• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. akan tetapi meskipun telah dikenali penggunaannya oleh Colombus dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. akan tetapi meskipun telah dikenali penggunaannya oleh Colombus dalam"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

Sejak berabad-abad yang lalu karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya yakni Brazil, Amerika Selatan akan tetapi meskipun telah dikenali penggunaannya oleh Colombus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan oleh penjajah-penjajah berikutnya dan pada awal abad ke-16, sampai saat ini tanaman karet belum mendapat perhatian orang-orang Eropa.

Setelah De La Condamine mengirim contoh bahan elastis yang aneh yaitu Caoutchue dari Perancis pada tahun 1876, Hendry A, Wichan memasukan biji karet yang lain dari Amerika Selatan ke Ceylon ( Srilangka ) Malaya dan beberapa bibit kekebun percobaan pertanian dibogor sangat memuaskan.

Penggunaan karet saat ini semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. Karet merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk mendapatkan tanaman karet yang memiliki produktivitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarangan, produktifitas tinggi hanya bisa diperoleh dari bibit dengan klon unggul yang telah direkomendasikan sesuai Provinsi dan iklimnya. Oleh karena itu perbanyakan bibit dengan okulasi dan penggunaan bibit unggul diharapkan mampu mencapai kebutuhan tanaman karet dipasaran (Setiawan dan Andoko, 2007).

(2)

Tujuan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas pupuk organik cair urine sapi pada pertumbuhan bibit tanaman karet.

Manfaat Penelitian

1. Membantu masyarakat dalam menentukan perlakuan pada pupuk organikuntuk pertumbuhan bibit tanaman karet.

2. Sebagai bahan informasi bagi praktisi pertanian yang membudidayakan tanaman karet. Khususnya dalam bidang pamupukan tanaman karet.

(3)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Karet 1. Sejarah Tanaman Karet

Tanaman karet di indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum perang dunia ke dua hingga tahun 1956. Pada masa itu, Indonesia menjadi penghasil karet terbesar di dunia. Komoditi ini pernah pernah begitu di andalkan sebagai penopang perekonomian Negara. Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak jaman pejajahan belanda. Awalnya, karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan terbesar di beberapa daerah (Setyamidjaja, 1993).

Indonesia merupakan Negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

Salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pertanian adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinyu produksi usaha yang senantiasa menguntungkan, sehingga kesejahteraan petani maupun masyarakat luas terus meningkat (Soekrawati, 1989).

Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai komoditas tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan

(4)

sebagai pemasuk devisa negara. Telah banyak usaha pemerintah untuk meningkatkan produk sub sektor perkebunan, diantaranya adalah

intensifikasi, ektensifikasi, deversifikasi dan rehabilitasi (Sutedjo, 1989).

2. Taksonomi dan Morfologi a. Taksonomi tanaman karet

Menurut Anonim (1999). Dalam sitematika tumbuhan, kedudukan tanamam karet di klasifikasikan sebagai berikut :

Diviso : Spermatophyta

Sub Divisa : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Species : Hevea brasilliensis L.

b. Morfologi tanaman karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya lurus dan mempunyai percabangan tinggi di atasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

(5)

1) Daun karet

Karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun membentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan gundal serta tidak tajam.

2) Bunga karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonjong. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berbentuk vilt, ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.

3) Buah karet

Buah karet memiliki ruang yang jelas. Masing- masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang, garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah sendiri. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.

(6)

4) Biji Karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga kadang ena m, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenarnya berbahaya karena mengandung racun. 5) Akar Karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. ( Setyamidjaja,1993).

3. Klon tanaman karet

Menurut Setyamidjaja (1993), klon adalah “ ketentuan “ yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri-ciri dari tanaman induknya.

Ciri-ciri suatu klon kadang-kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jenis tanah, kesuburan tanah, tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya. Untuk dapat menunjukan adanya perbedaan suatu klon dengan klon lainnya memerlukan deskripsi yang jelas tentang ciri-ciri klon tersebut.

Menurut Woelan dkk (2006), klon anjuran komersial terdiri dari : 1. Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB

(7)

2. Klon penghasil lateks – kayu : BPM 1, PB 330,PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118. 3. Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 78.

