• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

1

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

RINGKASAN

 Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kalimantan Tengah pada Maret 2013 sebesar 136.953 orang (5,93 persen), berkurang 11.094 orang (0,58 persen) dibandingkan Maret 2012 yang mencapai 148.047 orang (6,51 persen).

 Selama periode Maret 2012 – Maret 2013 penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 846 orang (dari 32.386 orang pada Maret 2012 menjadi 33.232 pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 11.940 orang (dari 115.661 orang pada Maret 2012 menjadi 103.721 orang pada Maret 2013).

Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 4,26 persen, meningkat menjadi 4,30 persen pada Maret 2013. Sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 7,64 persen pada Maret 2012 menjadi 6,75 persen pada Maret 2013.

 Garis Kemiskinan pada Maret 2013 yaitu sebesar Rp 294.543,- mengalami kenaikan dari Maret 2012 yang hanya sebesar Rp 269.940,- (naik 9,11 persen).

 Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 80,87 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2012 yang sebesar 80,89 persen.

 Pada periode Maret 2012 – Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) menurun dari 1,047 menjadi 0,865. Ini mengindikasikan bahwa

rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan. Begitu juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun dari 0,257 menjadi

0,191. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

 Jika dibandingkan antar provinsi yang ada di Pulau Kalimantan pada Maret 2013 angka kemiskinan tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 8,24 persen, sedangkan terendah di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 4,77 persen.

(2)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

2

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012 – Maret 2013

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah pada Maret 2013 sebesar 136.953 orang (5,93 persen), berkurang 11.094 orang (0,58 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang berjumlah 148.047 orang (6,51 persen).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2012 – Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 846 orang (0,04 persen) sedangkan daerah perdesaan berkurang 11.940 orang (0,89 persen).

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Daerah, Maret 2007 – Maret 2013

Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+ Desa Kota Desa Kota+ Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret 2007 51.200 159.100 210.300 6,72 10,76 9,38 Maret 2008 45.345 154.646 199.991 5,81 10,20 8,71 Maret 2009 35.775 130.079 165.854 4,45 8,34 7,02 Maret 2010 33.229 130.992 164.221 4,03 8,19 6,77 Maret 2011 29.361 117.544 146.905 3,91 7,89 6,56 Sept 2011 28.288 121.733 150.021 3,74 8,10 6,64 Maret 2012 32.386 115.661 148.047 4,26 7,64 6,51 Sept 2012 32.308 109.593 141.901 4,21 7,19 6,19 Maret 2013 33.232 103.721 136.953 4,30 6,75 5,93

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

210.300 199.991 165.854 164.221 146.905 150.021 148.047 141.901 136.953 009 009 007 007 007 007 007 006 006

Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13

Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah, 2007-2013

(3)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

3

2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2012 – Maret 2013

Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Jadi besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan.

Selama Maret 2012 – Maret 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,11 persen, yaitu dari Rp 269.940,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp 294.543,- per kapita per bulan pada Maret 2013 (Tabel 2). Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013, sumbangan GKM terhadap GK cukup besar, yaitu 80,87 persen, sedangkan GKBM hanya sebesar 19,13 persen saja.

Tabel 2. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah di Provinsi Kalimantan Tengah, Maret 2012 – Maret 2013

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total

(1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 2012 207.474 61.102 268.576 Maret 2013 221.396 65.937 287.333 Perubahan (%) 6,71 7,91 6,98 Perdesaan Maret 2012 223.813 46.812 270.626 Maret 2013 246.659 51.513 298.172 Perubahan (%) 10,21 10,04 10,18 Kota+Desa Maret 2012 218.345 51.594 269.940 Maret 2013 238.201 56.342 294.543 Perubahan (%) 9,09 9,20 9,11

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada Maret 2013, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras, yaitu sebesar 27,58 persen di perkotaan dan 30,46 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua kepada Garis Kemiskinan (11,93 persen di perkotaan dan 14,24 persen di perdesaan).

(4)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

4

Jika kita lihat secara berurutan sepuluh komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan terdiri dari beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, bawang merah, ikan kembung, kopi, dan tahu. Sedangkan di perdesaan terdiri dari beras, rokok kretek filter, gula pasir, mie instan, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, kue basah, kopi, dan cabe rawit.

Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan adalah perumahan (8,11 persen di perkotaan dan 7,17 persen). Listrik memberikan sumbangan terbesar kedua pada Garis Kemiskinan (2,37 persen di perkotaan dan 1,19 persen di perdesaan). Kemudian jika kita lihat secara berurutan lima komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan terdiri dari perumahan, listrik, bensin, minyak tanah, dan pendidikan. Sedangkan di perdesaan terdiri dari perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi, dan minyak tanah.

Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2013 Perkotaan Perdesaan Komoditi % Komoditi % (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 27,58 Beras 30,46

Rokok kretek filter 11,93 Rokok kretek filter 14,24 Daging ayam ras 4,43 Gula pasir 5,85

Gula pasir 4,08 Mie instan 3,47

Telur ayam ras 3,48 Telur ayam ras 3,19 Mie instan 3,40 Daging ayam ras 3,05 Bawang merah 2,35 Bawang merah 2,83

Ikan kembung 1,40 Kue basah 1,95

Kopi 1,40 Kopi 1,80

Tahu 1,33 Cabe rawit 1,47

Bukan Makanan

Perumahan 8,11 Perumahan 7,17

Listrik 2,37 Bensin 1,47

Bensin 1,89 Listrik 1,19

Minyak tanah 1,82 Perlengkapan mandi 0,91

Pendidikan 1,37 Minyak tanah 0,85

(5)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

5

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan tentang program kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2012 – Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari

1,047 menjadi 0,865. Demikian pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) turun

dari 0,257 menjadi 0,191 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa secara umum rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Daerah, Maret 2007–September 2012 Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2007 0,980 2,040 1,680 Maret 2008 0,898 1,760 1,467 Maret 2009 0,616 1,238 1,027 Maret 2010 0,861 1,098 1,018 Maret 2011 0,823 1,071 0,988 September 2011 0,666 1,309 1,094 Maret 2012 0,572 1,286 1,047 September 2012 0,920 1,158 1,078 Maret 2013 0,631 0,982 0,865

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2007 0,380 0,570 0,510 Maret 2008 0,186 0,462 0,368 Maret 2009 0,130 0,270 0,222 Maret 2010 0,236 0,238 0,238 Maret 2011 0,264 0,231 0,242 September 2011 0,184 0,335 0,285 Maret 2012 0,128 0,322 0,257 September 2012 0,251 0,273 0,266 Maret 2013 0,135 0,219 0,191

(6)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

6

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan. Pada Maret 2013, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,631 sementara di daerah

perdesaan mencapai 0,982. Begitu juga nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk

perkotaan hanya 0,135 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,219. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah perkotaan.

4. Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan, Maret 2013

Tabel 5 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Kalimantan pada Maret 2013. Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 8,24 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 4,77 persen. Dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar penduduk miskin berada di Provinsi Kalimantan Barat, sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Provinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan, Maret 2013

Provinsi Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+ Desa Kota Desa Kota+ Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kalimantan Barat 71.747 297.263 369.010 5,30 9,51 8,24

Kalimantan Tengah 33.232 103.721 136.953 4,30 6,75 5,93

Kalimantan Selatan 52.048 129.691 181.739 3,25 5,88 4,77 Kalimantan Timur 90.423 147.538 237.961 3,71 9,90 6,06

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan yaitu dengan menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah

(7)

Berita Resmi Statistik No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013

7

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah rata-rata pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2013. Jumlah sampel secara nasional sebesar 75.000 rumah tangga, dimana untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1.730 rumah tangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi  Kalimantan Tengah  Menurut Daerah, Maret 2007 – Maret 2013
Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis  Kemiskinan, Maret 2013  Perkotaan  Perdesaan  Komoditi  %  Komoditi  %  (1)  (2)  (3)  (4)  Makanan         Beras  27,58  Beras  30,46
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di  Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Daerah, Maret 2007–September 2012
Tabel 5 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi  di Pulau Kalimantan pada Maret 2013

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Mu yang telah memberikan limpahan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat

Adakah pengaruh tatanan interior studio gambar manual lantai 3 lab FPTK UPI terhadap motivasi belajar mahasiswa jurusan pendidikan teknik arsitektur FPTK UPI angkatan 2004 dan

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan aktivitas sitotoksik secara in silico dari senyawa asam 10- N -(benzoil)folat dengan metotreksat, memperoleh senyawa asam 10-

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK) menyebutkan bahwa, “Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak

Aplikasi Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan Perguruan Tinggi dapat dijadikan sebagai alat bantu pengambilan keputusan, karena dengan menginputkan kriteria, sub kriteria

Membangun suatu perangkat lunak untuk mengidentifikasi karakter pada suatu file gambar yang berasal dari hardcopy dokumen atau dari sumber lainnya, dengan

Tahap-tahap perkembangan psikologis siswa harus diperhatikan dalam memilih bahan pembelajaran sastra. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki minat yang

Kajian ini bertujuan mengetahui prasejarah Gua Tenggera dan Anabahi dari segi fasa budaya, fungsi tapak, lukisan gua, teknologi dan fungsi artifak batu/tulang, persekitaran dan