• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Campuran Minyak Goreng Murni dan Jelantah terhadap Kandungan Energi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Campuran Minyak Goreng Murni dan Jelantah terhadap Kandungan Energi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh Campuran Minyak Goreng Murni dan Jelantah terhadap

Kandungan Energi

Oleh,

Priskila Harli Siswantika 192009041 TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2013

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat kelulusan dari Fakultas Sains dan Matematika UKSW pada program studi Pendidikan Fisika.

Melalui suatu proses perjuangan yang panjang dan berat, akhirnya penulismampu menyelesaikan tugas akhiryang jauh dari kata sempurna ini. Semua yang penulis lakukan dari awal hingga akhir penelitian tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga penulis yang terkasih, Bapak Siswo Martono (Papa), Ibu Dwi Resmi Harliowati(Mama) serta kedua adikku Gratia Fajar Septian H.M. dan Theodora Desy Natalia H.M. yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, dan doa. 2. Bapak Andreas Setiawan,S.Si., M.T. yang telah bersedia menjadi pembimbing utama dan Bapak Nur Aji Wibowo,S.Si.,M.Si.yang telah bersedia menjadi pembimbing pendamping. Terimakasih untuk bimbingan, bantuan, pengarahan, dan nasehat dalam penyusunan tugas akhir ini. Segala kritik dan saran yang telah berikan sangat membangun dan menginspirasi penulis.

3. Dosen-dosen Fisika dan Pendidikan Fisika (Ibu Made Rai Suci Shanti, Ibu Marmi Sudarmi, Ibu Diane Noviandini, Bapak Ferdy S.R., Bapak Adita Sutrisno, Bapak Andreas Setiawan, Bapak Suryasatriya Trihandaru, Bapak Wahyu Hari Kristianto, Ibu Debora Natalia Sudjito, Bapak Liek Wilardjo, Bapak Alvama Pattiserlihun dan Kak Giner) terima kasih telah memberi bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

4. Mas Tri, Mas Sigit, dan Pak Tafip selaku laboran Fisika dan Pendidikan Fisika FSM UKSW. Terimakasih untuk segala bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan. Maaf bila banyak merepotkan.

5. Saudara-saudara di dalam Tuhan, Zebaoth CG (Martha, Cintya, Dhomas, Rini, Bowo dan Bela) dan CG Rajawali (Nike, Supri, Vita, Arista, Sindu, Kristin, Samudra dan Sisy) 6. Kak Jeje, Kak Ide, terima kasih telah menjadi tempat peraduan print dan scan di kala

saya membutuhkan, mb Titin yang selalu menjadi teman curhat di saat pengerjaan skripsi sertaBrothers and Sisters yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 7. Sahabat penulis yang juga masih dalam perjuangan menyelesaikan tugas akhir,

Feronika A.T. dan Favian Dwi Vanianto, Ganbatte, guys!!!

8. Teman-teman yang pernah dalam satu TIM PKMdan GGITC, terima kasih atas kerjasama dan pengalaman berharga yang telah kita lewati.

9. Teman-teman angkatan 2009 serta kakak dan adik angkatan Pendidikan Fisika dan Fisika yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya yang turut dan terlibat dalam penyusunan tulisan ini.

(7)

vi

Akhir kata ,penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan di masa mendatang. Semoga dokumentasi ini tidak hanya sebagai pengisi ruang di Perpustakaan dan Laboratorium Skripsi Gedung C, namun dapat bermanfaat dan menjadi berkat bagi semuanya.

“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN

mendapat kekuatan baru; mereka seumpama

rajawali yang naik terbang dengan kekuatan

sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu,

mereka berjalan dan tidak menjadi lemah”

-Yesaya 40:31-

Salatiga, 23 Agustus 2013

(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR...iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI. ... vii

ABSTRAK... 1

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang... ... 1

1. Minyak Jelantah………...2

2. Water Boiling Test (WBT) ... 4

BAHAN DAN METODE ... 4

1. Bahan Penelitian... ... 4

2. Perlakuan Sample Minyak Goreng...4

3.Pengujian Kandungan Energi Kalor Minyak dengan Metode WBT ... 5

HASIL DAN DISKUSI ... 6

KESIMPULAN ... 8

UCAPAN TERIMA KASIH...9

(9)

