BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh.Modalitas pengobatan pada kanker secara umum terbagi dua, yaitu terapi lokal berupa pembedahan dan terapi sistemik berupa radiasi. Jenis terapi sistemik pada kanker adalah kemoteapi dengan obat sitotoksik, terapi hormonal, dan terapi biologi, atau target molekular.
Pengetahuan dan penerapan kemoterapi saat ini telah berkembang dengan pesat, semenjak pertama kali digunakannya mustar nitrogen untuk pasien dengan keganasan hematologi pada tahun 1943. Perkembangan pengetahuan dan aplikasi teknik-teknik baru di bidang biologi molekular sangat mendukung penemuan obat-obat baru yang telah efektif membunuh sel kanker dengan efek samping yang makin minimal serta dapat membunuh sel kanker yang resisten dengan obat kemoterapi. Dalam makalah ini akan membahas menegenai jenis dan rute pemeberian kemoterapi.
I.2 Rumusan Masalah
ˉ Apa saja jenis kemoterapi ?
I.3 Tujuan
ˉ Untuk mengetahui jenis kemoterapi
ˉ Untuk mengetahui rute pemberian kemoterapi
BAB II ISI
II.1 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel secara langsung maupun dengan menghentikan pembelahan selnya. Tidak seperti antibiotik yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan sel normal di sekitar kanker tetap hidup, kemoterapi juga dapat membunuh sel normal.Kejadian inilah yang disebut efek samping yang mengenai sel darah (eritrosit, lekosit, lekosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh lain (jantung, paru, hati) dan sel dalam saluran cerna.Pemakaian obat sitostatik (kemoterapi sitotoksik) telah berkembang dengan pesat dalam beberapa dasawarsa ini. Lima puluh tahun yang lalu, di luar radioterapi dan pembedahan, tidak ada obat yang dapat mengobati penyakit keganasan yang meluas. Saat ini keadaannya sudah berubah, dan obat sitostatik telah memperbaiki prognosis banyak penyakit keganasan sungguh pun masih banyak pemeriksaan dan pengalaman harus dilakukan dan diteliti. Secara tidak langsung, pengembangan obat-obatan tersebut juga telah berperan dalam perkembangan (ilmu) onkologi medis, karena pemberian sitostatik itu sendiri membutuhkan pengembangan dan kemajuan dalam banyak bidang ilmu dasar dan penunjang lainnya seperti nutrisi,
imunologi, farmakokinetik, dan sebagainya. Konsep mengenai pemberian kemoterapi kanker didasarkan pada siklus petumbuhan dan pembelahan sel, sifat sel kanker itu sendiri yang berbeda dari sel normal, dan sasaran yang dapat dicapai. Kemoterapi bersifat sistemik dan hanya dihalangi oleh pembatasan anatomik pasca bedah dan efek radiasi, dan pengaruhnya tetap ada walaupun tumor sudah menyebar.
Dalam jaringan tubuh selalu didapatkan sejumlah sel yang sedang berada dalam siklus membelah diri (proliferasi). Pada jaringan yang terkena kanker, jumlah sel yang berasa dalam siklus membelah diri ini jauh lebih besar. Proses terjadinya kanker bukanlah berupa suatu proses yang sederhana, diperlukan beberapa tahap dan banyak faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi suatu sel normal berubah menjadi kanker. Ada empat macam teori mekanisme timbulnya kanker (karsinogenesis), yaitu mutasi somatik, penyimpangan dinisme diferensiasi sel (perkembangan sel), aktivasi virus dan seleksi sel. Hasil akhirnya sama yaitu terjadinya defek pengaturan proliferasi sel dengan timbulnya replikasi pada waktu dan lokasi tubuh yang salah.
Khasiat antikanker sebagian besar obat sitostatik disebabkan oleh kemampuan obat tersebut dalam menghambat pembentukan DNA dalam sel. Seperti diketahui, DNA mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai lahan bagi duplikasi dirinya (proses baru selesai bila sudah terbentuk DNA dalam jumlah yang dua kali lipat sebelumnya) dan pembentukan RNA untuk sintesis protein. Pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap perbedaan reaksi sel tumor dan sel normal terhadap obat sitostatik, zat anti neoplastik (radiasi, obat) terutama efektif dalam fase pertumbuhan sel. Hal ini mendasari pertimbangan para ahli dalam pemberian kemoterapi kanker.
Pemahaman mengenai sitostatik dan dasar pemakaiannya memerlukan pengertian akan siklus sel, yaitu rangkaian kejadian yang terjadi pada pembelahan sel atau mitosis.Sesudah suatu sel bermitosis (fase M), ia masuk ke dalam fase G1 (Gap-1). Dalam fase G1 inilah sel tersebut aktif membentuk RNA dan protein.
