• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 6-23 BULAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 6-23 BULAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 6-23

BULAN DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR CONNECTION BETWEEN PARENTING AND STUNTING CASE ON CHILDREN AGE

6 – 23 MONTHS IN COASTAL REGION DISTRICT TALLO MAKASSAR

Brigitte Sarah Renyoet1, Veni Hadju1, St. Nur Rochimiwati 2 1

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar (Alamat Respondensi: brigittemitzuky@rocketmail.com/085254113474)

ABSTRAK

Masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) terkait erat dengan masalah kurang gizi kronis atau "stunting". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di wilayah pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar. Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan cross

sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada semua anak usia 6-23 bulan dengan ibu sebagai

responden. Pengumpulan data dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Tallo dimana informasi dan data yang mengenai pola asuh diperoleh dari kuesioner penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin perempuan memiliki persentase status gizi normal mencapai 47,5% dan memiliki masalah stunting sebesar 32,2% pada kategori pendek. Jumlah anak stunting di Kecamatan Tallo adalah 81 anak dengan persentase 54% dan 69 anak atau 46% yang berstatus gizi normal. Serta hasil analisis variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan, rangsangan psikososial, kebersihan/ hygiene dan sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian Stunting anak pada usia antara 6-23 bulan dengan nilai p=0.001, p=0.000, p=0.000 dan p=0.006. Kesimpulan dari penelitian mengenai pola asuh terutama ibu memiliki kontribusi yang besar dalam proses pertumbuhan anak dimana pola asuh menunjukan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak 6-23 bulan di wilayah pesisir.

Kata Kunci : Stunting, pola asuh, anak usia 6-23 bulan, wilayah pesisir.

ABSTRACT

Nutrition and health problems of pregnant and lactating mothers and children under age 2 years are closely related to chronic malnutrition or stunting. This reasearch aims to determine the connection between parenting and stunting case on children aged 6-23 months in the coastal region district TalloMakassar.This type of research is descriptive-analytic cross sectional design. Sampling was performed in all children age 6-23 months with the mother as the respondent. Data was collected in coastal region districts Tallo which this information and data on parenting obtained from reasearch questionnaire. Data analysis was performed using chi-square test. Result showed that female gender had normal nutritional status percentage of 47,5% and have stunting problems at 32,2% in short category. Number of stunting child at Tallo district is 81 children with percentage of 54% and 69 children or 46% of percentage for children with normal nutritional status. The results showed that a significant connection between attention/support mothers of children in feeding practices, psychosocial stimulation, cleanliness/hygiene and environmental sanitation, and health services utilization with stunting case on children between the ages of 6-23 months with a percentage of p=0.001, p=0.000, p=0.000 and p=0.006. Conclusion of this research is parenting by parents especially by mothers has a major contribution in the growth of children, which research on parenting variables showed a significant connection with stunting case on children between the ages of 6-23 months in the coastal region.

Keywords: Stunting, parenting, children aged 6-23 months, the coastal region.

(2)

2 Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu wilayah yang unik secara geologis, ekologis, dan merupakan domain biologis yang sangat penting bagi banyak kehidupan di daratan dan di perairan, termasuk manusia (Beatley et al 1994 dalam Bohari 2012). Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau "stunting", kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus ("wasting"). Oleh karena kedua masalah gizi tersebut terkait erat dengan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta). Apabila dihitung dari sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun, maka periode ini merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan manusia. Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan, oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006 dalam Buku Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK 2012) menyebutnya sebagai "window of opportunity".

Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan (Manary & Solomons, 2009). Telah diketahui bahwa semua masalah anak pendek, gemuk, PTM bermula pada proses tumbuh kembang janin dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Apabila prosesnya lancar tidak ada gangguan, maka anak akan tumbuh kembang dengan normal sampai dewasa sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram dalam sel. Sebaliknya apabila prosesnya tidak normal karena berbagai gangguan diantaranya karena kekurangan gizi, maka proses tumbuh kembang terganggu. Akibatnya terjadi ketidak normalan, dalam bentuk tubuh pendek, meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal (Barker 2007 dalam Buku Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK 2012).

