• Tidak ada hasil yang ditemukan

NERS ONE PRODUCTION mempersembahkan FTV berjudul MALAM-MALAM BAIYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NERS ONE PRODUCTION mempersembahkan FTV berjudul MALAM-MALAM BAIYO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

NERS ONE PRODUCTION mempersembahkan FTV berjudul

“ MALAM-MALAM BAIYO “ Pemain :

1. Perawat A (Ka-Tim) : Wisfi Desriyanti 2. Perawat B (Anggota) : Irawati

3. Perawat C (Anggota) : Dian Rilawati

4. Keluarga I : Hafizatul Aini (kakak pasien) 5. Keluarga II : Almira Ghandi (kakak pasien) 6. Keluarga III : Febri Wendari (adik pasien) 7. Dokter X : Rini Heldina

8. Dokter Y : Riadhoh 9. Pengawas Perawatan D : Arini Elhuda 10. Pengawas Perawatan E : Armayanti 11. Pasien Titanus merangkup narator : Silvia Handayani 12. Ibu Pasien berumur 71 tahun : Maulida Rahmi

CERITA :

Disebuah ruang perawatan isolasi, seorang pasien tetanus dirawat. Pasien tersebut masuk rumah sakit jam 19.00 dengan Philips Sore 18. Pasien tertusuk paku pada kaki sebelah kanan 4 hari yang lalu. Pada pasien terpasang infus, NGT/Sonde, Cateter dan O2. Pasien gelisah, demam, kaku kuduk, kaku rahang, dan kejang. Kejang spontan dan kadang-kadang kejang bila ada ransangan. Dalam 15menit mengalami 3x serangan kejangan. Pada kondisi seperti ini, seharusnya pasien dirawat di ICU, tetapi keluarga tidak punya biaya untuk merawat pasien di ICU Jamkesda -. Di IGD pasien sudah mendapat terapi ATS, AB dan obat anti Kejang.

Overan dengan dinas sore, keadaan pasien jelek, keluarga sangatgelisah dan sebentar-sebentar memanggil perawat. Padahal perawat sudah berusaha untuk menjelaskan kondisi pasien. Giliran jaga malam, 3 orang perawat. Perawat A memulai aktifitas dengan memeriksa tanda-tanda vital, mengganti dan memonitor

(2)

cairan infus, memonitor oksigen dan mengatur posisi yang nyaman bagi pasien tersebut. Untuk memasang pengaman tempat tidur. Perawat A pun sudah memberikan penjelasan tentang kondisi pasien inidan meminta keluarga untuk tanamgdan mengurangi ransangan suara, sentuhan, cahaya, serta memperhatikan pasien. Karena demam perawat A mengompres pasien. Pukul 23.00 keluarga melaporkeperawatB bahwa sonde pasien terlepas, mendengar hal itu perawat B marah kepada keluarga karena menganggap keluarga tidak bisa menjaga pasien mengingat sulitnya memasang kembali sonde pada pasien tetanus dengan kejang aktif. Perawat B pun melapor ke perawat , kemudian perawat A meminta ke perawatB menelpon dokter jaga, namun perawat B menolak dengan alasan itu adalah tugas Ka-Tim. Suasana menjadi tegang karena keluarga pasien bolak-balik memanggil perawat dan menanyakan dokter yang tak kunjung datang. Setelah kalinya menelpon, barulah 2 orang dokterjaga datang pada pukul 01.00.

Sebelumnya diantara perawat A, B dan C ada kesepakatan bahwa istirahat malam di mulai pukul 00.00 dan bergantian. Setiap perawatmendapat istirahat selama 2 jam, dan ternyata perawat C meminta istirahat terlebih dahulu.