Setelah melampaui fase G1 barulah sel tersebut masuk ke dalam fase S (synthesis) di mana dalam sel tersebut dibentuk DNA mencapai 2 kali lipat. Barulah kemudian sel ini masuk dalam fase G2 (Gap-2). Selama fase G-2 sel tersebut aktif lagi membentuk RNA dan protein. Setelah melampaui fase G2 barulah sel tersebut dapat membelah menjadi dua. Patut diperhatikan bahwa fase S, G2 dan M selalu konstan lamanya, hanya fase G1 yang dapat berubah-ubah. Apalagi suatu sel aktif berproliferasi, maka fase G1 ini menjadi pendek, pada sel sel yang lambat berproliferasi fase G-1 amat panjang. Obat-obat yang termasuk golongan fase spesifik biasanya tidak berefek pada tumor dengan fase G1 yang panjang.
II.2 Jenis Kemoterapi
A. Kemoterapi Berdasarkan Jumlah Obat Sitotatik 1. Kemoterapi Tunggal
Pada tahun 1970 semua pengobatan sitotatik terhadap tumor ganas yang lanjut hanya memakai suatu jenis obat (single agent chemotherapy). Kemoterpi tunggal merupakan kemoterpi dengan satu macam obat sitotatik dan menggantikannya bila ternyata tidak efektif. Obat alkilasi merupakan pilihan utama pada kebanyakan kasus, dengan hasil remisi lengkap sebesar 30 persen pada leukimia dan limfoma serta 10 hingga 15 persen pada tumor ganas padat, itu pun dengan faktor-faktor prognostik yang sangat baik. Saat ini pemakaian kemoterapi tunggal hanya terbatas pada beberapa jenis keganasan saja, dan pada berbagai keadaan tertentu, misalnya :
2) Pasien berumur di atas 70 tahun 3) Pasien dalam status kebugaran buruk
4) Terdapat penyakit penyerta sistemik (penyakit jantung, ginjal) 5) Pasien sulit untuk dipantau secara medis.
2. Kemoterapi Kombinasi
Sejak dilaporkannya keberhasilan protokol MOPP pada penyakit limfoma non-Hodgkin pada tahun 1970 dengan kemoterapi kombinasi, berbagai kombinasi telah diuji coba dan merupakan cara pengobatan terpilih hampir semua jenis penyakit keganasan. Sebagai contoh, untuk limfoma non-Hodgkin telah dikembangkan protokol kemoterapi sitostatik yang lebih agresif, yang diperkirakan menghasilkan persentase angka remisi yang sempurna dan kenaikan angka harapan hidup yang lebih tinggi. Pada penggunaan regimen generasi kedua, seperti COP-BLAM, Pro MACE-MOPP dan M-BACOD telah dicapai angka kesembuhan antara 55-60%. Sedangkan pengobatan dengan regimen kemoterapi generasi ketiga, seperti COPBLAM III, Pro MACE-Cyta BOM, MACP-B dapat mencapai angka kesembuhan 70%.
Kemoterapi kombinasi merupakan jenis kemoterpi dengan beberapa obat sitostatik memanfaatkan berbagai sifat obat antitumor dengan toksisitas yang tidak tumpang tindih. Pemakaian secara siklik memungkinkan diberikannya beberapa obat sitostatik dengan sasaran berbeda tanpa terlalu meningkatkan toksisitas.Beberapa hal perlu diketahui dan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengobatan kemoterapi kombinasi, yaitu :
1. Tujuan – meningkatkan kekerapan, wawasan serta lamanya remisi lengkap atau mencapai kesembuhan bila mungkin, dan memperpanjang remisi tersebut bila mungkin.
2. Latar belakang – setiap obat harus mempunyai aktivitas terapeutik dan sasaran tertentu dan harus dapat diberikan dalam dosis efektif. Obat-obat tersebut tidak boleh mempunyai toksisitas yang tumpang tindih (overlapping) maupun resistensi silang. Pasien harus memiliki tingkt kemampuan berperan (status performance) sebesar 50% atau lebih, dan dokter yang merawat harus mempertimbangkan kinetik jenis tumor yang akan menjadi sasaran.
