• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.

Kebutuhan untuk menyelaraskan pembangunan ekonomi dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup menjadi tantangan yang tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin di lakukan. Ekoregion Jawa merupakan representasi yang tepat dari kondisi di atas, kelimpahan potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Laju pembangunan ekonomi yang pesat hadir bersama pencemaran dan jumlah penduduk yang besar. Untuk itu, peran P3EJ sebagai bagian dari KLHK dalam melakukan pengendalian pembangunan sangatlah diperlukan.

Dokumen ini, yang selanjutnya disebut dengan Rencana Kerja 2017 merupakan pedoman kegiatan P3EJ selama tahun 2017 yang disusun berdasarkan Renstra P3EJ 2015 -2019 dan evaluasi kegiatan di tahun 2015-2016. Diharapkan, Renja ini mampu memberikan arahan langkah sistematis dan terukur dalam upaya pengendalian pembangunan di wilayah ekoregion Jawa.

Secara ringkas, pada tahun 2017 P3EJ berusaha mengadvokasi peningkatan kualitas lingkungan hidup sekaligus memberikan dukungan nyata bagi pembangunan ekonomi. Dengan memanfaatkan data daya dukung dan daya tampung SDA LH di ekoregion Jawa, P3EJ berencana memberikan masukan arahan kebijakan pembangunan bagi daerah (Provinsi/Kabupaten/kota) khususnya di sektor hutan, pertambangan, energi, pertanian, industri dan jasa.

Akhirnya, saya berharap agar apa yang telah dituangkan dapat dilaksanakan dan memberikan kontribusi pada pembangunan sebagaimana yang diharapkan. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia NYA pada upaya pengendalian pembangunan untuk menyelaraskan pembangunan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Yogyakarta, September 2016 Kepala P3E Jawa,

Dr. Drs. Sugeng Priyanto, M.Si. NIP.19630705 198303 1 001

(2)
(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GRAFIK ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUGAS DAN FUNGSI PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA ... 2

1.3. STRUKTUR ORGANISASI P3E JAWA ... 3

BAB II . CAPAIAN KINERJA 2015 DAN PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 ... 6

2.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 ... 6

2.2. PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 ... 11

2.2.1 Prognosis Capaian Indikator Kinerja Kegiatan... 12

2.2.2 Prognosis Capaian Realisasi Anggaran ... 18

BAB III RENCANA KERJA TAHUN 2017 ... 19

(4)
(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GRAFIK ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUGAS DAN FUNGSI PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA ... 2

1.3. STRUKTUR ORGANISASI P3E JAWA ... 3

BAB II . CAPAIAN KINERJA 2015 DAN PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 ... 6

2.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 ... 6

2.2. PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 ... 11

2.2.1 Prognosis Capaian Indikator Kinerja Kegiatan... 12

2.2.2 Prognosis Capaian Realisasi Anggaran ... 18

BAB III RENCANA KERJA TAHUN 2017 ... 19

BAB IV PENUTUP ... 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur organisasi P3E Jawa (Permen KLHK No. 18 tahun 2015) ... 3

Gambar 2 Capaian Kinerja P3E Jawa TA. 2015 ... 6

Gambar 3 NIlai Kinerja P3E Jawa Tahun 2016 Per September 2016 ... 11

Gambar 4 Penyerapan Anggaran P3EJ Tahun 2016 ... 18

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kegiatan, Sasaran, Target P3E Jawa Tahun 2017 berdasarkan Renstra 2015 - 2019 ... 19

Tabel 2 Unit Kegiatan, Sasaran, Indikator dan Target tahun 2017 berdasarkan Renstra P3EJ TA 2015 - 2019 ... 20

Tabel 3 Elemen Kegiatan, Sasaran, Indikator , Target Kegiatan P3EJ TA 2017 ... 22

Tabel 4 Rencana Kegiatan P3EJ TA 2017 ... 24

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PERIODE 2009 – 2015. ... 1

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

ahun 2017 adalah tahun ketiga dalam periode Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa tahun 2015 – 2019. Dapat dikatakan bahwa 2 tahun pertama dalam periode ini berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2015, seiring dengan konsolidasi kelembagaan antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ) telah memenuhi indikator capaian di Renstra pada tahun 2015, diantaranya; tersusunnya Rencana pengelolaan SDA LH bidang kehutanan dan pertambangan. Capaian ini sekaligus menjadi penanda Kiprah P3EJ dalam mendukung Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan (KLHK) dalam mencapai Sasaran Strategisnya. Sebagai tambahan, P3EJ juga menghasilkan dokumen daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup berdasarkan jasa ekosistem. Dokumen ini diharapkan dapat mendukung tercapainya sasaran strategis pertama KLHK yaitu; menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan,ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6.

Pada tahun 2014, nilai rata – rata IKLH di Ekoregion Jawa adalah sebesar 48,70, yang berarti masih jauh dari target ideal IKLH. Indeks ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kualitas lingkungan belum seiring dengan pembangunan ekonomi. Secara umum, grafik di bawah ini menggambarkan bahwa pertumbuhan penduduk dan ekonomi berjalan seiring namun sayangnya tidak diiuti dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup..

Grafik 1 PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PERIODE 2009 – 2015. (Data diolah dari World Development Indicator dan laporan IKLH 2014)

Mencermati hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan usaha yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

0 20 40 60 80 100 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN

EKONOMI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PERIODE 2009 - 2015

DATA/TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (persen) PERTUMBUHAN PENDUDUK (persen) IKLH

T

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

ahun 2017 adalah tahun ketiga dalam periode Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa tahun 2015 – 2019. Dapat dikatakan bahwa 2 tahun pertama dalam periode ini berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2015, seiring dengan konsolidasi kelembagaan antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa (P3EJ) telah memenuhi indikator capaian di Renstra pada tahun 2015, diantaranya; tersusunnya Rencana pengelolaan SDA LH bidang kehutanan dan pertambangan. Capaian ini sekaligus menjadi penanda Kiprah P3EJ dalam mendukung Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan (KLHK) dalam mencapai Sasaran Strategisnya. Sebagai tambahan, P3EJ juga menghasilkan dokumen daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup berdasarkan jasa ekosistem. Dokumen ini diharapkan dapat mendukung tercapainya sasaran strategis pertama KLHK yaitu; menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan,ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6.

Pada tahun 2014, nilai rata – rata IKLH di Ekoregion Jawa adalah sebesar 48,70, yang berarti masih jauh dari target ideal IKLH. Indeks ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kualitas lingkungan belum seiring dengan pembangunan ekonomi. Secara umum, grafik di bawah ini menggambarkan bahwa pertumbuhan penduduk dan ekonomi berjalan seiring namun sayangnya tidak diikuti dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup..

Grafik 1 PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PERIODE 2009 – 2015. (Data diolah dari World Development Indicator dan laporan IKLH 2014)

Mencermati hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan usaha yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

0 20 40 60 80 100 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN

EKONOMI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PERIODE 2009 - 2015

DATA/TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI (persen) PERTUMBUHAN PENDUDUK (persen) IKLH

(8)

2

Sampai dengan dokumen ini disusun (September 2016) capaian kinerja P3EJ adalah 72.23 % yang diharapkan akan mampu mencapai minimal 100 % pada akhir tahun anggaran. 1 Prosentase capaian kinerja ini menggambarkan bahwa kurang lebih 70 % kegiatan yang tertuang dalam Renstra dan Rencana kerja telah terlaksana dengan baik. Dengan capaian ini, tidak berlebihan kiranya bila dinyatakan bahwa P3E Jawa mampu memenuhi janjinya untuk mendukung capaian kinerja Sekretariat Jenderal KLHK sekaligus mendukung tercapainya 3 (tiga) sasaran strategis KLHK 2015 – 2019 yaitu :

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan;

2. Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan,

3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun.