1

PENGARUH CAMPURAN MINYAK GORENG MURNI DAN JELANTAH

TERHADAP KANDUNGAN ENERGI

Priskila Harli Siswantika1, Nur Aji Wibowo2, Made Rai Suci Shanti N. A.3, Andreas Setiawan4

Program Studi Pendidikan Fisika1,3 dan Fisika2,3,4

Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

andreas.setiawan@staff.uksw.edu4

ABSTRAK

Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah beberapa kali digunakan. Ketika minyak untuk menggoreng akan habis, biasanya pedagang gorengan sering menambahkan minyak goreng murni. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya pencampuran antara minyak goreng murni dan jelantah sehingga akan mengubah komposisi minyak baik secara fisik maupun kimia. Jika jelantah tersebut tidak mendapat penanganan akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan kesehatan. Namun, jelantah sendiri berpotensi untuk dikonversi sebagai sumber energi alternatif.Maka dilakukan eksperimen untuk mengukur kandungan energicampuran antara minyak goreng murni dan jelantah dengan metode Water Boiling Test (WBT).Sampel yang digunakan merupakan minyak untuk media penggorengan krupuk “rambak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata energi kalor yang terserap dari minyak goreng murni sebesar 413,201 kal/g dan jelantah sebesar 456,07 kal/g. Indikator dari prosentase 10% - 50% mengalami kenaikan dari 322,45 kal/g sampai 457,16 kal/g. Jadi, semakin bertambahnya prosentase penambahan minyak jelantah jenuh maka semakin besar energi kalor serapannya. Besarnya totalenergi kalor yang diserap didekati melalui suatu permodelan. Hasil error minimumperbandingan antara pengamatan dan permodelan dicapai pada rata-rata selisih energie=0.075%, dengan konstanta k1=0,611 dan konstanta k2=1,42.Hasil dari Principal Component Analysis (PCA)

mengelompokkan kelima indikator dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristiknya.Setelah penambahan kelipatan 20%, campuran minyak tersebut baru memperlihatkan peningkatan kandungan energi yang signifikan.

Kata kunci : jelantah, campuran, WBT, kalor yang diserap, PCA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Di Indonesia, produksi minyak kelapa sawit hingga tahun 2010 diperkirakan mencapai lebih dari 3 juta ton per tahun. Minyak jelantah (used cooking oil)banyak dihasilkan dari berbagai aktivitas memasak, salah satunya dari UMKM. Sebuah restoran

(10)

2

siap saji terkenal dapat menghasilkan minyak jelantah berwarna hitam sebanyak kurang lebih 33.750 liter hanya dalam satu hari[1].

Melimpahnya jumlah UMKM yang tersebar di berbagai tempat tentu meningkatkan volume minyak jelantah.Sebagai akibatnya, kebutuhan akan minyak goreng semakin meningkat di saat harga minyak goreng serta bahan pokok lainnya kian melambung. Hal tersebut membuat para ibu rumah tangga dan pedagang gorengan terus menggunakan jelantah yang diikuti dengan pencampuran minyak jelantah terhadap minyak goreng murni sebagai upaya penghematan tanpa mempertimbangkan kualitas minyak tersebut[2].

Berdasarkan penelitian Siti Aminah, dkk tahun 2010, jumlah minyak goreng yang digunakan cukup bervariasi bergantung padajumlah dan jenis makanan yang digoreng serta jumlah anggota keluarga dan kegiatannya. Kisaran jumlah minyak yang digunakan dalam menggoreng untuk pedagang berkisar 1500–4000 ml setiap kalimenggorengsedangkan, yang bukan pedagang adalah 250–500 ml[3].

Penambahan minyak goreng murni dilakukan 1 – 2 kali selama penggorengan (2-3 jam). Pedagang melakukan kegiatan mengoreng 1-3 kali penggorengan dan perulangan mencapai 10-20 kali dalam satu periode penggorengan. Minyak goreng yang masih tersisa, digunakan untuk menggoreng pada hari berikutnya dengan menambahkan minyak goreng murni[3].Kecenderungan ini terus berulang, padahal minyak yang telah mengalami penggorengan ulang akan menyebabkan penurunan mutu bahkan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan[5].

