• Tidak ada hasil yang ditemukan

DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

161-172 PENGARUH BLOK KEDOKTERAN ADIKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Michael Jaya, Yeremias Jena, Astri Parawita Ayu, Satya Joewana

173-182 PERSEPSI TERHADAP ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA PESERTA PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI DAN DOKTER UMUM PESERTA PROGRAM INTERNSHIP

Mahaputra, Astri Parawita Ayu

183-190 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MINIMAL KAFEIN TERHADAP PENINGKATAN ATENSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Julia Rahadian, Laurensia Scovani

191-198 GIGI KARIES DAN KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL PADA PENGGUNA HEROIN YANG MENJALANI TERAPI RUMATAN METADON

Isadora Gracia, Rensa, Minawati, Teguh Sarry Hartono, Surilena

199-207 GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA PELAJAR SMA REGINA PACIS JAKARTA DENGAN ADIKSI INTERNET

Adrian, Ana Lucia Ekowati, Eva Suryani

208-217 WHY ADOLESCENT SMOKE? A CASE STUDY OF NORTH JAKARTA, INDONESIA Regina Satya Wiraharja, Charles Surjadi

TINJAUAN PUSTAKA

218-223 EFEKTIVITAS BERBAGAI PRODUK NICOTINE REPLACEMENT THERAPY SEBAGAI TERAPI UNTUK BERHENTI MEROKOK

Bernardus Mario Vito, Irene

LAPORAN KASUS

224-232 KETERGANTUNGAN ALPRAZOLAM PADA LANJUT USIA DENGAN INSOMNIA DAN DEPRESI Surilena

ARTIKEL KHUSUS

233-236 MENGENAL KEDOKTERAN ADIKSI DI NIJMEGEN INSTITUTE FOR SCIENTIST PRACTIONERS IN ADDICTION

Eva Suryani, Isadora Gracia

ISSN 2086-4256

PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

DJM 13(3) 161-236 October 2014

DAMIANUS

Journal of Medicine

VOLUME 13, NOMOR 3, 2014

(2)

GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA PELAJAR

SMA REGINA PACIS JAKARTA DENGAN ADIKSI INTERNET

EMOTIONAL AND BEHAVIORAL PROBLEMS AMONG STUDENTS WITH

INTERNET ADDICTION AT REGINA PACIS JAKARTA HIGH SCHOOL

Adrian1, Ana Lucia Ekowati2, Eva Suryani3 ARTIKEL PENELITIAN

1 Fakultas Kedokteran Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

2 Departemen Biologi dan Biokimia,

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

3 Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

dan Perilaku, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

Korespondensi:

Eva Suryani, Departemen Ilmu Ke-dokteran Jiwa dan Perilaku, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. E-mail: amyeva511@gmail.com

ABSTRACT

Background: In the previous time, internet only use among the military and

business field. And then, internet became part of the human life and easy to be accessed. Recently, the number of internet user is getting higher. Therefore, the concern of negative impact of internet use has been appearing. Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder 5 (DSM-5) does not put internet addiction in any diagnostic classification but there were studies that proved the emerge of internet addiction, especially among adolescents.

Objectives: To evaluate emotional and behavioral problems among students who

have internet addiction.

Methods: This is a cross sectional study to evaluate the emotional and behavioral

problems among students with internet addiction at Regina Pacis Jakarta High School. The sample was all the high school students (total sampling) and there were 300 students participated in this study as respondents. We used Young’s Internet Addiction Scale/Internet Addiction Test and Strength and Difficulties Questionnaire. Descriptive analysis was conducted to evaluate the emotional and behavioral problems among the internet addicted respondents.

Results: 33.3% of the respondents have internet addiction, 17.2% among them

are males and 16.1% females, age 15-17 years. The internet addicted respondents mostly do social network and use personal gadget to access internet. There are emotional and behavioral problems among internet addicted respondents: conduct problems (50.6%), peer problems (43.7%), hyperactivity (31%), and emotional symptoms (14.9%).

Conclusion: The prevalence of internet addiction among students at Regina

Pacis Jakarta High School is high. There are emotional and behavioral problems among the students with internet addiction.