Rencana kerja P3E Jawa tahun 2017 disusun untuk memberikan informasi tentang target kinerja pada tahun 2017 dan perkiraan alokasi pendanaan kegiatan. Pagu alokasi pendanaan yang dimaksud didasarkan pada pagu definitif satker lingkup Sekjend tahun 2017 senilai Rp. 13.483.793.000,- yang dinyatakan dalam surat Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.841/Setjen/Rocan/Set-1/7/2016 perihal Pagu anggaran lingkup Setjen KLHK dan penyelesaian RKA-K/L TA. 2017.

1.2. TUGAS DAN FUNGSI PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) memiliki kedudukan sebagai unsur penunjang pelaksanaan tugas Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.

P3E Jawa memiliki tugas melaksanakan penyelenggaraan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugas tersebut P3E memiliki 3 fungsi; pertama, menyusun kebijakan teknis pengendalian pembangunan ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung SDA dan lingkungan di wilayah ekoregion dan ketiga, pelaksanaan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion.

(9)

Sampai dengan dokumen ini disusun (September 2016) capaian kinerja P3EJ adalah 72.23 % yang diharapkan akan mampu mencapai minimal 100 % pada akhir tahun anggaran. 1 Prosentase capaian kinerja ini menggambarkan bahwa kurang lebih 70 % kegiatan yang tertuang dalam Renstra dan Rencana kerja telah terlaksana dengan baik. Dengan capaian ini, tidak berlebihan kiranya bila dinyatakan bahwa P3E Jawa mampu memenuhi janjinya untuk mendukung capaian kinerja Sekretariat Jenderal KLHK sekaligus mendukung tercapainya 3 (tiga) sasaran strategis KLHK 2015 – 2019 yaitu :

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan;

2. Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan,

3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun.

Rencana kerja P3E Jawa tahun 2017 disusun untuk memberikan informasi tentang target kinerja pada tahun 2017 dan perkiraan alokasi pendanaan kegiatan. Pagu alokasi pendanaan yang dimaksud didasarkan pada pagu definitif satker lingkup Sekjend tahun 2017 senilai Rp. 13.483.793.000,- yang dinyatakan dalam surat Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.841/Setjen/Rocan/Set-1/7/2016 perihal Pagu anggaran lingkup Setjen KLHK dan penyelesaian RKA-K/L TA. 2017.

1.2. TUGAS DAN FUNGSI PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) memiliki kedudukan sebagai unsur penunjang pelaksanaan tugas Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.

P3E Jawa memiliki tugas melaksanakan penyelenggaraan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugas tersebut P3E memiliki 3 fungsi; pertama, menyusun kebijakan teknis pengendalian pembangunan ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung SDA dan lingkungan di wilayah ekoregion dan ketiga, pelaksanaan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion.

1 Ulasan lebih lengkap tentang prognosis kegiatan 2016 pada BAB II

1.3. STRUKTUR ORGANISASI P3E JAWA

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, P3E Jawa merupakan unit kerja Esselon II yang memiliki struktur organisasi sesuai dengan struktur organisasi P3E sebagaimana disebutkan dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 yaitu 4 unit Esselon III dan 12 unit Esselon IV.

Gambar 1 Struktur organisasi P3E Jawa (Permen KLHK No. 18 tahun 2015)

PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA

BIDANG INVENTARISASI DDDT SDA LH

SUB BIDANG HUTAN DAN HASIL HUTAN

SUB BIDANG PERTAMBANGAN, ENERGI,

PERTANIAN, KELAUTAN SUB BIDANG TRANSPORTASI,

MANUFAKTUR, INDUSTRI DAN JASA

BIDANG PERENCANAAN PENGELOLAAN SDA LH

SUB BIDANG HUTAN DAN HASIL HUTAN

SUB BIDANG PERTAMBANGAN, ENERGI, PERTANIAN,

KELAUTAN SUB BIDANG TRANSPORTASI, MANUFAKTUR, INDUSTRI DAN

JASA

BIDANG EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

SUB BIDANG EVALUASI

SUB BIDANG UJI KUALITAS

SUB BIDANG TINDAK LANJUT BAGIAN TATA USAHA

SUB BAGIAN PROGRAM

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

Sampai dengan dokumen ini disusun (September 2016) capaian kinerja P3EJ adalah 72.23 % yang diharapkan akan mampu mencapai minimal 100 % pada akhir tahun anggaran. 1 Prosentase capaian kinerja ini menggambarkan bahwa kurang lebih 70 % kegiatan yang tertuang dalam Renstra dan Rencana kerja telah terlaksana dengan baik. Dengan capaian ini, tidak berlebihan kiranya bila dinyatakan bahwa P3E Jawa mampu memenuhi janjinya untuk mendukung capaian kinerja Sekretariat Jenderal KLHK sekaligus mendukung tercapainya 3 (tiga) sasaran strategis KLHK 2015 – 2019 yaitu :

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan;

2. Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan,

3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun.

Rencana kerja P3E Jawa tahun 2017 disusun untuk memberikan informasi tentang target kinerja pada tahun 2017 dan perkiraan alokasi pendanaan kegiatan. Pagu alokasi pendanaan yang dimaksud didasarkan pada pagu definitif satker lingkup Sekjend tahun 2017 senilai Rp. 13.483.793.000,- yang dinyatakan dalam surat Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.841/Setjen/Rocan/Set-1/7/2016 perihal Pagu anggaran lingkup Setjen KLHK dan penyelesaian RKA-K/L TA. 2017.

1.2. TUGAS DAN FUNGSI PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION JAWA

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) memiliki kedudukan sebagai unsur penunjang pelaksanaan tugas Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.

P3E Jawa memiliki tugas melaksanakan penyelenggaraan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugas tersebut P3E memiliki 3 fungsi; pertama, menyusun kebijakan teknis pengendalian pembangunan ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung SDA dan lingkungan di wilayah ekoregion dan ketiga, pelaksanaan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion.

(10)

4

Diagram diatas menunjukkan bahwa P3EJ sebagai unit Esselon II membawahi 4 unit Esselon III yang terdiri dari 1 Bagian dan 3 Bidang yaitu; Bagian Tata Usaha, Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung SDA LH, Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA LH dan Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut.

Bagian Tata Usaha memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, pengelolaan urusan tata usaha, tata laksana keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang milik negara. Bagian ini memiliki tiga fungsi yaitu; pertama koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran. Kedua, pengelolaan urusan keuangan, ketiga, menangani pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dokumentasi, pengelolaan BMN, kepegawaian dan hubungan masyarakat.2 Dalam melaksaksankanan fungsinya, Bagian Tata Usaha didukung oleh 3 (tiga) subbagian yaitu subbagian program, subbagian keuangan dan subbagian umum dan kepegawaian. Subbagian program bertugas melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan dalam rangka koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran. Subbagian keuangan memiliki tugas melakukan urusan keuangan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, pengelolaan barang milik negara, kearsipan, dokumentasi, kepegawaian dan hubungan masyarakat.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (SDALH) didukung oleh 3 (tiga) subbidang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. 3 subbidang tersebut adalah Subbidang Hutan dan Hasil Hutan, Sub Bidang Pertambangan, energi, Pertanian dan Kelautan, Sub Bidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa. Tugas dari Bidang ini adalah melaksanakan inventarisasi DDDT sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugasnya, bidang ini memiliki 3 fungsi; pertama pelaksanaan inventarisasi daya DDDT hutan dan hasil hutan di wilayah ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi DDDT pertambangan, energy, pertanian, kelautan di wilayah ekoregion, ketiga, pelaksanaan inventarisasi DDDT transportasi, manufaktur, industri dan jasa di wilayah ekoregion.3 Untuk menjalankan fungsi tersebut, bidang ini mendistribusikan tugasnya pada 3 subbidang seperti tersebut di atas sebagai berikut; Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapam bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung hutan dan hasil hutan. Subbidang Pertambangan, energy, pertanian dan kelautan bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya pertambangan, energy, pertanian dan kelautan.Subbidang yang terakhir yaitu subbidang transportasi, manufaktur, industry dan jasa bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya transportasi, manufaktur, industry dan jasa.