Adapun jenis klon entres batang atas dan entres batang bawah : Deskripsi klon karet PB 260 untuk entres batang atas adalah sebagai berikut :

1. Helaian daun berwarna hijau tua, kilauanya kusam, teksturnya halus, kekuatannya kaku, bentuknya bulat telur, pinggir daun agak bergelombang, penampang memanjang lurus, penampang melintang berbentuk huruf V , posisi helaian daun terpisah-bersinggungan, dan daun pinggirnya simeteris.

2. Anak tangkai daun posisinya agak terkulai, bentuknya lurus, panjangnya agak panjang dengan sudut sempit (= 600 ).

3. Tangkai daun posisinya mendatar, bentuknya lurus, panjangnya sedang, ukuran kaki sedang dan bentuk kaki rata.

4. Payung daun bebentuk kerucut, besarnya sedang, kerapatan permukaannya tertutup dan jarak antar payung sedang.

5. Mata mempunyai letak mata yang rata dan bekas tangkai daun juga rata. 6. Kulit batang mempunyai corak kulit gabus berbentuk jala

terputus-putus dan waran kulit gabus coklat. 7. Warna lateks putih kekuningan

(8)

Menurut Woelan dkk. ( 2006 ), klon anjuran PB 260 merupakan klon rawan angin dengan faktor lingkungan menjadi pembatas yaitu daerah angin dengan kecepatan 30 -50 km / Jam. Deskripsi klon karet AVROS 2037 untuk entris batang bawah adalah sebagai berikut :

1. Helaian daun berwarna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis, tidak kaku, bent uknya elips sampai agak oval, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung, penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih.

2. Anak tangkai daun berbentuk lurus, pendek, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkit ( ke atas ) membentuk sudut sedang ( ± 60o ) 3. Payung daun berbentuk kerucut, besarnya sedang, tangkai daun agak

jarang, jarak antar payung sedang.

4. Mata letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata.

5. Kulit batang warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus

(9)

4. Syarat Tumbuhan a. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15o LS dan 15O LU. Bila tanaman diluar zona tersebut produksi lebih lambat.

b. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm / tahun, optimal antara 2500-4000 mm / tahun yang terbagi dalam 100 – 150 hari hujan, pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu sumatra, jawa, dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal di daerah dataran rendah, yakni ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhan makin lambat dan produksi lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dpl tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

d. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim- musim tertentu dapat menyebabkan

(10)

kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang.

e. Tanah

Menurut Setyamidjaja (1993), tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah fulkanik maupun fulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Dengan kandungan Ph 3,8-8,0 , sedangkan pH tanah dibawah 3,0 atau di atas 8,0 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah Sebagai berikut :

a. Solum cukup alam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu-batuan

b. Aerasi dan draenase baik

c. Remah, porus dan dapat menahan air

d. Tekstur terdiri dari 35 % liat dari 30 % pasir

e. Tidak bergambut dan jika adatidak lebih tebal dari 30 cm

f. Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro g. Kemiringan tidak lebih dari 16 %

h. pH 4,5-6,5

(11)

5. Pembibitan Tanaman Karet a. Pengumpulan biji

Untuk mengumpulkan biji, terlebih dahulu kebun harus dibersihkan dari gulma. Penyiangan gulma bisa dilakukan secara mekanis maupun secara kimiawi, Paling lambat 1 bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengumpulan biji yang sebenarnya di lakukan, pengumpul harus melakukan pemungutan biji pendahuluan. Hal ini di anggap perlu karena biji hasil pungutan pendahuluan tidak bisa di ketahui dengan pasti sejak kapan biji itu jatuh. Biji hasil pungutan pendahuluan jangan di pakai sebagai bibit. Pengumpulan biji dalam satu areal paling lambat 2 hari sekali. Biji dari setiap pengumpulan di takar lalu di serahkan kepada petugas yang menampung kesuluruhan biji terkumpul, dilakukan pengambilan contoh menurut kesegarannya

b. Seleksi biji

Menurut Tim penulis PS (1999). Pemilihan biji yang baik berdasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing-masing klon, kementalan kesegaran biji dan daya kecambah niji. Cara yang paling sederhana dan paling tua, yang dianggap baik untuk menilai biji karet adalah dengan cara membelah. Pelaksanaan penilaian kesegaran ini cukup dangan mengambil contoh 100 biji karet dari setiap 200 biji lalu dipecah dangan palu atau batu.

(12)

Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna penampakan dan keadaan belahan biji seperti di bawah ini :

a. Biji yang baik adalah biji yang tampak mengkilat kulit luarnya. b. Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai

kekuning-kuningan dinilai baik.

c. Sedangkan belahan yang sudah berwarna kekuningan berminyak atau kuning kecoklatan sampai hitam dan keriput dinilai kurang baik atau jelek.