Sekitar 35% anak dibawah 5 tahun meninggal dan 11% total keseluruhan tentang penyakit yang dihubungkan dengan undernutrition. Sebagai contoh, Menyusui, terutama pada usia 6 bulan Asi eksklusif, mempunyai suatu efek penting dalam pengurangan angka kematian dari dua penyebab dari 5 faktor penyebab kematian yaitu, diare dan radang paru-paru (Arabi et al, 2012). Stunting mencerminkan hambatan pertumbuhan linear akumulasi sebelum dan sesudah kelahiran. Data Anak-Anak PBB, (2008 dalam Rah et al 2010) Di seluruh dunia, pengerdilan mempengaruhi hampir sepertiga dari anak di bawah 5 tahun, dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara-negara sumber daya di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.

Menurut Beyene (2012) para pemerediksi status gizi anak mengunjungi Fasilitas Kesehatan di wilayah Jimma Zone, Etiopia Barat Selatan analisis menunjukkan bahwa 14.4%

(3)

3 kekurangan berat badan (underweight), 33.9% kerdil/pendek dan 19.2% kurus. Namun, Analisis menunjukkan bahwa prevalensi pengerdilan lebih tinggi di pedesaan 31,7% daripada di perkotaan strata 11,6% (Reyes et al, 2004). Laporan UNICEF (2010) tentang Kemajuan Pelacakan pada Anak dan Gizi Ibu dirilis pada bulan November 2009 menunjukkan pengerdilan itu, dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain dari kekurangan gizi, adalah masalah proporsi yang lebih besar antara anak di bawah lima tahun dari negara berkembang, diperkirakan 195 juta anak terhambat pertumbuhannya. Stunting merupakan keadaan kurang gizi menurut indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yang banyak terjadi pada anak balita terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007 dan 2010) kejadian Stunting pada balita di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 36.8% (18.8% sangat pendek dan 18.0% pendek) pada tahun 2007 dan 35.6% (18.5% sangat pendek dan 17.1% pendek) pada tahun 2010 atau lebih dari sepertiga balita di Indonesia.

Menurut Riskesdas (2010) prevalensi di Provinsi Sulawesi Selatan untuk kategori sangat pendek 15,8% dan pendek 23,1%, sehingga prevalensi Stunting di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 38,9%. Menurut data dari Riskesdas 2010 prevalensi tertinggi Stunting berdasarkan kelompok umur terdapat pada kelompok usia 12-23 bulan, selanjutnya prevalensi terendah ditemukan pada umur < 5 bulan. Sedangkan untuk kelompok umur 24-35 bulan prevalensinya sebesar 41%, pada umur 36-47 bulan prevalensi 38% dan pada kelompok umur 6-11 bulan ditemukan 32% Stunting. Masalah pendek pada balita di Provinsi Sulawesi Selatan menurut Riskesdas (2007) masih cukup tinggi, memiliki prevalensi sangat pendek yaitu 13,9% dan pendek 15,2% sehingga didapatkan prevalensi Stunting yaitu 29,1%. Pada Kota Makassar prevalensi sangat pendek yaitu 16,8% dan pendek 10,1% maka prevalensi Stunting di Kota Makassar adalah 26,9%.

Kita menghipotesakan bahwa kemiskinan akan secara langsung dihubungkan dengan kesulitan material. Kesehatan anak-anak dipengaruhi oleh suatu faktor pertemuan, seperti pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan, biologi, tingkah laku, dan sociocultural. Dengan memperhatikan fenomena yang ada, serta prevalensi mengenai Stunting serta pertumbuhan dan perkembangan nampaknya sangat berkorelasi dengan pola asuhan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola asuh dengan kejadian Stunting anak usia 6-23 bulan (Ashiabi & O’Neal, 2007).

