungan Antar Kedua Variabel ... 52

Gambar 3.2 Hubungan Variabel Penelitian ... 53

Gambar 3.3 Teknik Proportionate Stratified Random Sampling ... 55

Gambar 4.1 Tanggapan Responden terhadap penerapan mata kuliah PKn sebagai MKDU di STKIP Garut ... 84

Gambar 4.2 Tanggapan Responden terhadap Sikap yang harus dimiliki mahasiswa: Mahasiswa secara konsisnten harus memiliki sikap nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan ... 85

Gambar 4.3 Tanggapan Responden terhadap Sikap Rasa Kebangsaan dan Cinta Tanah Air yang Harus Dimiliki oleh Mahasiswa ... 87

Gambar 4.4 Tanggapan Responden terhadap Pengembangan IPTEKs dengan Rasa Tanggung Jawab... 88

Gambar 4.5 Tanggapan Responden terhadap Pengetahuan yang Berkaitan dengan nilai-nilai agama, budaya, dan kewarganegaraan ... 89

Gambar 4.6 Tanggapan Responden terhadap “Mahasiswa Harus Mampu Berpikir Kritis dan Bersikap Rasional” ... 91

Gambar 4.7 Tanggapan Responden terhadap “Mahasiswa harus Berkepribadian Etis, Estetis, dan Dinamis” ... 92

Gambar 4.8 Tanggapan Responden terhadap “Mahasiswa harus Berpandangan Luas dan Memiliki Sikap Demokratis yang Berkeadaban” ... 94

Gambar 4.9 Tanggapan Responden terhadap “Mahasiswa harus Paham akan Wawasan Kebangsaan dan Memiliki Sikap Nasionalisme”... 95

Gambar 4.10 Tanggapan Responden terhadap “Mahasiswa harus memiliki sikap disiplin dan mampu berpartisipasi aktif berdasarkan sistem nilai Pancasila” ... 97

(10)

Gambar 4.12 Tanggapan Responden Terhadap “Mahasiswa Harus Mampu Melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai Warga

Negara Indonesia” ... 100 Gambar 4.13 Tanggapan Responden Terhadap “Mahasiswa Harus

Memiliki Sikap yang Jujur dan Demokratis sebagai Warga

Negara Indonesia yang Bertanggung Jawab” ... 102 Gambar 4.14 Tanggapan Responden Terhadap “Mahasiswa Harus

Memiliki Pengetahuan dan Pemahaman Beragam Masalah Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara yang

Berlandaskan Pancasila” ... 103 Gambar 4.15 Tanggapan Responden Terdadap “Memupuk Sikap dan

Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Patriotisme,

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis untuk meningkatkan kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Oleh karena itu untuk memperkuat peran Pendidikan Kewarganegaraan, maka pemerintah mewajibkan Pendidikan Kewarganegaraan diberikan pada setiap satuan pendidikan termasuk perguruan tinggi. Sebagaimana terdapat dalam pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa

“Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air”. Jika dikaji lebih jauh maka pemerintah melalui undang-undang tersebut memiliki tujuan menyiapkan generasi muda (mahasiswa) agar memiliki wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme, karena mahasiwa merupakan kader bangsa yang akan meneruskan tonggak kepemimpinan bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu negara bertanggung jawab untuk mempersiapkan generasi muda/mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi dan juga memiliki semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra (2014) :

(12)

Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yaitu bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa, ras, agama, dan sistem budaya. Identitas bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari keberadaan bangsa Indonesia yang bhinneka. Berkaitan dengan hal tersebut Wilodati (2010, hlm.157) mengemukakan bahwa “Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural atau majemuk dengan keragaman

suku, agama, dan budaya”. Sebagai bangsa yang majemuk dibutuhkan

sikap akomodatif untuk merangkul semua golongan. Satu golongan dengan golongan yang lain harus saling menghormati serta hidup saling berdampingan (koeksistensi) secara damai. Dengan kata lain, harus ada toleransi antar suku, agama, dan budaya. Suatu golongan tidak boleh memaksakan kehendaknya ataupun ideologi (keyakinannya) kepada golongan yang lain.

Negara bangsa (nation-state) Indonesia yang terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama tersebut menurut Hefner

(Budimansyah dan Suryadi, 2008, hlm.28) “mengilustrasikan Indonesia

memiliki warisan dan tantangan pluralisme budaya (cultural pluralism)

secara lebih mencolok sehingga dipandang sebagai “lokus klasik” bagi

bentukan baru “masyarakat majemuk” (plural society)”. Berkaitan dengan

hal tersebut Nasikun mengungkapkan “bahwa kemajemukan masyarakat

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya

perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam”

(dalam Budimansyah dan Suryadi, 2008 hlm.28).

Gambaran kemajemukan masyarakat Indonesia juga dijelaskan secara terperinci oleh Soebadio (Ruyadi dalam Wilodati, 2010 hlm.157-158) sebagai sebuah potensi dan sekaligus sebagai permasalahan, yaitu sebagai berikut:

(13)

Namun, di setiap da erah, pulau atau di dalam perbatasan suatu suku bangsa, hal itu tidak selalu disadari. Memang kebanyakan orang tampak sulit sekali membayangkan betapa luasnya Negara Indonesia ini yang dengan politik Wawasan Nusantara sekarang meliputi wilayah 5 juta km2 secara sah.

(2) Dalam wilayah seluas itu, jumlah pulaunya 13.977 walau hanya sekitar 6.000 yang dihuni. Penduduk dalam pulau-pulau itu beranekaragam, berbahasa lebih dari 300 dialek, malahan di antaranya ada bahasa mandiri, sedangkan adat istiadatnya atau budaya setempatnya beraneka variasi pula. Hal itupun diketahui umum. Namun dalam hal ini juga tidak disadari oleh setiap kelompok atau individu secara perorangan.

