• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Action, infant formula, diarrhea aged 0-6 months

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Action, infant formula, diarrhea aged 0-6 months"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO

Hertina Kalay* *

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT

Diarrhea is still a major problem in the community that are difficult to overcome from year to year. Diarrhea remains one of the diseases that cause mortality and malnutrition in children. In children, the disease can be transmitted through food and water that has been contaminated or the preparation and presentation of infant formula is not sterile. The purpose of this study was to determine the relationship between the action formula feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in the Work Area Health Center Ranotana Weru Manado.

This type of research is an analytical survey using cross sectional design. The study population was all infants 0-6 months of age and reside in the Work Area Health Center Ranotana Weru Manado. The samples in this study were infants aged 0-6 months were given formula in the Work Area Health Center Ranotana Weru Manado. The methods used were interviews using questionnaires with respondents are mothers / caregivers of infants who totaled 96 people. Purposive sampling technique sampling. Bivariate analysis using Chi-Square test and Fisher Exact Test with confidence level = 95% and α = 0.05.

The results showed that with no action either in formula feeding as much as 62.5% of respondents, and that has an action in both formula feeding as much as 37.5% of respondents, while the percentage incidence of diarrhea in the last three months in infants aged 0-6 months amounting to 41.6%. The results of the bivariate analysis showed that there was no correlation between formula feeding action with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months in the Work Area Health Center Ranotana Weru Manado (p = 0.392).

Suggested to the health center in order to carry out the extension of diarrhea, prevention and treatment. Especially to the mother / baby sitter to retain even can improve behavior and healthy (PHBS) in the case of formula feeding.

Keywords: Action, infant formula, diarrhea aged 0-6 months

ABSTRAK

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi dari tahun ke tahun. Diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Pada anak, penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi ataupun penyiapan dan penyajian susu formula yang tidak steril. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.

Jenis penelitian adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua bayi usia 0-6 bulan dan berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang diberikan susu formula di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Metode yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner dengan responden adalah ibu/pengasuh para bayi yang berjumlah 96 orang. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact Test dengan tingkat kepercayaan = 95% dan α= 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki tindakan tidak baik dalam pemberian susu formula sebanyak 62,5% dalam pemberian susu formula, sedangkan persentase kejadian diare dalam tiga bulan terakhir pada bayi usia 0-6 bulan yaitu sebesar 41,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado (p = 0,392).

Disarankan kepada pihak Puskesmas agar melaksanakan penyuluhan tentang diare, cara pencegahan dan pengobatannya. Khususnya kepada ibu/pengasuh bayi agar tetap mempertahankan bahkan dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam hal pemberian susu formula.

(2)

PENDAHULUAN

Diare didefinisikan sebagai tiga atau lebih hajat besar atau berak cair per hari (WHO, 2009). Menurut Riskesdas (2007), diare adalah berak cair berulang kali (lebih dari 3 kali sehari), dengan atau tanpa darah.

Diare juga merupakan gejala penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Diare terbagi dalam dua jenis yaitu diare akut dan diare persisten atau diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes, 2011). Menurut Purnamasari (2011), tanda dan gejala diare dapat berbeda tergantung dari kuman penyebabnya.

1. Diare akibat virus bentuk tinjanya cair seperti air, anak buang air besar menyemprot, seringkali disertai mual dan muntah, disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, anak menjadi tidak nafsu makan.

2. Diare akibat bakteri menunjukkan gejala yang berbeda pada beberapa bakteri. Gejala umum yang terjadi adalah diare yang tidak menyemprot, disertai dengan demam tinggi, jarang disertai mual dan muntah. Konsistensi tinja berbeda tergantung pada diare yang menginfeksi. Infeksi akibat Escheria coli memberikan tinja yang encer berwarna kecoklatan. Infeksi akibat Vibrio cholera, tinja encer seperti air cucian beras. Infeksi akibat Shigella dapat menyebabkan tinja mengandung lendir dan darah.

3. Diare akibat parasit, seperti akibat Shigella, juga menimbulkan diare dengan tinja yang mengandung lendir dan darah.

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

Menurut Sudarmoko (2011), beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah agar anak-anak tidak terjangkit penyakit diare adalah: 1. Untuk meminimalisir risiko tertular, balita harus dijauhkan dari balita lain yang sedang menderita sakit disertai dengan muntah-muntah dan diare.