Key Words: adolescent, emotional behavioral problem, internet addiction, student

ABSTRAK

Pendahuluan: Sebelumnya internet digunakan di lingkungan militer dan bisnis

kemudian menjadi bagian dari kehidupan manusia dan mudah diakses. Pengguna internet di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terus meningkat, sehingga dikhawatirkan muncul dampak buruk dari penggunaan internet. Adiksi internet

(3)

200 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

belum dicantumkan dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder 5 (DSM-5), namun beberapa penelitian menunjukkan kondisi adiksi internet di masyarakat, khususnya remaja.

Tujuan: Mendapatkan gambaran masalah emosi dan perilaku pada pelajar SMA

dengan adiksi internet.

Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk melihat masalah emosi

dan perilaku pada pelajar yang mengalami adiksi internet di SMA Regina Pacis Jakarta. Metode pengambilan sampel adalah total sampling dan sebanyak 300 pelajar menjadi responden dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan adalah Young’s Internet Addiction Scale/Internet Addiction Test dan Strength and Difficulties Questionnaire. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah emosi dan perilaku pada responden yang mengalami adiksi internet.

Hasil: Sebanyak 33,3% responden mengalami adiksi internet, dengan 17,2%

laki-laki dan 16,1% perempuan, serta rentang usia 15-17 tahun. Sebagian besar responden yang mengalami adiksi internet, menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial (70 orang). Alat yang terbanyak digunakan untuk mengakses internet oleh responden yang mengalami adiksi internet adalah: gadget pribadi (57 orang). Responden yang mengalami adiksi internet serta masalah sosial dan perilaku adalah 50,6% untuk masalah conduct, 43,7% masalah hubungan dengan teman sebaya, 31,0% hiperaktivitas, dan 14,9% masalah emosional.

Kesimpulan: Adiksi internet pada pelajar di SMA Regina Pacis Jakarta cukup

tinggi. Ditemukan masalah emosi dan perilaku pada pelajar yang mengalami adiksi internet.

Kata Kunci: adiksi internet, masalah emosi perilaku, pelajar, remaja

PENDAHULUAN

Internet mulai dikenal masyarakat sekitar perte-ngahan tahun 1990, yang pada awalnya digu-nakan di lingkungan militer dan kalangan bisnis.1

Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun, internet semakin menjadi bagian dari kehidupan manusia, apalagi saat ini sangat mudah mengak-ses internet melalui laptop, tablet, atau telepon genggam. Kemudahan akses internet juga di-tambah dengan banyaknya fasilitas hotspot wifi di tempat-tempat umum. Situs Internet World

Stats (www.internetworldstats.com) mencatat

pengguna internet pada tahun 2013 adalah Afri-ka (21,3%), Asia (31,7%), Timur Tengah (44,9%), Amerika Latin/Karibia (49,3%),

Oceania/Austra-lia (67,5%), Eropa (68,6%), dan Amerika Utara (84,9%).2 Di Indonesia, dalam kurun waktu tahun

2000-2012, pengguna internet meningkat pesat, yaitu 2 juta menjadi 55 juta pengguna.3

Angka pengguna internet yang tinggi menim-bulkan kekhawatiran munculnya masalah yang berhubungan dengan penggunaan internet yang berlebihan. Isolasi diri dari kontak sosial adalah salah satu dampak yang dikhawatirkan dapat muncul akibat penggunaan internet yang berlebihan dan jangka panjang, juga dapat ter-jadi kondisi adiksi internet. Banyak penelitian menunjukkan adanya kondisi adiksi internet di masyarakat, khususnya pada remaja, namun demikian sampai saat ini Diagnostic and

(4)

Statis-tic Manual of Mental Disorder 5 (DSM-5) belum

mencantumkan adiksi internet di dalamnya karena penelitian-penelitian yang ada dianggap masih belum cukup.4

Prevalensi adiksi internet di kalangan remaja (12-18 tahun) dari beberapa penelitian di ber-bagai negara diketahui seber-bagai berikut: Yunani (1,5%), Belanda (3,7%), Amerika Serikat (4%), Hongkong (6,7%), Cina (8,1%) dan Puerto Riko (11,6%).5-10 Penelitian-penelitian tersebut juga

membuktikan hubungan yang bermakna di an-tara adiksi internet pada remaja dan berbagai bentuk masalah psikologis, seperti masalah emosi, perilaku, kemampuan adaptasi, dan gangguan depresi.5-10 Kormas et al. melakukan

penelitian di Yunani dan mendapatkan hubungan yang bermakna di antara problematic internet

use (PIU) pada remaja (rerata usia=14,7 tahun)

dan hiperaktivitas (OR=4,39; 95% CI=2,03-9,52) serta masalah conduct (OR=8,39; 95%

