PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA
KEGIATAN COAL GETTING PIT 3 PT SAROLANGUN BARA
PRIMA, KECAMATAN MANDIANGIN, KABUPATEN
SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah
Kerja Praktek (TTA-300) Pada Program Studi Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh :
Redha Fathoni
(
100.701.10.085)PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015 M / 1436 H
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut Pada Kegiatan Coal
Getting Pit 3 PT Sarolangun Bara Prima Kecematan Mandiangin
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
Nama
: Redha Fathoni
NPM
: 10070110085
Bandung, 1 Juli 2015
Menyetujui,
Zaenal, Ir.,M.T.
Elfida Moralista, S.Si., MT.
Pembimbing
Koordinator Kerja Praktik
Mengetahui,
Sri Widayati ST.,MT.
PRODUKTIFITAS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA
KEGIATAN COAL GETTING PIT 3 PT SAROLANGUN BARA
PRIMA KECEMATAN MANDIANGIN KABUPATEN
SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
SARI
Dalam Kegiatan pemindahan tanah mekanis, produktivitas dan
keserasian alat muat dan alat angkut merupakan faktor penting dalam kegiatan
Coal Getting. Hal ini sangat berpengaruh kepada seberapa besar dapat
mengetahui waktu kerja efektif dan produktifnya.
Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui effisiensi kerja di PT
sarolangun Bara Prima dan menghitung produktivitas setiap alat dan nilai Match
Factor alat muat dan alat angkut pada kegiatan coal getting. Untuk mencapai
maksud dan tujuan pengamatan maka dilakukan tahapan penelitian yaitu Studi
literatur merupakan kegiatan mempelajari teori yang berkaitan dengan masalah
yang akan dibahas, Observasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan
langsung terhadap masalah yang akan dibahas, Pengambilan dan
pengumpulan data merupakan kegiatan pengambilan langsung dilapangan dan
pengumpulan data dari laporan perusahaan.
Dari pengamatan serta pengolahan data yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, waktu kerja efektif didapatkan
effIsiensi kerja sebesar 84,67 %. Produktivitas alat gali-muat excavator Kobelco
SK 330 Coal getting adalah 177,98 Ton/jam dan alat angkut dump truck Hino
FM 260 JD untuk Coal Getting adalah 30,76 Ton/jam. Dari hasil evaluasi
terhadap 1 unit alat gali-muat excavator Kobelco SK 330 dan 5 unit alat angkut
dump truck Hino FM 260 JD pada Coal Getting di lapangan, didapatkan Match
Factor (0,89) <1 yang artinya MF < 1, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat
gali-muat karena menunggu alat angkut yang belum datang, pada kegiatan coal
getting ke stock room dengan jarak ± 300 m
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan judul Produktivitas Alat Muat dan
Alat Angkut Pada Kegiatan Coal Getting PIT 3 PT Sarolangun Bara Prima, Kecamatan Mandiangin Kabupaten, Sarolangun, Provinsi Jambidengan baik.
Banyak pihak yang telah membantu, memberi dukungan, dan mempermudah pengerjaan dan penyelesaian laporan ini, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itulah, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Program Studi Teknik Pertambangan UNISBA:
a. Ibu Sri Widayati, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung dan dosen wali.
b. Bapak Dono Guntoro, ST., M.T., selaku Sekertaris Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung.
c. Bapak Yuliadi, ST., MT., selaku Dosen Wali Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung
d. Ibu Elfida Moralista, S.Si., MT., selaku Koordinator Kerja Praktek Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung.
e. Bapak Zaenal, Ir., M.T., selaku Pembimbing Penyusunan Laporan Kerja Praktek.
f. Semua dosen Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung yang telah memberikan ilmu dan materi kepada penulis.
2. PT Sarolangun Bara Prima :
a. Bapak Slamet, S.T., selaku KTT di PT Sarolangun Bara Prima.
b. Bapak Boby, S.T., selaku Pembimbing lapangan di PT Sarolangun Bara Prima. c. Bapak Sarbani, S.T., selaku HRD di PT Sarolangun Bara Prima.
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan laporan ini banyak sekali kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak dari kesempurnaan laporan ini.
Akhirul kalam, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bandung, 1 Juli 2015
Redha Fathoni (10070110085)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...
ii
SARI ...
iii
KATA PENGANTAR ...
iv
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR FOTO ...
viii
DAFTAR GAMBAR ...
ix
DAFTAR TABEL ...
x
LAMPIRAN ...
xi
BAB I
PENDAHULUAN ...
1
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Ruang Lingkup Masalah ...
1
1.3 Maksud Dan Tujuan ...
2
1.4 Metedologi ...
4
1.5 Sistematika Penulisan ...
5
BAB II
TINJAUAN UMUM ...
5
2.1 Lokasi dan Kesampaian ...
5
2.1.1 Lokasi ...
5
2.3.2 Kesampaian daerah Penelitian ...
5
2.2 Geologi dan Stratigrafi ...
6
2.2.1 Geologi ...
6
2.2.2 Stratigrafi ...
6
2.3 Iklim dan Curah Hujan ...
7
2.4 Kualitas Batubara ...
7
2.5 Aktivitas Penambangan ...
8
2.6 Pemasaran batubara ...
8
BAB III LANDASAN TEORI ...
11
3.1 Kegiatan Penambangan ...
11
3.1.1 Pembongkaran (Breaking/Loosening) ...
11
3.1.2 Penggalian ...
11
3.1.3 Pemuatan (Loading) ...
12
3.1.4 Pengangkutan (Hauling) ...
15
3.2 Alat – Alat Tambang Utama ...
15
3.2.1 Hydraulic Excavator ...
15
3.2.2 Dump Truck ...
16
3.2.3 Bulldozer ...
17
3.3.1 Faktor Material...
19
3.3.2 Pola Penggalian dan Pemuatan ...
21
3.3.3 Waktu Edar ...
22
3.4 Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut ...