Dari kereteria di atas disimpulkan, biji yang baik adalah biji yang persentase baiknya mencapai minimum 80 % sedangkan kurang dari 80 % merupakan biji yang jelek. Persentase baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan bisa di pertanggung jawabkan.

c. Syarat lokasi persemaian

Lokasi persemaian lapangan harus datar hingga populasi tanaman persatuan luas lebih banyak. Tanah yang dipilih yaitu subur, dan kebersihan arealnya harus di perhatikan. Tekstur remah, gembur, berhumus dan kadar bahan organiknya tinggi. Dekat dengan rencana peremajaan tanaman dan sumber air, Luasnya cukup.

d. Syarat Persemaian

Lokasi harus dekat dengan air, dekat dengan lokasi peremajaan tanaman kalau perlu kantong plastik diletakan diareal peremajaan. Media tanam harus menggunakan tanah subur dan humus yang diambil dari ketebalan 0-15 cm, tanah tidak boleh dicampur dengan

(13)

pasir, pupuk kandang dan lain- lain. Tanah hendaknya bertekstur galuh berat dan berstuktur sempurna.

e. Pengolahan lahan persemaian

Sebaiknya pengolahan dilakukan dengan traktor. Tanah bagian atas jangan sampai terbalik dengan bagian bawahnya. Setelah tanah bersih dan rata dibuat selokan pembuangan air yang terdiri dari selokan primer dan sekunder. Selokan primer lebih besar dan lebih dalam dari selokan skunder dangan ukuran 50 cm lebarnya dan dalamnya 40-40 cm. Sedangkan selokan sekunder lebarnya 30 cm dan dalamnya 25 cm.

f. Pengisian tanah ke polybag dan peletakan di lokasi pembibitan Tanah dimasukan ke dalam polybag yang berukuran 30 x 40 cm yang menampung media seberat 9 kg. Bagian kantong bawah polybag

dilubangi.

Setelah polybag terisi diletakan di tempat teduh tetapi tidak gelap dan terkena sinar matahari pagi dan sore. Sebelum polybag diletakan tanah harus digali dengan kedalaman 20 cm, setelah polybag diletakan tanah diuruk kembali hingga hanya 5 cm polybag yang muncul kepermukaan. Jarak polybag antar barisan 30 cm dalam barisan 20 cm dan setiap dua baris polybag dibuat jalan selebar 75 cm,

g. Penanaman kecambah

Kecambah ditanam dengan tombak lurus ke dalam tanah, lalu tanahnya ditekan dengan rapat kembali. Akar tombak yang tumbuh

(14)

panjang sebaiknya dibuat lubang terlebih dahulu. Jarak tanaman untuk keperluan bibit setum tinggi 60 x90 cm sedangkan untuk setum rendah 60 x 60 cm.

B. Perkembangbiakan secara vegetatif

Pengembangbiakan vegetatif adalah Sel tertentu atau tubuh sel mengadakan pembelahan diri dari tubuh induknya dan berkembang menjadi individu baru tanpa menjalani reaksi lebih jauh. Selanjtnya pembiakan vegetatif pada dunia tumbuhan dapat terjadi secara alami dan buatan.

1. Pembiakan vegetatif alami

1. Dengan pembelahan,oleh golongan bakteri

2. Dengan fermentasi, terutama oleh olgae yang bersel banyak dan berbentuk kaloi

3. Dengan pertunasan, oleh tumbuhan berumpun seperti bambu,pisang, dsb.

4. Dengan akar tongkat (rhizoma) , dilakukan oleh banyak rumput-rumputan.

2. Pembiakan vegetatif buatan

1. Dengan mencangkok, yaitu mengusahakan tumbuhan akar baru pada bagian cabang atau ranting dari bagian tanaman yang di cangkok. 2. Stek, yaitu pemisahan bagian tanaman untuk memperole h individu baru 3. Dengan okulasi, yaitu pemindaha n seiris kulit batang atau cabang

bermata tunas baru dari satu tanaman ketanaman yang lain dalam satu famili.