2. Untuk beberapa makanan padat/keras, bila ternyata terbukti membuat keadaan semakin buruk sebaiknya konsumsinya dihentikan untuk sementara waktu.

3. Menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. Mencuci tangan anak sebelum makan dan sesudah makan, cuci tangan sebelum memasak makanan dan pastikan tangan selalu bersih ketika memberikan makan pada anak. Pastikan peralatan makan dan minum anak bersih dan tidak terkontaminasi kuman apapun juga.

4. Minum dan makan makanan yang sudah dimasak serta menghindari memberikan makanan setengah matang pada anak. 5. Selalu mencuci sayuran dan buah sebelum

dimakan. Pada sayuran biasanya di akarnya banyak mengandung bakteri Escheria coli. 6. Tetap memberikan pengobatan hingga tinja

tampak kembali normal, tidak lembek atau cair.

Menurut Purnamasari (2011), penanganan diare cukup sederhana. Saat ini dikembangkan program penanganan diare pada anak yang dikenal dengan Lintas Diare (lima langkah tuntaskan diare) yaitu:

1. Penggunaan oralit formula baru 2. Pemberian zink

3. Melanjutkan pemberian ASI dan makanan

4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi 5. Konseling ibu

Susu formula merupakan susu buatan pabrik

yang telah diformulasi menyerupai ASI,

walau ASI tetap yang terbaik. Susu formula

dibuat sesuai golongan usia bayi, mulai dari

bayi yang baru lahir (

new born

)

usia 0-6

bulan, 6-12 bulan, dan usia batita 1-3 tahun,

usia prasekolah 3-5 tahun, serta usia sekolah

lima tahun ke atas (Sutomo dkk, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), penggolongan formula bayi menurut European Society for Paediatric Gasctroentlerdogy and Nutrition (ESPGAN) adalah:

1. Formula awal (starting formula), yang di bagi dalam:

(3)

a. Formula awal adaptasi (adapted formula)

b. Formula awal lengkap (complete starting formula)

2. Formula Lanjutan (follow-up formula) Menurut Khasanah (2011), prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh bayi. Susu terbaik tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal. Susu terbaik tidak akan menimbulkan gangguan saluran cerna seperti, diare, muntah, atau kesulitan buang air besar.

Pemberian

susu formula dengan takaran yang kurang tepat dapat mengganggu pertumbuhan bayi, sedangkan pemberian yang berlebihan dapat menyebabkan bayi berisiko mengalami berlebih atau obesitas. Sebaliknya, jika pemberian susu formula terlalu encer atau jumlahnya dibatasi dapat menyebabkan marasmus atau kurang gizi. Untuk bayi yang diberikan susu formula biasanya frekuensi pemberiannya setiap 3-4 jam pada bulan pertamanya atau bila bayi lapar. Semakin besar frekuensi menyusui akan semakin berkurang, tapi jumlah susu formula akan meningkat. Apabila ibu mengalami kesulitan dalam menentukan jumlahnya dengan tepat, sebaiknya gunakan botol susu yang ada petunjuk ukuran sehingga memudahkannya menyiapkan susu formula dengan jumlah yang tepat, Khasanah (2011).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional (studi potong lintang). Lokasi Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi usia 0-6 bulan dan berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado yang dibatasi dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi bayi yang telah diberikan susu formula sedangkan kriteria ekslusi bayi yang ibu/pengasuhnya tidak bersedia menjadi responden. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Responden adalah ibu/pengasuh yang

paling sering berperan mengasuh bayi sebanyak 96 responden. Teknik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tindakan pemberian susu formula mencakup: kebiasaan mencuci tangan sebelum mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara penyimpanan botol susu, dan cara pengenceran susu formula, sedangkan variabel dependen kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner Data dianalisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact (CI= 95%, α = 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado dengan Luas Wilayah 28,5 km² dimana 70% wilayahnya adalah daerah pegunungan membawahi 5 kelurahan yaitu:

Ranotana

Weru,

Karombasan

Utara,

Kelurahan Karombasan Selatan, Kelurahan

Pakowa, Kelurahan Bumi Nyiur. Jumlah

penduduk tahun 2010 yaitu 25.300 jiwa.