24
3.4.1 Produktivitas Alat Gali Muat ...
24
3.4.2 Produktivitas Alat Angkut ...
24
3.4.3 Keserasian Kerja ...
25
BAB IV DATA PENGAMATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
26
4.1 Kegiatan Penambangan ...
26
4.2 Pengamatan Waktu Kerja ...
26
4.3 Efisiensi Kerja Bulan Februari 2015 ...
27
4.3.1 Jam Kerja Efektif ...
29
4.3.2 Efisiensi Kerja Alat Gali-Muat ...
29
4.3.3 Efisiensi Kerja Alat Angkut ...
30
4.4 Peralatan Yang Digunakan ...
31
4.4.1 Alat Gali Muat Excavator ...
32
4.4.1.1 Waktu Edar Alat Gali–Muat ...
32
4.4.1.2 Produktivitas Alat Gali Muat Excavator ....
34
4.4.2 Alat Angkut Dump Truck ...
35
4.4.2.1 Waktu Edar Alat Angkut Dump Truck ...
35
4.4.2.2 Produktivitas Alat Angkut Dump Truck ....
37
4.4.3 Keserasian Alat Gali, Muat dan Angkut ...
39
4.5 Alat Pendukung Kegiatan Penambangan ...
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
41
5.1 Kesimpulan ...
41
5.2 Saran ...
41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR FOTO
Foto
Halaman
3.1 Hydroulic Excavator ... 16
3.2 Dump Truck ... 17
3.3 Bulldozer CAT D8SE-SS ... 18
4.1 Alat Gali-Muat Kobelco SK 330 ... 32
4.2 Alat Angkut Hino FM 260 JD ... 35
4.3 Bulldozer ... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Diagram Alir Penelitian ... 4 2.1 Peta Kesampapian Daerah ... 9 2.2 Peta Geologi Regional ... 10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Koordinat Wilayah KP Eksploitasi PT Sarolangun Bara Prima ... 5
2.2 Spesifikasi Batubara ... 8
4.1 Waktu Kerja Perusahaan ... 26
4.2 Efisiensi Waktu Kerja ... 27
4.3 Efisiensi Waktu Kerja Aktual... 28
4.4 Faktor Efisiensi Kerja dan Manajemen ... 29
4.5 Waktu Hambatan Alat Gali-Muat Excavator Kobelco SK 330 ... 30
4.6 Waktu Hambatan Alat Angkut Hino FM 260 JD ... 31
4.7 Rata-Rata Cycle Time Excavator Kobelco SK 330 ... 33
4.8 Bobot Isi dan Swell Factor ... 34
4.9 Jumlah Alat Gali-Muat Excavator Kobelco SK 330 ... 34
4.10 Rata-Rata Cycle Time Alat Angkut Hino FM 260 JD ... 36
4.11 Bobot Isi dan Swell Factor ... 38
4.12 Jumlah Alat Angkut Hino FM 260 JD ... 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam Kegiatan pemindahan tanah mekanis, keserasian alat muat dan alat angkut merupakan faktor penting dalam kegiatan coal getting. Hal ini sangat berpengaruh kepada seberapa besar dapat mengetahui waktu kerja efektif dan produktifnya.
Namun demikian kenyataan yang terjadi ketika di lapangan bisa lain. Banyak kendala yang mungkin timbul yang dapat menyebabkan tidak serasinya alat muat dan alat angkut tersebut, sehingga waktu kerja tidak efektif dan tidak produktif. Hal ini sebabkan oleh berbagai faktor yang tidak atau diperhitungkan yang menjadi hambatan dilapangan.
Oleh karena itu, keserasian alat muat dan alat angkut ini dibahas cara kerja dan kemampuan kerja masing-masing alat tersebut serta hambatan-hambatan yang ditimbulkan dilapangan.
Kegiatan tersebut memiliki korelasi dengan teori kuliah yang diajarkan di Teknik Pertambangan sehingga kerja praktik di PT Sarolangun Bara Prima akan sangat menunjang perluasan wawasan dan pengaplikasian ilmu Teknik Pertambangan di dunia industri secara nyata. Untuk itu perlu kiranya kami memilih Perusahaan ini, unit Pertambangan Wilayah Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi sebagai tempat pelaksanaan kerja praktik.
1.2
Ruang Lingkup Masalah
Adapun dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup masalah sebagai berikut :
1. Berapa efisiensi kerja di Perusahaan
2. Berapa produktivitas alat gali muat pada kegiatan coal getting 3. Berapa produktivitas alat angkut pada kegiatan coal getting 4. Apakah serasi atau tidak antara alat gali muat dan angkut
1.3
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini untuk mengamati aktivitas alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan coal getting.
Tujuan dari kegiatan ini :
1. Mengetahui efisiensi kerja di Perusahaan
2. Mengetahui efisiensi kerja alat gali muat dan alat angkut 3. Mengetahui produksi alat gali muat dan alat angkut
4. Mengetahui nilai Match Factor antara alat gali muat dan angkut pada kegiatan coal getting.
1.4 Metedologi Penelitian
Dalam pembuatan laporan ini, diperlukan data yang dijadikan sebagai dasar penulisan. Adapun sumber-sumber penulisan tersebut diperoleh dari :
1. Teknik pengambilan data
a. Studi literatur yang mendukung kegiatan penelitian dilapangan sehingga didapatkan data-data yang bersifat sekunder.
b. Observasi (penelitian) lapangan, yaitu kegiatan pengamatan langsung terhadap masalah yang akan dibahas. Adapun data–data yang diamati secara langsung dilapangan, yaitu :
i. Waktu hambatan kerja.
ii. Waktu edar dari alat gali dan muat batubara. iii. Waktu edar dari alat angkut batubara.
c. Data dari laporan Wawancara dan pengumpulan data, yaitu kegiatan pengambilan atau langsung di lapangan dan pengumpulan Perusahaan.
2. Teknik pengolahan data, yaitu kegiatan pengolahan data yang didapat dari lapangan maupun literatur Perusahaan. Dengan menggunakan rumus-rumus produksi dan produktivitas alat muat dan alat angkut serta Match Factor.
3. Teknik analisa, yaitu mengevaluasi dari hasil pengolahan data yang didapat dari produktivitas antara alat muat dan alat angkut dengan mempertimbangkan nilai Match Factor yang didapat.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika laporan ini dibagi menjadi beberapa bab, tujuannya agar dapat memudahkan dalam memahami permasalahan dan penanganan dalam bentuk tulisan. Adapun dalam penulisan laporan ini secara umum dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan dengan pokok penulisan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup masalah, metoda penelitian dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Dalam bab ini berisikan tentang sejarah singkat dari Perusahaan, struktur organisasi, lokasi dan kesampaian daerah, iklim dan cuaca, keadaan geologi keadaan sosial.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan langsung dengan ruang lingkup penelitian yang dilakukan di Perusahaan.
BAB IV DATA PENGAMATAN LAPANGAN
Bab ini membahas data – data yang didapatkan di lapangan dan kegiatan yang dilakukan di Perusahaan yang diambil pada saat di lapangan.
BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengolahan data selama penelitian kerja praktik di Perusahaan, serta pembahasan yang didapat dari data–data tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian kerja praktik di Perusahaan serta memberikan masukan atau saran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh Perusahaan.
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian
Prodjosumarto, Partanto. “Pemindahan Tanah Mekanis ” . Jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung, Bandumg 1993
Prodjosumarto, Partanto. “Tambang Terbuka ” . Jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung, Bandumg 1993
Menghitung : Efisiensi Kerja
Menghitung : Produktivitas alat
Menghitung : Match Factor
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
SEKUNDER
PRIMER
WAWANCARA
STUDI LITERATUR
1. Waktu Kerja2. Cycle Time Alat Muat
3. Cycle Time Alat Angkut 4. Jumlah Alat
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.1.1 Lokasi
Wilayah Kuasa Pertambangan Eksploitasi PT Sarolangun Bara Prima
secara administratif terletak di Desa Taman Dewa dan Talang Serdang,
Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Tabel 2.1
Koordinat Wilayah KP Eksploitasi PT. Sarolangun Bara Prima
Sumber: PT Sarolangun Bara Prima, Engineer, 2015
2.1.2 Kesampaian Daerah Penelitian
Kesampaian menuju lokasi penelitian, Menggunakan jalur darat dari
Bandung ke bandara Soekarno Hatta Jakarta dengan waktu tempuh ± 3 jam,
dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Sultan Taha Jambi dengan
TITIK BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS) ° ´ ´´ ° ´ ´´ 1 102 57 50 -02 0 24 2 103 1 30 -02 0 24 3 103 1 30 -02 1 30 4 103 0 41 -02 1 30 5 103 0 41 -02 1 50 6 103 0 25 -02 1 50 7 103 0 25 -02 2 20 8 103 0 0 -02 2 20 9 103 0 0 -02 3 0 10 102 58 50 -02 3 0 11 102 58 50 -02 1 30 12 102 59 50 -02 1 30
waktu tempuh ± 1 jam dilanjutkan menuju kantor pusat (Head Office)
Perusahaan dengan waktu tempuh ± 15 menit.
Dari kantor pusat Perusahaan menuju lokasi penelitian di daerah Taman
Dewa dengan menggunakan mobil travel melalui jalan lintas Jambi–
Sarolangun, tepatnya di Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin
Kabupaten Salorangun, Jambi. Dengan menempuh waktu sekitar 3 jam dengan
jarak tempuh ±130 km.
2.2 Geologi dan Stratigrafi
2.2.1 Geologi
Lapisan batubara dalam daerah Kuasa Pertambangan Perusahaan
menempati tepi barat bagian dari Cekungan Sumatera Selatan, dimana
cekungan ini merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan (Coster,
1974 dan Harsa, 1975). Geologi daerah taman Dewa (Gambar 2.2) dan
sekitarnya tersusun oleh batuan
– batuan sedimen yang terendapkan diatas
batuan dasar granit berumur pratersier, satuan batuan yang berkembang
didaerah tersebut yaitu satuan batu lempung dan satuan batu pasir.
2.2.2 Stratigrafi
Lokasi pertambangan milik Perusahaan khususnya Pit 3 yang terletak di
Taman Dewa, Sarolangun termasuk kedalam cekungan Sumatera Selatan.
Cekungan tersebut terletak dibagian timur daratan Sumatera. Formasi
pembawa batubara pada cekungan Sumatera Selatan ini adalah formasi Muara
Enim. Adapun formasi–formasi yang terdapat di stratigrafi regional Sarolangun
dari umur termuda sampai umur tertua adalah sebagai berikut :
1. Formasi Alluvium
Satuan batuan ini tersusun oleh material bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan
lumpur dengan sisa tumbuhan. Formasi ini memiliki umur batuan adalah
Holosen.
2. Formasi Kasai
Formasi ini tersusun atas tuf berbutir halus hingga kasar dan tuf pasiran
dengan lensa rudit mengandung kepingan batu apung dan tuf berwarna
abu – abu sampai abu – abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan,
dan terdapat lapisan tipis lignit. Formasi ini memiliki ketebalan sekitar 400
meter dengan umur batuan adalah Pliosen.
3. Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim tersusun atas batu pasir tufan berbutir sedang, batu
lempung tufan pasiran dan batu lempung berfosil berwarna kuning abu–
abu, bersisipan lignit berwarna coklat kehitaman mengandung oksida besi
berupa konkresi dan lapisan tipis. Formasi ini memiliki ketebalan lebih dari
600 meter dengan umur batuan adalah Miosen Akhir.
4. Formasi Air Benakat
Pada formasi ini terdapat batu lempung yang berwarna putih kelabu
dengan sisipan batu pasir halus, batu pasir abu–abu hitam kebiruan
glokonitan dan terdapat lignit. Dibagian atas terdapat tufan dan bagian
tengah berfosil. Formasi ini memiliki ketebalan lebih dari 450 meter yang
batuannya berumur Miosen Tengah. Dibawah ini merupakan gambaran
umum dari stratigrafi geologi Desa Taman Dewa dan stratigrafi dari
Cekungan Sumatera Selatan.
2.3
Iklim dan Curah Hujan
Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, daerah penambangan
batubara di Pit 3 Perusahaan memiliki iklim tropis dengan kelembaban dan
temperatur tinggi, yaitu berkisar antara 23
0C sampai dengan 36,5
0C. Pada
umumnya daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dan
musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan September. Rata-rata
jumlah hari hujan terjadi pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan April yang
merupakan bulan-bulan hujan (basah) dengan frekuensi hujan berkisar
rata-rata 12 hari/bulan. Untuk bulan-bulan kering memiliki jumlah hari hujan rata-rata-rata-rata
8 hari/bulan yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan September.
2.4
Kualitas Batubara
Berdasarkan sifat fisik batubara khususnya di pit 3 Perusahaan dapat
dilihat jenis batubara termasuk kelas sub bituminous. Adapun spesifikasi
batubara yang terdapat di wilayah penambangan Perusahaan sesuai dengan
hasil pengujian SUCOFINDO, dapat dilihat dibawah ini (Tabel 2.2).
Tabel 2.2
Spesifikasi Batubara PT Sarolangun Bara Prima
Parameter Unit Result Methode
Total Moisture %, ar 44,46 – 50,74 ASTM D.3302-02 -Moisture in Analysis %, adb 11,99 – 14,87 ASTM D.3173-02 -Ash Content %, adb 1,02 – 1,71 ASTM D.3174-02 -Volatile Matter %, adb 41,60 – 44,80 ISO 562-1998
-Fixed Carbon %, adb 33,04 – 37,94 ASTM D.3172-02 Total Sulfur %, adb 0,13 – 0,31 ASTM D.4239-02a Gross Calorific Value Kcal/kg, adb 5.400 ASTM D.5865-04 Hardgrove Grindability Index - 49 -55 ASTM D.409-02 Sumber : Hasil Uji Laboratorium SUCOFINDO,2012
2.5
Aktivitas Penambangan
Lapisan (seam) endapan batubara di daerah studi, secara umum
tersingkap di permukaan tanah sebagai out-crop. Kemiringan (dip) seam
rata-rata antara 9 - 12° dengan ketebalan rata-rata-rata-rata berkisar antara 10-17 meter.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lapisan endapan batubara yang
akan ditambang, letaknya relatip dekat dengan permukaan tanah dengan
kemiringan relatip datar. Mengacu kepada hasil perhitungan dengan metode
BESR, ditetapkan bahwa nisbah pengupasan yang diterapkan dalam operasi
penambangan adalah 2 : 1. Secara ekonomi nilai SR tersebut memberikan
keuntungan pada kegiatan penambangan. Oleh sebab itu, kegiatan
penambangan di daerah studi, apabila dilakukan dengan cara mengupas
lapisan penutup, secara ekonomi masih dapat dilakukan.
Berdasarkan
pertimbangan
faktor-faktor
diatas
maka
sistem
penambangan baturbara yang di terapkan perusahaan adalah sistem tambang
terbuka (open pit). Peralatan tambang yang digunakan adalah kombinasi
Excavator dan dump truck dibantu dengan bulldozer sebagai alat garu-dorong
dan grader untuk perawatan jalan. Arah penambangannya menyesuaikan
dengan arah dip dan strike batubara.
2.6
Pemasaran Batubara
Batubara yang dihasilkan oleh Perusahaan akan di ekspor ke beberapa
negara tujuan seperti Jepang, India, China, Taiwan, Korea Selatan dan
Malaysia, serta negara-negara yang dapat menerima kualitas batubara yang
dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan tujuan utama ekspor perusahaan adalah
Negara India.
Sumber: PT Sarolangun Bara Prima, Enginer, 2015
Gambar 2.1
Sumber: PT Sarolangun Bara prima, Enginer, 2015
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
Kegiatan Penambangan
Penambangan adalah pengambilan endapan bahan galian dari kulit bumi dan dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan atau diproses lebih lanjut. Penambangan secara umum meliputi aktivitas dasar sebagai berikut :
3.1.1 Pembongkaran (Breaking/Loosening)
Pembongkaran atau loosening adalah suatu kegiatan yang meliputi pekerjaan untuk melepaskan batuan atau bijih dari batuan induknya. Untuk melakukan pembongkaran diperlukan alat-alat yang sesuai dan tepat untuk daerah yang akan dikerjakan. Pemilihan alat-alat tersebut tergantung pada faktor teknis dan ekonomis. Faktor teknis misalnya jenis, sifat fisik dan letak endapan, sedangkan faktor ekonomis misalnya harga alat dan biaya perawatan alat tersebut. Dimana pekerjaan pembongkaran pada PT Sarolangun Bara Prima dilakukan bersamaan dengan pemuatan.
3.1.2 Penggalian
Alat-alat mekanis yang digunakan untuk penggalian tergantung dari macam batuan yang akan digali. Adapun macam batuan dan alat mekanis yang digunakan untuk menggalinya adalah :
1. Batuan Sangat Keras Sekali
Batuan ini disebut juga massive rock yaitu semua formasi batuan yang kompak dan dalam bentuk yang sangat besar seperti granit, basalt dan diorite. Untuk batuan ini harus diledakkan terlebih dahulu dengan menggunakan bahan peledak high explosive dalam jumlah yang banyak.
2. Batuan Sangat Keras
Batuan ini disebut juga very hard rock yaitu semua batuan beku yang masih segar dan semua batuan metamorf yang masih segar seperti geneiss, schist dan grafit. Batuan ini harus diledakkan dengan bahan peledak high explosive.
3. Batuan Keras
Batuan ini antara lain, batuan pasir berpartikel besar-besar yang tersemen. Batuan ini dapat digali dengan ripper. Terlebih dahulu batuan ini harus diledakkan dengan bahan peledak high explosive dalam jumlah yang sedikit atau bahan peledak low explosive dalam jumlah yang banyak.
4. Batuan Sedang
Batuan ini disebut juga medium hard rock yang antara lain adalah : silt, batuan yang mudah lapuk, batuan yang banyak memiliki retakan-retakan (joint, krack). Batuan ini digali dengan menggunakan alat seperti dragline, power shovel, dan back hoe tanpa dilakukan peledakan.
5. Batuan Sangat Lunak
Batuan ini disebut juga very soft rock yaitu batuan yang sedikit mengandung air atau tidak mengandung air, seperti pasir, kerikil, tanah liat yang berpasir. Tetapi dapat juga batuan yang mengandung air seperti tanah atas (soil), tanah liat dan lumpur. Untuk menggali batuan jenis ini dapat digunakan alat mekanis seperti dragline, back hoe dan power shovel tanpa perlu diledakan.
3.1.3 Pemuatan (Loading)
Setelah pembongkaran maka dilakukan pekerjaan selanjutnya, yaitu pemuatan. Pemuatan atau loading adalah serangkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat material bahan galian ke dalam alat angkut ke suatu tempat penampungan material (stock yard), ataupun ke dalam suatu alat pengatur aliran material (hooper, bin, feeder dan sebagainya). Macam-macam alat muat antara lain:
1. Power Shovel
Alat ini digunakan untuk menggali dan memuatkan batuan, khususnya untuk batuan lunak ke dalam alat angkut, seperti truck, lori dan belt conveyor. Kecepatan gerak power shovel sangat lambat.
2. Dragline
Berdasarkan roda penggeraknya atau penopangnya, maka dragline dibagi menjadi tiga macam antara lain :
a. Wheel mounted dragline, adalah jenis dragline dengan roda penggerak atau penopangnya ban karet.
b. Crawler mounted dragline, adalah jenis dragline dengan roda penggerak atau penopangnya dari rantai.
c. Truck mounted dragline, adalah dragline yang diletakan diatas truck.
Dragline merupakan alat yang cocok untuk pekerjaan menggali dan memuatkan material/batuan lunak dan lepas ke dalam alat angkut seperti truck atau lori. Wheel mounted dragline dapat bergerak dengan kecepatan 30 mph, sedangkan crawler mounted dragline kurang dari 1 mph. Ukuran dari pada dragline dinyatakan dengan besar kecilnya bucket dinyatakan dalam cuyd atau cu meter yang bervariasi dengan panjangnya bom. Umumnya bucket dragline berkisar antara 1,25 – 2,5 cuyd.
3. Back Hoe
Alat ini termasuk grup power shovel dimana dipper-nya diganti dengan back hoe yang menggali ke belakang. Back hoe shovel ini disebut pula back shovel atau pull shovel. Alat ini cocok untuk menggali trench, pits dan cocok untuk pekerjaan-pekerjaan pada daerah yang miring. Kemampuan back hoe dinyatakan dalam ukuran dipper-nya yang bervariasi dengan panjang bom. Back-Hoe Excavator, berfungsi:
a. Melakukan penggalian batubara secara box-cut. b. Memindahkan permukaan tanah di lokasi penggalian.
c. Membantu mengupas lapisan tanah penutup yang tipis di permukaan lapisan batubara.
d. Pembuatan saluran untuk keperluan penirisan (dewatering).
4. Clam Shells
Alat ini cocok untuk mengambil dan memuatkan material lepas seperti pasir, kerikil, batuan yang telah dihancurkan (di-crushing), batubara dan kemudian memuatkannya ke dalam alat angkut seperti truck dan lori. Clam shells merupakan group dragline yang mana bucketnya diganti dengan clamshell bucket. Kapasitas clamshells dinyatakan dalam cuyd dan merupakan ukuran besar kecil nya dragline yang bervariasi dengan panjang bom.
5. Tractor Shovel
Berdasarkan roda penggeraknya alat ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Crawler tractor shovel, umumnya disebut truck loader, karena menggunakan
roda rantai.
b. Wheel tractor shovel, umunya disebut wheel loader, karena menggunakan roda dari ban karet.
Alat ini cocok untuk pekerjaan mengambil, mengangkut dan memuatkan material/batuan ke dalam truck, juga untuk menggali seperti halnya bulldozer. Klasifikasi alat ini dinyatakan dalam kapasitas bucket atau berat bucket dan muatannya yang dapat diangkat.
6. Bucket Wheel Excavator
Alat ini disebut juga land dredger yang bekerja menggali dan memuatkan material/batuan secara kontineu ke dalam alat angkut seperti lori atau truck. Beberapa buah bucket jika dirangkai akan menyerupai roda (Gambar 3.7). Dalam operasinya rangkaian bucket berputar pada porosnya. Cocok dipekerjakan untuk material yang lepas dan lunak.
7. Down Boom Chain And Bucket Excavator
Alat ini sama prinsipnya dengan bucket wheel excavator. Bucket dirangkai dengan chain. Cocok untuk menggali dan memuatkan material lepas dan kering dan memuatkannya ke dalam lori secara kontineu.
8. Bulldozer
Alat ini umumnya digunakan sebagai alat gali. Tetapi alat ini dapat juga digunakan sebagai alat muat dalam keadaan tertentu dan memaksa karena tidak dimiliki alat muat yang lain. Bulldozer, berfungsi:
a. Mengumpankan material yang terjatuh saat penggalian.
b. Membersihkan dan meratakan permukaan kerja alat tambang utama. c. Mengupas permukaan tanah tipis di atas lapisan batubara.
d. Meratakan tumpukan batubara di stock pile.
3.1.4 Pengangkutan (Hauling)
Pengangkutan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut endapan bahan galian dari suatu operasi penambangan. Pengangkutan ini sangat mempengaruhi kegiatan penambangan, kadang-kadang untung dan rugi suatu perusahaan pertambangan terletak pada lancar atau tidaknya pengangkutan. Beberapa alat angkut yang sering digunakan pada tambang terbuka adalah : dump truck, lori dan lokomotif, belt conveyor, cable way transportation, power scraper, pipa dan pompa, tongkang dan kapal tunda, kapal curah, dan lain-lain.
3.2 Alat–alat Tambang Utama 3.2.1 Hydraulic Excavator
Mesin yang menggunakan tekanan hydraulic untuk menggerakkan bucket sehingga dapat menggali material. Berdasarkan pada cara bergeraknya bucket, Hydraulic Excavator terbagi menjadi dua macam: Back Hoe dan Power Shovel.
Pada kegiatan pengupasan overburden di PTMMI digunakan jenis BackHoe,
yang merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic untuk
menggerakkannya. Alat ini dalam pengoerasiannya hampir sama dengan Power Shovel, tetapi yang membedakannya adalah cara penggalian materialnya. Bagian utama dari Excavator antara lain :
1. Bagian atas revolving unit (dapat berputar) 2. Bagian bawah travel unit (untuk berjalan) 3. Bagian attrachment (bagian yang dapat diganti)
Penggalian yang dapat dilakukan oleh Hydraulic Excavator (Foto 3.1) Antara lain: 1. Menggali di bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir, batu gamping dan
pengupasan tanah penutup (Striping Overburden).
2. Memuat (Loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori, dump truck, belt conveyor dan lain-lain.
3. Membuang tanah penutup ke bagian belakang daerah yang sudah kosong (Dumping of Top Soil into Spoil Bank). Cara kerja ini di sebut Back Filling Digging Method .
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015
Foto 3.1
Hydroulic Excavator
Waktu edar alat gali muat yang diamati adalah yang dibutuhkan oleh alat ini untuk melakukan satu kali kegiatan penggalian yang meliputi:
1. Waktu untuk menggali 2. Waktu untuk swing isi 3. Waktu untuk dumping 4. Waktu untuk swing kosong
3.2.2 Dump Truck
Alat angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut material-material seperti tanah, endapan bijih, batuan untuk bangunan dan lainnya pada jarak yang dekat sampai sedang. Dump truck cukup fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang dengan muatan, bentuk dan jumlahnya beranekaragam dan tidak tergantung pada jalur jalan. Alat angkut ini dapat digerakkan dengan menggunakan motor bensin, diesel, butane dan propane (Foto 3.2).
Adapun waktu edar dump truck merupakan waktu yang dihitung sejak dump truck tersebut melakukan suatu kegiatan yang serupa dalam satu putaran. Waktu edar dump truck yang dihitung meliputi:
1. Waktu untuk memuat
2. Waktu dari front ke timbangan
3. Waktu untuk menunggu antrian di timbangan 4. Waktu untuk menunggu ditimbang
5. Waktu dari timbangan ke Stock Pile 6. Waktu untuk manuver dumping 7. Wakttu untuk dumping
8. Waktu kembali kosong
9. Waktu menunggu untuk dimuat 10. Waktu untuk manuver muat
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015
Foto 3.2
Dump truck
3.2.3 Bulldozer
Alat ini digunakan untuk pekerjaan menggaru (ripping) dan mendorong (Gambar 3.4) agar memudahkan pekerjaan hydraulic excavator memuat material ke dalam alat angkut. Ditinjau dari segi penggeraknya ada dua macam bulldozer, yaitu: 1. Bulldozer yang memakai roda karet (Rubber Tired Bulldozer or Wheel Dozer) 2. Bulldozer yang memakai rantai (Track Type Bulldozer or Crawler Dozer) Ditinjau dari penggerak bilahnya (Blade Control ), ada dua macam bulldozer, yaitu: 1. Bulldozer yang bilahnya digerakkan oleh kabel (Cable Controlled Blade)
2. Bulldozer yang bilahnya digerakkan dengan tenaga hydraulic (Hydraulic Controlled Blade)
Kemampuan bulldozer sangat beranekaragam, antara lain :
1. Pembabatan atau penebasan (Clearing), yaitu semua pembersihan tempat kerja dari semak-semak, pohon-pohon kecil, sisa pohon yang sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan. Seluruh pekerjaan ini dapat dilakukan atau dikerjakan bersama-sama, artinya bagian yang telah dibersihkan dapat segera dilakukan pemindahan tanah, sementara pekerjaan pembabatan, penebasan dan pembersihan terus dilakukan di tempat lain.
2. Merintis (Pioneering), merupakan kelanjutan dari pekerjaan pembabatan atau penebasan dan meliputi pekerjaan meratakan, membuat jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis, lalu membuat saluran air untuk penirisan tempat kerja. 3. Mendorong tanah ke tempat tertentu, misalkan membersihkan suatu tempat
penggalian pada tambang terbuka agar loading unit bias lebih mudah untuk memuat material tersebut.
4. Menyebarkan material (Spreading), yaitu menyebarkan material ke tempat-tempat tertentu dengan ketebalan yang di kehendaki.
5. Menimbun kembali (Backfilling), yaitu pekerjaan penimbunan kembali terhadap bekas-bekas lubang galian, seperti menutup saluran air, menimbun lubang fondasi atau tiang penyangga.
Pada bagian belakang bulldozer terdapat ripper yang memiliki fungsi, yaitu:
1. Dapat digunakan untuk membongkar batuan pada material yang tidak terlalu kompak sehingga tidak membutuhkan peledakan.
2. Mempermudah kerja dari alat gali dengan memperkecil ukuran material yang akan digali agar ukurannya sesuai denga kapasitas bucket dari alat gali.
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik PT Sarolangun Bara Prima,2015
Foto 3.3
Bulldozer CAT D8SE-SS
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas bulldozer dalam melakukan ripping dan dozing :
1. Kekerasan Material yang Akan Digali
Material yang semakin keras maka akan berpengaruh pada kecepatan ripping dan dozing. Oleh karena itu, jika material tersebut tidak dapat diripping maka sebaiknya digunakan peledakan untuk memburaikan material.
2. Panjang Ripping dan Dozing
Panjang ripping dan dozing yang optimal antara 10–25 meter tergantung dari kekerasan material. Apabila panjang ripping dan dozing yang terlalu jauh dapat menyebabkan penurunan produktivitas bulldozer.
3. Jarak Spacing Antara Masing-Masing Ripping
Jarak spacing untuk ripping tergantung dari hasil fragmentasi yang diinginkan. Untuk overburden jarak spacing yang dibuat
1 meter disesuaikan dengan bucket dari alat gali, sedangkan untuk batubara 30 cm atau lebih kecil.4. Keahlian Operator
Operator harus dapat memahami kondisi material, serta mengetahui teknik yang benar pada saat melakukan ripping. Pada saat menggali bagian-bagian yang keras harus diambil jalan lurus, dan pada saat penggalian berbelok, giginya harus diangkat untuk menghindari giginya terpuntir patah.
3.3
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis
3.3.1 Faktor MaterialJenis dan kondisi material yang akan digali akan berpengaruh pada hasil produksi.
1. Berat jenis (Density)
Berat jenis adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain sebaginya akan dipengaruhi oleh berat material tersebut.
2. Faktor Pengembangan Material
Pengembangan material adalah penambahan volume material atau tanah yang diganggu dari bentuk aslinya. Material di alam itu terdapat dalam bentuk padat dan terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau yang terisi oleh udara di antara butir-butirnya, terutama kalau butir tersebut halus sekali. Tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya akan terjadi pengembangan volume.
a. Kekuatan Asli (Bank)
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan. Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang dikandunginya masih terkonsolidasi dengan baik.
b. Keadaan Gembur (Loose)
Material yang telah digali dari tempat aslinya, akan mengalami perubahan volume yaitu pengembangan. Hal ini disebabkan adanya penambahan hingga udara di antara butir-butir tanah.
c. Keadaan Padat (Compact)
Keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan atau pemampatan. Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-partikel tersebut.
3. Sifat Kohesi
Sifat pengikatan/kelengketan material yang sama jenis, terutama ditentukan oleh kadar lempung.
4. Sifat Mekanik Material
Berpengaruh pada kemampuan alat gali saat pengoperasian penggalian. Sifat ini dipengaruhi oleh kuat tekan, kuat geser material penggalian.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan kekerasan material. Karena perbedaan kekerasan material yang digali sangat bervariasi maka sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir lempungan (clayed sand).
b. Agak keras atau (medium hard digging), misalnya tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (weathered rock). c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya : batu sabak (slate), material
yang kompak (compacted material), batuan sediman (sedimentary rock), konglomerat (conglomerate), breksi (breccia).
d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali,
misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic rock).
3.3.2. Pola Penggalian dan Pemuatan
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan posisi excavator terhadap front penggalian dan posisi dump truck terhadap excavator. Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with turn and back.
1. Frontal cut
Excavator berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini excavator memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.
2. Paralel cut with Drive-by
Excavator bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu tunggu bagi excavator dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and back.
3. Parallel cut with turn and back
Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:
a. Single stopping, dump truck kedua menunggu selagi excavator memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump truck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk manuver dan seterusnya.
b. Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi excavator selagi excavator memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, excavator mengisi dump truck kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan seterusnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
1. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat.
a. Single back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.
b. Double back up
Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya .
2. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang berada di atas atau di bawah jenjang.
a. Top Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali muat.
b. Bottom Loading, yaitu alat gali muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.
3.3.3. Waktu Edar
Waktu edar (cycle time) adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling) untuk truck dan sejenisnya atau swing untuk back hoe dan shovel, pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat. Disamping aktivitas-aktivitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi antrian untuk mengisi atau memuat. Komponen waktu edar (cycle time) untuk alat dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong kembali.
Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu variable (variable time). Jadi waktu edar total adalah penjumlahan waktu tetap dan waktu variable. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan waktu variable adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong.
1. Waktu edar alat gali-muat
Waktu edar alat gali muat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Keterangan:
Ctgm = waktu edar alat gali-muat (detik)
Tm1
= waktu menggali material (detik)
Tm2
= waktu putar dengan bucket terisi (detik)
Tm3
= waktu menumpahkan muatan (detik)
Tm4
= waktu putar dengan bucket kosong (detik)
2. Waktu edar alat angkut
Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Keterangan:
Cta = waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = waktu mengambil posisi
untuk dimuati (menit)
Ta2 = waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit)
Ta5 = waktu pengosongan muatan (menit)
3.4
Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
3.4.1. Produktivitas Alat Gali Muat
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat digunakan rumus berikut ini
:
P
m=
60 𝑥𝐸𝑚𝐶𝑚
x H
mx FF
mx SF x
𝜌𝑖
, (Ton/jam)
Dimana :
Pm = Kemampuan Produksi Alat Muat (Ton/Jam)
Cm = Waktu Edar Alat Muat Sekali Pemuatan (Menit)
H = Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FF = Faktor Pengisian (%)
EK = Effisiensi Kerja (%)
SF = Swell Factor
𝝆𝒊 = Density (Ton/Bcm)
3.4.2. Produktivitas Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat
digunakan rumus berikut ini:
P
a=
60 𝑥𝐸𝑎
𝐶𝑎
x (Np x H
mx FF
m)x SF x
𝜌𝑖
, Ton/Jam
Dimana :
Pa = Kemampuan Produksi Alat Angkut, (Ton/Jam)
Ea = Effisiensi Kerja Alat Angkut, (%)
Np = Banyak Pengisian Dalam Satu Kali Loading
Hm = Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (Lcm)
FFm = Faktor Pengisian (%)
SF = Swell Factor
Ca = Waktu Edar Alat Angkut, (Menit)
3.4.3 Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat dan alat angkut, maka produktivitas alat gali muat harus sesuai dengan produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkutdidasarkan pada produktivitas alat gali-muat dan produktivitas alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu, yaitu:
MF =
Na x Ltm Nm x CaKeterangan:
MF = Match Factor atau faktor keserasian Na = Jumlah Alat angkut
Ltm = Jumlah Alat Muat x Jumlah Pengisian Nm = Jumlah Alat Muat
Ca = Cycle Time Alat angkut Bila hasil perhitungan diperoleh:
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang belum datang.
2. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
3. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
BAB IV
DATA PENGAMATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan yang dilakukan di tambang PT Sarolangun Bara
Prima menggunakan sistem penambangan konvensional (Conventional System)
dengan menggunakan kombinasi excavator dan dump truck. Sistem penambangan konvensional meliputi kegiatan pengupasan lapisan penutup (top soil), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), penimbunan disposal (dumping), pemuatan batubara, hauling batubara, dumping batubara.
4.2
Pengamatan Waktu Kerja
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang sesungguhnya digunakan pada operasi. Dalam 1 hari kerja Perusahaan ditetapkan 2 shift kerja (tabel 4.1) :
Tabel 4.1
Waktu Kerja PT Sarolangun Bara Prima Jam Masuk Kerja Shift 1
Sabtu – Kamis Jum'at
Kegiatan Waktu Durasi Kegiatan Waktu Durasi
Kerja Produktif 1 07.00 -12.00 5 Jam Kerja Produktif 1 07.00 -11.30 4,5 Jam
Istirahat 12.00 - 13.00 1 Jam Istirahat 11.30 - 13.30 2 Jam
Kerja Produktif 2 13.00 - 17.00 4 Jam Kerja Produktif 2 13.30 - 17.00 3,5 Jam
Total Waktu Kerja Produktif 9 Jam 8 Jam
Tabel 4.1
Jam Masuk Kerja Shift 2
Sabtu – Kamis Jum'at
Kegiatan Waktu Durasi Kegiatan Waktu Durasi
Kerja Produktif 1 19.00 - 00.00 5 Jam Kerja Produktif 1 19.00 - 00.00 5 Jam
Istirahat 00.00 - 01.00 1 Jam Istirahat 00.00 - 01.00 1 Jam
Kerja Produktif 2 01.00 - 05.00 4 Jam Kerja Produktif 2 01.00 - 05.00 4 Jam
Total Waktu Kerja Produktif 9 Jam 9 Jam
4.3
Efisiensi Kerja Bulan Februari 2015
Untuk mengetahui efisiensi kerja dari produksi alat excavator dan dump truck, harus diketahui terlebih dahulu waktu kerja yang terdapat di PT Sarolangun Bara Prima. Waktu kerja sangat berpengaruh bagi efektifitas kerja alat dan hasil yang diperoleh oleh alat tersebut. Waktu kerja yang digunakan adalah waktu untuk produksi, berarti ada kehilangan waktu yang disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan selama jam kerja (Tabel 4.2).