(15)

4. Dengan sambung, yaitu usaha untuk memudahkan dua jenis tanaman yang masing- masing memiliki keunggulan.

Pembiakan vegetatif secara buatan mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahan yaitu :

1. Keuntungan dari pembiakan vegetatif

a. Dapat tersedia bahan tanaman setiap saat dan tidak tergantung pada biji.

b. Sifat-sifat yang terdapat pada induknya akan tetap terdapat pada tanaman baru walaupun induknya berasal dari hasil persilangan. c. Dapat memperpendek periode panen, sehingga dapat menghasilkan

tanaman baru.

2. Kelemahan dari pembiakan vegetatif

a. Perakaran tanaman yang dihasilkan tidak sekuat yang dihasilkan biji.

b. Memerlukan media yang selalu lambat dan basah sehingga perlu penyiraman yang teratur.

c. Kurang tahan terhadap serangan penyakit, terutama pada bagian perlakuan pembiakan vegetatif tersebut.

Pembiakan vegetatif dengan cara stek umumnya digunakan untuk menaggulangi tanaman – tanaman yang sulit diperbanyak denga cara biji, serta untuk melestarikan klon tanaman yang unggul dan juga untuk memudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman.

(16)

Adapun macam- macam istilah stek dari organ vegetatif yang digunakan adalah:

1. Stek batang / stek kayu

Dikatakan demikian karena umumnya tanaman yang dikembangkan dengan stek batang adalah tanaman kayu.

2. Stek daun

Banyak diterapkan pada tanaman hias, terutama yang sekulen, daunnya berdaging tebal dan kandungan airnya tinggi serta berwarna hijau segar.

3. Stek akar

Tanaman yang distek akarnya adalah tanaman yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, tanaman menahun, dan tanaman dataran tinggi

4. Stek mata tunas/ oulasi

Dikatakan demikian karena yang digunakan sebagai bahan stek hanya mempunyai satu mata tunas

5. Stek pucuk

Stek pucuk dambil dari pucuk-pucuk batang yang masih muda dan masih dalam pertumbuhan.

C. Urine Sapi

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ternyata roton f juga terdapat pada urine sapi ( air kencing sapi ).

(17)

Fungsinya sama, yakni merangsang pertumbuhan akar. Cara pengunaan, urine sapi dikumpulkan dalam wadah atau tempat.

Zat perangsang tumbuh atau hormon tumbuh adalah senyawa organik yang dalam konsetrasi rendah (< 1 mm ) mampu mendorong, menghambat, atau secara kulitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Erviyanti, 2005).

Urine sapi merupakan pupuk kandang cair bagi tanaman, urine sapi juga sebagai pengembur tanah, ini dikarenakan sapi banyak mengkonsumsi dedaunan yang banyak mengandung zat- zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan kimia urine sapi adalah N= 1,4 % sampai 2,2 % , P= 0,6 % sampai 0.7 %, K= 1,6 % sampai 2.1 %, penggunaan pupuk kandang cair urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh (Anti, 1987).

Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh. Urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, dikarenakan baunya yang khas, urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendali hama tanaman dari serangga (Anti, 1987).

Pupuk kandang cair merupakan pupuk cair yang berasal dari urine ternak. Semua urine ternak bisa digunakan sebagai pupuk organik cair. Salah satu urine ternak yang banyak dimanfaatkan adalah urine sapi. Kandungan nitrogen dan kalium dalam urine sapi umumnya lebih besar dibandingkan dengan kandungan didalam kotoran padat (Parnata, 2004).

(18)

D. EM 4

Efektif mikroorganisme 4 (EM 4) adalah campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM 4 berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, diantaranya bakteri

fotosintetik, Lactobacillus sp, steptomyces sp, dan actinomycetes. EM 4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dam sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga

(19)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu

Selama penelitian dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2010 sampai tanggal 28 Februari 2011 meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : cangkul,

polybag, kamera digital, buku, alat tulis, gelas ukur dan parang. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : Bibit karet yang berumur 7 bulan variates PB 260, urine sapi, Em 4, dan air.

C. Prosedur penelitian 1. Persiapan lahan

Media tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah top soil yang di bersihkan dengan pengayakan guna memisahkan dari seresah dedaunan, ranting dan akar.

2. Pengisian polybag

Tanah yang sudah dibersihkan dari seresah, ranting dan akar kemudian dimasukan ke dalam polybag.

3. Penanaman

Penanaman bibit karet kedalam polybag dilakukan setelah bibit dipindahkan dari polybag kecil. Kemudian bibit tersebut di masukan kedalam polybag yang berukuran 30 cm x 40 cm yang telah di siapkan

(20)

terlebih dahulu. Kemudian buat lubang tanaman didalam polybag dan bibit siap ditanam.