Tingkat pendidikan tersebar dari SD, SMP,

SMA, Diploma, dan Perguruan tinggi.

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado dengan menggunakan kuesioner diperoleh data responden berumur 16-25 tahun sebanyak 49 orang (51%), responden yang berumur 26-35 tahun sebanyak 28 orang (29,1%), sedangkan responden berumur 36-45 tahun sebanyak 11 orang (11,4%), serta responden berumur 46-55 tahun sebanyak 4 orang (4,1%), dan untuk responden yang berumur ≥56 tahun sebanyak 4 orang (4,1%). Distribusi responden berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas yang paling banyak responden di Ranotana Weru yaitu sebanyak 34 responden (35,4%) dan paling sedikit responden dari Bumi Nyiur 13 responden (13,5%). Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden tertinggi yaitu SMA/SMK/SPK sebanyak 62,5%, sedangkan tingkat pendidikan terakhir terendah yaitu SD sebanyak 6,2%. Distribusi pekerjaan responden yang terbanyak pada IRT yaitu sebanyak 86,4%

(4)

sedangkan paling sedikit yaitu PNS/POLRI sebanyak 4,1%.

Kejadian Diare

Berdasarkan hasil penelitian kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan dalam tiga bulan terakhir (Februari- April 2012) dapat dilihat bahwa kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang diberikan susu formula dalam tiga bulan terakhir. Dari 40 bayi yang terkena diare (41,6%) sekitar 13 bayi (13,5%) yang didiagnosis mengalami diare oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) sedangkan 83 bayi (86,5%) berdasarkan gejala klinis. Bayi yang didiagnosis mengalami diare oleh tenaga kesehatan maka akan dilakukan penanganan lebih lanjut.

Diare menyebabkan kehilangan garam (natrium) dan air secara cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika air dan garam tidak digantikan cepat, tubuh akan mengalami dehidrasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia dibawah lima tahun. Kematian terjadi jika kehilangan sampai 10% cairan tubuh (Sudarmoko, 2011).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia diare, sakit perut, dan perut kembung merupakan gejala intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa yaitu berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa yang disebabkan oleh kekurangan enzim laktase. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan (POM RI, 2008). Tindakan Pemberian Susu Formula

Tindakan pemberian susu formula adalah pemberian susu formula yang dilakukan oleh ibu/pengasuh yang mengasuh bayi usia 0-6 bulan meliputi: kebiasaan mencuci tangan sebelum mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara penyimpanan botol susu, dan cara pengenceran susu formula. Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Mengencerkan Susu dengan Kejadian Diare

Terdapat 51% yang memiliki kebiasaan mencuci tangan yang tidak baik dan 49% memiliki tindakan yang baik dalam kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare yang di uji

menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows version 19 menghasilkan nilai probabilitas 0,285. Dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dari Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan ibu dalam mencuci tangan sebelum memberikan minum bayi dengan kejadian diare pada anak.

Distribusi Cara Membersihkan Botol Susu Dengan Kejadian Diare

Cara membersihkan botol susu bahwa sekitar 70% responden memiliki tindakan yang tidak baik dalam membersihkan botol susu dan 30% sudah memiliki tindakan yang baik. Nilai probabilitas antara cara membersihkan botol susu dengan kejadian diare yang di uji menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows version 19 menghasilkan nilai probabilitas 0,625. Dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara cara membersihkan botol susu dengan kejadian diare.

Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Marisa, dkk (2009) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang sifnifikan antara

kebersihan botol susu dengan kejadian diare

pada anak.

Distribusi Penggunaan Air Untuk Mengencerkan Susu dengan Kejadian Diare Penggunaan air untuk mengencerkan susu khususnya bagi responden yang memasak air sampai mendidih untuk mengencerkan susu yang memiliki tindakan tidak baik sekitar 36,4% dan tindakan baik 63,5% sedangkan untuk responden yang mengencerkan susu menggunakan air dari dispenser dan memiliki tindakan tidak baik sebanyak 95% dan tindakan yang baik 5,2%. Berdasarkan hasil penelitian di uji menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows version 19 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan air yang dimasak sampai mendidih dengan kejadian diare p value (0,858).