(3) Keanekaragaman bahasa dan kebudayaan setempat itu akhirnya memiliki dasar yang sama, dalam arti berasal dari rumpun bahasa dan jenis budaya yang sama. Hal itu ditemukan dalam penelitian sosial budaya yang secara mendalam dimulai oleh sarjana-sarjana asing pada abad ke-19. Masalah dasar bahasa dan budaya yang sama itupun kita ketahui secara umum sejak cukup lama. Tetapi, sekali lagi, hal itu juga tidak selamanya disadari sepenuhnya oleh kita. Seperti juga lambing negara, Bhinneka Tunggal Ika,yang mencerminkan kesadaran akan keanekaragaman dengan dasar yang sama itu dan yang terpampang dimana-mana, akhirnya juga tidak setiap waktu diperdalami maknanya, apalagi dijadikan patokan hidup.

Pancasila dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan dengan tegas realitas multikultural bangsa Indonesia. Kenyataan tersebut dilukiskan di dalam semboyan negara yang berbunyi

(14)

dicapai oleh persatuan dari suku-suku bangsa Indonesia yang beragam. Manifesto Politik tersebut mendahului Sumpah Pemuda tahun 1928. Sumpah Pemuda pada tahun 1928 mengikrarkan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa dan bertekad sebagai suatu bangsa yang besar yang mempunyai satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air. Inilah cita-cita yang telah mengikat berbagai suku bangsa untuk menyatukan segala perbedaan dalam bingkai pluralitas bangsa Indonesia.

Setelah 70 tahun merdeka, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mempertahankan nasionalisme agar tetap tertanam dalam setiap hati nurani bangsa Indonesia. Perjalanan bangsa sejak Proklamasi 1945 mengalami pasang surut dan terakhir menapaki era reformasi yang pada hakikatnya ingin membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih demokratis. Di era reformasi sekarang ini, demokrasi makin mekar, kebebasan tumbuh, dan hak-hak asasi manusia mendapatkan penghormatan yang tinggi. Namun, semuanya itu menimbulkan masalah baru. Atas nama reformasi dan demokratisasi, seringkali sebagian masyarakat tidak lagi memaknai Pancasila, UUD 1945, Wawasan Kebangsaan, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara utuh. Keinginan memisahkan diri dari wilayah NKRI dari sebagian kelompok masyarakat, seolah mendapat angin di era reformasi ini. Untuk itu ke depannya, perlu terus dibangun dan dikembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara harmonis dan seimbang, di mana demokrasi dan kebebasan makin hidup, disertai kepatuhan kepada pranata hukum (rule of law), toleransi, serta etika dan aturan main yang disepakati bersama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wildan (2009, hlm.152-153) :

Di era reformasi yang terus bergulir, pemahaman Wawasan Kebangsaan mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

(15)

2. Menonjolnya kepentingan kelompok dan golongan sendiri, sehingga kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara semakin dikesampingkan bahkan cenderung dikorbankan;

3. Menguatnya semangat primordialisme (mengutamakan putra daerah atau mengklaim kalangan daerahnya sendiri); dan tumbuhnya gejala separatis.

4. Pudarnya asas satu wilayah Nusantara sehingga terjadi pengusiran dan penjarahan milik warga lain yang selama bertahun-tahun bermukim dan berkarya di daerah itu;

5. Penggunaan kekerasan dan pemaksaan atas dasar mayoritas sehingga menimbulkan konflik antaretnis yang minoritas merasa tertindas dan mengadakan perlawanan atau mengungsi ke daerah lain;

6. Mencontoh budaya asing dan menghujat budaya sendiri;

7. Lunturnya budaya penghormatan kepada simbol-simbol negara (Bendera, Lambang Negara, Presiden, dll);

8. Lunturnya semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa (heroisme);

9. Munculnya sikap apatis terhadap proses pembangunan nasional;

10.Maraknya euforia otonomi daerah; dan

11.Tidak ada rasa hormat dan kebanggaan kepada Bapak Bangsa (the founding father).

Sejalan dengan pendapat di atas Manan dan Ju Lan (2011, hlm.2)

mengungkapkan bahwa “kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan

budaya, dan juga konflik antaretnik dan konflik yang mengatasnamakan agama yang marak sejak era reformasi merupakan tantangan yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kadar nasionalisme Indonesia

di kalangan rakyatnya”. Oleh karena itu maka perlu di tingkatkan kembali

mengenai pemahaman wawasan kebangsaan untuk tetap menumbuhkan semangat nasionalisme di semua elemen bangsa Indonesia.

Wawasan kebangsaan terdiri dari kata “wawasan yang berarti konsepsi cara pandang”, Depdiknas (2005, hlm.1271) dan “kebangsaan

(16)

keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Wawasan kebangsaan sering dipakai untuk menterjemahkan kata nasionalisme. Wawasan kebangsaan sebagai sudut pandang suatu bangsa dalam memahami keberadaan jati diri dan lingkungannya pada dasarnya merupakan penjabaran dari falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan wilayah suatu negara dan sejarah yang dialaminya. Wawasan ini menentukan cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya serta bagaimana bangsa itu memandang diri dan lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar.