4. Pemeliharaan

Bibit tanaman yang telah di pindah kemudian di pelihara selama 1 bulan dengan perlakuan:

1. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari. Bila hujan turun dan membasahi bibit maka tidak dilakukan penyiraman. 2. Penyiagan

Dalam penelitian ini penyiagan gulma dilakukan secara manual disekitar dan di dalam polybag dengan interval dua minggu sekali. 3. Konsolidasi bibit.

5. Pembuatan Pupuk Organik Cair Urine Sapi Alat : jerigen 5 liter dan gelas kaca.

Bahan : urine sapi, air, gula, dan EM 4.

Prosedur pembutan : urine sapi dimasukan kedalam jerigen, lalu larutkan gula 1 sendok makan kedalam 1 gelas air kemudian masukan larutan gula kedalam jerigen yang berisi urine sapi, dan yang terakhir masukan EM 4 satu tutup botol kedalam jerigen. Lalu tutup rapat jerigen, dan di fermentasikan selama 21 hari. Ciri- ciri urine sapi yang telah terdekomposisi adalah warnanya lebih gelap (hitam kecoklatan) dari warna sebelum dekomposisi (kuning) dan baunya lebih menyengat.

(21)

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam bentuk RAL. Factor yang digunakan adalah POC urine sapi dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan yaitu:

P1: urine sapi 100 ml/ 1 ltr air

P2: urine sapi 150 ml/ 1 ltr air

P3: urine sapi 200 ml/ 1 ltr air

Adapun parameter yang di amati adalah: a. Jumlah daun(helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan mengitung seluruh daun telah membuka sempurna yang ada pada pada bibit stek berumur 4 minggu setelah perlakuan (MSP), 8 minggu setelah perlakuan (MSP), dan 12 minggu setelah perlakuan (MSP).

b. Jumlah payung

Dengan menghitung jumlah payung yang sudah terbentuk sempurna.

c. Pertumbuhan tinggi tanaman (cm)

Diukur dari pangkal tiap- tiap batang tanaman yang diberi tanda hingga ujung daun tertinggi bibit sebelumnya.

Pengolahan data melalui pengukuran masing- masing parameter sebanyak tiga kali yaitu pada umur 4 MSP, 8 MSP, 12 MSP.

E. Analisa Data

Menurut Hanafiah (1993), data yang diperoleh dari hasil rancangan penelitian dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap), dianalisis secara statistik dengan sidik ragam

(22)

(anova) dan apabila terdapat perbedaan pada taraf signifikasi 5% atau 1% maka akan dilakukan analisis lanjutan dengan metode uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf signifikasi 5%.

Tabel 1. Sidik ragam (anova). Sumber Keragaman Derajad Bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung F tabel 5% 1% Pupuk h-1=V1 JKPupuk JKP / V1 KTH / KTG F (V1 , V2) Galat (rh-1)-(h-1)=V2 JKGalat JKG / V2 Total Rh – 1 JKT

Koefisien Keragaman merupakan suatu koefisien yang menunjukan derajat kejituan dan kendalaan kesimpulan / hasil yang diperoleh dari suatu percobaan yang merupakan deviasi baku per unit percobaan.

Koefisien keragaman ini dinyatakan sebagai persen dari rerata umum percobaan sebagai berikut : rxt Y rxt T y % 100 x y galat KT KK ij ij

?

? ? ?

(23)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil 1. Jumlah daun (helai)

Berdasarkan sidik ragam pengaruh perlakuan bibit tanaman karet menggunakan pupuk orga nik cair urine sapi umur 4 minggu setelah perlakuan (MSP) menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair urine sapi tidak berbeda nyata.

Berdasarkan sidik ragam pengaruh perlakuan bibit tanaman karet menggunakan pupuk organik cair urine sapi umur 8 MSP dan 12 MSP menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair urine sapi berbeda nyata.

Tabel 1. uji beda nyata (BNT) 5 % pengaruh pupuk organik cair urine sapi terhadap jumlah daun (helai)

no Perlakuan Umur (MSP)

4 8 12

1 urine sapi 100 ml/ 1 l air (P1) 11,7 16,2 a 20,1 a 2 urine sapi 150 ml/ 1 l air (P2) 15,3 21,2 ab 25,5 ab 3 urine sapi 200 ml/ 1 l air (P3) 13,6 24,3 b 29,3 b

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji BNT 5%

2. Jumlah payung

Berdasarkan sidik ragam pengaruh perlakuan bibit tanaman karet menggunakan pupuk organik cair urine sapi umur 4, 8, dan 12 MSP menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair urine sapi tidak

(24)

berbeda nyata. Perkembangan jumlah payung dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini

Tabel 2. Rata- rata jumlah payung bibit tanaman karet umur 4,8, dan 12 MSP

No Perlakuan Umur (MSP)

4 8 12

1 urine sapi 100 ml/ 1 l air (P1) 1,6 2 2,1 2 urine sapi 150 ml/ 1 l air (P2) 1,8 2,3 2,3 3 urine sapi 200 ml/ 1 l air (P3) 1,3 2 2,3

3. Tinggi tanaman (cm)

Berdasarkan sidik ragam pengaruh perlakuan bibit tanaman karet menggunakan pupuk organik cair urine sapi umur 4, 8, dan 12 MSP menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair urine sapi tidak berbeda nyata. Perkembangan tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Rata- rata tinggi tanaman bibit tanaman karet umur 4,8, dan 12 MSP

No Perlakuan Umur (MSP)

4 8 12

1 urine sapi 100 ml/ 1 l air (P1) 52,9 57 65,8 2 urine sapi 150 ml/ 1 l air (P2) 52,4 57,9 67,5 3 urine sapi 200 ml/ 1 l air (P3) 58,9 69,3 78,2

B.Pembahasan 1. Jumlah Daun

Dari hasil perlakuan pupuk organik cair urine sapi terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman karet menunjukan P1 berbeda nyata P2 dan P3. Hal ini diduga karena kandungan N yang dapat merangsang pertumbuhan daun.

Sesuai dengan pendapat Anti (1987), urine sapi merupakan pupuk organik cair bagi tanaman, urine sapi juga sebagai pengembur tanah, ini

(25)

dikarenakan sapi banyak mengkonsumsi dedaunan yang banyak mengandung zat- zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Hasil analisa urine sapi setelah fermentasi pada lababoratorium tanah dan air POLTANESA menunjukan C total 3,121 %, N total 0,055 %, K total 816,125 ppm, dan P total 168,798 ppm.

Menurut Jumin (2002), manfaat unsur hara nitrogen yaitu: 1. Mempertinggi pertumbuhan vegetatif terutama daun 2. Merangsang penunasan

3. Menambah tinggi tanaman

4. Mempertinggi kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lain, seperti kalium,fosfor, dan lain- lain.

2. Jumlah payung dan tinggi tanaman

Sedangkan terhadap jumlah payung dan tinggi tanaman pertumbuhan bibit tanaman karet tidak menunjukan perbedaan nyata, hal ini diduga karena intensitas cahaya dan suhu, serta ketersedian unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan variabel tersebut.

Menurut Blackman dan MitscherlichdalamGadner dkk (1991), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal (genetik ) dan eksternal (lingkungan) yang terdiri dari beberapa komponen salah satunya adalah cahaya. Cahaya diperlukan dalam proses fotosintesis disamping karbondioksida, kekurangan salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan pemberian perlakuan pupuk tidak maksimal, faktor cahaya sebagai pembatas

(26)

dalam proses pertumbuhan tanaman dan respon pertumbuhan tanaman akan berimbang dengan unsur yang terbatas tersebut.

Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi fotosintesis jelas akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut. Secara umum fiksasi CO2

maksimum terjadi sekitar tengah hari, yaitu pada saat sinar matahari mencapai puncaknya sedangkan saat tengah hari cahaya yang diterima tanaman sangat sedikit sehingga proses fotosintesis terganggu sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995), bahwa cahaya membatasi fotosintesis terlihat bahwa terjadi penurunan laju penambatan CO2 ketika tumbuhan terkena

bayangan awan sebentar.

Menurut Musnamar (2003), secara kualitatif kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat lebih unggul dari pada pupuk anorganik, namun pupuk organik secara terus menerus dan rentang waktu tertentu akan menjadikan kulitas tanah lebih baik dibanding pupuk organik dan sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Diperbaiki struktur tanah akan mengakibatkan sifat fisik dan kimia tanah ikut, kandungan unsur hara sulit diramalkan dan diatur, dan respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat dibanding pupuk anorganik, kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair dapat hilang karena beberapa sebab , diantaranya ialah penguapan, penyimpanan, dan pencucian akibat hujan.

Menurut Jumin (2002), salah satu fungsi air bagi tanaman adalah pengatur suhu bagi tanamam. Ditambah oleh Harjadi (1996), suhu mempunyai

(27)

pengaruh kuat pada reaksi biokimia dan fisiologi tanaman, juga akan meningkatkan berbagai macam tugas tanaman. Suhu maksimum dan minimum yang menyokong pertumbuhan tanaman biasanya berkisar 50-350 C.

(28)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet menunjukan perbedaan nyata pada jumlah daun.

2. Perlakuan pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet menunjukan perbedaan tidak nyata pada jumlah payung dan tinggi tanaman.

B.Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi yang dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman karet dengan waktu

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anti. 1987. Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk Cair, Penelitian Universitas Ugm Malang (UUM). Malang.

Ervianti. 2005. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.

Gadner, F.P., B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologo Tanaman Budidaya. (Phisiology of Crop Plants). UI Press. Jakarta.

Harjadi. 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta.

Jumin HB. 2002. Agronomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Musnamar,E. I. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nugroho. 1985. Dasar-Dasar Statistik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Parnata. A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Salisbury FB dan Ross CW, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB Bandung. Setiawan, D, H, dan Andoko, A. 2007. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.

Jagakarsa. Jakarta.

Setyadmidjaja. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

Soekra wati. 1989. Prinsif Dasar Menejemen Pasar Hasil Pertanian Rajawali. Jakarta.

Sutedjo. 1989. Hama Tanaman Keras Dan Cara Pemberantasannya. Bina Aksara. Jakarta.

Tim Penulis PS. 1999. Karet. Strategi Pemasaran Tahun 2000.Budidaya Dan Pengolahan.

Umpel. 1997. Pengalaman Penerapan Teknologi EM 4. Seminar Nasional Pertanian. Jakarta.

Woelan, A, Daslin dan R, Azwar. 2006. Budidaya Tanaman Karet Dan Pengolahan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

(30)
(31)

Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan

Keterangan:

P1: Konsentrasi 100 ml POC Urine Sapi dengan 1 l air P2: Konsentrasi 150 ml POC Urine Sapi dengan 1 l air P3: Konsentrasi 200 ml POC Urine Sapi dengan 1 l air

P2

3

P1

3

P2

8

P3

2

P3

1

P3

5

P3

6

P1

9

P1

10

P2

5

P1

1

P3

10

P3

7

P3

8

P1

7

P2

2

P3

9

P3

4

P1

8

P1

4

P2

6

P3

3

P2

7

P2

4

P2

10

P1

6

P1

2

P1

5

P2

9

P2

1

(32)

Lampiran 2. Hasil Analisa Pupuk Organik Cair Urine Sapi Pada Laboratorium Tanah Dan Air POLTANESA

Total(%) K Total P Total

C N Ppm Ppm

3,121 0,055 816,125 168,798

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Bibit Tanaman Karet Pada Umur 4 MSP Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 8 15 11 12 13 4 14 15 10 15 117 11,7 P2 12 19 12 10 12 14 20 18 24 12 153 15,3 P3 14 10 13 10 13 17 15 12 17 15 136 13,6

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Jumlah Payung Tanaman Karet Pada Umur 4 MSP

Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 16 1,6 P2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 18 1,8 P3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 13 1,3

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Tinggi Bibit Tanaman Karet Pada Umur 4 MSP

Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 50 52 65 46 50 23 46 41 78 78 529 52,9 P2 34 55 45 59 36 69 54 68 75 29 524 52,4 P3 75 46 73 32 50 50 82 73 38 70 589 58,9

(33)

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Bibit Tanaman Karet Pada Umur 8 MSP Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 10 25 25 13 14 9 14 15 18 19 162 16,2 P2 24 19 18 18 25 27 20 19 24 18 212 21,2 P3 32 22 13 10 14 30 22 25 36 39 243 24,3

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Jumlah Payung Tanaman Karet Pada Umur 8 MSP Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 1 3 2 3 2 1 2 2 2 2 20 2 P2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 23 2,3 P3 3 2 1 1 1 3 2 2 2 3 20 2

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Tinggi Bibit Tanaman Karet Pada Umur 8 MSP

Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 50 64 80 46 52 25 55 40 80 78 570 57 P2 50 56 50 58 43 85 53 67 76 41 579 57,9 P3 97 56 83 32 50 69 90 83 53 80 693 69,3

(34)

Lampiran 9. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Bibit Tanaman Karet Pada Umur 12 MSP Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 10 25 25 25 20 9 14 30 16 27 201 20,1 P2 24 28 19 18 33 31 31 28 25 28 255 25,5 P3 34 23 23 17 31 32 24 26 40 43 293 29,3

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Jumlah Payung Tanaman Karet Pada Umur 12 MSP Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 1 3 2 3 2 1 2 2 2 3 21 2,1 P2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 23 2,3 P3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 23 2,3

Lampiran 11. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Karet Pada Umur 12 MSP

Perlakuan Ulangan (Tanaman) total Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 52 65 84 65 63 25 68 52 83 97 658 65,8 P2 56 80 52 60 62 87 72 86 76 44 675 67,5 P3 98 56 89 43 94 69 100 83 53 97 782 78,2

Lampiran 12. Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 4 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 2 50,09 25,04 1,78TN 3,35 5,49

Galat 27 379,38 14,05

Total 29 429,47

(35)

Lampiran 13.Tabel Analisis Sidik Raga m Jumlah Payung Umur 4 MSP SK db JK KT Fhitung F5% F1% Perlakuan 2 1,27 0,64 2,88 3,35 5,49 Galat 27 6,1 0,22 Total 29 7,37 KK = 42,24 %

Lampiran 14.Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 2 261,67 130,83 0,46 3,35 5,49

Galat 27 7646,2 283,19

Total 29 7907,87

KK = 45,48 %

Lampiran 15. Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 8 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 2 334,07 167,03 3,53BN 3,35 5,49

Galat 27 1277,3 47,30

Total 29 1611,37

KK = 47, 28

Lampiran 16. Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah Payung Tanaman Karet Umur 8 MSP SK db JK KT Fhitung F5% F1% Perlakuan 2 0,6 0,3 0,40 3,35 5,49 Galat 27 20,1 O,74 Total 29 20,7 KK = 57,93 %

(36)

Lampiran 17.Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 8 MSP SK db JK KT Fhitung F5% F1% Perlakuan 2 261,67 130,83 0,46 3,35 5,49 Galat 27 7646,2 283,19 Total 29 7907,87 KK = 41,07 %

Lampiran 18. Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 12 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1% Perlakuan 2 427,47 213,73 4,16BN 3,35 5,49 Galat 27 1387,5 51,39 Total 29 1814,97 KK = 40,60 %

Lampiran 19. Tabel Analisis Sidik Ragam Jumlah Payung Umur 12 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 2 0,27 0,14 0,41tn 3,35 5,49

Galat 27 9,1 0,34

Total 29 9,37

KK = 36,97

Lampiran 20. Tabel Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bibit Karet 12 MSP

SK db JK KT Fhitung F5% F1%

Perlakuan 2 149 74,55 0,20tn 3,35 5,49

Galat 27 9932,4 367,86

Total 29 159,040

(37)

Lampiran 21. Gambar Bibit Tanaman Karet

Lampiran 22. Gambar Pencampuran POC Urine Sapi Dengan Air

(38)

Lampiran 23.Gambar Penyiraman POC Urine Sapi Pada Bibit Tanaman Karet

(39)

Lampiran 25. Gambar Pengamatan Jumlah Payung

(40)

Gambar

Tabel 1. Sidik ragam (anova).

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, jumlah CMC- Na yang tidak terlalu besar dalam formula dengan perbandingan 30:70 menjadikan formula dengan perbandingan ini tidak mempunyai viskositas yang

Pada metode ini terdapat dua buah tombol panggilan pada setiap lantai yaitu tombol panggilan naik dan tombol panggilan turun. Kecuali pada lantai terendah

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan pada industri gerabah di Kasongan dapat disimpulkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total (a) menurunkan

memiliki nilai H’ yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya menunjukkan bahwa kedua jenis tersebut merupakan jenis anggrek alam yang dominan pada

Penggunaan media balok bambu, para peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang sisi datar secara khusus balok sehingga dapat diingat dan

Dari hasil analisis pendapatan ini menunjukkan bahwa manfaat kemitraan petani sayuran dengan Gapoktan Rukun Tani lebih kepada perolehan harga atau pemasaran hasil panen yang

Kegagalan orang-orang menyadari bahwa ada suatu masalah: Anda mungkin bertemu dengan orang-orang yang menolak untuk mengakui ada nya suatu masalah karena pengakuan

Alat musik Tarawak yang terbuat dari batok kelapa ini mempunyai nilai filosofi, sebagai salah satu instrumen yang di pakai dalam ritual upacara Ngagah Harimau