2 Struktur, tugas dan Fungsi bagian Tata Usaha tertera dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1521 – 1524

3 Struktur, tugas dan fungsi Bidang Inventarisasi DDDT Sumber daya alam dan LH tertera dalam dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1525 – 1528.

(11)

Diagram diatas menunjukkan bahwa P3EJ sebagai unit Esselon II membawahi 4 unit Esselon III yang terdiri dari 1 Bagian dan 3 Bidang yaitu; Bagian Tata Usaha, Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung SDA LH, Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA LH dan Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut.

Bagian Tata Usaha memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, pengelolaan urusan tata usaha, tata laksana keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang milik negara. Bagian ini memiliki tiga fungsi yaitu; pertama koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran. Kedua, pengelolaan urusan keuangan, ketiga, menangani pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dokumentasi, pengelolaan BMN, kepegawaian dan hubungan masyarakat.2 Dalam melaksaksankanan fungsinya, Bagian Tata Usaha didukung oleh 3 (tiga) subbagian yaitu subbagian program, subbagian keuangan dan subbagian umum dan kepegawaian. Subbagian program bertugas melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan dalam rangka koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran. Subbagian keuangan memiliki tugas melakukan urusan keuangan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, pengelolaan barang milik negara, kearsipan, dokumentasi, kepegawaian dan hubungan masyarakat.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (SDALH) didukung oleh 3 (tiga) subbidang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. 3 subbidang tersebut adalah Subbidang Hutan dan Hasil Hutan, Sub Bidang Pertambangan, energi, Pertanian dan Kelautan, Sub Bidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa. Tugas dari Bidang ini adalah melaksanakan inventarisasi DDDT sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugasnya, bidang ini memiliki 3 fungsi; pertama pelaksanaan inventarisasi daya DDDT hutan dan hasil hutan di wilayah ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi DDDT pertambangan, energy, pertanian, kelautan di wilayah ekoregion, ketiga, pelaksanaan inventarisasi DDDT transportasi, manufaktur, industri dan jasa di wilayah ekoregion.3 Untuk menjalankan fungsi tersebut, bidang ini mendistribusikan tugasnya pada 3 subbidang seperti tersebut di atas sebagai berikut; Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapam bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung hutan dan hasil hutan. Subbidang Pertambangan, energy, pertanian dan kelautan bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya pertambangan, energy, pertanian dan kelautan.Subbidang yang terakhir yaitu subbidang transportasi, manufaktur, industry dan jasa bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya transportasi, manufaktur, industry dan jasa.

2 Struktur, tugas dan Fungsi bagian Tata Usaha tertera dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1521 – 1524

3 Struktur, tugas dan fungsi Bidang Inventarisasi DDDT Sumber daya alam dan LH tertera dalam dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1525 – 1528.

Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup memiliki tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sebagaimana bidang sebelumnya, bidang ini juga memiliki 3 sub bidang yaitu; Subbidang hutan dan hasil hutan, subbidang pertambangan, energy, pertanian dan kelautan dan subbidang transportasi, manufaktur, industri dan jasa. Bidang ini mengemban 4 fungsi yaitu;

pertama penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan sumber daya hutan dan hasil

hutan. Kedua, penyusunan rencaa dan penerapan pengelolaan sumber daya pertambangan, energy, pertanian dan kelautan. Ketiga, penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan sumber daya transportasi, manufaktur, industri dan jasa. Keempat, melaksanakan fungsi pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja bidang perencanaan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Dalam melaksanakan fungsinya, bidang ini membagi tugas kepada tiga subbidang sebagai berikut: pertama tugas mengumpulkan dan

mengolah bahan dalam rangka menyiapkan bahan penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan hutan dan hasil hutan diberikan kepada subbidang hutan dan hasil hutan.

Kedua, subbidang pertambangan, energy, pertanian dan kelautan ditugaskan untuk

mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan penyusunan rencana dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya pertambangan, energy, pertanian dan kelautan. Ketiga, tugas pengumpulan dan pengolahan bahan dalam rangka penyiapan

bahan penyusunan rencana dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya pegelolaan transportasi, manufaktur, industri dan jasa diberikan pada Subbidang transportasi, manufaktur, industry dan jasa.

Bidang yang terakhir dalam struktur organisasi P3E adalah Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pengelolaan SDA dan LH. Bidang ini memiliki tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi, uji kualitas lingkungan dan melaksanakan tindak lanjut atas pengelolaan SDA dan LH di wilayah Ekoregion. Bidang ini memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu; pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengelolaan SDA dan LH, pelaksanaan uji kualitas lingkungan, tindak lanjut pengelolaan SDA dan LH dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja bidang evaluasi dan tindak lanjut pengelolaan SDA dan LH. Bidang ini terdiri dari 3 subbidang yaitu; Subbidang evaluasi, Subbidang Uji Kualitas Lingkungan dan Subbidang tindak lanjut. Subbidang evaluasi bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka pemantauan dan evaluasi pengelolaan SDA dan LH. Subbidang Uji kualitas Lingkungan bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan uji kualitas lingkungan dalam pengelolaan SDA dan LH. Subbidang terakhir adalah Subbidang tindak lanjut yang memiliki tugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan tindak lanjut pengelolaan SDA dan LH.

Diagram diatas menunjukkan bahwa P3EJ sebagai unit Esselon II membawahi 4 unit Esselon III yang terdiri dari 1 Bagian dan 3 Bidang yaitu; Bagian Tata Usaha, Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung SDA LH, Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA LH dan Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut.

Bagian Tata Usaha memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, pengelolaan urusan tata usaha, tata laksana keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang milik negara. Bagian ini memiliki tiga fungsi yaitu; pertama koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran. Kedua, pengelolaan urusan keuangan, ketiga, menangani pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dokumentasi, pengelolaan BMN, kepegawaian dan hubungan masyarakat.2 Dalam melaksaksankanan fungsinya, Bagian Tata Usaha didukung oleh 3 (tiga) subbagian yaitu subbagian program, subbagian keuangan dan subbagian umum dan kepegawaian. Subbagian program bertugas melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan dalam rangka koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran. Subbagian keuangan memiliki tugas melakukan urusan keuangan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, pengelolaan barang milik negara, kearsipan, dokumentasi, kepegawaian dan hubungan masyarakat.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (SDALH) didukung oleh 3 (tiga) subbidang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. 3 subbidang tersebut adalah Subbidang Hutan dan Hasil Hutan, Sub Bidang Pertambangan, energi, Pertanian dan Kelautan, Sub Bidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa. Tugas dari Bidang ini adalah melaksanakan inventarisasi DDDT sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion. Dalam pelaksanaan tugasnya, bidang ini memiliki 3 fungsi; pertama pelaksanaan inventarisasi daya DDDT hutan dan hasil hutan di wilayah ekoregion; kedua, pelaksanaan inventarisasi DDDT pertambangan, energy, pertanian, kelautan di wilayah ekoregion, ketiga, pelaksanaan inventarisasi DDDT transportasi, manufaktur, industri dan jasa di wilayah ekoregion.3 Untuk menjalankan fungsi tersebut, bidang ini mendistribusikan tugasnya pada 3 subbidang seperti tersebut di atas sebagai berikut; Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapam bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung hutan dan hasil hutan. Subbidang Pertambangan, energy, pertanian dan kelautan bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya pertambangan, energy, pertanian dan kelautan.Subbidang yang terakhir yaitu subbidang transportasi, manufaktur, industry dan jasa bertugas mengumpulkan dan mengolah bahan dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya transportasi, manufaktur, industry dan jasa.

2 Struktur, tugas dan Fungsi bagian Tata Usaha tertera dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1521 – 1524

3 Struktur, tugas dan fungsi Bidang Inventarisasi DDDT Sumber daya alam dan LH tertera dalam dalam Permen KLHK No. 18 tahun 2015 pasal 1525 – 1528.

(12)
(13)

BAB II . CAPAIAN KINERJA 2015 DAN PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA

TAHUN 2016

Data dan analisa tentang capaian kinerja tahun sebelumnya diperlukan sebagai acuan bagi penajaman dan kontekstualisasi program. Untuk itu, Bab ini akan menampilkan data dan analisa tentang capaian kinerja 2015 dan prognosis capaian kinerja tahun 20164.

2.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015

Secara garis besar kinerja P3E Jawa terlihat dari data E-Monev tentang kinerja dan penyerapan anggaran sebagaimana ditampilkan oleh diagram di bawah ini.

Gambar 2 Capaian Kinerja P3E Jawa TA. 2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 P3E Jawa berhasil memenuhi seluruh target indikator yang ditetapkan atau sebesar 100 %. Pada tahun 2015, prosentase penyerapan anggaran untuk mendukung keberlangsungan program dan kegiatan adalah sebesar 81.11 %. Dengan kata lain P3E Jawa mampu melakukan efisiensi anggaran sebesar 18.89 % untuk mencapai target kinerja.

4 Capaian Kinerja 2016 masih berwujud prognosis mengingat rencana kinerja ini disusun sebelum berakhirnya tahun anggaran 2016. (capaian kinerja didasarkan pada data pada bulan September 2016)

(14)

7

Berdasarkan Renstra P3EJ 2015 – 2019, capaian kinerja kegiatan diukur melalui 2 indikator kegiatan (IK) yaitu:

a. Persentase capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan di Ekoregion Jawa sebesar 80 %

Pada tahun 2015 capaian ini diukur berdasarkan kesesuaian penyerapan anggaran pada akhir tahun dan capaian pelaksanaan kegiatan P3EJ. Di tahun 2015, P3EJ memiliki beberapa capaian yang secara signifikan dapat mendukung pencapaian Sastra KLHK, khususnya Sastra 1. Capaian tersebut diantaranya adalah keberhasilan P3EJ dalam mendorong Kabupaten Kulon Progo untuk menjadikan IKLH sebagai indikator sasaran pembangunan dalam RPJMD 2011 – 2016.Perlu diketahui bahwa P3EJ melakukan upaya yang komprehensif untuk mendukung daerah untuk menyusun dokumen IKLH, selain penyusunan buku panduan IKLH untuk pemerintah daerah di Ekoregion Jawa, pada tahun ini P3EJ juga memfasilitasi 12 (dua belas) kabupaten/kota untuk menyusun dokumen IKLH dan mengintegrasikan 40 (empat puluh) kabupaten/kota dalam sistem informasi lingkungan P3EJ yang memuat update data IKLH. 40 Kabupaten Kota tersebut adalah Kab. Bantul, Kab. Gunungkidul, Kab. Kulonprogo, Kab. Sleman, Kota Yogyakarta, Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo, Kota Magelang, Kab. Magelang, Kab. Semarang, Kota Semarang, Kab. Boyolali, Kab. Batang, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Kota Blitar, Kab. Blitar, Kab. Jember, Kab. Jombang, Kota Kediri, Kab. Lumajang, Kota Malang, Kab. Malang, Kota Mojokerto, Kab. Nganjuk, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Probolinggo, Kab. Sidoarjo, Kab. Ponorogo, Kab. Tulungagung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang, Kab. Karawang, Kab. Indramayu, Kota Bekasi, Kota Cimahi.

Dukungan teknis terhadap pengukuran kualitas lingkungan juga dilakukan dengan melaksanakan evaluasi kelembagaan pada instansi-instansi yang memiliki fokus kerja pada 9 (Sembilan) sektor yaitu (kehutanan, pertanian, pertambangan, energi, kelautan, transportasi , manufaktur, Industri dan Jasa) dengan metode penyebaran questioner dan pembahasan dengan pakar untuk menyusun rekomendasi. Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi untuk melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan (9 sektor) berdasar analisa SWOT. Tidak berhenti di sana, dukungan teknis untuk meningkatkan kualitas data kepada daerah dilakukan dengan melakukan sampling pemantauan kualitas lingkungan (air dan emisi gas buang). Sampling uji kualitas air dilakukan di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur yaitu Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Blora, Magelang, Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan Kulon Progo. Dukungan ini diberikan untuk menjawab kebutuhan peningkatan kualitas data lingkungan kabupaten/kota tersebut.

Simultan dengan inventarisasi daya dukung dan daya tampung, P3EJ juga melakukan penyusunan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang pada tahun 2015 difokuskan pada penyusunan; pertama, rencana pengelolaan SDA dan LH sektor kehutanan. Kedua, rencana pengelolaan SDA LH sektor pertambangan, ketiga, rencana pengelolaan SDA LH sektor jasa khususnya pariwisata.

BAB II . CAPAIAN KINERJA 2015 DAN PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA

TAHUN 2016

Data dan analisa tentang capaian kinerja tahun sebelumnya diperlukan sebagai acuan bagi penajaman dan kontekstualisasi program. Untuk itu, Bab ini akan menampilkan data dan analisa tentang capaian kinerja 2015 dan prognosis capaian kinerja tahun 20164.

2.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015

Secara garis besar kinerja P3E Jawa terlihat dari data E-Monev tentang kinerja dan penyerapan anggaran sebagaimana ditampilkan oleh diagram di bawah ini.

Gambar 2 Capaian Kinerja P3E Jawa TA. 2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 P3E Jawa berhasil memenuhi seluruh target indikator yang ditetapkan atau sebesar 100 %. Pada tahun 2015, prosentase penyerapan anggaran untuk mendukung keberlangsungan program dan kegiatan adalah sebesar 81.11 %. Dengan kata lain P3E Jawa mampu melakukan efisiensi anggaran sebesar 18.89 % untuk mencapai target kinerja.

4 Capaian Kinerja 2016 masih berwujud prognosis mengingat rencana kinerja ini disusun sebelum berakhirnya tahun anggaran 2016. (capaian kinerja didasarkan pada data pada bulan September 2016)

(15)

Berdasarkan Renstra P3EJ 2015 – 2019, capaian kinerja kegiatan diukur melalui 2 indikator kegiatan (IK) yaitu:

a. Persentase capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan di Ekoregion Jawa sebesar 80 %

Pada tahun 2015 capaian ini diukur berdasarkan kesesuaian penyerapan anggaran pada akhir tahun dan capaian pelaksanaan kegiatan P3EJ. Di tahun 2015, P3EJ memiliki beberapa capaian yang secara signifikan dapat mendukung pencapaian Sastra KLHK, khususnya Sastra 1. Capaian tersebut diantaranya adalah keberhasilan P3EJ dalam mendorong Kabupaten Kulon Progo untuk menjadikan IKLH sebagai indikator sasaran pembangunan dalam RPJMD 2011 – 2016.Perlu diketahui bahwa P3EJ melakukan upaya yang komprehensif untuk mendukung daerah untuk menyusun dokumen IKLH, selain penyusunan buku panduan IKLH untuk pemerintah daerah di Ekoregion Jawa, pada tahun ini P3EJ juga memfasilitasi 12 (dua belas) kabupaten/kota untuk menyusun dokumen IKLH dan mengintegrasikan 40 (empat puluh) kabupaten/kota dalam sistem informasi lingkungan P3EJ yang memuat update data IKLH. 40 Kabupaten Kota tersebut adalah Kab. Bantul, Kab. Gunungkidul, Kab. Kulonprogo, Kab. Sleman, Kota Yogyakarta, Kab. Temanggung, Kab. Wonosobo, Kota Magelang, Kab. Magelang, Kab. Semarang, Kota Semarang, Kab. Boyolali, Kab. Batang, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Kota Blitar, Kab. Blitar, Kab. Jember, Kab. Jombang, Kota Kediri, Kab. Lumajang, Kota Malang, Kab. Malang, Kota Mojokerto, Kab. Nganjuk, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Probolinggo, Kab. Sidoarjo, Kab. Ponorogo, Kab. Tulungagung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang, Kab. Karawang, Kab. Indramayu, Kota Bekasi, Kota Cimahi.

Dukungan teknis terhadap pengukuran kualitas lingkungan juga dilakukan dengan melaksanakan evaluasi kelembagaan pada instansi-instansi yang memiliki fokus kerja pada 9 (Sembilan) sektor yaitu (kehutanan, pertanian, pertambangan, energi, kelautan, transportasi , manufaktur, Industri dan Jasa) dengan metode penyebaran questioner dan pembahasan dengan pakar untuk menyusun rekomendasi. Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi untuk melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan (9 sektor) berdasar analisa SWOT. Tidak berhenti di sana, dukungan teknis untuk meningkatkan kualitas data kepada daerah dilakukan dengan melakukan sampling pemantauan kualitas lingkungan (air dan emisi gas buang). Sampling uji kualitas air dilakukan di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur yaitu Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Blora, Magelang, Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan Kulon Progo. Dukungan ini diberikan untuk menjawab kebutuhan peningkatan kualitas data lingkungan kabupaten/kota tersebut.

Simultan dengan inventarisasi daya dukung dan daya tampung, P3EJ juga melakukan penyusunan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang pada tahun 2015 difokuskan pada penyusunan; pertama, rencana pengelolaan SDA dan LH sektor kehutanan. Kedua, rencana pengelolaan SDA LH sektor pertambangan, ketiga, rencana pengelolaan SDA LH sektor jasa khususnya pariwisata.

BAB II . CAPAIAN KINERJA 2015 DAN PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA

TAHUN 2016

Data dan analisa tentang capaian kinerja tahun sebelumnya diperlukan sebagai acuan bagi penajaman dan kontekstualisasi program. Untuk itu, Bab ini akan menampilkan data dan analisa tentang capaian kinerja 2015 dan prognosis capaian kinerja tahun 20164.

2.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015

Secara garis besar kinerja P3E Jawa terlihat dari data E-Monev tentang kinerja dan penyerapan anggaran sebagaimana ditampilkan oleh diagram di bawah ini.

Gambar 2 Capaian Kinerja P3E Jawa TA. 2015

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 P3E Jawa berhasil memenuhi seluruh target indikator yang ditetapkan atau sebesar 100 %. Pada tahun 2015, prosentase penyerapan anggaran untuk mendukung keberlangsungan program dan kegiatan adalah sebesar 81.11 %. Dengan kata lain P3E Jawa mampu melakukan efisiensi anggaran sebesar 18.89 % untuk mencapai target kinerja.

4 Capaian Kinerja 2016 masih berwujud prognosis mengingat rencana kinerja ini disusun sebelum berakhirnya tahun anggaran 2016. (capaian kinerja didasarkan pada data pada bulan September 2016)

Rencana pengelolaan SDA LH bidang kehutanan membahas dua hal yaitu

pertama; kesesuaian dan keterpaduan rencana kehutanan pengelolaan UPT,

pengelolaan jangka panjang KPH rencana pengelolaan DAS terpadu dengan rencana kehutanan tingkat provinsi (RKTP). Kedua, implementasi rencana pengelolaan kawasan hutan terhadap capaian sastra KLHK serta rencana tindak lanjut. RKTP di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah telah sesuai dengan Rencana Kehutanan tingkat nasional (RKTN). RKTP DIY secara substansi telah memenuhi RKTN namun demikian sistematika belum sesuai dengan pedoman RKTN. Hal disebabkan karena pada saat penyusunan RKTP DIY, pedoman peyusunan RKTN belum ada. Perlu diinformasikan bahwa untuk selanjutnya akan dilakukan revisi RKTP DIY.

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sektor pertambangan dibuat untuk menjawab persoalan pertambangan di ekoregion Jawa seperti maraknya kasus pertambangan tidak berizin yang mengakibatkan konflik sosial maupun kerusakan lingkungan. Pada tahun ini, rencana pengelolaan pertambangan difokuskan di beberapa wilayah Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah (Kab. Gunung Kidul, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kab Karanganyar). Dari Kegiatan tersebut antara lain ditemukan data di beberapa lokasi ditemukan pertambangan tanpa izin, kedua beberapa lokasi pertambangan rakyat belum dituangkan dalam rencana tata ruang, belum semua lokasi bekas tambang dilakukan reklamasi, masih lemahnya pengawasan pertambangan di daerah.

Dokumen perencanaan ketiga yang dihasilkan oleh P3EJ pada tahun 2015 adalah dokumen Rencana pengelolaan SDA LH sektor pariwisata sebagai bagian dari sektor jasa. Pariwisata dipilih mengingat nilai-nilai strategis yang dimilikinya sekaligus dampak multidimensi yang mungkin dihasilkannya. Dokumen ini memuat temuan bahwa belum dilakukan pengelolaan sampah di kawasan pariwisata, kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan juga sangat kurang.

(16)

9

b. Jumlah rencana pengelolaan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan berbasis daya dukung dan daya tampung berdasarkan 8 isu strategis di ekoregion Jawa.

Rencana pengelolaan SDA LH bidang kehutanan membahas dua hal yaitu

pertama; kesesuaian dan keterpaduan rencana kehutanan pengelolaan UPT,

pengelolaan jangka panjang KPH rencana pengelolaan DAS terpadu dengan rencana kehutanan tingkat provinsi (RKTP). Kedua, implementasi rencana pengelolaan kawasan hutan terhadap capaian sastra KLHK serta rencana tindak lanjut. RKTP di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah telah sesuai dengan Rencana Kehutanan tingkat nasional (RKTN). RKTP DIY secara substansi telah memenuhi RKTN namun demikian sistematika belum sesuai dengan pedoman RKTN. Hal disebabkan karena pada saat penyusunan RKTP DIY, pedoman peyusunan RKTN belum ada. Perlu diinformasikan bahwa untuk selanjutnya akan dilakukan revisi RKTP DIY.

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sektor pertambangan dibuat untuk menjawab persoalan pertambangan di ekoregion Jawa seperti maraknya kasus pertambangan tidak berizin yang mengakibatkan konflik sosial maupun kerusakan lingkungan. Pada tahun ini, rencana pengelolaan pertambangan difokuskan di beberapa wilayah Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah (Kab. Gunung Kidul, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kab Karanganyar). Dari Kegiatan tersebut antara lain ditemukan data di beberapa lokasi ditemukan pertambangan tanpa izin, kedua beberapa lokasi pertambangan rakyat belum dituangkan dalam rencana tata ruang, belum semua lokasi bekas tambang dilakukan reklamasi, masih lemahnya pengawasan pertambangan di daerah.

Dokumen perencanaan ketiga yang dihasilkan oleh P3EJ pada tahun 2015 adalah dokumen Rencana pengelolaan SDA LH sektor pariwisata sebagai bagian dari sektor jasa. Pariwisata dipilih mengingat nilai-nilai strategis yang dimilikinya sekaligus dampak multidimensi yang mungkin dihasilkannya. Dokumen ini memuat temuan bahwa belum dilakukan pengelolaan sampah di kawasan pariwisata, kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan juga sangat kurang.

(17)

b. Jumlah rencana pengelolaan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan berbasis daya dukung dan daya tampung berdasarkan 8 isu strategis di ekoregion Jawa.

Rencana pengelolaan SDA LH bidang kehutanan membahas dua hal yaitu

pertama; kesesuaian dan keterpaduan rencana kehutanan pengelolaan UPT,

pengelolaan jangka panjang KPH rencana pengelolaan DAS terpadu dengan rencana kehutanan tingkat provinsi (RKTP). Kedua, implementasi rencana pengelolaan kawasan hutan terhadap capaian sastra KLHK serta rencana tindak lanjut. RKTP di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah telah sesuai dengan Rencana Kehutanan tingkat nasional (RKTN). RKTP DIY secara substansi telah memenuhi RKTN namun demikian sistematika belum sesuai dengan pedoman RKTN. Hal disebabkan karena pada saat penyusunan RKTP DIY, pedoman peyusunan RKTN belum ada. Perlu diinformasikan bahwa untuk selanjutnya akan dilakukan revisi RKTP DIY.

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sektor pertambangan dibuat untuk menjawab persoalan pertambangan di ekoregion Jawa seperti maraknya kasus pertambangan tidak berizin yang mengakibatkan konflik sosial maupun kerusakan lingkungan. Pada tahun ini, rencana pengelolaan pertambangan difokuskan di beberapa wilayah Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah (Kab. Gunung Kidul, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kab Karanganyar). Dari Kegiatan tersebut antara lain ditemukan data di beberapa lokasi ditemukan pertambangan tanpa izin, kedua beberapa lokasi pertambangan rakyat belum dituangkan dalam rencana tata ruang, belum semua lokasi bekas tambang dilakukan reklamasi, masih lemahnya pengawasan pertambangan di daerah.

Dokumen perencanaan ketiga yang dihasilkan oleh P3EJ pada tahun 2015 adalah dokumen Rencana pengelolaan SDA LH sektor pariwisata sebagai bagian dari sektor jasa. Pariwisata dipilih mengingat nilai-nilai strategis yang dimilikinya sekaligus dampak multidimensi yang mungkin dihasilkannya. Dokumen ini memuat temuan bahwa belum dilakukan pengelolaan sampah di kawasan pariwisata, kesadaran pengunjung untuk menjaga lingkungan juga sangat kurang.

Pada tahun 2015 P3E Jawa memfokuskan diri untuk mencapai tiga sastra KLHK, Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun dokumen daya dukung dan daya tampung lingkungan di ekoregion Jawa, utamanya yang terkait dengan keberadaan 9 (sembilan) sektor yaitu hutan, pertambangan, energi, pertanian, kelautan, transportasi, manufaktur industri dan jasa. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPJMD, sekaligus menjadi dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan pembangunan yang disusun oleh P3E Jawa.

Secara sektoral keluaran ini dipertajam dengan tindak lanjut pencarian dan pengolahan data lapangan di beberapa sektor dan lokus prioritas5 di antaranya: Data hutan dan hasil hutan di enam provinsi, data pertambangan, energi, pertanian dan kelautan di 6 (enam) Provinsi dan data transportasi, pengelolaan limbah di Regional Jawa.

Di luar kedua capaian yang tersebut di atas, harus diakui bahwa proses penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan memiliki dampak yang signifikan di dalam pelaksanaan kegiatan dan pengukuran capaiannya. Proses penggabungan ini membawa konsekuensi pada perbedaan target dan indikator capaian yang masih mengikuti target dan indikator yang ditetapkan pada P3EJ sebelum penggabungan. Sebagai ilustrasi adalah elemen kegiatan uji kualitas lingkungan yang melaksanakan kegiatan pengujian kualitas air dan udara di Kabupaten/kota di ekoregion Jawa. Setelah penggabungan, uji kualitas air dan udara dapat diposisikan sebagai bentuk dukungan untuk tercapainya Sastra 1 dan 3 KLHK, namun sebelum penggabungan sasaran kegiatan ini adalah pemenuhan tugas pemerintah pusat untuk melakukan pemantauan kualitas

(18)

11

lingkungan yang melintasi batas administrasi dan upaya optimalisasi kapasitas personil dan laboratorium P3EJ.6

Dari capaian yang diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa pada tahun 2015, P3E Jawa mampu melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu melaksanakan pengendalian pembangunan di wilayah ekoregion Jawa.

2.2. PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016

Gambaran umum dari prognosis capaian kinerja sampai dengan bulan September tahun 2016 terllihat dari tabel aplikasi E MONEV di bawah ini.

Gambar 3 NIlai Kinerja P3E Jawa Tahun 2016 Per September 2016

Tabel dan data di atas menunjukkan bahwa Nilai Kinerja P3EJ berada pada angka 72.23 (CUKUP). Nilai kinerja ini merepresentasikan akumulasi dari variable penilaian yang terdapat dalam aplikasi E-MONEV seperti tertera dalam tabel sebelah kiri. Penilaian Kinerja diukur dari berbagai aspek yaitu penyerapan, konsistensi rencana penarikan dengan realisasi penarikan, pencapaian keluaran dan efisiensi.

6 Pada tahun 2015 Uji Kualitas air dilakukan di 10 titik/lokasi di wilayah DAS strategis/prioritas yang meliputi 5 Kabupaten/Kota (Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Blora, Magelang, Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan Kulon Progo. Sedangkan Uji Kualitas udara (uji emisi gas buang kendaraan bermotor) dilakukan di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi DIY.

Pada tahun 2015 P3E Jawa memfokuskan diri untuk mencapai tiga sastra KLHK, Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun dokumen daya dukung dan daya tampung lingkungan di ekoregion Jawa, utamanya yang terkait dengan keberadaan 9 (sembilan) sektor yaitu hutan, pertambangan, energi, pertanian, kelautan, transportasi, manufaktur industri dan jasa. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPJMD, sekaligus menjadi dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan pembangunan yang disusun oleh P3E Jawa.

Secara sektoral keluaran ini dipertajam dengan tindak lanjut pencarian dan pengolahan data lapangan di beberapa sektor dan lokus prioritas5 di antaranya: Data hutan dan hasil hutan di enam provinsi, data pertambangan, energi, pertanian dan kelautan di 6 (enam) Provinsi dan data transportasi, pengelolaan limbah di Regional Jawa.

Di luar kedua capaian yang tersebut di atas, harus diakui bahwa proses penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan memiliki dampak yang signifikan di dalam pelaksanaan kegiatan dan pengukuran capaiannya. Proses penggabungan ini membawa konsekuensi pada perbedaan target dan indikator capaian yang masih mengikuti target dan indikator yang ditetapkan pada P3EJ sebelum penggabungan. Sebagai ilustrasi adalah elemen kegiatan uji kualitas lingkungan yang melaksanakan kegiatan pengujian kualitas air dan udara di Kabupaten/kota di ekoregion Jawa. Setelah penggabungan, uji kualitas air dan udara dapat diposisikan sebagai bentuk dukungan untuk tercapainya Sastra 1 dan 3 KLHK, namun sebelum penggabungan sasaran kegiatan ini adalah pemenuhan tugas pemerintah pusat untuk melakukan pemantauan kualitas

(19)

lingkungan yang melintasi batas administrasi dan upaya optimalisasi kapasitas personil dan laboratorium P3EJ.6

Dari capaian yang diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa pada tahun 2015, P3E Jawa mampu melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu melaksanakan pengendalian pembangunan di wilayah ekoregion Jawa.

2.2. PROGNOSIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016

Gambaran umum dari prognosis capaian kinerja sampai dengan bulan September tahun 2016 terllihat dari tabel aplikasi E MONEV di bawah ini.

Gambar 3 NIlai Kinerja P3E Jawa Tahun 2016 Per September 2016

Tabel dan data di atas menunjukkan bahwa Nilai Kinerja P3EJ berada pada angka 72.23 (CUKUP). Nilai kinerja ini merepresentasikan akumulasi dari variable penilaian yang terdapat dalam aplikasi E-MONEV seperti tertera dalam tabel sebelah kiri. Penilaian Kinerja diukur dari berbagai aspek yaitu penyerapan, konsistensi rencana penarikan dengan realisasi penarikan, pencapaian keluaran dan efisiensi.

6 Pada tahun 2015 Uji Kualitas air dilakukan di 10 titik/lokasi di wilayah DAS strategis/prioritas yang meliputi 5 Kabupaten/Kota (Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Blora, Magelang, Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan Kulon Progo. Sedangkan Uji Kualitas udara (uji emisi gas buang kendaraan bermotor) dilakukan di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi DIY.

Pada tahun 2015 P3E Jawa memfokuskan diri untuk mencapai tiga sastra KLHK, Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun dokumen daya dukung dan daya tampung lingkungan di ekoregion Jawa, utamanya yang terkait dengan keberadaan 9 (sembilan) sektor yaitu hutan, pertambangan, energi, pertanian, kelautan, transportasi, manufaktur industri dan jasa. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPJMD, sekaligus menjadi dasar bagi penyusunan rencana pengelolaan pembangunan yang disusun oleh P3E Jawa.

Secara sektoral keluaran ini dipertajam dengan tindak lanjut pencarian dan pengolahan data lapangan di beberapa sektor dan lokus prioritas5 di antaranya: Data hutan dan hasil hutan di enam provinsi, data pertambangan, energi, pertanian dan kelautan di 6 (enam) Provinsi dan data transportasi, pengelolaan limbah di Regional Jawa.

Di luar kedua capaian yang tersebut di atas, harus diakui bahwa proses penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan memiliki dampak yang signifikan di dalam pelaksanaan kegiatan dan pengukuran capaiannya. Proses penggabungan ini membawa konsekuensi pada perbedaan target dan indikator capaian yang masih mengikuti target dan indikator yang ditetapkan pada P3EJ sebelum penggabungan. Sebagai ilustrasi adalah elemen kegiatan uji kualitas lingkungan yang melaksanakan kegiatan pengujian kualitas air dan udara di Kabupaten/kota di ekoregion Jawa. Setelah penggabungan, uji kualitas air dan udara dapat diposisikan sebagai bentuk dukungan untuk tercapainya Sastra 1 dan 3 KLHK, namun sebelum penggabungan sasaran kegiatan ini adalah pemenuhan tugas pemerintah pusat untuk melakukan pemantauan kualitas

5 Prioritas sektor dan lokus ditentukan berdasarkan urgensi isu dan permintaan kabupaten/kota

2.2.1 Prognosis Capaian Indikator Kinerja Kegiatan

Merujuk kembali pada Renstra P3EJ tahun 2015 – 2019, pada tahun 2016 P3EJ memiliki 2 capaian indikator kinerja kegiatan yaitu:

a. Persentase capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Ekoregion Jawa 95% (S1, S2,S3.P13.K9.IKK.a) sebesar 85 %.

Persentase capaian sasaran strategis dihitung berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.5/Setjen/Rokum/PPE.0/6/16 tentang pedoman teknis evaluasi capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka efektivitas pengendalian pembangunan berbasis ekoregion. Menurut peraturan ini terdapat 3 komponen utama dalam penentuan capaian strategis pengendalian pembangunan ekoregion yaitu: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), Peningkatan kontribusi sumber daya hutan dan lingkungan hidup terhadap penerimaan Negara bukan pajak dan derajad keberfungsian ekosistem mengikat setiap tahun. Sampai dengan dokumen ini dibuat (Oktober 2016) hasil penghitungan ini masih diolah. Perlu disampaikan pula bahwa P3EJ mengalami kendala dalam mengumpulkan data yang terkait dengan penghitungan nilai IKLH di Ekoregion Jawa. Diharapkan, pada akhir tahun 2016 kendala ini dapat teratasi, sehingga IKLH ekoregion Jawa dapat diketahui.

Hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah upaya P3EJ untuk melakukan kajian tematik tentang pertambangan dan energi. Kajian tematik evaluasi tentang pertambangan ini didasarkan pada kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan di enam provinsi di wilayah ekoregion Jawa yang telah dilakukan oleh P3EJ pada tahun 2015. Kajian evaluasi ini akan menghasilkan data dan analisa tentang kesesuaian rencana pengelolaan pertambangan dan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang akan disampaikan kepada 6 Provinsi sebagai masukan dalam menyusun rencana pemanfaatan lahan untuk pertambangan. Kajian tematik tentang pertambangan juga dilengkapi dengan pengumpulan data dan analisa peraturan perundang-undangan dari level nasional sampai daerah. Dari kajian ini ditemukan bahwa ketidaksinkronan substansi peraturan perundangan di berbagai level memiliki potensi terhadap munculnya berbagai masalah pertambangan di Ekoregion Jawa. Sebagai contoh, minimnya substansi kewenangan pengolahan pertambangan mineral dan batubara di level nasional dan daerah. Kajian ini menemukan bahwa sampai saat ini pengaturan kewenangan hanya termuat di undang-undang nomor 4 tahun 2009. Hal ini menimbulkan kemungkinan multi interpretasi terhadap kewenangan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara.

Evaluasi tentang energi difokuskan pada evaluasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dicanangkan sebagai sumber energy terbarukan di tujuh kota di Indonesia7. Kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa PLTSa memiliki peluang keberhasilan untuk menjadi solusi pengelolaan sampah di kota-kota besar di

7Enam dari tujuh kota yang menjadi target penerapan PLTSa berada di wilayah Ekoregion Jawa (Surakarta, Surabaya, DKI-Jakarta, Semarang, Bandung, tangerang)

(20)

13

Indonesia terutama dalam hal mengurangi volume sampah secara cepat dan mengatasi kendala penyediaan lahan untuk TPA. Namun, hal yang tidak dapat diabaikan untuk mendukung keberhasilan ini adalah kesiapan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengelolaan dampak lingkungan.

Dukungan kepada Kabupaten/kota khususnya dalam upaya penghitungan keakuratan data IKLH juga diwujudkan dengan melakukan uji kualitas air di 8 kabupaten/Kota8 dan uji kualitas udara di 6 Kabupaten9. Walaupun kegiatan ini mampu menghasilkan data yang akurat, namun harus diakui bahwa data yang dihasilkan, secara jumlah, belum mencukupi untuk diklaim sebagai representasi kualitas air dan udara di Jawa. Di sisi lain, variasi data yang ada di Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa pengukuran kualitas air dan udara yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota masih menggunakan metode yang beragam.