CI=2,04-34,56). Pada pelajar kelas 9-12 di

Amerika Serikat (AS) didapatkan hubungan yang bermakna di antara PIU dan depresi (p<0,0001) serta penggunaan ganja (p=0,0013).7 Penelitian

lain dari Hongkong oleh Fu et al. mendapatkan hubungan yang bermakna di antara adiksi in-ternet pada remaja (usia 14-19 tahun) dan ide bunuh diri (p<0,001), depresi (p<0,05), serta an-sietas (p<0,05).8 Cao et al. melakukan penelitian

pada pelajar (rerata usia=16,1 tahun) di Cina dan mendapatkan hubungan yang bermakna di antara PIU dan gejala-gejala psikosomatik (p<0,001), masalah emosional (p<0,001), ma-salah perilaku (p<0,001), dan mama-salah adaptasi sosial (p<0,001).9 Penelitian di Puerto Riko pada

remaja (usia 13-17 tahun) mendapatkan adanya hubungan yang bermakna di antara depresi

dengan adiksi internet (p=0,044).10

Berbagai penelitian tersebut di atas menunjukkan adanya hubungan di antara adiksi internet dan berbagai bentuk masalah psikiatri. Di Indonesia, penelitian mengenai adiksi internet khususnya pada remaja belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran me-ngenai masalah emosi dan perilaku pada pelajar SMA Regina Pacis Jakarta yang mengalami adiksi internet.

METODE

Partisipan

Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk melihat masalah sosial dan perilaku pada pela-jar yang mengalami adiksi internet. Responden adalah pelajar di SMA Regina Pacis Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total

sampling, yaitu kuesioner dibagikan kepada

se-luruh siswa kelas 1-3 SMA Regina Pacis Jakarta (300 siswa). Dari 300 siswa tersebut, 39 orang tidak mengembalikan kuesioner, sehingga kami mendapatkan 261 siswa sebagai responden (response rate=87,0%).

Pengukuran

Pengukuran adiksi internet menggunakan instru-men Young’s Internet Addiction Scale/Internet

Addiction Test (YIAS/IAT), sementara penilaian

masalah sosial dan perilaku menggunakan

Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ).

IAT terdiri dari 20 pertanyaan yang harus di-respons dengan 6 poin skala Likert: 0 (does not

apply)–5 (always). Kuesioner ini dikembangkan

(5)

dibukti-202 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine kan mempunyai psychometric properties yang

baik.11 IAT juga terbukti valid untuk digunakan

di kelompok usia remaja.12 Instrumen yang kami

gunakan adalah versi yang terdapat pada situs www.netaddiction.com sebagai kuis online yang dapat diakses oleh masyarakat umum. IAT mem-punyai 3 kategori penggunaan internet, yaitu normal, borderline, dan severe. Pada penelitian ini borderline dan severe digabungkan menjadi satu kategori baru, yaitu adiksi.

Untuk menilai masalah sosial dan perilaku anak dan remaja, telah dikembangkan kuesioner

Strength and Difficulties melalui studi psikometrik

yang telah dibuktikan validitasnya, baik versi asli maupun versi adaptasi Indonesia.13,14 Kuesioner

yang dipakai dalam penelitian ini adalah adaptasi Indonesia dari SDQ. Instrumen ini mempunyai 25 pertanyaan yang dibagi dalam 5 skala (gejala emosional, masalah conduct, hiperaktivitas, masalah hubungan dengan teman sebaya, dan perilaku prososial). Pertanyaan tersebut di-respons dengan: benar, agak benar, tidak benar. Hasil dari SDQ adalah 3 kategori untuk tiap skala, yaitu average (tidak berisiko muncul gejala klinis yang bermakna), raised (mungkin berisiko muncul gejala klinis), dan high (kemungkinan besar muncul gejala klinis yang bermakna). Pada penelitian ini kami mengukur hanya skala gejala emosional, masalah conduct, hiperaktivitas, dan masalah hubungan dengan teman sebaya yang merupakan gambaran dari masalah emosi dan perilaku. Siswa yang mempunyai nilai raised atau high pada subskala-subskala tersebut dinyatakan mempunyai masalah emosi dan perilaku sementara yang mempunyai nilai

average masuk dalam kategori normal.