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk memanfaatkan jelantah, seperti pada penelitian yang dilakukan Sjaffriadi, dkk tahun 2012, jelantah dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor tekan multifuelyangmemanfaatkan jelantah secara langsung sebagai bahan bakar sumber panas[6]. Penelitian tentang kandungan energi dari campuran minyak goreng murni dan jelantah belum banyak dilakukan.Berdasarkan perilaku tersebut maka dalam penelitian ini diteliti bagaimana pengaruh campuran minyak goreng murni dan jelantah terhadap kandungan energinya.Sehingga jelantah dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai sumber energi alternatif.

1. Minyak Jelantah

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan. Minyak goreng yang telah dipakai untuk memasak sudah dapat dikatakan sebagai minyak jelantah.

Penggorengan pada suhu tinggi dan pemakaian berulang akan merusak ikatan rangkap pada asam lemak.Perubahan fisik yang terjadi selama pemanasan menyebabkan perubahan indeks bias, viskositas, warna dan penurunan titik bakar[7].Keadaan tersebut menyebabkan penerimaan panas oleh minyak menjadi lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan saat minyak mulai dipanaskan hingga mencapai titik bakar menjadi lebih cepat pada frekuensi menggoreng berikutnya[8].

Akibat reaksi kompleks pada minyak, ikatan asam lemak tak jenuh berubah menjadi jenuh.Semakin tinggi kandungan asam lemak jenuh pada minyak menandakan semakin

(11)

3

menurunnya mutu dari minyak tersebut. Hubungan asam lemak jenuh dan frekuensi menggoreng ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1.Kadar asam lemak jenuh minyak goreng bekas makanan jajanan hewani[4] Akan digunakan Satu kali penggunaan Dua kali penggunaan

Kode Hasil (%) Kode Hasil (%) Kode Hasil (%)

A0 0,348 A1 0,363 A2 0,399

B0 0,348 B1 0,388 B2 0,414

C0 0,409 C1 0,420 C2 0,450

D0 0,363 D1 0,440 D2 0,450

Total 1,468 Total 1,611 Total 1,713 Rerata 0,367 Rerata 0,403 Rerata 0,428

Ket : A, B, C, D : Pedagang jajanan hewani

Bertambah tingginya kadar asam lemak jenuh dan suhu penggorengan menyebabkan semakin tinggi nilai kalor karena jumlah atom karbonnya bertambah[8]. Pengaruh suhu pemanasan terhadap nilai kalor ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh suhu penggorengan terhadap nilai kalor[9]

Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%[5]. Minyak goreng yang baru dipakai memiliki kandungan asam lemak omega-6 serta energi metabolis sebesar 8.300 kcal/kg[10]. Sedangkan minyak jelantah energi metabolisnya sedikit menurun menjadi 7.430 kcal/kg. Dengan masa jenis berkisar 0,9g/cm3 maka potensi energi 1 liter minyak jelantah :

kcal m kg m kg kcal E 3 3 3 3 10 69 , 6 900 10 7430       5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500 150 225 300 375 450 525 Nilai Ka lo r (k al/ g ) Suhu pemanasan (0C)

(12)

4

Potensi jelantah tersebut untuk konversi sempurna. Perhitungan diatas berarti seluruh energi metabolis jelantah telah terkonversi.

2. Water Boiling Test (WBT)

Teknik pengambilan data dengan WBT cukup singkat, simulasi sederhana dari pemanasan air pada umumnya. Dengan metode WBT dapat mengukur konsumsi bahan bakar pada suatu tungku pembakaran dan menunjukkan prediksikegunaan bahan bakar secara kasar untuk berbagai keperluan pembakaran dengan penentuan efisiensi termal maksimum dan minimum.

Metode WBT digunakan untuk mengukur beberapa aspek dari tungku yang berkaitan dengan kemampuan tungku untuk memelihara bahan bakar. Metode WBT dirancang cukup baik untuk mengukur efisiensi termal, laju pembakaran, konsumsi spesifik bahan bakar dan kemampuan pembakaran[11].

BAHAN DAN METODE

1. Bahan Penelitian

Minyak goreng yang digunakan sebagai bahan sampel adalah minyak goreng yang digunakan oleh industri rumah tangga (home industry) penggorengan krupuk “rambak”. Minyak goreng murni yang digunakan ini merupakan minyak goreng yang belum pernah digunakan untuk menggoreng. Sedangkan minyak jelantah jenuhnya merupakan minyak yang telah mengalami penggorengan sampai 18 kali, warnanya hitam dan bau tengiknya cukup tajam ketika dibakar.