(5)

Berdasarkan hasil penelitian di uji menggunakan uji Fisher Exact Test dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for

windows version 19 menunjukkan bahwa

penggunaan air untuk dikonsumsi menggunakan dispenser dengan kejadian diare p value (1,000). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan air dalam pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak.

Cara Penyimpanan Botol Susu dengan Kejadian Diare

Distribusi responden yang mempunyai tindakan tidak baik dalam penyimpanan botol susu sebanyak 69% dan mempunyai tindakan baik 31,2%. Dari hasil penelitian di uji menggunakan uji Chi Square dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows version 19 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara cara penyimpanan botol susu dengan kejadian diare p value (0,503). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suherna, dkk (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara cara penyimpanan susu formula dengan kejadian diare pada anak.

Cara Pengenceran Susu Formula dengan Kejadian Diare

Distribusi responden mempunyai tindakan tidak baik dalam pengenceran susu formula yaitu sebanyak 28,1% sedangkan yang memiliki tindakan baik 72%. nilai probabilitas antara cara pengenceran susu dengan kejadian diare yang di uji menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows version 19 menghasilkan nilai probabilitas 0,420. Dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara cara pengenceran susu dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Menurut Winarno (1995), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian susu formula yaitu: peralatan makanan yang digunakan harus dalam keadaan bersih, serta cara pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan SPSS for windows version 19 menghasilkan nilai

probabilitas (p value) sebesar 0,392 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.

KESIMPULAN

1. Terdapat 41,6% bayi usia 0-6 bulan yang terpilih sebagai sampel penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado yang mengalami diare dalam tiga bulan terakhir (Februari-April 2012). 2. Terdapat 62,5% responden memiliki

tindakan tidak baik dalam pemberian susu formula.

3. Tidak terdapat hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2010. Waspadai Gizi Balita

Anda: Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Andini, D. 2006. Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi Anak Usia dibawah Dua Tahun (BADUTA) Pada Keluarga Ibu

Bekerja dan Tidak Bekerja. Online

(http://www.google.co.id/#hl=id&sclient) Diakses 8 Mei 2012

Aniqoh, M. 2006. Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare

Pada Bayi 0-12 Bulan. Online:

(http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=b rowse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2-2006-machwijatu-464) diakes 3 Maret 2012 Anonimous. 2010. Profil Kesehatan Puskesmas

Ranotana Weru.

Arnita, D. 2009. Faktor- Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Pada Anak Usia 0-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2008. Online: (http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mo d=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2-2006-machwijatu-464) diakses 3 Maret 2012

Badan POM RI. 2008. Kenali Intoleransi Laktosa Lebih Lanjut. Online:

(6)

(http://www. pom.go.id) diakses 22 Agustus 2012

Baqi, N.A. 2008. Tips Mengurangi Resiko Kontaminasi Pada Susu Formula Pada Bayi. Online: (http: wordpress.com) diakses 7 Juni 2012.

Dahlan, M. S. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes. 2011. Buku pedoman Pengendalian

Penyakit Diare Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan nomor 1216/MENKES/SK/XI/2001.

Online:(www.dinkes-

tts.web.id/bank...diare/32-buku...diare/download.html) diakses 26 Juni 2012.

Khasanah, N. 2011. Asi Atau Susu Formula Ya?: Panduan Lengkap Seputar Asi dan Susu Formula. Jogjakarta: Flash Books. Kasjono, Y. 2009. Teknik Sampling Untuk

Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kelly, Bennet, Murray, dan O’Grady. 2009. 73

Penyakit yang Penting Diketahui:

Pengenalan, Pencegahan, dan

Penyembuhan, Penyakit-Penyakit yang

Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus. Terjemahan oleh : Yudi Santoso. Yokyakarta: Palmall.