Prosedur

Kedua kuesioner dibagikan kepada seluruh pe-lajar dengan disertai lembar pernyataan persetu-juan mengikuti penelitian dan penjelasan menge-nai penelitian ini. Pelajar yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani lem-bar pernyataan persetujuan mengikuti penelitian sebelum mengisi kuesioner dan mengembalikan lembar tersebut bersama kuesioner yang telah diisi. Pembagian kuesioner dilakukan dengan bantuan para ketua kelas untuk menyebarkan kuesioner kepada teman-teman di kelasnya. Kuesioner dikumpulkan kembali kepada ketua kelas masing-masing dan peneliti mengambil kuesioner yang telah dikumpulkan dari ketua ke-las pada hari yang ditentukan sesuai perjanjian.

HASIL

Sebanyak 87 (33,3%) dari 261 responden de-ngan adiksi internet, di antaranya 17,2% laki-laki dan 16,1% perempuan, dengan rentang usia 15-17 tahun (Tabel 1). Sebagian besar responden yang mengalami adiksi internet, menggunakan internet untuk melakukan aktivitas di jejaring sosial (70 orang) serta mengunduh lagu dan film (59 orang). Sarana yang digunakan untuk mengakses internet oleh responden yang meng-alami adiksi internet adalah: gadget pribadi, seperti telepon genggam dan tablet (57 orang); komputer (41 orang); laptop (32 orang); dan warnet (10 orang). (Tabel 2)

Analisis lebih lanjut untuk mendapatkan gam-baran masalah emosi dan perilaku dilakukan pada kelompok yang mengalami adiksi internet.

(6)

Pada penelitian ini analisis terbatas hanya untuk mendapatkan data mengenai adanya masalah emosi dan perilaku pada siswa yang mengalami adiksi internet dan tidak melihat hubungan di antaranya. Responden yang mengalami adiksi internet serta masalah sosial dan perilaku adalah 44 orang (50,6%) untuk masalah conduct, 38 orang (43,7%) dengan masalah hubungan dengan teman sebaya, 27 orang (31%) hiper-aktivitas, dan 13 orang (14,9%) untuk masalah emosional. (Tabel 3)

PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk mendapatkan gambaran tentang masalah sosial dan perilaku yang ada pada pelajar SMA Regina Pacis yang mengalami adiksi internet. Dari 261 responden didapatkan 33,3% mengalami adiksi internet. Responden yang mengalami adiksi in-ternet juga memiliki masalah emosi dan perilaku. Beberapa penelitian yang telah dipublikasikan dari beberapa negara di dunia, menemukan

Jumlah

Usia <15 tahun 0

15-16 tahun 61

>17 tahun 26

Hal yang dilakukan* Surfing 40

Komunikasi online 38 Gaming 31 Judi online 5 Jejaring sosial 70 Berjualan online 17 Mencari literatur 34

Mengunduh lagu dan film 59

Streaming 14

Pornografi 11

Sarana Mengakses Internet* Gadget (contoh: telepon genggam, tablet) 57

Komputer 41

Laptop 32

Warnet 10

* responden bisa memilih lebih dari 1 pilihan

Normal (%) Adiksi* (%) Total

Laki-laki 81 (31,1) 45 (17,2) 126

Perempuan 93 (35,6) 42 (16,1) 135

174 87 261 Keterangan: Adiksi internet berdasarkan skor Internet Addiction Scale

* Kategori adiksi merupakan penggabungan dari borderline dan severe

Tabel 2. Karakteristik Adiksi Internet Tabel 1. Prevalensi Adiksi Internet

(7)

204 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

memaparkan bahwa remaja dengan adiksi internet mempunyai skor yang lebih rendah se-cara bermakna untuk agreeableness (prosocial

behavior: trust, altruism, affection), emotional stability, dan constiousness (thoughtfulness, good impulse control, goal-directed behavior)

dibandingkan dengan remaja yang tidak adiksi internet.6

Di Connecticut, Amerika Serikat, survei dilakukan pada 3560 pelajar (kelas 9-12) menggunakan 7 pertanyaan yang merupakan modifikasi dari the

Minnesota Impulsive Disorder Inventory (MIDI).