Tabel 4.2
Efisiensi Waktu Kerja di PT Sarolangun Bara Prima, Februari 2015
JAM KERJA EFEKTIF
No Kegiatan Keterangan Total (jam)
Jumlah Satuan
I. Jam Tersedia
a. Hari Kalender 28 hari 504 b. hari Libur 1 hari 18 c. Solat Jumat 1 jam/jumat 4 d. Total Waktu Tersedia 27 hari 486 e. Total waktu Produktif 27 hari 482
II. Waktu Hambatan Yang Dapat Dihindari a. Kebutuhan Operator 5,19 mnt/shift 4,67 b. Persiapan Pulang 5,41 mnt/shift 4,87 c. Waktu tunggu Dump Truck Datang 10,32 mnt/shift 9,29
Total 18,82
III. Waktu Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari a. Hujan + Slippery 1 bulan 28,15 b. Safety Talk (Pengarahan Safety) 15 mnt/senin 1 c. Isi Bahan Bakar 30 mnt/hari 13,50 d. Persiapan Alat 10 mnt/shift 9
Total 51,65 Total Hambatan 70,47 Waktu Efektif/bulan 415,53 Waktu Efektif/hari 15,39 Waktu Efektif/shift 7,69
Tabel 4.3
Efisiensi Waktu Kerja Aktual di PT Sarolangun Bara Prima, Februari 2015 Hambatan Yang Dapat Dihindari Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Hari Kebutuhan Operator (menit) Persiapan Pulang (menit) Tunggu dump Truck (menit) Persiapan alat (menit) Isi bahan bakar (menit) Hujan + Slippery (jam) Safety Talk (menit) 1 5 6 9 10 30 0 2 4 5 11 2,43 15 3 6 5 9 0 4 5 5 10 0 5 6 7 10 0 6 4 6 10 4,6 7 5 7 9 0 8 6 5 11 0 9 7 6 7 0 15 10 5 5 9 5,7 11 4 5 13 0 12 5 4 9 0 13 4 5 9 0 14 5 6 10 0 15 7 5 11 3,18 16 4 5 13 0 15 17 6 5 10 0 18 5 6 9 5,1 19 6 5 11 0 20 5 7 8 0 21 5 7 13 0 22 8 4 11 3,9 23 5 5 9 0 15 24 4 4 11 0 25 5 5 10 3,25 26 3 5 12 0 27 6 5 14 0 Jumlah 140 146,09 278,65 540 810 28,15 60 Rata-rata 5,19 5,41 10,32
4.3.1 Jam Kerja Efektif
Untuk menentukan jam kerja efektif, dapat dihitung dengan : Jam Kerja Efektif bulan Februari :
We Per Bulan = Waktu Kerja produktif – Total Hambatan = 486 jam/bulan – 70,47 Jam/bulan = 415,5 jam/bulan We Per Hari = hari 27 bulan / jam 415,5 = 15,4 jam/hari Untuk mencari efisiensi kerja :
Efisiensi Kerja = Waktu kerja efektif
Waktu kerja yang tersedia ×100%
= x 100% jam 486 jam 415,5 = 85,5 %
Kondisi pengelolaan operasi dan manajemen waktu kerja Perusahaan termasuk dalam golongan Kondisi pengelolaan baik dengan kondisi kerja baik.
Tabel 4.4
Faktor Efisiensi Kerja Operasi Dan Manajemen
Kondisi Kerja
Kondisi Pengelolaan (Manajemen)
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Baiksekali 0,84 0,81 0,75 0,7 Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 Sedang 0,72 0,69 0,65 0,6
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 Sumber: Diktat Kuliah PTM Ir, Partanto,1993
4.3.2 Efisiensi Kerja Alat Gali dan Muat
Untuk mengetahui efisiensi kerja alat gali dan muat Perusahaan maka terlebih dahulu perlu diketahui waktu kerja. Waktu kerja akan sangat berpengaruh pada tingkat produksi yang akan dihasilkan karena semakin besar efisiensi kerja maka akan semakin besar pula tingkat produksi yang dihasilkan. Waktu kerja yang digunakan yaitu waktu produktif, maka waktu tersebut telah dipengaruhi oleh hambatan-hambatan selama jam kerja (Tabel 4.5).
Tabel 4.5
Waktu Hambatan Alat Gali-Muat
Waktu Hambatan Yang Dapat Dihindari Jumlah Satuan Total (Jam)
a. Kebutuhan Operator 5,19 mnt/shift 4,67 b. Persiapan Pulang 5,41 mnt/shift 4,87 c. Tunggu Dump Truck Datang 10,32 mnt/shift 9,29
Total 18,82
Waktu Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari Jumlah Satuan Total (Jam
a. Hujan + Slippery 1 bulan 28,15 b. Safety Talk (Pengarahan Safety) 15 mnt/senin 1 c. Isi Bahan Bakar 30 mnt/hari 13,50 d. Persiapan Alat 10 mnt/shift 9
Total 51,65
Total Hambatan 70,47
Sumber : Pengolahan Data PT Sarolangun Bara Prima, 2015
Untuk menentukan jam kerja efektif, dapat dihitung dengan : Jam Kerja Efektif bulan Februari :
We Per Bulan = Waktu Kerja produktif – Total Hambatan = 486 jam/bulan – 70,47 Jam/bulan = 415,5 jam/bulan We Per Hari = hari 27 bulan / jam 415,5 = 15,4 jam/hari Untuk mencari efisiensi kerja :
Efisiensi Kerja = Waktu kerja efektif
Waktu kerja yang tersedia ×100%
= x 100% jam 486 jam 415,5 = 85,52 %
4.3.3 Efisiensi Kerja Alat Angkut
Untuk mengetahui efisiensi kerja alat angkut Perusahaan maka terlebih dahulu perlu diketahui waktu kerja. Waktu kerja akan sangat berpengaruh pada tingkat produksi yang akan dihasilkan karena semakin besar efisiensi kerja maka akan semakin besar pula tingkat produksi yang dihasilkan. Waktu kerja yang digunakan
yaitu waktu produktif, maka waktu tersebut telah dipengaruhi oleh hambatan-hambatan selama jam kerja (Tabel 4.6).
Tabel 4.6
Waktu Hambatan Alat Angkut
Waktu Hambatan Yang Dapat Dihindari Jumlah Satuan Total (Jam)
a. Kebutuhan Operator 5.19 mnt/shift 4,67 b. Persiapan Pulang 5,41 mnt/shift 4,87
Total 9,54
Waktu Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari Jumlah Satuan Total (Jam)
a. Hujan + Slippery 1 bulan 28,15 b. Safety Talk (Pengarahan Safety) 15 mnt/senin 1 c. Isi Bahan Bakar 30 mnt/hari 13,50 d. Persiapan Alat 10 mnt/shift 9
Total 51,65
Total Hambatan 61,19
Sumber : Pengolahan Data PT Sarolangun Bara Prima, 2015
Untuk menentukan jam kerja efektif, dapat dihitung dengan : Jam Kerja Efektif bulan Februari :
We Per Bulan = Waktu Kerja produktif – Total Hambatan = 486 jam/bulan – 61,19 Jam/bulan = 424,8 jam/bulan We Per Hari = hari 27 bulan / jam 426,8 = 15,81 jam/hari Untuk mencari efisiensi kerja :
Efisiensi Kerja = Waktu kerja efektif
Waktu kerja yang tersedia ×100%
= x 100%
jam 486 426,8jam
= 87,81 %
4.4
Peralatan yang Digunakan
Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan Coal Getting pada penambangan yakni :
4.4.1 Alat Gali Muat Excavator
Pada operasi penambangan excavator digunakan untuk melakukan penggalian material lempung, Mengumpulkannya pada suatu lokasi dekat penggalian dan memuat ke atas alat angkut. Jenis atau tipe excavator yang digunakan untuk pemuatan tanah penutup adalah Kobelco SK 330.
(Lampiran A)
.
Sumber : Foto kegiatan coal getting PT Sarolangun Bara Prima, 2015
Foto 4.1
Alat Gali-Muat Excavator Kobelco SK 330
4.4.1.1 Waktu Edar Alat Gali – Muat
Waktu edar alat gali-muat adalah waktu yang digunakan alat muat untuk menyelesaikan satu siklus pemuatan yang didapat dari hasil pengamatan terdiri dari :
1. Waktu menggali material
Waktu menggali material adalah waktu bucket diposisikan menggali material sampai bucket dalam keadaan penuh. Waktu ini sangat ditentukan oleh jenis material dan jenis penggalian (penggalian langsung atau penggalian tidak langsung).
2. Waktu swing (memutar) saat bermuatan
Waktu swing adalah waktu yang dihitung sejak bucket penuh dan siap memutar kearah dump body dump truck sampai posisi bucket siap menumpahkan. Lamanya waktu ini ditentukan oleh posisi dump truck, bila posisi dump truck yang dimuati jauh maka waktu memutar ini akan lebih lama.
3. Waktu menumpahkan material kedalam truck
Waktu menumpahkan material adalah waktu yang dimulai dari bucket siap menumpahkan material kedalam dump truck sampai bucket selesai menutup dan siap kembali memutar untuk menggali.
4. Waktu swing (memutar) saat muatan kosong
Waktu memutar bucket dalam keadaan kosong dimulai dari selesai proses menumpahkan material sampai bucket siap menggali material lagi.
Waktu edar (cycle Time) alat muat dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Ca = Cyle Time Alat Muat, (menit)
A = Waktu Mengisi bucket / Digging, (detik) B = Waktu Ayunan Bermuatan / Swing Isi, (detik) C = Waktu Menumpahkan Isi / Dumping, (detik) D = Waktu Ayunan Kosong / Swing Kosong, (detik) JP = Jumlah Pengisian dalam Satu Kali Pengisian Bak
Tabel 4.7
Rata-Rata Cycle Time Excavator Type Backhoe KOBELCO 330SK
Waktu
Cycle Time
Total
Gali Swing Isi Tumpah Swing Kosong
( A ) ( B ) ( C ) ( D )
Detik 5,5 6,33 2,65 5,47 19,98
Menit 0,09 0,10 0,04 0,09 0,33
Sumber : Hasil Data Pengamatan Kerja Praktik Di PT Sarolangun Bara Prima, 2015
Dari hasil pengamatan lapangan (tabel 4.7), maka dapat dihitung waktu edar (cycle time) alat gali dan muat sebagai berikut :
CTm = (A + B + C + D) × JP
= (5,5 + 6,33 + 2,65+ 5,47) × 8 = 159,6 detik
= 2,7 menit
4.4.1.2 Produktivitas Alat Gali-Muat Excavator Kobelco 330 SK
Kemampuan produksi pada alat gali dan muat dapat dirumuskan sebagai berikut :
P
m=
60 𝑥𝐸𝑚𝐶𝑚
x H
mx FF
mx SF x
𝜌𝑖
, (Ton/jam)
Dimana :
P = Kemampuan Produksi Alat Muat (Ton/Jam)
Cm = Waktu Edar Alat Muat Sekali Pemuatan (menit) H = Kapasitas Bucket Munjung Alat Muat (m3)
FF = Faktor Pengisian (%) EK = Effisiensi Kerja (%) SF = Swell Factor
𝝆𝒊
= Density (Ton/Bcm)Table 4.8
Bobot Isi dan Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Macam Material Bobot Isi lb/cu yd in-situ Swell Factor Batubara Bituminus 1900 0,74 Sumber : Partanto, P. Pemindahan Tanah Mekanis, 1993
Table 4.9
Jumlah Alat Gali dan Muat
Alat Gali Muat Jenis Alat Jumlah Alat
Excavator tipe Kobelco 330 SK 1 Sumber : Pengamatan Kegiatan Lapangan,2015 (Lampiran A)
Dari data diatas, maka dapat dihitung kemampuan produksi pada alat gali dan muat dengan parameter nilai FF sebagai berikut :
1 yd = 0,914 m
𝝆
i =
𝟏𝟗𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎𝟎 𝒕𝒐𝒏 𝟏 𝒙 (𝟎,𝟗𝟏𝟒𝟑)𝒃𝒄𝒎= 1,24 Ton/BcmP
m=
60 𝑥 𝐸𝑚 𝐶𝑚 x Hm x FFm x SF x𝜌𝑖
, (Ton/jam) Pm = 60 𝑥 85,52 0,33 x 1,8 x 0,7 x 0,74 x 1,24 = 179,77 Ton/Jam4.4.2 Alat Angkut Dump truck Hino FM 260JD
Pada operasi penambangan dump truck digunakan untuk melakukan tugas-tugas yakni melakukan pengangkutan, pencurahan hasil kegiatan coal getting dari tambang ke lokasi stock room.
Jenis atau tipe dump truck yang akan digunakan untuk pengangkutan tanah
penutup di tambang adalah dump truck HINO FM 260 JD sebanyak 5 unit (Lampiran A).
Sumber : Foto kegiatan Pengangkutan PT Sarolangun Bara Prima, 2015
Foto: 4.2
Alat Angkut Hino FM 260 JD
4.4.2.1 Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar (cycle time) dump truck adalah waktu yang digunakan dump truck menyelesaikan satu siklus pengangkutan yang terdiri dari memuat material oleh alat gali-muat dan mengangkutnya ke lokasi pembuangan dengan jarak 700 m, serta kembali ke alat gali-muat untuk dimuati kembali.
Adapun elemen dari waktu edar ini adalah :
1. Waktu dump truck untuk memuat muatan di alat gali-muat (Loading Time)
Waktu ini dihitung mulai dari dump truck selesai manuver mundur dan siap diisi sampai dump truck penuh, dan mulai berangkat untuk mengangkut material ke lokasi pembuangan. Waktu muat ini akan dapat lebih efisien bila alat gali-muat nya berukuran seimbang dengan kapasitas dump truck, kondisi loading point yang baik dan luas, keahlian operator alat gali-muat yang bagus dan jenis material yang digali tidak keras.