Ketika perawat A dan B sibuk dengan pasien tetanus, 2 orang pengawas perawatan datang dan mendapati perawatC sedang berbaring dikamar. Kemudian pengawas marah dan menegur perawat . perawat C berusaha untuk menjelaskan bahwa ada giliran istirahat, namun pengawas tetap mencatat di buku laporannya. Akhirnya datang peawat A dan B sebagai Ka-Tim perawat A memberikan penjelasan dan barulah pengawas memahami. Pemasangan ulang sondepun dilakukan, namun setiap kali ujung sonde masuk ke hidung, pasien selalu kejang. Hal ini sudah dilakukan sampai 5x, sehingga ujung silang sonde terlihat noda darah. Sonde pun tidak berhasil terpasang. Akhirnya dokter memutuskan untuk beristirahat sebentar, dengan harapan pasien dapat tenang dibawah pengaruh obat anti kejang yang disuntikkan perawat B atas instruksi dokter. Tidak berapa lama datang keluarga III yang lansung menangis histeris melihat kondisi pasien dan tidak mengizinkan pasien dipasang sonde yang menurutnya menyakiti pasien. Perawat A pun berinisiatif memanggi ke-3 keluarga pasien agar dapat mendengar lansung penjelasan dokter tentang kondisi pasien dan kegunaan sonde tersebut., sehingga tetap harus dipasangkan.

(3)

Kemudian keluarga bermusyawarah dan memutuskan untuk menolak tindakan pemasangan sonde pada malam itu. Sebagai bukti penolakkan, keluarga menandatangani formulir penolakkan tindakan medis yang telah disediakan. Waktu giliran istirahat B tiba, perawat C pun dibangunkan. Begitu juga dengan giliran perawat A. sampai tiba waktunya overan dengan perawat jaga pagi. Tiba-tiba pukul 08.05 pat aproe, dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 08.15 WIB oleh dokter dihadapan perawat dan keluarga.

PHILIPS SCORE

A. Masa Tunas/ Inkubasi Score

>14 hari 1

10-14 hari 2

5-10 hari 3

2-5 hari 4

<48 jam 5

B. Jalan masuk Score Tidak diketahui 1 Distal fetifer 2 Proksimal 3 Kepala/leher 4 Umbi likus 5 C. Imunisasi Score Lengkap 0 <10 tahun 2 >10 tahun 4 Ibu diimunisasi 8 Tidak ada imunisasi 10 D. Penyulit Score Tidak ada 1 Ringan 2 Tidak membahayakan 4 Tidak langsung membahayakan 8 Membahayakan jiwa 10

(4)

SCORE PERAWATAN

A. Beratnya kejang Score Hanya trismus 1 Kaku seluruh badan 2 Kejang terbatas 3 Kejang seluruh badan 4 Epistotonus 5 B. Frekwensi Score

6x dalam 12 jam 1 Hanya dengan ransangan 2 Kadang-kadang spontan 3 <3x dalam 15 spontan 4 >3x dalam 15 spontan 5 C. Suhu Score 36 -37 C 0 37-37 C 2 37-38 C 4 38-38 C 8 >38,9 C 10 D. Pernafasan Score Sedikit perubahan 0 Apnoe 2

Kadang apnoe sesudah kejang

4 Selalu apnoe 8 Tracheostony 10 Rawat ICU bila score > 18

(5)

SKENARIO

Disebuah Ruang Rawat Isolasi wanita :

Perawat C : “ Jelek keadaan pasien tetanus tu ya ni ! bisa-bisa gak tidur kita nih”. Perawat B : “ banyak-banyak berdo’a, mudah-mudahan aman ni”.

Keluarga pasien memanggil perawat.

Keluarga II : “Bu perawat!. “ tolong lihat adik saya, dia kejang lagi”.

Perawat C : “ sabar ya buk!” seperti itulah tetanusitubuk! Sebentar-sebentar kejang. Dokter di IGD sudah memberikan obat kan buk?”

Keluarga II :” sudah buk, obatnya mahal. Kami beli satu juta lebih. Jamkesda sedang kami usahakan buk. Kata dokter adik kami harus masuk ICU “obatnya anti tetanus itu susah pula carinya.

Perawat A : “ Iyalah buk, saya periksa dulu adik ibuk, demam ni buk,. Di kompres saja ya buk! Ada handuk kecil?

Keluarga I : “ ini buk “

Perawat A : “penyakit tetanus ini ciri khasnya kejang bu, mudah teransang oleh suara, cahaya, sentuhan dan rasasakit. Jadi saya minta ibu dan keluarga lain untuk tenang, tidak ribut, jangan sering dipegang-pegang/diurut-urut.