Survei ini mendapatkan prevalensi adiksi internet sebesar 4%. Lebih lanjut survei ini mendapat-kan hubungan yang bermakna di antara adiksi internet dan berbagai masalah perilaku seperti: merokok (lifetime use), penggunaan ganja

(life-time use), penggunaan zat psikoaktif lain (life(life-time use), depresi, perkelahian berat, serta membawa

senjata.7 Semua hal tersebut berhubungan

secara bermakna pada pelajar laki-laki yang mengalami adiksi internet. Pada pelajar perem-puan yang mengalami adiksi internet didapatkan hubungan yang bermakna di antara adiksi inter-net dan depresi serta perkelahian berat. Pada klinik rawat jalan sebuah pediatric

univer-sity hospital di Puerto Riko dilakukan penilaian

dengan menggunakan instrumen Internet Ad-terjadinya adiksi internet di kalangan remaja.

Penelitian-penelitian tersebut juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara adiksi internet dan berbagai bentuk masalah psikologis (terma-suk masalah emosi dan perilaku).

Survei tentang adiksi internet dilakukan di Yunani dengan responden 866 remaja (usia rerata=14,7 tahun). Seperti penelitian di SMA Regina Pacis, penelitian di Yunani juga menggunakan

Inter-net Addiction Test dan Strength and Difficulties Questionnaire. Prevalensi adiksi internet pada

remaja adalah 1,5%. Remaja dengan adiksi in-ternet cenderung memiliki skor yang tinggi pada skala hiperaktivitas dan conduct.5 Penelitian

kami juga mendapatkan sebagian besar siswa (50,6%) dengan adiksi internet mengalami ma-salah conduct, sementara beberapa siswa (31%) mengalami masalah hiperaktivitas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil pene-litian kami sejalan dengan penepene-litian di Yunani dan menunjukkan adanya masalah emosi dan perilaku pada remaja yang mengalami adiksi internet.

Di Belanda, survei dilakukan pada 3105 remaja usia 11-19 tahun dengan menggunakan The

Compulsive Internet Use Scale dan

mendapat-kan 3,7% dari responden berpotensi mengalami adiksi internet.6 Lebih lanjut penelitian tersebut

Adiksi Internet Total

Average Raised High

Gejala emosional 74 (85,1) 6 (6,9) 7 (8,0) 87

Masalah Conduct 43 (49,4) 30 (34,5) 14 (16,1) 87

Hiperaktivitas 60 (69,0) 20 (23,0) 7 (8,0) 87

Masalah hubungan dengan teman sebaya 49 (56,3) 28 (32,2) 10 (11,5) 87

(8)

diction Test (IAT) pada remaja usia 13-17

ta-hun. Prevalensi adiksi internet yang didapatkan adalah 11,6%.10 Responden adalah pasien dari

klinik tersebut yang datang bukan dengan ma-salah adiksi internet melainkan karena mama-salah psikiatri lain. Pada penelitian ini juga ditemukan gangguan psikiatri yang secara bermakna ber-hubungan dengan adiksi internet, yaitu

gang-guan suasana perasaan ( ).10

Penelitian di Hongkong dilakukan sebagai bagian dari survei rumah tangga pada 208 responden usia 15-19 tahun dengan menggunakan instru-men yang juga dikembangkan oleh Young yang terdiri dari 8 pertanyaan dan harus direspons dengan jawaban “ya”/”tidak”. Prevalensi adiksi internet yang didapatkan adalah 6,7%, serta adanya hubungan antara adiksi internet dan ide bunuh diri, serta gejala-gejala depresi.8

Sebanyak 17.599 pelajar (usia 10-24 tahun) menjadi responden dari survei yang dilakukan di Cina yang salah satu penilaiannya adalah adiksi internet dengan menggunakan IAT. Survei terse-but mendapatkan prevalensi adiksi internet sebe-sar 8,1%.9 Pada penelitian ini juga didapatkan

bahwa remaja dengan adiksi internet cenderung mengalami gejala-gejala berikut: psikosomatik, emosi, perilaku, dan masalah adaptasi sosial.9