(4)

4 Penelitian ini telah dilaksanakan di beberapa kelurahan di Kecamatan Tallo Kota Makassar, yaitu di Kelurahan Lakkang, Kelurahan Buloa dan Kelurahan Tallo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan. Jumlah populasi pada saat penelitian adalah sebanyak 209 anak usia 6-23 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik exhaustive sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Tallo dengan ibu sebagai responden. Data penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data hasil yang diperoleh melalui kuesioner seperti data karakteristik responden (data sosial ekonomi), sementara panjang badan anak diukur menggunakan Length-board. Data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, data geografis dan demografis di Kantor Desa Kelurahan Buloa dan data mengenai anak usia 6-23 bulan diperoleh dari posyandu, puskesmas dan pustu setempat. Data dianalisis menggunakan program SPSS dalam bentuk distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian dan dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) serta uji statistik Chi-square dengan kriteria, keputusan pengujian hipotesis terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen pada taraf nyata 95% (α=0,05). Apabila probabilitas (p) lebih kecil daripada α (p<0,05) maka hipotesis Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel penelitian dengan status gizi balita. Jika sebaliknya hipotesis Ho diterima maka tidak ada hubungan yang signifikan.

HASIL

Sosial dan Ekonomi

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil penelitian umur ibu paling banyak yaitu pada kategori umur 16-25 tahun sebanyak 78 orang (52%) sedangkan paling sedikit yaitu pada kategori umur >36 tahun sebanyak 12 orang (8%). Untuk pendidikan terakhir ibu paling banyak yaitu tamat SD sebanyak 78 orang (52%) sedangkan paling sedikit yaitu dengan pendidikan terakhir di PT (perguruan tinggi) sebanyak 2 orang (1,3%). Untuk pekerjaan ibu paling banyak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 134 orang (89,3%) sedangkan paling sedikit sebagai PNS/Polri/TNI sebanyak 1 orang (0,7%). Untuk pendapatan keluarga yang paling banyak yaitu Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 sebanyak 69 keluarga (46%) sedangkan yang paling sedikit <Rp. 500.000 sebanyak 27 keluarga (18%).

(5)

5 Jumlah sampel terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu anak laki-laki dengan jumlah 91 anak (60,7%) dan anak perempuan sebanyak 59 anak (39,3 %%. Sedangkan berdasarkan umur sampel lebih banyak pada kelompok umur 6-11 bulan (48,7%) dan paling sedikit adalah pada kelompok umur 18-23 bulan (18,7 %). Jenis kelamin perempuan memiliki persentase status gizi normal mencapai 47,5% dan memiliki masalah stunting sebesar 32,2% pada kategori pendek. Pada kategori umur 6-11 bulan sebagian besar berstatus gizi normal dengan persentase 52,1% sedangkan pada kategori umur 18-23 bulan, memiliki masalah stunting dengan kategori sangat pendek yaitu sebesar 39,3% di Kecamatan Tallo. Kategori status gizi normal dengan persentase lebih tinggi terdapat di Kelurahan Tallo yaitu 40,9%, sedangkan untuk kategori status gizi pendek dapat ditemukan di Kelurahan Buloa dengan persentase 30% dan untuk kategori status gizi sangat pendek dapat dilihat di Kelurahan Lakkang dengan persentase 31,8%. Dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat serta berat masalah gizi yang dihadapi yaitu bila prevalensi stunting menurut Supariasa et al (2002), jika <20% (rendah), 20-29% (sedang), 30-39% (tinggi), >40% (sangat tinggi). Dan bila dilihat dari Tabel 2 maka prevalensi stunting di Kelurahan Tallo dengan persentase 59%, Kelurahan Buloa 45% dan Kelurahan Lakkang 50% masuk kedalam prevalensi kategori >40% atau masalah kesehatan masyarakat yang sangat tinggi dan butuh perhatian lebih dari pemerintah pusat dan daerah. Menurut Riskesdas 2010, prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Selatan adalah 38,9%. Sulawesi Selatan berada pada urutan ke 11 dari prevalensi kependekan di Indonesia. Kota Makassar memiliki prevalensi Stunting sebesar 26,9%. Maka dengan melihat hasil penelitian di wilayah pesisir Kota Makassar, 3 kelurahan yang tepatnya di Kecamatan Tallo maka dapat dikatakan bahwa mereka juga memberikan sumbangsi terhadap besarnya prevalensi stunting dan masalah kesehatan di Sulawesi Selatan.

Variabel Penelitian

Dari hasil uji dengan menggunakan uji Chi-Square untuk variabel pertama diperoleh nilai p=0,001 < (α=0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan dengan keadaan stunting anak. Dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 53,8% panjang badan anak normal. Pada variabel kedua diperoleh nilai p=0,000 < (α=0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara rangsangan psikososial dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 52,3%. Variabel ketiga dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 < (α=0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara

(6)

6 kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 67,3% panjang badan anak normal di Kecamatan Tallo. Variabel keempat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,006 < (α=0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Dimana pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menerapkan dan menggunakan pemanfaatan pelayanan kesehatan secara lebih baik menunjukan 51,6% panjang badan anak normal di Kecamatan Tallo, sehingga mengapa dikatakan ada hubungan antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting dapat dilihat pada Tabel 3.

PEMBAHASAN

Perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan

Berdasarkan hasil analisis univariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan, persiapan dan penyimpanan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Maka dapat dikatakan ibu yang memberikan perhatian dan dukungan terhadap anak dalam hal ini akan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi anak, dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 53,8% panjang badan anak normal di wilayah pesisir Kecamatan Tallo. Oleh karena itu hasilnya sesuai atau sejalan dengan pendapat Husaini (2000), yang mengatakan peran keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak akan menentukan tumbuh kembang anak. Serta menurut Sawadogo et al (2006) perilaku ibu dalam menyusui atau memberi makan, cara makan yang sehat, memberi makanan yang bergizi dan mengontrol besar porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak.

Rangsangan Psikososial

Berdasarkan hasil analisis univariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara rangsangan psikososial dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Maka dapat dikatakan jika anak mendapatkan rangsangan psikososial dari ibu dan lingkungan sekitar yang memberikan dampak yang positif juga maka akan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi anak, dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 52,3% panjang badan anak normal di wilayah pesisir Kecamatan Tallo. Dimana rangsangan psikososial menurut Atkinson dkk (1991) adalah rangsangan berupa perilaku seseorang

(7)

7 terhadap orang lain yang ada di sekitar lingkungannya seperti orang tua, saudara kandung dan teman bermain. Oleh karena itu hasil ini sejalan dengan beberapa teori dan hasil penelitian lainnya yang mengatakan bahwa rangsangan psikososial memiliki hubungan dengan keadaan status gizi dan tumbuh kembang anak.

Pemberian stimulasi sosial emosi pada anak tidak terlepas dari peran pengasuhan psikososial yang dilakukan oleh keluarga. Penelitian sebelumnya oleh Zeitlin et al, (1990) yang meniliti anak-anak yang tetap tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keterbatasan lingkungan dimana sebagian besar anak lainnya mengalami kekurangan gizi. Diperkirakan bahwa kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif terhadap penggunaan zat gizi didalam tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang baik akan merangsang hormon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk melatih organ-organ perkembangannya. Selain itu, asuhan psikososial yang baik berkaitan erat dengan asuhan gizi dan kesehatan yang baik pula sehingga secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap status gizi, pertumbuhan dan perkembangan (Engle et al, 1997).

Kebersihan/Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis univariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Maka dapat dikatakan jika kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan baik didalam rumah dan dilingkungan sekitar anak diperhatikan maka akan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi anak, dimana digambarkan pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menunjukan 67,3% panjang badan anak normal di Kecamatan Tallo. Depkes RI mengemukakan bahwa pola pengasuhan yang diberikan ibu pada anak berhubungan dengan keadaan kesehatan (baik fisik maupun mental), status gizi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, peran dalam keluarga dan adat kebiasaan dari ibu. Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Pendapat ini sesuai dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini mengenai hubungan kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan dengan tumbuh kembang anak serta kejadian stunting. Serta masih ada beberapa lagi teori dan hasil penelitian yang mendukung hasil penelitian ini. Hygiene dan sanitasi intervensi, bahkan pada 36 bulan, dapat juga berkontribusi terhadap pengurangan prevalensi pengerdilan (UNICEF et al, 2010).

Data dari Water Sanitation Program (WSP) World Bank tahun 2008 menunjukkan bahwa masih tingginya angka kematian bayi dan balita, serta kurang gizi sangat terkait dengan masalah kelangkaan air bersih dan sanitasi. Telah dibuktikan bahwa cuci tangan

(8)

8 dengan air bersih dan sabun mengurangi kejadian diare 42-47 persen. Dengan demikian program air bersih dan sanitasi tidak diragukan sangat sensitif terhadap pengurangan resiko infeksi. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya (Bappenas, 2012).

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil analisis univariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Dimana pada hasil penelitian ini yang menjawab cukup menerapkan dan menggunakan pemanfaatan pelayanan kesehatan secara lebih baik menunjukan 51,6% panjang badan anak normal di Kecamatan Tallo, sehingga mengapa dikatakan ada hubungan antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan pertumbuhan panjang badan anak dan kejadian stunting. Hasil penelitian ini didukung dengan teori dan beberapa hasil penelitian yang lain, yang mengatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan mempengaruhi perkembangan anak.

Pelayanan kesehatan, adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit, dan pesediaan air bersih. Tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan (karena jauh dan atau tidak mampu membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi anak (Ayu, 2008). Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 1995).

Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ketempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas dan lain-lain (Zeitlin et al, 1990). Sejauh ini pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak pada keluarga nelayan masih kurang mendapat perhatian, mengingat kurangnya pengetahuan pada masyarakat dalam hal ini adalah keluarga dalam memantau sejak dini masalah pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat & Uliyah, 2007). Dengan beberapa teori dan hasil penelitian lainnya diatas telah menjelaskan dan mendukung hasil penelitian ini yang menunjukan adanya hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian stunting dan terutama saat anak sakit, karena ketika anak sakit daya tahan tubuh anak atau imun tubuh melemah apalagi akan lebih mudah terserang penyakit

(9)

9 jika anak tidak atau jarang dibawah ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Karena ketika sakit nafsu makan akan berkurang dan akan diikuti dengan daya tahan tubuh semakin melemah, mudah terinfeksi penyakit lain dan pertumbuhan anak akan terganggu.

KESIMPULAN

Maka dengan melihat hasil dari penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa di wilayah pesisir Kota Makassar yaitu di ketiga kelurahan yang berada di Kecamatan Tallo memberikan sumbangsi terhadap besarnya masalah pendek pada balita di Provinsi Sulawesi Selatan yang menurut Riskesdas (2007 dan 2010) masih cukup tinggi dan masuk kedalam 15 provinsi dan berada pada urutan ke 11 yang memiliki masalah stunting. Kategori status gizi normal dengan persentase lebih tinggi terdapat di Kelurahan Tallo yaitu 40,9%, sedangkan untuk kategori status gizi pendek yang ditemukan di Kelurahan Buloa dengan persentase 30% dan untuk kategori status gizi sangat pendek dapat dilihat di Kelurahan Lakkang dengan persentase 31,8%. Anak perempuan memiliki persentase status gizi normal sebesar 47,5% dan masalah stunting dengan kategori pendek yaitu 32,2%. Untuk kategori umur sampel 6-11 bulan sebagian besar berstatus gizi normal dengan persentase 52,1% sedangkan pada kategori umur 18-23 bulan dengan masalah stunting dengan kategori sangat pendek yaitu 39,3% di Kecamatan Tallo. Adanya hubungan yang signifikan antara perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan, rangsangan psikososial, kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian Stunting anak pada usia antara 6-23 bulan.

SARAN

Untuk penelitian selanjutnya disarankan dalam observasi wilayah penelitian lebih sering dilakukan sebelum memulai penelitian, hal ini untuk menghindari informasi yang salah seperti jumlah sampel penelitian yang tidak sesuai dengan data yang didapatkan dilapangan. Untuk responden sebaiknya mulai dari sekarang memeperhatikan kembali dan mengubah pola asuh yang selama ini keliru, serta mulai menjaga kebersihan/hygiene, sanitasi dan mulai dari sekarang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada agar kesehatan dan pertumbuhan anak tetap terpantau.

(10)

10 Arabi, Mandana, Mangasaryan, Nune, Frongillo, A. Edward & Avula Rasmi., 2012. Infant And Young Child Feeding In Developing Countries. Child Development. [Online] 83 (1)., p. 32-45. http://onlinelibrary.wiley.com/store/10/1111/j.14678624.2011.016 75.x/pdf [diakses 18 Desember 2012].

Ashiabi, S. Godwin & O’Neal, K. Keri., 2007. Children’s Health Status: Examining the Associations among Income Poverty, Material Hardship, and Parental Factors. Journal

PLoS ONE. [Online] 2 (9)., p. 1-9. http://www.plosone.org

/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0000940 [diakses pada 21 Desember 2012]. Atkinson, R.L, Atkinson, R.C & Hilgard, E.R. 1991. Pengantar Psikologi, Edisi 8 Jilid 2.

Alih Bahasa: Nurjannah Taufiq. Jakarta: Erlangga.

Ayu, Dara. Sri., 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh, Kejadian Infeksi Dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein. Skripsi Magister Gizi Masyarakat. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.

Bappenas., 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). [Online]. Data Dokumen Versi 5 September 2012.

Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

http://kgm.bappenas.go.id/document/ datadokumen/40_DataDokumen.pdf [diakses 21 Desember 2012].

Beyene, T. Teklebrhan., 2012. Predictors of Nutritional Status of Children Visiting Health Facilities in Jimma Zone, South West Ethiopia. Cloud Publications. [Online] 1 (1)., p. 1-13. http://medical.cloud-journals.com/index.php/IJANSP/article/view/Med-09 [diakses 23 Januari 2013].

Bohari, Ridwan., 2012. Sustainable Management Policy Strategy Of Coastal Area On Makassar Coastal Territorial Water. [Online]. Program Doktor. Pengeloaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. IPB, Bogor.

Buku Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK, 2012. [Online]. Version September 2012. [Diakses tanggal 28 Desember 2012].

Engle, P. L., Menon, P & Haddad, L., 1997. Care and Nutrition. Concept and Measurement. Washington: International Food Policy Research Institute.

Hidayat, A. Aziz Alimul, & Uliyah, Musrifatul., 2007. Status Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Balita Pada Keluarga Nelayan Di Wilayah Pantai Kenjeran Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah, Surabaya.

Manary, M.J. & Solomons, N.W. Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Public Health Nutrition, Editor. Gibney, M.J, Margetts, B.M., Kearney, J.M. & Arab, L Blackwell Publishing Ltd, Oxford; 2009.

Rah, J.H, Akhter, N, Semba, R.D, Pee, de S, Bloem, M.W, Campbell, A.A, Pfanner, M.R, Sun, K, Badham, J and Kraemer, K., 2010. Low dietary diversity is a predictor of child Stunting in rural Bangladesh. European Journal of Clinical Nutrition. [Online]

15 Sep., p. 1393–1398.

http://www.sightandlife.org/fileadmin/data/Publications/EJCN.64.2010.Low_dietarydi versity_is_a_predictor_of_child_Stunting_in_rural_Bangladesh.pdf [diakses 23 Januari 2013]

(11)

11 Reyes, Hortensia., Cuevas, P. Ricardo., Sandoval, Araceli., Castillo, Raul., Santos, Ignacio Jose., Doubova, V. Svetlana and Gutierrez, Gonzalo., 2004. The family as a determinant of Stunting in children living in conditions of extreme poverty: a case-control study. BMC Public Health. [Online] 30 Nov., p. 1-10. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/4/57 [diakses 23 Januari 2013].

RISKESDAS, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

RISKESDAS, 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Sawadogo, Prosper S, Martin-Prevel, Yves, Savy, Mathilde, Kameli, Yves, Traissac, Pierre, Traore, S. Alfred & Delpeuch, Francis., 2006. An Infant and Child Feeding Index Is Associated with the Nutritional Status of 6- to 23-Month-Old Children in Rural Burkina Faso. Community and International Nutrition. [Online]. 136., p. 656-663. http://jn.nutrition.org/content/136/3/656.full.pdf [diakses 17 Desember 2012].

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Unicef, World Food Programme and World Health Organization., 2010. Asia-Pacific Regional Workshop On The Reduction Of Stunting Through Improvement Of

Complementary Feeding And Maternal Nutrition.

[online].http://www.unicef.org/eapro/WorkshopReportReductionOfStunting_2010-06-07_FINAL.pdf [diakses 23 Januari 2013].

Victoria 1992, Data Anak-anak PBB 2008, Ukur DHS 2007 dalam Rah, J.H, Akhter, N, Semba, R.D, Pee, de S, Bloem, M.W, Campbell, A.A, Pfanner, M.R, Sun, K, Badham, J and Kraemer, K., 2010. Low dietary diversity is a predictor of child Stunting in rural Bangladesh. European Journal of Clinical Nutrition. [Online] 15 Sep., p. 1393–1398. http://www.sightandlife.org/fileadmin/data/Publications/EJCN.64.2010.Low_dietary_ diversity_is_a_predictor_of_child_Stunting_in_rural_Bangladesh.pdf [diakses 23 Januari 2013]

Zeitlin M, Ghassemi H, Mansour M., 1990. Positive Deviance in Child Nutrition. United Nation University: Tokyo

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Sosial dan Ekonomi di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013

(12)

12

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Umur Ibu 16-25 tahun 26-35 tahun >36 tahun 78 60 12 52 40 8 Pendidikan Ibu

Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD SMP SMA PT 4 6 78 39 21 2 2,7 4 52 26 14 1,3 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja/IRT Pedagang/wiraswasta PNS/Polri/TNI Buruh Lainnya 134 7 1 4 4 89,3 4,7 0,7 2,7 2,7 Pendapatan Keluarga/Bln < Rp 500.000,- Rp 500.000,- Rp 1.000.000,- > Rp 1.000.000,- 27 69 54 18 46 36 Total 150 100

Sumber: Data Kuesioner, 2013

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Stunting di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013

Karaketristik Sampel PB/U Total Sangat Pendek n % Pendek n % Normal n % Jenis Kelamin 27 29,7 % 23 25,3 % 41 45,1 % 91 60, 67 % Laki-laki Perempuan 12 20,3 % 19 32,2 % 28 47,5 % 59 39,33 % Umur 6-11 bulan 12 16,4 % 23 31,5 % 38 52,1 % 73 48,67 % 12-17 bulan 16 32,7 % 11 22,4 % 22 44,9 % 49 32,67 % 18-23 bulan 11 39,3 % 8 28,6 % 9 32,1 % 28 18,67 % Total 39 26 % 42 28 % 69 46 % 150 100 %

Sumber: Data Kuesioner, 2013

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2013

(13)

13 Variable Penelitian Indikator PB/U n (%) P value Sangat Pendek n % Pendek n % Normal n % Perhatian/Dukungan Terhadap Anak Dalam Praktek Pemberian Makanan Cukup Kurang 25 14 21 % 45,2% 30 12 25,2 % 38,7 % 64 5 53,8% 16,1 % 119 31 79,3 20,7 0,001 Rangsangan Psikososial Cukup Kurang 30 9 23,1 % 45 % 32 10 24,6 % 50 % 68 1 52,3 % 5 % 130 20 86,7 13,3 0,000 Kebersihan/Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Cukup Kurang 17 22 17,3 % 42,3 % 15 27 15,3 % 51,9 % 66 3 67,3 % 5,8 % 98 52 65,3 34,7 0,000 Pemanfaatan Palayanan Kesehatan Cukup Kurang 26 13 21,3 % 46,4 % 33 9 27 % 32,1 % 63 6 51,6 % 21,4 % 122 28 81,3 18,7 0,006 Total 39 26 % 42 28 % 69 46 % 150 100

Gambar

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian di Wilayah Pesisir Kecamatan            Tallo Kota Makassar Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

71 tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013

Kemampuan berpikir secara sistematis perlu dimiliki oleh staf kantor sehingga pekerjaan sesuai dengan target yang ingin dicapai dan dilakukan dengan cara yang

Berdasarkan tampilan analisis biplot pada Gambar 2, terlihat bahwa atribut fungsi (sabun khusus untuk kesehatan), atribut variasi wangi, atribut ketersediaan, dan

Once the Doctor had explained that he was interested in the journal, and that really he just wanted to have a good look at it, Curtis told Holiday to stop being melodramatic and put

‘I don’t know,’ the Doctor said, pulling a rolled-up copy of the New Scientist from his frock-coat pocket and handing it to Tegan..

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan/ dibutuhkan alumni Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau yang bersumber

Contoh warna yang termasuk dalam kelompok warna sekunder adalah warna jingga yang merupakan hasil campuran antara warna merah dengan kuning, warna hijau yang

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasaran ubi jalar Cilembu, maka dilakukan penelitian yang bertujuan mengidentifikasi faktor internal dan