2. Perlakuan Sample Minyak Goreng

Dalam penelitian ini, dilakukan eksperimen dimana minyak goreng murni dicampurkan minyak jelantah jenuh. Sehingga sampel dibagi menjadi 5 indikator dari penambahan 10% sampai 50%. Perlakuan sampel sebagai indikator kualitas minyak ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Prosentase pencampuran minyak goreng murni dan jelantah No Indikator Prosentase Murni Jelantah 1. A 90% 10% 2. B 80% 20% 3. C 70% 30% 4. D 60% 40% 5. E 50% 50%

Pada awal penyalaan api dengan minyak kelapa sawit akan lebih lama dibandingkan dengan minyak tanah dikarenakan titik bakar minyak kepala sawit lebih tinggi daripada minyak tanah[12]. Tetapi bila terus mengalami pemanasan maka akan terjadi penurunan titik bakar.

(13)

5

3. Pengujian Kandungan Energi Kalor Minyak dengan metode WBT

Sampel yang telah diberi perlakuan seperti tabel 2 dibakar untuk memanaskan air seperti gambar 2. Suhu pada air akan terpantau pada termokopel. Pada pengambilan data dengan WBT, masa air dan kenaikan suhu dikontrol pada 50 gram dan kenaikan 50C. Setelah kenaikan suhu 50C api dimatikan, kemudian dicatat selang waktu yang dibutuhkan dan masa minyak yang terkonsumsi.

Gambar 2. Pengkontrolan masa air dan uji kandungan energi dengan WBT

Besar kalor yang diterima oleh air mengikuti persamaan:

T c m

Q . . ………...…..….(1) Dimana :

Q = Energi kalor yang diserap (kalori) m = Masa air (gram)

c = kalor jenis bahan (kal/gr ᵒC) ΔT = Perubahan suhu (ᵒC)

Setelah didapatkan nilai energi kalor serapan dari pembakaran minyak jelantah.Energi kalori jelantah per masa yang dapat dihasilkan melalui pembakaran dapat diperoleh melalui persamaan 2.

m

Q

E

………...…………(2) Dimana :

E = nilai kalori jelantah (kal/g) Q = kalor yang diserap (kal)

Δm = masa minyak yang terpakai (gram)

Pengukuran digunakan untuk memprediksi secara kasar penentuan efisiensi termal maksimum danminimum efisiensi pembakaran minyak jelantah.

(14)

6

HASIL DAN DISKUSI

Berdasarkan pengukuran kandungan energi yang diserap air dari pembakaran sampel minyak goreng murni dan jelantah dengan WBTdiperolehhasil yang ditunjukkan gambar 3.

Gambar 3. Energi kalor serapan minyak goreng murni dan jelantah jenuh pada masa air sebanyak 50 gram dan kenaikan suhu sebesar 50C

Berdasarkan gambar 3 diperoleh bahwa minyak goreng murni memiliki rata-rata energi kalor serapan 413,201 kal/g. Sedangkan minyak jelantah jenuh memiliki rata-rata energi kalor serapan 456,07 kal/g.

Pengujian energi kalor menggunakan metode WBT didekati dengan permodelan seperti pada persamaan 3.

2 . . . 1 . . .cm Tk mj cj Tk m m Q jelantah Q murni Q Q       …...(3) Dimana :

Q = kalor total yang diserap (kal/g) mm = prosentase minyak murni

mj = prosentase minyak jelantah

cm = kalor jenis minyak murni (kal/g 0C)

cj = kalor jenis minyak jelantah (kal/g 0C)

k1 = konstanta konstribusi minyak murni akibat WBT

k2 = konstanta kontribusi minyak jelantah akibat WBT

Konstanta k1 dan k2 merupakan konstanta yang menunjukkan kontribusi konversi

energi dari masing-masing komponen yang ada dalam bahan bakar. Nilai konstanta k1

dan k2 diperoleh dari optimasi dengan melakukan interpolasi nilai k1, k2 dan error (e)

atau rerata selisih energi antara eksperimen dan permodelan yang ditunjukkan pada gambar 4. 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 En erg i y an g d ise ra p (Ka l/ g ) Percobaan ke- Minyak Murni Jelantah

(15)

7

Gambar 4. Optimasi interpolasi k1, k2 dan e

Nilai k1 dan k2 diperoleh dari konstanta-konstanta yang menghasilkan e minimum.