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), makna dan hakikat serta pengejawantahan wawasan kebangsaan tersebut penting dipahami oleh setiap warga negara Indonesia. Dalam hal ini generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur warga negara yang berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI berkembang dan mengkristal tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam membentuk negara ini. Konsep wawasan kebangsaan Indonesia tercetus pada waktu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan yang merupakan konvensi nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia. Wawasan seperti ini pada hakikatnya tidak membedakan perbedaan asal suku, keturunan, ataupun perbedaan warna kulit. Dengan kata lain, wawasan tersebut mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa atau dapat disebut sebagai wawasan kebangsaan Indonesia. Berkaitan dengan ini Bintoro (1996) mengemukakan bahwa :

Reason d’etre negara Indonesia bukan berdasar sosio antropologis (etnik), tetapi karena pengalaman sejarah ditindas kolonialisme dan

mengaspirasikan kehidupan kebangsaan yang bebas”. Wawasan

(17)

melawan dan mengusir penjajah sejak awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia yang merupakan refleksi kisah perjuangan. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa pejuang dan lebih mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammad (2012, hlm.14) :

Generasi muda Indonesia yang kian hari mengalami catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian mereka yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius bagi masa depan Indonesia, padahal sebagian generasi penerus kaum tua, generasi muda diharapakan menjadi pelipur lara dan pengobat dahaga persoalan yang menimpah bangsa Indonesia.

Wawasan kebangsaan Indonesia mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Diharapkan manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa. Berkaitan dengan itu hendaknya dipupuk penghargaan terhadap martabat manusia, cinta kepada tanah air dan bangsa. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan. Persatuan tidak boleh mematikan keanekaan dan kemajemukan. Sebaliknya keanekaan dan kemajemukan tidak boleh menjadi pemecah belah namun menjadi kekuatan yang memperkaya persatuan.

Hal ini pula dikatakan oleh Asep Mahpudz (1996, hlm.276) bahwa situasi sekarang sangat berbeda dengan situasi dan kondisi ketika masa pergerakan kemerdekaan :

(18)

Generasi muda termasuk mahasiswa didalamya merupakan kekuatan potensial yang menjadi aset negara, karena generasi muda memiliki energi yang besar dan sikap idealisme sehingga Presiden Soekarno dalam

pidatonya pernah berkata “beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan menguncangkan dunia”. Dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia pun andil generasi muda sangat dominan sekali, dimulai dengan menyusun pergerakan pada masa perjuangan dengan mendirikan Indische Vereeniging atau Perhimpunan Pelajar Hindia yang kemudian berubah

menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1908. Organisasi pemuda yang ada di negeri Belanda tersebut kemudian menerbitkan surat kabar dengan nama Koran Indonesia Merdeka. Dalam terbitan perdananya koran ini menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya sikap nasionalisme dan patriotisme generasi muda Indonesia yang belajar di Belanda merambah ke Indonesia dengan berdirinya organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, yang sampai saat ini diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Puncaknya perjuangan generasi muda Indonesia pada fase perjuangan memperebutkan kemerdekaan dengan diadakannya Kongres Pemuda II yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yaitu pengakuan generasi muda Indonesia untuk bertumpah darah satu tanah Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Sehingga dengan adanya peristiwa sumpah pemuda tersebut perjuangan Indonesia tidak dilakukan secara kedaerahan lagi, akan tetapi sudah dilakukan secara menyeluruh dengan semangat persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya mewujudkan proklamasi kemerdekaan NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagaimana diungkapkan oleh Budimansyah (2010, hlm.11-12) :

(19)

Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan terhadap hak-hak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional.

Kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia saat ini mengalami kemunduran dalam pemahaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. Dalam hal ini generasi muda mempunyai peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu kesadaran awal yang harus kita tahu bahwa dalam penghayatan rasa kebangsaan dan cinta tanah air adalah kenyataan bahwa kita telah menjadi bagian tetap dari bangsa ini, bangsa Indonesia. Disinilah tempat kita lahir, berpijak, hidup, bertumbuh dan berkembang, serta (mungkin saja) kita nanti akan menghembuskan nafas terakhir di tanah air ini. Oleh karenanya, demi membangkitkan kembali semangat nasionalisme generasi muda kita membutuhkan komitmen untuk meneguhkan semangat persatuan dan kesatuan dengan memegang penuh semboyan negara, yakni

Bhinneka Tunggal Ika”. Jadi jika landasan rasa kebangsaan di waktu yang lampau lebih didasari oleh rasa kebersamaan masa lalu, sekarang dan ke depan rasa kebangsaan harus dilandasi oleh kesamaan pandangan tentang

masa depan bersama yang akan kita tuju sebagai “suatu bangsa” (one of nation).

Penanaman dan pengembangan wawasan kebangsaan dan nasionalisme menuntut Pendidikan Kewarganegaraan agar mampu mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Kita harus mampu mempererat persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan, baik perbedaan suku, ras, maupun agama. Sejalan dengan pemaparan di atas Asep Mahpudz (1996, hlm.281) mengatakan bahwa :

(20)

dan setanah air. Setidaknya yang dibutuhkan adalah menyangkut aspek pembinaan nilai-nilai kepribadian dan aspek peningkatan pengetahuan wawasan kebangsaan. Oleh karena itu, upaya pembinaan nasionalisme Indonesia pada masa sekarang selayaknya mengutamakan pandangan dan sikap antisipotoris, berupa pembinaan kemampuan untuk memperhitungkan perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya dibutuhkan penanaman sikap menghadapi segala situasi baru yang belum pernah terjadi dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu bangsa.

Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya. Dengan adanya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral. Berkaitan dengan itu mahasiswa diharapkan akan mampu untuk menjaga dan meneruskan cita-cita pembangunan bangsa dengan sungguh-sungguh mencintai bangsanya sendiri, dengan tidak membeda-bedakan setiap suku, ras, maupun agama yang mendiami bumi pertiwi Indonesia. Dengan wawasan kebangsaan dan juga semangat nasionalisme maka hal ini diharapkan agar kita dapat menjaga keutuhan Negara agar tidak terpecah belah.

(21)

berbangsa dalam kalangan generasi muda dan mahasiswa pada khususnya. Pemahaman akan wawasan kebangsaan dan juga semangat nasionalisme sudah terintegrasi dalam proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan. Masalah-masalah tersebut menarik untuk diteliti oleh penulis, yaitu tentang wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut.Peneliti ingin mengetahui sejauh mana korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Para mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa, diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa. Sehingga hal inilah yang mendorong penulis untuk dapat mengkaji lebih dalam tentang : Hubungan Proses Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan serta Dampaknya terhadap Semangat Nasionalisme Mahasiswa (Studi Korelasi di Lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan kebhinekaannya yang terdiri dari banyak perbedaan (suku, ras, agama, dan sistem budaya), namun hal ini pun menimbulkan tantangan tersendiri yang berkaitan dengan pluraslisme budaya (cultural pluralism) dan juga menguatnya semangat primordialisme.

(22)

kemunduran dalam pemahaman wawasan kebangsaan dan lunturnya semangat nasionalisme.

3. Generasi muda memiliki kedudukan sebagai salah satu unsur warga negara yang berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI. Namun dalam kehidupan nyata generasi muda Indonesia pada saat ini mengalami catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul.

4. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diterapkan di semua jenjang pendidikan dengan tujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Di perguruan tinggi pun Pendidikan Kewarganegaraan merupakan MKDU yang tergabung dalam MPK yang wajib dipelajari oleh semua Mahasiswa. Dalam penerapannya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diterapkan di setiap perguruan tinggi seharusnya mampu mewujudkan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak hanya sebatas mata kuliah wajib.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu adakah korelasi yang signifikan antara proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kabupaten Garut.

Dari rumusan permasalah tersebut, selanjutnya dirinci pertanyaan penelitiannya sebagai berikut :

(23)

2. Bagaimana gambaran pemahaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut?

3. Adakah korelasi antara proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut? D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan erat dengan permasalahan penelitian. Tujuan penelitian berisi tentang rumusan hasil yang akan dicapai dalam penelitian yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kabupaten Garut.

Sedangkan tujuan khusus penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan gambaran penerapan proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilaksanakan di Sekolah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut.

2. Untuk mendeskripsikan gambaran pemahaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut.

3. Untuk mengetahui adakah korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan peningkatan wawasan kebangsaan serta dampaknya terhadap semangat nasionalisme mahasiswa di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut di Kabupaten Garut.

(24)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara praktis. Secara teoritik, penelitian ini akan menggali dan mengkaji korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

1. Akademisi dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan konstribusi dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa.

2. Praktisi kewarganegaraan sebagai referensi dalam pengembangan wawasasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa.

3. Pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme.

F. Sistematika Penulisan

(25)
(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut Nazir “metode penelitian merupakan serangkaian langkah secara berurutan sebagai pedoman yang harus dilakukan seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian” (2005, hlm.44). Metode penelitian mencakup teknik dan prosedur penelitian. Teknik penelitian berkaitan erat dengan alat dan teknik pengumpulan data. Sedangkan prosedur penelitian merupakan cara atau langkah peneliti dalam melaksanakan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni mendeskripsikan mengenai korelasi proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Dalam penelitian ini peneliti berkeinginan mengungkap fenomena-fenomena obyektif dan dikaji secara kuantitatif dan peneliti ingin menjawab pertanyaan penelitian menggunakan pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel penelitian.

Pendekatan penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sugiono (2010, hlm.14) menjelaskan :

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(27)

variabel lain. Hal ini senada dengan Nana Syaodih (2007, hlm.79) “studi hubungan (associational study) disebut juga studi korelasional (correlational study), meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih”. Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada saat atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan dua variabel tanpa uji coba merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Kountur (2009, hlm.54-55) mengemukakan bahwa “penelitian korelasi adalah penelitian yang mencoba melihat hubungan antara beberapa variabel sebagaimana adanya tanpa perlakuan”. Melihat apakah mungkin perubahan satu variabel berhubungan dengan perubahan variabel lainnya. Penelitian jenis ini mempunyai dua macam variabel :

1) Variabel Prediksi. Variabel yang digunakan untuk memprediksi perubahan pada variabel satu.

2) Variabel Kriteria. Variabel yang berubah sesuai dengan perubahan pada variabel prediksi. Setiap kali ada perubahan pada variabel prediksi, variabel kritera juga diharapkan berubah (Kountur: 2009, hal. 55).

Gambar 3.1

Hubungan antara kedua variabel ini

Sumber : Kountur (2009, hal.55 )

2. Desain Penelitian

Desain atau kerangka pikir merupakan penyederhanaan hubungan-hubungan antar variabel yang menjadi fokus dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (path analysis). Model ini pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright

(28)

pada tahun 1934. Namun baru dikenal secara luas tahun 1996 setelah sosiolog Otis D.Duncan menerapkan dalam penelitiannya yang berjudul “Path Analisis: Sosiological Examples” (Muhidin dan Abdurahman: 2007, hlm.221). Model ini digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan langsung dan tidak langsung dan total seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat. Hubungan-hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah variabel proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dan beberapa variabel lainnya sebagai covariates sebagai variabel bebas/eksogen (X), sedangkan variabel wawasan kebangsaan (Y) dan semangat nasionalisme (Z) sebagai variabel terikat/endogen. Secara skematis kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Gambar 3.2

Hubungan Variabel Penelitian

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Keseluruhan dari objek penelitian bisa dikatakan sebagai suatu populasi penelitian. “Populasi berasal dari kata bahasa Inggris populationyang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian,

kata populasi amat populer digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian” (Nazir, 2005, hlm.99).

Arikunto mengemukakan bahwa “populasi atau subyek penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian” (2005, hlm.102).

PKn

Covariates

Wawasan Kebangsaan

(29)

Populasi sebagai sasaran suatu penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam penelitian, maka dari itu peneliti harus jeli dalam menentukan keakuratan populasi. Sedangkan menurut Sugiono “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (2010, hlm.80)”.

Subyek penelitian atau populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut yang berjumlah sebanyak 2.991 mahasiswa dengan rincian sebagai berikut :

1) Program studi Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 296 mahasiswa

2) Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 621 mahasiswa

3) Program studi Pendidikan Bahasa Inggris sebanyak 823 mahasiswa

4) Program studi Pendidikan Matematika sebanyak 656 mahasiswa

5) Program studi Pendidikan Biologi sebanyak 455 mahasiswa 6) Program studi Pendidikan Teknologi dan Ilmu Komputer

sebanyak 140 mahasiswa. 2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto, 2005, hlm.91). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh mahasiswa di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut. Prosedur pemilihan sampel (sampling) dalam penelitian ini adalah yaitu random sampling . Yang dimaksud dengan random sampling adalah proses pemilihan sampel dengan seluruh

(30)

Sedangkan metode yang dipakai yaitu metode proportionate stratified random sampling. Sugiono (2010, hal.82) berpandangan bahwa “teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan bersrata secara proporsional”. Teknik tersebut dapat digambarkan di bawah ini :

Gambar 3.3

Teknik proportionate stratified random sampling

diambil secara r random priporsioanl

Sumber : Sugiono(2010, hal.83)

Hal tersebut sesuai dengan unit sampel yang ada pada populasi penelitian ini. Populasi penelitian ini ialah mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut yang terdiri dari program studi Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, dan Pendidikan Teknologi dan Ilmu Komputer.

Denngan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 5%, bila jumlah populasi 2.991, dengan kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 312. Karena populasi bersrata, maka sampelnya pun berstrata. Stratanya ditentukan menurut program studi yang ada. Dengan demikian masing-masing sampel untuk setiap program studi harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk sampel untuk mahasiswa program studi Pendidikan

Populasi

Sampel yg

representa

(31)

Bahasa dan Sastra Indonesia = 65, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan = 31, Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris = 86, Pendidikan Biologi = 47, Pendidikan Matematika = 68, dan Pendidikan Teknologi dan Ilmu Komputer = 15.

Pend. Bahasa Indonesia = 621:2991 X 312 = 64,7 = 65

PPKn = 296:2991 X 312 = 30,8 = 30

Pend. Bahasa Inggris = 823:2991 X 312 = 85,8 = 86 Pend. Biologi = 455:2991 X 312 = 47,4 = 47 Pend. Matematika = 656:2991 X 312 = 68,4 = 68 Pend. TIK = 140:2991 X 312 = 14,6 = 15 C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional

Agar variabel dalam penelitian ini tergambar dengan jelas dan terukur, berikut ini disajikan masing-masing definisi operasional variabel penelitian sebagai berikut :

a. Pendidikan Kewarganegaraan

(32)

b. Wawasan Kebangsaan

Dalam penelitian ini yang dimaksud wawasan kebangsaan mengacu pengertian yang tercantum dalam pasal 1 angka 1 Permendagri No.71 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan yaitu cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah yang dilandasi Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, Bhinneka tunggal ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Semangat Nasionalisme

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan semangat nasionalisme adalah semangat kebersamaan untuk membangun masa depan yang lebih sejahtera bagi seluruh warga negara Indonesia, dengan tidak membedakan suku, agama, ras, warna kulit, gender atau golongan (Lemhannas, 2012:104).

d. Covariates merupakan sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki pengaruh yang berarti terhadap wawasan kebangsaan maupun semangat nasionalisme mahasiswa.

2. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian (Arikunto, 2005, hlm.107). Obyek pengamatan yang dimaksud disini adalah fokus yang menjadi bahan kajian penelitian. Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi (Creswell, 2014, hlm.76). Jadi variabel adalah segala sesuatu yang menjadi fokus penelitian dengan karakteristik tertentu dan dapat diukur atau diobservasi.

(33)
[image:33.595.171.511.265.724.2]

dasar, visi dan misi, tujuan MKDU Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Sedangkan variabel wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa terdiri dari asas atau jiwa sebagai bangsa, perwujudan jiwa bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Secara skematis masing-masing variabel diuraikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian (Variabel Bebas)

1. Variabel Bebas (Proses Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan) No Variabel Sub Variabel Indikator

1 Proses Perkuliahan PKn

1. Konsep Dasar Mata Kuliah PKn

a. Sebagai MKDU b. Bagian dari MPK

2. Visi dan Misi Mata Kuliah PKn

a. Sumber nilai dan

pedoman untuk

menjadikan mahasiswa

yang memiliki

kepribadian manusia yang seutuhnya

b. Menjadikan mahasiswa yang secara konsisten mewujudkan :

1) Nilai-nilai dasar keagamaan

2) Nilai-nilai kebudayaan

3) Rasa kebangsaan dan cinta tanah air 4) Mengembangkan

(34)

3. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar

a. Mahasiswa harus memiliki pengetahuan tentang :

1) Nilai-nilai agama,

budaya dan

kewarganegaraan 2) Memiliki

kepribadian: berpikir kritis, bersikap rasioal, etis, estetis dan dinamis, berpandangan luas dan demokratis yang berkeadaban

b. Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki :

1) Rasa kebangsaan dan cinta tanah air 2) Demokratis yang

berkeadanan

3) Warga negara yang memiliki daya saing 4) Disiplin dan

berpartisipasi aktif berdasarkan sistem nilai Pancasila

4. Tujuan Mata Kuliah PKn di Perguruan Tinggi

a. To be good citizens b. Melaksanakan hak dan

(35)

warga negara Indonesia yang bertanggung jawab c. Menguasai pengetahuan

dan pemahaman

beragam masalah kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila

d. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai patriotisme, rela berkorban bagi nusa dan bangsa

[image:35.595.171.509.82.416.2]

Sumber : Surat Keputusan Dirjen Dikti N0.43/DIKTI/KEP/2006

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian (Variabel Terikat)

2. Variabel Terikat (Wawasan Kebangsaan dan Semangat Nasionalisme)

No Variabel Sub Variabel Indikator 2 Wawasan

Kebangsaan

Asas atau Jiwa sebagai Bangsa 1. Kemuliaan

bersama di waktu lampau: Kerajaan-kerajaan di wilayah

Nusantara

a. Kerajaan yang pertama muncul di wilayah nusantara b. Kerajaan-kerajaan

lain yang

(36)

c. Peninggalan-peninggalan

kerajaan yang ada di wilayah nusantara 2. Kebesaran

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit

a. Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit b. Peninggalan

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit c. Nilai-nilai adat

istiadat dan kebudayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit

3. Keinginan untuk hidup bersama: Perjuangan bangsa

sebelum tahun 1908

a. Ciri-ciri perjuangan sebelum tahun 1908 b. Kerajaan yang

berjuang

melepaskan diri dari penjajahan negara barat

c. Tokoh atau

pahlawan pejuang kemerdekaan dari masing-masing kerajaan 4. Perjuangan

setelah tahun 1908

a. Ciri-ciri perjuangan setelah tahun 1908 b.

Organisasi-organisasi

(37)

muncul dan tujuannya

c. Sumpah pemuda sebagai klimak persatuan para organisasi pemuda 5. Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia

a. Peristiwa-peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan

b. Proklamasi Kemerdekaan

sebagai puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk

lepas dari

penjajahan c. Proklamasi

Kemerdekaan

sebagai norma pertama negara Indonesia

6. Proklamasi Kemerdekaan

dan UUD

1945

a. Hubungan antara Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945

b. Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah

negara yang

fundamental c. Hubungan

(38)

UUD 1945

d. Tujuan Amandemen UUD 1945

e. Hasil Amandemen

UUD 1945

mengenai ketatanegaraan 3 Semangat

Nasionalisme

Perwujudan jiwa bangsa dalam berbagai bidang kehidupan

1. Ideologi a. Memahami

Pancasila sebagai ideologi nasional dan dasar negara b. Memahami

Pancasila sebagai ideologi terbuka c. Memahami

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum 2. Politik a. Kedaulatan yang

dianut negara Indonesia

b. Demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah demokrasi Pancasila

c. Sistem

(39)

d. Sistem Pemilu ahyang dilaksanakan di Indonesia

e. Partisipasi politik warga negara

3. Ekonomi a. Asas sistem

perekonomian Indonesia b. Prinsip-prinsip

demokrasi ekonomi c. Cinta produksi

dalam negeri sebagai perwujudan rasa nasionalisme 4. Sosial dan

Budaya

a. Kemajemukan masyarakat dan budaya sebagai unsur pembentuk bangsa

b. Ciri-ciri masyarakat

dan busaya

Indonesia c. Puncak-puncak

kebudayaan daerah sebagai budaya nasional

(40)

dan masyarakat 5. Pertahanan

dan Keamanan

a. Sistem pertahanan dan keamanan negara Indonesia b. TNI dan Polri

sebagai kekuatan inti dan rakyat sebagai kekuatan pendukung

c. Bentuk-bentuk peran aktif warga negara dalam pertahanan dan keamanan negara d. Berperan aktif

dalam pertahanan dan keamanan negara secara cerdas dan berwawasan global

Sumber : Pendapat Ernest Renan dengan beberapa modifikasi 3. Covariates

No Dimensi Indikator

1 Kampus a. Fasilitas di kampus

b. Pelayanan di kampus c. Prestasi di kampus 2 Kompetensi Dosen a. Pedagogik

b. Kepribadian c. Sosial d. Profesional

(41)

D. Instrumen Penelitian

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm.96) “Istrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan atau kesimpulan penelitian”. Untuk menjawab permasalahan penelitian dibuat instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data.

Instrumen penelitian digunakan peneliti untuk mendapatkan data dan informasi dari responden penelitian. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah kuusioner kepada mahasiswa angkatan 2012, 2013, 2014 dari semua program studi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan variabel wawasan kebangsaan dan semanganat nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Variabel X): Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pernyataan yang menggunakan skala Likert dengan empat alternatif pilihan jawaban (Sangat Setuju, Setuju, Ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju) dengan 15 butir pernyataan. Kuisioner ini berlandaskan atas empat komponen utama mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diambil dari SK Dirjen Dikti N0.43/DIKTI/KEP/2006.

(42)

yang kemudian diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian.

2. Tes Wawasan Kebangsaan dan Semangat Nasionalisme (Variabel Y dan Z)

Tes untuk variabel ini yaitu berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban (A, B, C, D) dengan jumlah soal sebanyak 40 butir pertanyaan. Tes ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. Variabel wawasan kebangsaan terdiri dari 6 indikator yaitu kemuliaan bersama di waktu lampau: kerajaan-kerajaan di wilayah nusantara, kebesaran kerajaan sriwijaya dan majapahit, keinginan untuk hidup bersama: perjuangan bangsa sebelum tahun 1908, perjuangan setelah tahun 1908, proklamasi kemerdekaan republik Indonesia, dan proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945. Sedangkan variabel semangat nasionalisme terdiri dari 5 indikator yaitu perwujudan jiwa bangsa dalam berbagai bidang: ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan. Penyusunan instrumen tes berdasarkan atas variabel penelitian yang diuraikan menjadi indikator penelitian.