Di luar keberhasilan capaian kegiatan, disayangkan pada tahun 2016 diperkirakan grand design udara tidak dapat tercapai secara maksimal karena kendala teknis yaitu ketidaktersediaan data series di lapangan yang dikumpulkan dengan metode inpinger, sesuai dengan PP 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara10. Mengingat pentingnya grand design pengukuran kualitas udara

ini untuk mendukung tercapainya sasaran strategis KLHK maka P3EJ berencana untuk tetap melanjutkan kegiatan ini dan diharapkan grand design kualitas udara akan dihasilkan pada tahun 2019. Untuk mencapai tujuan ini, P3EJ akan mengupayakan koordinasi dengan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pengumpulan data yang selama ini terkendala dengan keterbatasan peralatan dan biaya dalam melakukan sampling dan analisa. Diharapkan pada tahun- tahun mendatang P3E Jawa dapat mendukung proses ini seiring dengan optimalisasi laboratorium P3E Jawa.

b. Jumlah rencana pengelolaan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan berbasis daya dukung dan daya tampung berdasarkan 8 isu strategis di Ekoregion Jawa (S1, S2, S3.P13.K9.IKK.b).

Pada tahun 2016 ini, P3EJ mempersiapkan 3 dokumen perencanaan yaitu: Rencana Pengelolaan terpadu Ekosistem Karst DIY, Penyusunan Rencana Pengelolaan SDA dan LH sektor industri berbasis Ekoregion, penyusunan rencana pengelolaan SDA LH terkait sektor pertanian berbasis ekoregion di DAS Serayu.

Rencana pengelolaan terpadu ekosistem karst DIY

8 Pemilihan Kabupaten/Kota pada uji kualitas air didasarkan pada data SLHD. Dukungan uji kualitas air diberikan pada Kabupaten yang komponen data SLHD tentang kondisi airnya masih minim. Delapan Kabupaten/kota tersebut adalah: Kabupaten Purworejo, Kota Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Rembang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Ngawi, Kota Malang dan Kabupaten Ponorogo.

9 Pengukuran kualitas udara dalam elemen kegiatan ini terbatas pada emisi kendaraan. Pengukuran udara ambien tidak dapat dilakukan terkait dengan keterbatasan anggaran yang tersedia. Namun perlu dicermati bahwa pengukuran emisi kendaraan ini adalah dukungan nyata P3EJ terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dan surat edaranMenteri Lingkungan HIdup nomor B/38/X/MENLH/PDAL/12/2013. Pada tahun 2016 ini, uji emisi dilakukan di 5 Kabupaten/kota di DIY dan Kabupaten Magelang. Kegiatan ini secara tidak langsung juga mendukung kegiatan Kantor lingkungan HIdup Sleman untuk mensyaratkan uji emisi sebagai syarat pengajuan perpanjangan STNK.

10 Kabupaten/Kota di Ekoregion Jawa masih menggunakan metode inpinger dan passive sampler, namun perlu pula diketahui bahwa frekuensi pemantauan masih jauh dari standar minimal.

2.2.1 Prognosis Capaian Indikator Kinerja Kegiatan

Merujuk kembali pada Renstra P3EJ tahun 2015 – 2019, pada tahun 2016 P3EJ memiliki 2 capaian indikator kinerja kegiatan yaitu:

a. Persentase capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Ekoregion Jawa 95% (S1, S2,S3.P13.K9.IKK.a) sebesar 85 %.

Persentase capaian sasaran strategis dihitung berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.5/Setjen/Rokum/PPE.0/6/16 tentang pedoman teknis evaluasi capaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka efektivitas pengendalian pembangunan berbasis ekoregion. Menurut peraturan ini terdapat 3 komponen utama dalam penentuan capaian strategis pengendalian pembangunan ekoregion yaitu: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), Peningkatan kontribusi sumber daya hutan dan lingkungan hidup terhadap penerimaan Negara bukan pajak dan derajad keberfungsian ekosistem mengikat setiap tahun. Sampai dengan dokumen ini dibuat (Oktober 2016) hasil penghitungan ini masih diolah. Perlu disampaikan pula bahwa P3EJ mengalami kendala dalam mengumpulkan data yang terkait dengan penghitungan nilai IKLH di Ekoregion Jawa. Diharapkan, pada akhir tahun 2016 kendala ini dapat teratasi, sehingga IKLH ekoregion Jawa dapat diketahui.

Hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah upaya P3EJ untuk melakukan kajian tematik tentang pertambangan dan energi. Kajian tematik evaluasi tentang pertambangan ini didasarkan pada kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan di enam provinsi di wilayah ekoregion Jawa yang telah dilakukan oleh P3EJ pada tahun 2015. Kajian evaluasi ini akan menghasilkan data dan analisa tentang kesesuaian rencana pengelolaan pertambangan dan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang akan disampaikan kepada 6 Provinsi sebagai masukan dalam menyusun rencana pemanfaatan lahan untuk pertambangan. Kajian tematik tentang pertambangan juga dilengkapi dengan pengumpulan data dan analisa peraturan perundang-undangan dari level nasional sampai daerah. Dari kajian ini ditemukan bahwa ketidaksinkronan substansi peraturan perundangan di berbagai level memiliki potensi terhadap munculnya berbagai masalah pertambangan di Ekoregion Jawa. Sebagai contoh, minimnya substansi kewenangan pengolahan pertambangan mineral dan batubara di level nasional dan daerah. Kajian ini menemukan bahwa sampai saat ini pengaturan kewenangan hanya termuat di undang-undang nomor 4 tahun 2009. Hal ini menimbulkan kemungkinan multi interpretasi terhadap kewenangan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara.

Evaluasi tentang energi difokuskan pada evaluasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dicanangkan sebagai sumber energy terbarukan di tujuh kota di Indonesia7. Kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa PLTSa memiliki peluang keberhasilan untuk menjadi solusi pengelolaan sampah di kota-kota besar di

7Enam dari tujuh kota yang menjadi target penerapan PLTSa berada di wilayah Ekoregion Jawa (Surakarta, Surabaya, DKI-Jakarta, Semarang, Bandung, tangerang)

Gambar

Grafik  1  PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP,  PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN  PENDUDUK PERIODE 2009 – 2015
Gambar 1  Struktur organisasi P3E Jawa  (Permen KLHK No. 18 tahun 2015)
Gambar 2 Capaian Kinerja P3E Jawa TA. 2015
Gambar 3 NIlai Kinerja P3E Jawa Tahun 2016 Per September 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil pengujian, diketahui bahwa nilai signifikansi t untuk variabel profitabilitas perusahaan (ROA) adalah sebesar 0,655/2 = 0,327 > 0,05 dan beta

Di tutorial kali ini saya ingin berbagi ilmu membuat label undangan pernikahan yang cepat dan efisien. Toolnya juga gampang Word dan Excel aja. Saya ngejelasinnya via gambar dan

Cairan sludge yang keluar dari CST dialirkan dan dipanaskan dengan injeksi uap langsung sampai 90-95º C. Sludge yang telah keluar dari sludge tank akan menuju

Publikasi Kecamatan Pujer Dalam Angka Tahun 2015 diterbitkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan data statistik yang lengkap, akurat dan mutakhir, yang

Pengelompokan Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank X berdasarkan faktor bisnis menghasilkan lima kelompok. Anggota dari kelima kelompok tersebut menyebar di berbagai

Menurut keterangannya untuk melakukan perbuatan hukum dalam akta ini telah mendapatkan persetujuan dari istrinya yaitu Nyonya Erica sebagaimana ternyata dalam Akta Persetujuan

Hasil prediksi jumlah hasil tangkapan (CPUE) bahwa pada bulan April daerah potensil penangkapan ikan cakalang berada di bagian utara Teluk Bone, yaitu dari

Hasil ini tidak berarti bahwa pewarnaan imunositokimia TTF-1 tidak bermakna dalam menentukan perbedaan antara adenokarsinoma dan KSS pada pene- litian ini, karena