Dari interpolasi pada gambar 4 diperoleh error minimum, e = 0.075% pada k1=0,611 dan

k2=1,42. Sehingga persamaan 3 dapat diubah menjadi :

42 , 1 ) . ( 611 , 0 ) . . (mmcm T mjcj T Q    ...(4)

Hasil data eksperimen pengukuran kandungan energi campuran minyak goreng murni dan jelantahdengan WBT serta data permodelan dari persamaan 4 ditunjukkan oleh grafik gambar 5.

Gambar 5. Hasil permodelan dan eksperimen kandungan energi campuran Dari eksperimen kandungan energi kalor serapan yang terukur pada indikator A (10%) EA=322,45 kal/g, indikator B (20%) EB=330,32 kal/g, indikator C (30%) EC=363,9

0.606 0.608 0.61 0.612 0.614 0.616 0.618 1.416 1.418 1.42 1.422 1.424 1.426 1.428 0 0.5 1 1.5 2 2.5 konstanta pertama X: 0.611 Y: 1.42 Z: 0.000749 konstanta kedua e ro rr 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 0% 10% 20% 30% 40% 50% En er g i k alo r y an g d is er ap (k al/g )

Prosentase penambahan jelantah (%) permodelan eksperimen

(16)

8

kal/g, indikator D (40%) ED=381,03 kal/g dan indikator E (50%) EE=457,16 kal/g. Terlihat

bahwa nilai energi mengalami peningkatan dari penambahan minyak jelantah jenuh dari 10% sampai 50% sesuai permodelan yang dilakukan. Dari kelima indikator diketahui bahwa energi kalor serapan rata-rata tertinggi dihasilkan oleh minyak pada indikator E dengan prosentase 50% yaitu 457,16 kal/g.

Berdasarkan pola distribusi data energi kalor serapan dapat dikelompokkan dengan melakukan PCA (Principal Component Analysis).Masing-masing indikator mempunyai karakteristik seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.

Berdasarkan gambar 6, indikator A, B, C, D dan E dikelompokkan menjadi 3 kelompok.Kelompok I yaitu indikator A dan B, kelompok II yaitu indikator C dan D, serta kelompok III hanya indikator E.

Indikator A dan B ini menunjukkan sifat yang hampir sama, terlihat juga dari besar masa jenis A dan B yang mendekati sama (ρ=0,88 g/cm3). Kelompok II yang berisi

indikator C dan D mempunyai masa jenis sebesar 0,87 g/cm3. Sedangkan, pada kelompok III yang hanya ada indikator E memiliki masa jenis sebesar 0,9 g/cm3. Dari PCA diketahui bahwa indikator pada satu kelompok memiliki persamaan. Antara kelompok I,II dan III menunjukkan bahwa perningkatan kandungan energi yang cukup signifikan baru terlihat setelah penambahan jelantah dengan prosentase 20%.

Gambar 6. Analisa komponen utama (Principal Component Analysis)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari penelitian ini diperoleh bahwa rata-rata energi kalor serapan minyak goreng murni sebesar 413,201 kal/g dan minyak jelantah jenuh sebesar 456,07 kal/g.

Dari kelima indikator berdasarkan pencampuran minyak jelantah jenuh terhadap minyak goreng murni menunjukkan bahwa penambahan minyak jelantah berbanding lurus dengan kenaikan energi kalor yang diserap. Nilai kalor serapan tertinggi pada

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 PC1 P C 2 II I A B D C E III

(17)

9

indikator E dengan prosentase minyak jelantah jenuh sebesar 50% dan rata-rata energi kalor yang diserap 457,1 kal/g.

Korelasi penambahan minyak jelantah jenuh pada minyak goreng murni antara hasil pengamatan dan model dicapai dengan rata-rata selisih energi 0.00075 dengan konstanta k1 = 0,611; k2 = 1,42 dan e = 0,075%.

Kelima indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan karakteristik masing masing. kelompok I yaitu indikator A dan B, kelompok II terdiri dari indikator C dan D, serta kelompok III yaitu indikator E. Peningkatan kandungan energi baru terlihat signifikan pada penambahan kelipatan 20%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini mendapat dukungan dari Penelitian Starter UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) tahun 2011 dan pihak-pihak yang telah membantu.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Rosita, Alinda Fradiani dan Wenti A.W.2009.Peningkatan Kualitas Minyak Goreng

Bekas KFC dengan Menggunakan Adsorben Karbon Aktif. Semarang : Seminar Tugas

Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP.