Kemenkes. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di

Indonesia. Online:

(www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20 Diare_Final(1).pdf) diakses 26 Juni 2012. Marisa A, Ikop R, dan Fajar N. 2009.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Diare Pada anak usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola 11

Ilir Palembang Tahun 2009. Online

(http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=p sy-ab&q) Diakses: 3 Maret 2012

Riyanto, A. 2011. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan.Yokyakarta: Nuha Medika. Ngawi, S. 2011. Skripsi Diare: Hubungan

Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita. Online:

(http://spaces.live.com title=SKRIPSI+DIARE /

+%C2%AB+Sanusi+ngawi&SourceURL P) Diakses 3 Maret 2012

Notoatmodjo, S. 2010. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,

S.

2010.

Metodologi

Penelitian Kesehatan

. Jakarta: Rineka

Cipta.

Paramitha G, Soprima M dan Haryanto.

2008.

Perilaku Ibu Pengguna Botol

Susu Dengan Kejadian Diare Pada

Balita.

Bekasi.

Online:

(

http://www.google.co.id/#hl=id&sclie

nt=psy-e

) Diakses 3 Maret 2012

Purnamasari,

D.

2011.

Deteksi

&

Pengobatan

Dini

Balita

Anda:

Panduan Praktis bagi Orangtua.

Yogyakarta: Pustaka Solomontode.

Riset Kesehatan Dasar. 2007.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan

. Jakarta. Cetakan 2007

Riset Kesehatan Dasar. 2010.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan

. Jakarta. Cetakan 2010

Sudarmoko. 2011.

Mengenal, Mencegah,

dan Mengobati Gangguan Kesehatan

pada Balita

. Yogyakarta: Titano

Suherna C, Febri F, dan Mutahar R. 2009.

Hubungan Antara Pemberian Susu

Formula Dengan Kejadian Diare

Pada Anak Usia 0-24 Bulan Di

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Balai

Agung

Sekayu.

Online:

(

http://www.google.co.id/url?sa=t&rc

t=j&q=hubungan%20susu%20formul

a%20dengan%20kejadian%20diare&

source=web&cd=2&cad=rja&ved=0

CEYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fep

rints.unsri.ac.id%2F61%2F1%2FAbst

rak5.doc&ei

) Diakes 3 Maret 2012

Surininah. 2010.

Buku Pintar Merawat bayi

0-12 bulan

. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Sutomo B, Anggraini D. 2010.

Makanan

Sehat Pendamping ASI

. Jakarta:

Demedia Pustaka.

WHO. 2009.

Fakta Penyakit Diare

Online:

(http://www.who.int/mediacentre/facts

heets/fs330/en/index.html) diakses 16

Juni 2012.

(7)

Widjaja. 2002.

Mengatasi Diare dan

Keracunan Pada Balita

. Tangerang:

Kawan Pustaka.

Winarno, F. G. 1995.

Gizi dan Makanan pada

Bayi dan Anak. Departemen

Pendidikan dan kebudayaan, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.

(8)
(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

(persero) Pelabuhan Indonesia II yang telah banyak memberikan kemudahan serta atas saran-saran kepada penulis di dalam menyusun skripsi ini.. Selain itu juga kepada seluruh staf

Motivasi yang ada dalam diri siswa sangat efektif untuk dapat digunakan sebagai pendorong atau penyemangat untuk melakukan suatu aktivitas belajar agar tercapai tujuan yang

Ada beberapa hal yang perlu dikaji secara mendalam sebelum mengimplementasikan program konsorsium repositori institusional, yaitu: politik kebijakan masing-masing universitas

Implikasi Yuridis terhadap istri dari perkawinan kedua/ketiga/keempat Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pria yang tidak dicatatkan ditinjau dari Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974

Sebagian besar dimensi saluran drainase eksisting di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang masih mampu menerina limpasan air hujan, namun kondisi fisiknya

Setelah mengetahui apa saja metode-metode sistem drainase berkelanjutan di negara- negara maju dan metode yang telah dikembangkan di Indonesia khususnya di Kota Bandung

Proses pemilihan melibatkan analisajenis-jenis penyakit yang wujud, jeriis rawatan yang sesuai, pemilihan ubat-ubatan dan dosej yang sesuai dan menentukan jenis ubat yang

a) Hasil pengujian berdasarkan pada analisis perancangan sistem telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terbukti dengan dapat berjalannya seluruh proses