3. Kelebihan – meningkatkan daya bunuh sel ganas serta mengurnagi resistensi memberikan pilihan yang lebih banyak bagi dokter berdasarkan sifat dan efektivitas masing-masing obat. 3
4. Kekurangan – menambah toksisitas obat lain yang secara terapeutik tidak efektif dan kadang-kadang dapat terjadi interferensi satu obat dengan lainnya dalam hal daya bunuh. Obat-obat yang dipakai bersama-sama dapat saling menghambat atau memperhebat efek samping, sebagai contoh : L-Asparaginase menghambat masuknya Methotrexate ke dalam sel. Allopurinol bila diberikan bersama 6-Mercaptopurine (6-MP) dapat memperhebat efek samping karena mempengaruhi metabolisme 6 MP tersebut.
B. Kemoterapi Berdasarkan Tahapan Terapi
1. Kemoterapi Ajuvan
Konsep ini merupakan pendekatan terapeutik
terpenting dalam pengobatan modern penyakit
keganasan. Prinsipnya ialah pemberian obat sistemik,
baik secara tunggal maupun kombinasi, bersama
dengan suatu modalitas pengobatan regional-lokal
seperti pembedahan atau radioterapi. Cara ini
bertujuan memberantas mikrometastasis yang
tersebar jauh sehingga diharapkan terjadi
peningkatan angka kesembuhan.
Indikasi terapi
ajuvan ialah, antara lain :
1) Pasien dengan penyakit keganasan mempunyai
risiko tinggi untuk terjadi rekurens.
2) Segera sebelum atau sesudah suatu pembedahan
atau radioterapi
3) Bila tidak berhasil didapatkan bukti secara klinis,
radiologis, atau laboratorik akan adanya
metastasis jauh dalam situasi pada ad 1) dan 2).
2. Kemoterapi Neoajuvan
Pemberian kemoterapi adjuvant yang
dimaksud adalah pemberian sitostatika lebih awal
yang dilanjutkan pemberian radiasi. Maksud dan
tujuan pemberian kemoterapi neoadjuvan ditangani
dengan radiasi. Alasan utama penggunaan
kemoterapi neoadjuvan pada awal perjalanan
penyakit adalah untuk menurunkan beban sel
tumor sistemik pada saat terdapat sel tumor yang
resisten. Vaskularisasi intak sehingga perjalanan ke
daerah tumor lebih baik. Terapi bedah dan
radioterapi sepertinya akan memberi hasil yang
lebih baik jika diberikan pada tumor berukuran
lebih kecil. untuk mengecilkan tumor yang sensitif
sehingga setelah tumor mengecil akan lebih mudah
Teori ini dapat disingkirkan karena akan
terjadpeningkatan efek samping, durasinya, dan
beban biaya perawatan yang meningkat. Dan yang
lebih penting, sel yang bertahan setelah kemoterapi
akan menjadi lebih tidak respon setelah dilakukan
radioterapi sesudahnya. Alasan praktis penggunaan
kemoterapi adjuvan adalah usaha untuk
meningkatkan kemungkinan preservasi organ dan
kesembuhan.
3. Kemoterapi Concurrent
Kemoterapi diberikan bersamaan dengan
radiasi. Umumnya dosis kemoterapi yang diberikan
lebih rendah. Biasanya sebagai radiosensitizer.
II.4 Macm-macam Obat kemoterapi
1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
II.5 Rute Pemberian Kemoterapi
1. Kemoterapi Intravena
Banyak obat kemoterapi yang penggunaannya secara IV, misalnya Siklofosfamid, Epirubisin, Vinkristin, 5-FU, Metotreksat, Sitarabin dan lain-lain. Cara pemberian kemoterapi secara IV diantaranya untuk pengobatan kanker payudara, kanker kolorektal,limfoma maligna, leukimia akut dan lain-lain. Cara pemberian kemoterapi secara IV bervariasi, tergantung pada jenis obat maupun jenis keganasannya. Misalnya :
ˉ Epirubisin pemberian secara IV pelan-pelan.
ˉ Siklofosfamid dilarutkan dulu dalam larutan NaCl 0.9% lalu disuntikkan secara IV pelan-pelan, atau dengan infus drip selama 10-20 menit.
ˉ Sitarabin dilarutkan dulu dalam 500 cc salin diberikan secara infus drip selama 24 jam.
Gambar. Obat Kemoterapi Epirubicin
Umumnya agen kemoterapi diberikan secara intravena untuk mengatasi masalah kepatuhan dan absorpsi. Saat diberikan secara intravena, agen kemoterapi dapat menimbulkan efek samping pada lokasi injeksi. Saat obat tersebut disuntikkan dan bocor ke jaringan sekitarnya, dapat menimbulkan reaksi jaringan yang bervariasi dari iritasi hingga nekrosis.