[2]. Kadarwati,Sri dan Sri Wahyuni. 2010. Regenerasi Minyak Jelantah dengan Zeloit

Alam Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat.Semarang : Prodi Kimia

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

[3]. Aminah, Siti dan Joko Teguh Isworo. 2010. Praktek Penggorengan dan Mutu Minyak

Goreng Sisa Pada Rumah Tangga di RT V RW III Kedungmundu Tembalang Semarang.Semarang : Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010, ISBN :

978.979.704.883.9.

[4]. Ayu, Dewi Fortuna dan Farida Hanum Hamzah. 2010. Evaluasi Sifat Fisiko-Kimia

Minyak Goreng yang Digunakan oleh Pedagang Makanan Jajanan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Pekanbaru : SAGU, Maret 2010 Vol. 9 No. 1:4-14, ISSN

1412-4424.

[5]. Edwar, Zulkarnian, dkk. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam

Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. J Indon Med Assoc,

Volum: 61, Juni 2011

[6]. Sjaffriadi, dkk. 2012. Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah. SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN BANDUNG, 25 APRIL 2012

[7]. Anwar, Reskiati Wiradhika. 2012. Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan

Terhadap Stabilitas Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan.Makasar :

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan knologi Pertanian, Universitas Hasanuddin.

[8]. Gunawan, Mudji Triatmo MA dan Arianti Rahayu. 2003. Analisa Pangan ; Penentuan

Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Keledai dengan Variasi Menggoreng. Semarang : JSKA Vol. VI No. 3 Tahun 2003

(18)

10

[9]. Tirono,M dan Ali Sabit. 2011. Efek Suhu Pada Proses Pengarangan terhadap Nilai

Kalor Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell Charcoal). Jurnal Neutrino Vol 3,

No.2, April 2011

[10].NRC (National Research Council). 1984. Nutrients Requirements of Poultry. Eight Revised Ed. National Academy. Press, Washington, DC. 555 pp.

[11].Volunteers in Technical Assistance (VITA), 1985. Testing The Efficiency of

Wood-Burning Cookstoves. USA : VITA Publications Department

[12]. Prastowo, Bambang. 2007. Bahan Bakar Nabati Asli Tanaman Perkebunan Sebagai

Alternatif Pengganti Minyak Tanah untuk Rumah Tangga.Perspektif volume 6

(19)

Gambar

Tabel 1.Kadar asam lemak jenuh minyak goreng bekas makanan jajanan hewani [4]
Tabel 2. Prosentase pencampuran minyak goreng murni dan jelantah  No  Indikator  Prosentase  Murni  Jelantah  1
Gambar 2. Pengkontrolan masa air dan uji kandungan energi dengan WBT
Gambar 3. Energi kalor serapan minyak goreng murni dan jelantah jenuh pada masa air  sebanyak 50 gram dan kenaikan suhu sebesar 5 0 C
+3

Referensi

Dokumen terkait

“Can I just say,” Skip began, “I don’t get who Darren Nixon is, but if my dad really was going all holy grail on Benedict Arnold’s bible, I’d know. I talked to him every day.

(Studi Kasus Di PT. Sumber Sawit Makmur merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang tidak lepas dari masalah yang berhubungan dengan mutu hasil pengolahan

Bagi Majelis Taklim atau Majelis Shalawat, hasil penelitian ini dapat.. dijadikan bahan acuan untuk mengambil kebijakan dalam

Kepala Sekolah

Kursi OPR yang belum habis terbagi berdasarkan jurnlah kuota kemudian diberikan kepada partai-partai dengan "sisa suara terbanyak." Karena jurnlah kursi per

Berbeda dari buku jurnal yang berisi kumpulan ringkasan transaksi, buku besar ( ledgers ) berisi akun-akun di mana setiap akun berisi semua perubahan yang terjadi

Badan penyelesaian sengketa konsumen juga dapat dikatakan sebagai badan yang dibentuk khusus untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen antara pelaku usaha dan konsumen

diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran baik bagi negara maju maupun negara berkembang karena yang ingin diwujudkan adalah transaksi yang saling meguntungkan.. Oi