Tolong ibu jaga sonde yang ada dihidung, itu saluran untuk memasukkan makanan cairnya, sulit sekali memasangnya buk, juga infusnya tolong lihat-lihat bu. Saya permisi dulu.

Keluarga I : “ jadi bu”, makasih banyak. Di ruang perawat

Perawat C : “ uni sudah ngantuk, tadi siang tidak ada istirahat. Uni istirahat dulu ya? Perawat A : “ ni, istirahat kita bagi ni, setiap kita dapat 2 jam. Uni istirahat dari jam

00.00 Wib sampai jam 02.00 Wib yo ni!”. Perawat C : “ yo lah….”

Keluarga pasien kembali memanggil (pukul 23.00)

Perawat C : “ baru mau tidur sudah dipanggil (menggerutu)” Perawat B keluar menemui keluarga pasien.

PerawatB : “ ada apa buk?”

(6)

Perawat B : “aduh…..kan sudah dijelaskan sejelas-jelasnya buk, tolong dilihat…gimana ini…susah memasangnya buk…harus dokter….

Keluarga I : “ gimana lagi buk…sudah lepas…”

Perawat B : melapor pada perawat A yang sedang membuat susu hangat. Perawat A : Ada apa lagi pasien tetanus itu B?”

Perawat B : “ yang ditakutkan terjadi juga … sondenya lepas ni”.

Perawat A : “ tuh kan…. Percuma saja dijelaskan… berbusa-busa. Telponlah dokter jaga tu….

Perawat C : “ Ka-Timlah yang menelpon, itukan tugas Ka-Tim Perawat A : “ masak yang harus menelpon dokter itu Ka-Tim pula”. Keluarga pasien kembali memanggil:

Keluarga II : “ sudah datang dokter buk?”, adik saya kejang lagi”.

Perawat C : “ sabarlah buk… adik ibuk sudah kami beri obat anti kejang … tunggu reaksi obatnya “. Jangan ribut… jangan sering dipegang-pegang, tidak mungkin baru di masukkan obatnya, kejangnya langsung hilang.

Keluarga pasien kembali ke kamar pasien. Perawat B : “ gimana uni… ada dokter?”

Perawat C : “ ada, tapi dokter jaga tu sedang ada pasien gawat pula di IGD. Sebentar lagi dia datang “ disuruhnya pula kita meresepkan NGT itu, di lemari ada stok kita B?

Perawat B : “ lama pula dokter itu datang, keluarga pasien itu sudah gelisah, NGT ada ni…

Perawat C : “ uni istirahat dulu ya… mata ni sudah 5 watt”. Perawat B : (diam).

Keluarga pasien kembali memanggil

Keluarga I : “ Bu…. Tolong…. Infusnya lepas buk, adik saya diam saja buk…. Perawat B : “ ya Tuhan…. Apa lagi ni”. Cepatlah uni kita lihat.

Kemudian tak lama datang pengawas perawatan, mengecek ruangan.

Pengawas D : “ Lho…. Baru jam 00.00 kok sudah tidur? Mana yang lain?” Perawat C : eeh ibu……teman yang lain ditenpat pasien tetanus bu”.

(7)

Pengawas E : “ temannya sibuk, kok kamu enak-enakkan berbaring? Siapa nama kamu? Saya catat dan laporkan. Kamu disini untuk dinas, bukan tidur-tiduran. Kalo istirahat dirumah saja”.

Perawat C : “ tadi sudah ada kesepakatan buk.”

Bla…bla…bla,,,(tambahkan ya teman-teman).

Perawat A : “ datang memberi penjelasan, sebenarnya begini buk… bla…bla…bla

Jam 01.00 dokter jaga datang.

Dokter X : “ mana pasiennya ni? Obatnya sudah ada? Gimana kondisi pasien? Mari kita pasang ni….”

Perawat A : “ Kondisinya jelek, kejang spontan dan tadi sempat Apnoe. Nanti tolong resepkan NGT, dokter… tadi pakai stok kami.

Dokter Y : “ mari kita lihat ni……”

Perawat B : “ permisi bu… dokter datang, mau pasang sonde”. Keluarga I : “ silahkan dokter “.

Setelah dicoba 5x, sonde tidak berhasil dipasang.

Keluarga III : “ Ya Allah…..apa yang terjadi padamu kak? Apa yang terasa? (menangis histeris)

Perawat A : “ Ibu… mari keruang perawat, dokter akan menjelaskan tentang kondisi keluarga ibu……”

Keluarga I, II dan II datang keruang perawat……… Dokter menjelaskan : bla…….bla..bla….

Beberapa menit kemudian

Keluarga I : “ kami menolak untuk pemasangan sonde itu untuk saat ini bu”. Dokter X : “ sudah dipikirkan betul pak? Sebelumnya perawat sudah

menjelaskan kepada ibukan? Dan barusan kamipun sudah menjelaskan”.

Keluarga II “ sudah dokter, tapi itu sudah keputusan kami bertiga.”

Perawat B : “ ibu harus menanda tangani ini, penolakkan tindakan medis yang sudah disediakan. Siapa yang akan menandatangani formulir ini bu? Sebaiknya orang tua pasien bu”.

(8)

Keluarga III : “ ibu kami sudah tua…… buta huruf…. Tidak bisa tanda tangan……..”

Ibu pasien : “ iyo… ambo ndak bisa baco tulis do buk! Indak sakolah.

Dokter Y : “ ada bantalan stempel uni? Pakai jap cempol sajalah, nanti keluaga yang lain dan perawat sebagai saksi.”

Perawat A : “ ada dokter! Siko tangan kanan ibu, lataan jempol ibu disiko dan takan kuek-kuek dikarateh ko. Sia namo ibu?

Ibu Pasien : “ upiak… bu.” Pukul 02.01 WIB

Perawat A : “ istirahatlah lagi, B … gilirannya sekarang. Bangunkan lah perawat C.

Perawat B : “ nyenyak sekali uni tu tidur …. Ngorok….. dibangunkan saja ni? Perawat A : “ Iya… kan sudah disepakati tadi. Bangunkan sajalah”.

Perawat B tampak ragu-ragu.

Perawat A : “ Apa harus Ka-Tim juga yang turun tangan B ?” bangunkan sajalah, mau istirahat apa tidak? (sedikit marah)

Perawat B : iya ni… B pun mengantuk.

Uni C… bangun ni, udah jam 02.00…gantian ni… Perawat C : “ (menggeliat-geliat), sadang talamak lalok…..

Uni cuci muka dulu ya!

Dan seterusnya, perawat A pun dapat giliran istirahat. Pagi menjelang…..Overan dengan dinas pagi.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dari prototype ini yaitu generator dikopel dengan baling-baling menggunakan beban lampu sepeda motor 12Volt, dengan berputarnya baling-baling maka generator

penelitian menunjukkan bahwa modus tuturan yang digunakan oleh Ratu adalah modus langsung literal (60 data), modus tidak langsung literal (12 data), dan modus langsung tidak

SHAKIRAH BINTI MOHD NOOR SHARIFAH BT ABD GHONI SHOKRIYAH BINTI HASHIM SOBARIAH BINTI ABDUL WAHAB YASMIN BINTI MOHD HASHIM YUSNI BINTI ABDULLAH ZAHARAH BINTI SAAD ZAINUDIN BIN

Penggunaan sensor encoder sebagai sensor kecepatan robot mobil yang bergerak pada lintasan bervariasi adalah salah satu input untuk proses otomatisasi itu sendiri.. Pengendali

(4) Permohonan keberatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal

Salah satu teknik yang digunakan untuk memecahkan permasalahan kombinatorial adalah Constraint Programming, yang memodelkan permasalahan yang ada dengan

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada populasi F3 karakter umur panen, tinggi tanaman, bobot buah per tanaman, bobot per buah, panjang buah, panjang tangkai buah, diameter

Hal ini berdasarkan sifat ekologi rawa lebak yang merupakan bagian dari ekosistem air tawar, an- tara lain berfungsi menyediakan nutrisi untuk organ- isme akuatik, terutaka