E. Pengujian Alat Pengumpulan Data

(43)

1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Djali dan Mulyono, 2008, hlm.49). Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis (logical validity) dan validitas empirik (empirical validity). Arikunto (Muhidin dan Abdurahman, 2007, hlm.30) mengemukakan bahwa validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil penalaran. Instrumen dinyatakan memiliki validitas apabila instrumen tersebut telah dirancang dengan baik dan mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sedangkan validitas empirik adalah validitas yang dinyatakan bedasarkan hasil pengalaman. Sebuah instrumen penelitian dikatakan memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui sebuah uji coba.

Untuk mengetahui validitasnya, peneliti kemudian menyebarkan instrumen tersebut kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. Setelah diisi oleh responden dan terkumpul kembali, selanjutnya peneliti menentukan validitasnya berdasarkan formula tertentu, diantaranya koefisiem korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu (Arikunto dalam Muhidin dan Abdurahman, 2007, hlm.31:

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur valliditas instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

(44)

2) Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket. 4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor

pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya (Muhidin dan Abdurahman, 2007, hlm.31).

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Djali dan Mulyono, 2008, hlm.55). Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika instrumen tersebut setelah dilakukan beberapa kali pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.

Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Menurut pendapat Muhidin dan Abdurahman (2007, hlm.37) “hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah”. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Formula yang dipergunakan untuk mneguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (Muhidin dan Abdurahman, 2007, hlm.37):

(45)

Dimana Rumus Varians :

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen/koefisien alfa

k = Banyaknya bulir soal ∑σ12= Jumlah varians bulir

σt2 = Varians total

N = Jumlah responden

Instrumen penelitian tes dan angket baik untuk Pendidikan Kewarganegaraan, wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme disusun ke dalam pertanyaan dan pernyataan berupa butir item yang mencerminkan seluruh materi yang seharusnya dikuasai oleh responden. Pertanyaan dan pernyataan dalam instrumen dijabarkan dari indikator dan dimensi sesuai dengan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk itu sebelum diujicobakan secara empiris instrumen dikonsultasikan kepada pakar dalam hal ini Dosen Pembimbing.

Setelah instrumen pengumpul data dikonsultasikan untuk dapat diketahui validitas isi dan konstruk, instrumen diujicobakan kepada subyek untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas empiris sehingga item instrumen yang tidak valid bisa dihindari dalam penelitian sebenarnya. Tujuan dari uji coba instrumen adalah pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Subyek uji coba instrumen adalah mahasiswa tingkat satu Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP Garut. Mahasiswa STKIP Garut merupakan subyek yang nantinya dijadikan penelitian.

Hasil uji coba dianalisis dengan program SPSS untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Dengan analisis ini ditemukan butir pertanyaan dan pernyataan yang valid dan reliabel maupun yang tidak. Item instrumen yang tidak valid dan reliabel dilakukan perbaikan dan dikonsultasikan lagi kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya

(46)

dilakukan uji coba lagi. Setelah dilakukan analisis item instrumen selanjutnya disusun instrumen penelitian yang sudah valid dan realiabel sebagai alat pengumpul data yang sah.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian harus dilakukan secara terukur dan sistematis dengan langkah-langkah yang telah direncanakan agar penelitian berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti secara sistematis dapat djelaskan sebaga berikut: 1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian harus dilakukan secara tepat dan akurat agar rencana penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Hal pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan pra penelitian adalah menentukan objek dan lokasi penelitian sesuai tujuan penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu dan Pendidikan Garut yang terletak di Jl. Pahlawan No.32 Sukagalih Tarogong Garut. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2012,2013 dan 2014 dari semua program studi yang ada di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut.

Setelah menentukan lokasi penelitian, tahap berikutnya adalah pra penelitian dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Pembantu Direktur Bidang Akademik Sekolah Pascasarjana untuk mendapatkan persetujuan pra penelitian.

2. Tahap Penyusunan Instrumen

Sebelum peneliti menyusun instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat pendahuluan pada bab satu dan kajian teori pada bab dua. Peneliti menyusun instrumen kuesioner dan tes bersamaan dengan bimbingan dan perbaikan bab tiga. Kuesioner dan tes dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat. 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(47)

peneliti. Peneliti mengumpulkan data melalui kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa angkatan 2012, 2013 dan 2014 dari semua program studi yang ada di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut berdasarkan proportionate stratified random sampling.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang berfungsi sebagai alat pengumpul data adalah angket dan tes.

a. Angket

(48)

kuesioner berstruktur adalah tertutup, artinya pada setiap item sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.

b. Tes

Tes adalah alat pengumpulan dengan menggunakan soal-soal untuk dijawab oleh responden (Arikunto, 2005, hlm.122). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan lima option jawaban. Tes dilaksanakan untuk mengambil data dari yang berkaitan dengan korelasi Pendidikan Kewarganegaraan serta wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. Karena tes merupakan alat pengukuran yang mempunyai standar obyektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta benar-benar dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu (Djaali dan Mulyono, 2008, hlm.6).

2. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dan bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator. Adapun statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam statistik deskriptifnya menggunakan teknik analisis korelasi dan analisis determinan.

Setelah instrumen dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian, kemudian disebar kepada responden, maka hasil penelitian berupadata dianalisis menggunakan analisis parametrik, analisis korelasi pearson dan analisis determinan. Untuk menganalisis data dengan menggunakan analisis parametrik harus dipenuhi persyartannya yaitu :

a. Normalitas dan Homogenitas

(49)

berdistribusi normal. Untuk menguji tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov (dalam hal ini menggunakan SPSS 16.0) dengan hipotesis (1) H0 : data tidak berdistribusi

normal, (2) H1 : data berdistribusi normal. Kriteria pengujian

adalah sebagai berikut : Tolak H0 dan terima H1 jika nilai

Asymp.sig. (2-tailed) ≥ dari alpha (α) yang ditetapkan sebesar 5%.

Teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu analisis korelasi. Adapun tujuan dari analisis korelasi menurut Muhidin dan Abdurahman (2007, hlm.105) antara lain: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel, dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan).

Analisis korelasi atau uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (Pendidikan Kewarganegaraan) dengan variabel Y (Wawasan Kebangsaan)

(50)

Sumber: Sugiyono, (2008, hlm.255) Keterangan:

Koefisien korelasi Σ : Jumlah skor X Σ : Jumlah skor Y

[image:50.595.187.461.379.529.2]

Untuk Mengidentifikasi tinggi rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interpretasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman untuk koefisien korelasi sesuai dengan yang ada dalam buku Sugiyono (2010, hlm.257).

Tabel 3.3

Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Analisis determinan yaitu suatu teknik pengujian hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi hubungan antar variabel penelitian, yaitu variabel X terhadap Y. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : KD = r2 x 100%

Keterangan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku,

Agung, Iskandar. (2014). Pendidikan Wawasan Kebangsaan Di Daerah Perbatasan. Jakarta: Bee Media Pustaka.

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, J.S., (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan.

Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa Pusat [BAKOM PKB PUSAT]. (1987). Wawasan Kebangsaan Indonesia Gagasan dan Pemikiran Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan

Bangsa. Jakarta: BAKOM PKB PUSAT

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara

Press.

Budimansyah dan Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. UPI : Sekolah Pascasarjana Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ilahi, Muhammad Takdir. (2012). Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Kohn, Hans. (1971). Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (Sumantri

Mertodipura. Jakarta : Pustaka Sardjana

Kountur, Ronny. (2009). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : PPM.

Lan, Thung Ju dan Manan, M. Azzam. (eds). (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan. Jakarta:

(52)

Lemhanas. (1994). Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahpudz, Asep. (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof.

Drs. H.A Kosassih Djahiri). Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). UPI Bandung : FPIPS.

Maliki, Zainuddin. (2010). Sosiologi Politik: Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press

Muhidin, Ali dan Abdurahman, Maman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung:Pustaka Setia

Natalis, Decki. (2000). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah. Jakarta : PT Penebar Swadaya.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Sadullah, Uyoh. Dkk. (2004). Manusia sebagai Animal Educandum dalam Pedagogik. Bandung: Cipta Utama

Sapriya. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam Kemenag

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syamsuddin, Aziz. (2011). Api Nasionalisme Kaum Muda Peluang dan Tantangan Menumbuhkan Semangat Kebangsaan di Kalangan

Muda Indonesia. Jakarta: RMBOOKS

Syaodih, Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Rosda Karya Remaja.

Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta:

(53)

Tjokroamidjojo, Bintoro. (1996). Dimensi Rohani dan Wawasan Kebangsaan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta : Gramedia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Warka, Made. (2011). Wawasan Kebangsaan dalam NKRI. Yogyakarta: Andi Offset.

Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winataputra, U.S., & Budimansyah, D. (eds). (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional: Konteks,

Teori, dan Profil Pembelajaran. Bandung: Widya Aksara

Press.

Sumber Jurnal dan Artikel

Adisusilo, Sutarjo. (2010). Nasionalisme Demokrasi Civil Society.

Arif, D.B. (2008). Kompetensi Kewarganegaraan untuk Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia. Acta Civicus: Jurnal

Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 1 (3) Oktober 2008.

Budimansyah, Dasim. (2010). Tantangan Globalisasi Terhadap Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air di

Sekolah. Jurnal Penulisan Pendidikan, Vol 11 (1), hal : 8-16.

Kusramadi, Sigit Dwi. (2012). Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional.

Lemhanas. (2013). Aktualisasi Semangat Kebangkitan Nasional Guna Memantapkan Wawasan Kebangsaan Lintas Generasi dalam

Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI,

Edisi 15, hal : 30-40.

Lemhanas. (2012). Memperkokoh Nilai-Nilai Pancasila di Seluruh

(54)

Kebanngsaan dan Jiwa Nasionalisme Ke-Indonesiaan dalam

Rangka Menangkal Ideologi Radikalisme Global. Jurnal

Kajian Lemhannas RI, Edisi 14, hal :97-121.

Mahifal. (2010). Relevansi Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Era Globalisasi.

Si

Gambar

Gambar 3.2 Hubungan Variabel Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

jasa bait apik di aksi konservatif alias baru.alegori alias maksud deretan kembang b akal bergantung pada bagai kembang yang digunakan serta akal.. budi

Media pembelajaran ini dirancang agar dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam mempelajari materi sistem koordinat; (2) rancang bangun media pembelajaran sistem

[r]

Salah satu yang paling mempengaruhi dari pada jumlah denyut nadi adalah berat badan dimana berat badan sangat berperan penting dalam jumlah denyut nadi, karna kebanyakan

terhadap terhadap Return on Asset perbankan Indonesia, maka digunakan analisis regresi berganda. Penggunaan analisis regresi berganda bertujuan untuk membuat model matematis

Bila kebijakan perpajakan seperti tax amnesty diterapkan maka akan menciptakan kerelaan masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan menunaikan

Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio rentabilitas bank yang umum digunakan dalam mengukur kemampuan manajemen perbankan dalam menghasilkan laba melalui

Abstract: This article attempts to portray how a contemporary young adult literature entitled The Giver (Lowry, 1993 ) illustrates the operation of state apparatus in a