Semua penelitian tersebut, kecuali di Puerto Riko, merupakan survei pada tingkat nasional atau di beberapa kota dan mendapatkan preva-lensi adiksi internet, yaitu 1,5-8,1% (di Puerto Riko=11,6%). Penelitian di SMA Regina Pacis mendapatkan angka adiksi internet yang jauh lebih tinggi, yaitu 33,3%. Hasil yang jauh lebih tinggi ini, namun demikian belum dapat disim-pulkan sebagai adanya prevalensi adiksi internet

yang lebih tinggi pada kelompok remaja di Indo-nesia dibandingkan dengan beberapa negara tersebut. Penelitian kami hanya dilakukan di satu sekolah, sehingga belum bisa merepresentasi-kan kondisi di Indonesia maupun Jakarta. Pene-litian-penelitian lain (Yunani, Belanda, Amerika Serikat, Hongkong, dan Cina) merupakan survei dengan jumlah responden yang besar, sedang-kan penelitian kami hanya dilakusedang-kan di satu sekolah. Perbedaan metode dan jumlah respon-den ini bisa memengaruhi perbedaan prevalensi adiksi internet yang didapatkan.

Berbagai penelitian tersebut menunjukkan ada-nya hubungan yang bermakna antara adiksi internet dan berbagai bentuk masalah psikologis (termasuk masalah emosi dan perilaku). Peneli-tian di SMA Regina Pacis mendapatkan adanya masalah emosi dan perilaku (conduct, masalah hubungan dengan teman sebaya, hiperaktivitas, dan masalah emosional) pada kelompok siswa yang mengalami adiksi internet. Dengan demiki-an penelitidemiki-an kami sejaldemiki-an dengdemiki-an penelitidemiki-an- penelitian-penelitian sebelumnya dengan mendapatkan data adanya masalah emosi dan perilaku pada siswa SMU yang mengalami adiksi internet. Di sisi lain, berbeda dengan penelitian-peneliti-kan sebelumnya, hubungan antara adiksi inter-net dan masalah emosi perilaku tidak diketahui dari penelitian ini karena kami tidak melakukan analisis terhadap hubungan tersebut. Juga tidak dilakukan analisis untuk membandingkan ma-salah sosial dan perilaku pada responden yang mengalami adiksi internet dengan yang tidak. Dengan demikian, tidak dapat disimpulkan apa-kah masalah sosial dan perilaku yang ditemukan pada responden dengan adiksi internet memang

(9)

206 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine berhubungan dengan adiksi internet tersebut.

Terbatasnya analisis yang dilakukan merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini.

Ketidaktersediaan instrumen yang valid dalam bahasa Indonesia juga menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan untuk mengukur adiksi internet adalah versi ba-hasa Inggris dari IAT. Tidak dilakukan evaluasi mengenai kemampuan berbahasa Inggris dari para siswa yang menjadi responden, sehingga tidak dapat diketahui apakah semua siswa memi-liki pemahaman yang sama terhadap instrumen yang digunakan.

KESIMPULAN

Sebanyak 33,3% pelajar SMA Regina Pacis mengalami adiksi internet. Pada kelompok pe-lajar yang mengalami adiksi internet tersebut didapatkan masalah emosi dan perilaku, yaitu: masalah conduct (50,6%), masalah hubungan dengan teman sebaya (43,7%), hiperaktivitas (31%), dan masalah emosional (14,9%).

Dari hasil tersebut, analisis lebih lanjut untuk melihat hubungan antara adiksi internet dan masalah emosi perilaku perlu dilakukan. Anali-sis juga perlu dilakukan untuk membandingkan masalah emosi dan perilaku pada kelompok responden yang mengalami adiksi internet de-ngan yang tidak.

Hasil dari penelitian ini yang mendapatkan prevalensi adiksi internet yang tinggi serta ada-nya masalah emosi dan perilaku pada pelajar di SMA Regina Pacis perlu disampaikan ke sekolah tersebut. Penyampaian hasil

peneli-tian ini juga perlu disertai dengan rekomendasi hal yang bisa dilakukan oleh sekolah, seperti: 1) memberikan edukasi tentang penggunaan internet yang berlebihan serta dampak buruk yang menyertainya kepada guru, pelajar, dan orang tua; 2) melakukan evaluasi rutin terkait penggunaan internet serta masalah emosi dan perilaku; 3) melakukan evaluasi lanjutan dan intervensi pada pelajar yang mengalami masalah adiksi internet serta masalah emosi dan perilaku yang bermakna; 4) melibatkan orang tua dengan meminta mereka untuk melakukan pengawasan terhadap anaknya terkait penggunaan internet serta masalah emosi dan perilaku.