2. Kemoterapi Intratekal Intraventrikular
Kemoterpi ini digunakan untuk terapi meningitis neoplastik, akibat tumor solid, limfoma atau leukimia dan terapi profilaksis untuk pasien dengan risiko tinggi pada limfoma atau leukimia. Obat yang digunakan :
Metotreksat
Tiotepa
Sitarabin
Cara pemberiannya yaitu diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis). Pemasangan reservoar sub Q secara operatif dan dengan kateter ventrikular (SRVC).
3. Kemoterapi Intrapleural
Pasien yang dapat diobati dengan cara ini adalah pasien simptom masih minimal, jangan tunggu sampai terjadi gangguan pernapasan. Prognosis baik, pasien mempunyai harapan hidup yang cukup baik sehingga mondok di rumah sakit 3-4 hari tidak jadi masalah. Limfoma, small cell lung cancer, dapat diberik terapi sistemik setelah torasentesis. Tumor yang menunjukkan respons sedang seperti kanker payudara dan kebanyakan tumor solid akan memerlukan terapi intrapleural. Cara pemeberiannya dimasukkan “talc paudrage” ke dalam kavum pleura. Obat apa yang digunakan :
Bleomisin : cukup efektif tetapi mahal
Doksisiklin : efektif sedang, tetapi murah. Perlu terapi ulang dan menaikkan biaya.
4. Kemoterapi Intraperitoneal
Dikenal sebagai cara pengobatan yang rasional untuk kanker ovarium residual (kemoterapi inisial, pengobatan dengan obat-obat baris kedua, konsolidasi). Kemoterapi untuk trial terapi ajuvan, kanker gaster dan kolon serta pengobatan yang telah teruji untuk sel-sel residual dari mesotelioma setelah reseksi maksimal. Dengan Kemoterapi Intraperitoneal dapat meningkatkan paparan dari tumor yang ada dalam kavum peritoneal dengan obat sitotoksik yang aktif dan obat antineoplasti dan cara yang palin tepat untuk obat-obat yang aktivitas antineoplastiknya terhadap beberapa janis tumor masih diragukan (kanker ovarium, kolon, gaster, mesotelioma dan lain-lain) dapat dibuktikan bahwa aktivitas neoplastiknya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kadar dan lama paparan.
Gambar. Kemoterapi intraperitoneal Cara pemberian :
ˉ Pemasangan kateter semi permanen dengan pembedahan atau pemasangan kateter perkutan pada setiap pengobatan.
ˉ Biasanya dimasukkan 1-2 volume obat, dan tak perlu mengeluarkan cairan setelah pengobatan
5. Kemoterapi Intravesika
Kira-kira 70% dari pasien yang terdiagnosis sebagai karsinoma sel transisional pada vesika urinaria, penetrasinya superfisial. Misalnya Ta (papiler), Tcis (carcinoma in situ), Ti (invasi ke lamina propria). 50-70% dari pasien kanker vesika urinaria mengalami kekambuhan dan 30-50% pasien kanker vesika urinaria progresi ke arah stadium yang lebih tinggi. Tujuan menggunakan Kemoterapi Intravesika yaitu pada terapi ajuvan profilaksis dan etiologik adalah untuk mengeliminsi karsinoma in situ, karsinoma superfisial yang tidak dapat direseksi dan mencegah kekambuhan. Dan keputusan untuk menggunakan terapi intravesikal, didasarkan pada kecendrungan dan risiko terjadinya progresi dan kekambuhan.
Kemoterapi intravesikal yang terbaik untuk tumor transisional grade I. Jadwal pengobatan yang optimal dari terapi intravesikal tak diketahui.
Pengobatan jangka pendek sama efektifnya dengan dosis multipel yang diberikan dalam waktu yang lama. Cara pemberiannya gunakan teknik steril dalam katerisasi.
6. Kemoterapi Oral
Kemoterapi oral untuk pengobatan kanker ovarii yang relaps setelah pengobatan dengan platinum atau taksan, pengobatan kanker kolorektal yang telah lanjut, kanker payudara metastatik setelah gagal dengan antrasiklin dan taksan dan pengobatan leukimia limfositik kronik sel B dan LNH derajat keganasan rendah. Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
BAB III
PENUTUP
III.1 KesimpulanKemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel secara langsung maupun dengan menghentikan pembelahan selnya. Jenis kemoterapi terdiri dari kemoterapi berdasarkan jumlah obat sitotatik dan kemoterapi beradasarkan tahapan terapi. Kemoterapi berdasaran jumlah obat sitoatik yaitu kemoterapi tunggal dan kemoterapi kombinasi. Sedangkan kemoterapi beradasarkan tahapan terapi yaitu kemoterapi ajuvan, neoajuvan dan Concurrent. Rute pemberian kemoterapi secara intravena, intratekal intraventrikular, intrapleural, intraperitoneal, intravesika dan oral.