Perlu dikembangkan instrumen yang valid dalam bahasa Indonesia untuk melakukan evaluasi adanya adiksi internet. Studi adaptasi dan psikometri terhadap instrumen versi bahasa Inggris yang sudah tersedia (seperti IAT) bisa dilakukan atau dikembangkan instrumen tersendiri dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya instrumen yang valid dalam bahasa Indonesia dapat diketahui secara akurat besaran masalah adiksi internet di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hilbert M, Lopez P. The wirld’s technological capacity to store, communicate, and compute information. Science. 2011;332(60):60-5. 2. Anonim. Internet usage statistics: The

inter-net big picture [document on the Interinter-net]. Internet World Stats. 2014. Available from: http://www.internetworldstats.com.

3. Anonim. Internet Usage in Asia [document on the Internet]. 2014. Available from: http://

(10)

www.internetworldstats.com.

4. Anonim. Internet gaming disorder [docu-ment on the Internet]. American Psychiatric Publishing; 2013. Available from: http://www. dsm5.org/Documents/Internet Gaming Dis-order Fact Sheet.pdf.

5. Kormas G, Critselis E, Janikian M, Kafetzis D, Tsitsika A. Risk factors and psychosocial characteristics of potential problematic and problematic internet use among adolescents: A cross-sectional study. BMC Public Health. 2011;11:1-8.

6. Kuss DJ, Rooij AJv, Shorter GW, Griffiths MD, Mheen Dvd. Internet addiction in adolescents: Prevalence and risk factors. Computers in Human Behavior. 2013;29:1987-96.

7. Liu TC, Desai RA, Krishnan-Sarin S, Cavallo DA, Potenza MN. Problematic internet use and health in adolescents: Data from a high school survey in connecticut. J Clin Psychiatry. 2011;72(6):836-45.

8. Fu KW, Chan WS, Wong PW, Yip PS. Internet addiction: Prevalence, discriminant validity and correlates among adolescents in Hong Kong. Br J Psychiatry. 2010;196:486-92.

9. Cao H, Sun Y, Wan Y, Hao J, Tao F. Prob-lematic internet use in Chinese adolescents and its relation to psychosomatic symptoms and life satisfaction. BMC Public Health. 2011;11:1-8.

10. Liberatore KA, Rosario K, Colón-De Martí LN, Martínez KG. Prevalence of internet ad-diction in Latino adolescents with psychiatric diagnosis. Cyberpsychol Behav Soc Netw. 2011;14(6):399-402.

11. Widyanto L, McMurran M. The Psychomet-ric Properties of the Internet Addiction Test. Cyberpsychol Behav. 2004;7(4):443-50. 12. Lai CM, Mak KK, Watanabe H, Ang RP, Pang

JS, Ho RC. Psychometric properties of the internet addiction test in Chinese adoles-cents. J Pediatr Psychol. 2013;38(7):794-807.

13. Van Roy B, Veenstra M, Clench-Aas J. Construct validity of the five-factor Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) in pre-, early, and late adolescence. J Child Psychol Psychiatry. 2008;49(12):1304-12.

14. Wiguna T, Manengkei PSK, Pamela C, Rheza AM, Hapsari WA. Masalah emosi dan perilaku pada anak dan remaja di poliklinik jiwa anak dan remaja RSUPN dr. Ciptoman-gunkusumo (RSCM) Jakarta. Sari Pediatri. 2010;12(4):270-7.

15. Goodman R, Renfrew D, Mullick M. Pre-dicting type of psychiatric disorder from Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) scores in child mental health clinics in London and Dhaka. Eur Child Adolesc Psychiatry. 1999;9:129-34.

Gambar

Tabel 2.  Karakteristik Adiksi Internet Tabel 1.  Prevalensi Adiksi Internet
Tabel 3.  Masalah Sosial dan Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa nilai interaksi belajar guru dengan siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran NHT siklus 1, dari

Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, dengan kata lain kinerja merupakan tingkat pencapaian atau

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong

Kesadaran individu terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami kekurangan yang disertai dengan sikap pengingkaran, tidak terima, serta menyalahkan diri sendiri atau

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sikap terhadap profesi petani selain mengandung penilaian netral (dilambangkan dengan angka 0), juga mengandung penilaian

Dalam komputasi grid digunakan Certificate Authority (CA) yang berguna untuk memastikan bahwa resource yang terhubung dalam grid atau user yang menggunakan resource komputasi

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang