• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Tata Letak Bridge Deck Berbasis Ergonomi Menuju One Man - Operated Bridge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Tata Letak Bridge Deck Berbasis Ergonomi Menuju One Man - Operated Bridge"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Bridge deck adalah tempat paling neuralgic di kapal. Saat ini bridge control system pada kapal modern didesain untuk one man operation. Kesalahan desain bridge dan penempatan peralatan di bridge control console yang tidak berdasarkan kaidah ergonomi dan kondisi fisik operator, akan mudah menyebabkan human fatigue. Hal ini dapat memicu terjadinya kecelakaan kapal karena meningkatnya human errors. Desain bridge yang ergonomis harus mempertimbangkan antropometri manusia di dalamnya untuk menserasikan kerja antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system), sehingga operator dapat bekerja secara nyaman, efisien dan memperkecil beban kerja.

Permasalahan yang muncul saat ini yaitu belum tersedianya regulasi atau aturan khusus untuk mengatur perancangan ergonomi bridge deck kapal di Indonesia sesuai dengan antropometri orang Indonesia. Dari permasalahan tersebut, maka thesis ini bertujuan untuk membuat desain bridge berdasarkan aturan ergonomi dan memberikan rekomendasi tata letak peralatan di bridge dan Bridge console sesuai dengan antropometri orang Indonesia. Rekomendasi ini memuat persyaratan ergonomi yang berpusat pada kenyamanan, dan tata letak peralatan di bridge deck yang berorientasi fungsional untuk mendukung operator pada desain one man-operated bridge dalam tugas mereka. Rekomendasi tersebut akan di implementasikan dengan mengembangkan sebuah program yang berbasis komputer, selanjutnya digunakan sebagai simulator proses analisa ergonomi bridge deck dalam memberikan bantuan konsistensi, kehandalan dan efisiensi operasi kapal. Software tersebut dapat memberikan pandangan redesain dalam peningkatan ergonomi bridge deck sehingga jumlah kecelakaan kapal di Indonesia dapat dikurangi.

Kata Kunci— Antropometri, Bridge deck, Ergonomi, Microsoft Visual Basic

I. PENDAHULUAN

aat ini bridge control system pada kapal modern didesain untuk one man operation. Dengan desain bridge tersebut pengambilan keputusan secara single human mind diatas kapal dapat dilakukan secara automation systems yang terintegrasi antar peralatan di navigation console. Kesalahan desain bridge dan penempatan peralatan di bridge control console yang tidak berdasarkan kaidah ergonomi dan kondisi fisik operator, akan mudah mengakibatkan stress tubuh (human fatigue). Hal ini dapat memicu naiknya angka kecelakaan kapal karena human error. Desain bridge

berdasarkan aturan ergonomi harus mempertimbangkan antropometri manusia di dalamnya untuk menserasikan kerja antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system). Permasalahan yang terjadi saat ini adalah Indonesia belum memiliki regulasi atau standart khusus yang mengatur perancangan bridge deck kapal berdasarkan ergonomic rules yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia. Sehingga perlu dilakukan pembuatan desain bridge berdasarkan aturan ergonomi serta memberikan suatu rekomendasi bagi tata letak peralatan di bridge dan Bridge console yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia. Rekomendasi ini memuat persyaratan ergonomi yang berpusat pada kenyamanan, dan tata letak peralatan di bridge deck yang berorientasi fungsional untuk mendukung operator pada desain one man-operated bridge dalam tugas mereka. Rekomendasi tersebut akan di implementasikan dengan mengembangkan sebuah program yang berbasis komputer, selanjutnya digunakan sebagai simulator proses analisa ergonomi bridge deck dalam memberikan bantuan konsistensi, kehandalan dan efisiensi operasi kapal. Software tersebut dapat memberikan pandangan redesain dalam peningkatan ergonomi bridge deck sehingga jumlah kecelakaan kapal di Indonesia dapat dikurangi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ergonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja. Menurut rules ABS tentang “ERGONOMIC DESIGN OF NAVIGATION BRIDGES ABS,2003, ergonomi merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman tentang interaksi antara manusia dengan elemen - elemen lain didalam suatu system.

Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat.Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson). Panduan ABS untuk Desain Bridge dan Navigasi Peralatan atau Sistem menyajikan persyaratan yang "Berlaku untuk kapal yang memiliki sertifikat SOLAS dan dirancang untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi navigasi. "

Perancangan Tata Letak Bridge Deck

Berbasis Ergonomi Menuju One Man -

Operated Bridge

Venta Kevara APRILIA1, DR. Ir. A.A. MASROERI, M.Eng 2

1 Postgraduate Student of Marine Engineer System & Control Program, Faculty of Ocean Technology

ITS-Surabaya.

E-mail :

venta_kevara@yahoo.com

2 Lecture of Marine Engineering Department, Faculty of Ocean Technology, ITS-Surabaya.

E-mail : masroeri@its.ac.id

Jurusan Teknik sistem dan Pengendalian Kelautan, Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

Panduan ini juga merekomendasikan bahwa desain bridge harus didasarkan pada prinsip-prinsip ergonomis.Aturan yang tertulis dalam dokumen ini konsisten dengan principal international statutory and discretionary guidance yaitu aturan yang membahas desain system dalam bridge deck (seperti: Standar IACS untuk Desain Bridge, equipment dan Layout; SOLAS V; dan IMO Pedoman Kriteria Ergonomi untuk bridge,equipment dan Layout).

A. Overall arrangement

Sketsa di bawah ini menunjukkan Peralatan yang harus diinstal pada workstations untuk route monitoring, manoeuvring, traffic surveillance and monitoring harus ditempatkan dalam posisi yang mudah dioperasikan dalam standing position. Sedangkan untuk traffic surveillance, heading and speed adjustments, internal and external communication harus ditempatkan dalam posisi yang mudah pula saat dioperasikan dalam keadaan seated position. Pada center consoledan general layout dari consoles disetiapworkstation mempunyai tugas dalam kegiatan monitoring, termasuk conning yang digunakan pada saat navigating dan manoeuvring.

Gambar 2.1 Bridge Arrangement dan Working Environment

 Workstations

Workstation merupakan sebuah tempat kerja di mana satu atau beberapa tugas akan membentuk aktivitas tertentu yang nantinya akan dilaksanakan, dirancang, dan diatur untuk memberikan informasi, system dan peralatan yang diperlukan untuk keamanan dan efisien kinerja, tugas khusus serta kerjasama bridge tim.

Dimensi dari workstation berdasarkan rules ABS adalah sebagai berikut :

a) Tinggi :

Ketinggian workstation tidak boleh mengganggu jendela anjungan. Dapat dilihat pada bagian 3-6-1/1.3.4 dan 1.3.5 dari Peraturan Baja Kapal atau “ Steel Vessel Rules “.

b) Lebar :

Berdasarkan sound ergonomic principles, lebar workstation dirancang untuk operasi satu orang tidak lebih dari 1,6 m (5 ft 3 in).

B. Instruments and Equipment at Navigating and Maneuvering Workstation.

Sesuai dengan peraturan International SOLAS 1974 dan Colreg (collison regulation 1972) seluruh kapal harus dilengkapi dengan peralatan Navigasi sebagai berikut :

a) Navigation Workstation

The navigation workstation should include the following:

 Navigation radar display

 Position-fixing systems

 Depth indicator

 Chart table with instruments. b) Maneuvering Workstation

The maneuvering workstation, used for collision avoidance/docking, should include the following:

 Radar display

 Automatic radar plotting aid (ARPA)

 Engine and thruster controls or telegraphs

 Rudder angle indicator

 Propeller revolution indicator(s)

 Pitch indicator

 Speed and distance indicator. c) Manual Steering Workstation

The manual steering workstation should include the following:

• Manual steering device • Gyro repeater • Rudder angle indicator • Rate of turn indicator • Magnetic compass display • Course indicator • Talkback to bridge wings

d) Bridge Wing Workstations

The bridge wing workstations should include the following: • Engine control • Thruster control

• Rudder control • Rudder angle indicator • Gyro repeater • Rate of turn indicator • Sea bottom tracking speed indicator • Whistle control • Communication (external and internal) • Morse light keys

e) Monitoring Workstation

The monitoring workstation should include the following: • Radar • VHF radiotelephone • Intercommunication Systems • Gyro repeater

• Speed and distance indicator • Rudder angle indicator • Propeller revolution indicator(s) • Alarms

• Emergency stop controls • Monitoring systems • Rate of turn indicator

C. Man Machine Interface

Man Machine Interface adalah sarana yang operatornya menerima informasi mengenai status mesin atau sistem dan dapat mengirim kembali perintah dan pengaturan dari operator yang berjaga, Sehingga memudahkan dalam pengendalian dan control, Contoh di kapal adalah peletakan indicator-indicator engine di bridge deck misalnya indicator RPM suhu dari engine , indicator ballast , indicator bilge hingga tombol emergency untuk shutdown suatu system yang berada di kamar mesin, indicator penggerakan kemudi yang bisa di lihat di navigation deck berapa derajat telah berbelok, hal ini pastinya harus sama dengan pergerakkan kemudinya sendiri dalam air di sumbu poros kemudi.

(3)

III. METODOLOGI

Dalam proses sebuah penelitian pastinya memiliki sebuah alur dalam mengerjakan penelitian tersebut sehingga di hasilkan sebuah hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses pengerjaan tugas akhir ini dari awal hingga akhir.

IV. HASILDANPEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian mulai dari kegiatan pengumpulan data yang relevan hingga penelitian dapat berjalan sesuai yang diharapkan sampai dilakukan pengolahan data dan analisa serta pembahasannya secara detail yang disesuaikan dengan metodologi penelitian yang akan dilaksanakan.

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperlukan untuk penulisan tesis ini adalah pedoman desain ergonomi untuk bridge deck sesuai antropometri orang Indonesia. Pedoman tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah peralatan yang dianalisa sudah memenuhi aturan ergonomic. Selain data dari pedoman dan rekomendasi tersebut, juga dilakukan pengambilan data dilapangan meliputi : kuisioner, general arrangement existing kapal, dan dimensi peralatan serta Bridge Arrangement pada kapal Chemical Tanker 24000 DWT dan kapal Container MV.MERATUS BORNEO 368 TEUs. Data kapal ini diambil di dua tempat yang berbeda yaitu di PT. PAL dan PT.MERATUS Line. Data – data yang diambil akan diolah menjadi database ergonomi Dalam software ini database akan berperan aktif dalam interfacing software database dan interfacing software ergonomic. Gambar 2.2 Man Machine Interface

(4)

Gambar 4.1 Pembuatan Database

B. Running Program

Program yang telah selesai dibuat selanjutnya siap untuk di running.Running program dilakukan dengan cara meng entry data – data kapal dan peralatannya untuk dianalisa. Berikut ini adalah data kapal yang di gunakan untuk running program :

General specifications:

‐ Name of vessel : MT.PRIME ROYAL ‐ Length [LOA] : 170.00 meters ‐ Length [Lpp] : 162.00 meters ‐ Breadth [B] : 27.40 meters ‐ Depth [D] : 13.00 meters ‐ Draft [Designed] : 7.50

‐ Draft [Scantling] : 8.50

‐ Dead weight [At design draft] : 20,000 M. T ‐ Dead weight [At scantling draft]: 24,000 M. T ‐ Service Speed [ at 85% MCR,15% SM] :15.50

knots Data yang Dianalisa:

 Angle of View

 Bridge Wing and Working Clearances

 Console and workspace Design

 External Visibility

 Internal Visibility

 Navigational Equipment

 Routes and working Clearances

C. Validasi dan Analisa Program

Validasi program dilakukan dengan cara meng entry data peralatan yang telah sesuai dengan aturan ergonomic dan mengentry data yang belum sesuai dengan aturan ergonomic Berikut ini adalah satu dari beberapa data item yang akan dianalisa nilai dan tingkat keergonomikannya. Dimana nantinya akan didapatkan hasil mana item yang sudah ergonomic dan yang belum.Untuk selanjutnya akan diberikan rekomendasi nilai ergonomik dari masing-masing item yang dianalisa.

Item yang akan di analisa yaitu ‘’Console and Workspace Design’’, dimana item tersebut mempunyai component sebanyak 2 buah yaitu :

1) Bridge console 2) Console leg room

1. COMPONEN : Single Watchstander Console [A] Height console desktop : 800 mm

[B] Height overall : 1200 mm

[C] Width : 850 mm [D] Length : 7 m

Gambar 4.2 Validasi program bridge console yang sesuai nilai ergonomic Dari data yang diperoleh pada Bridge Deck arrangement kapal MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT, nilai ergonomik dan rekomendasi untuk componen Bridge console adalah :

Bridge console Dimensions MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DW sudah memenuhi aturan ergonomic. Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah: Rekomendasi :

Poin[A] Height console desktop : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi.

To provide a functional reach from standing position, the height of console desktops above bridge deck surface, equipped with means for operation, should preferably be 800 mm and not less than 750 mm, sloping forward to a height of 950 mm and not less than 900 mm for consoles having a depth of 800 mm from the working position. The height of desktops for frequent use of paper charts for route monitoring from standing position should preferably be 900 mm and not less than 800 mm. To provide easy operation of controls from sitting position, it should be possible to adjust the height of the seat to allow an elbow height 50 mm higher than the console desktop

Poin[B] Height overall : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi

The top of the consoles should not exceed a height of 1200 mm (47 inches). The consoles forming the front workstations should not be higher than required for efficient use in standing position and should not obstruct the fields of vision over the lower edge windows in front of the workstation from sitting position. The height of the consoles should be 100 mm lower than the horizontal line of sight. may be accepted for installation at a distance of 350 mm or more from windows with a lower medge of 1000 mm. This console height may also be considered acceptable even if it interferes with the line of sight from an eye height of 1400 mm, providing the height of the chair can be adjusted to compensate for the interference.

Poin[C] Width : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi

The console should be designed so that from the normal working position, can use all instruments and controls necessary for navigating and maneuvering. The Width of consoles designed for single person operation should not exceed 1200 mm. On a bridge with enclosed bridge wings it

(5)

should be possible to obtain the view of 360°from inside the bridge area by using two positions, one on each side of the workstation for navigating and manoeuvring, not being more than 15 m (49 feet) apart.

Poin[D] Length : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi

The console should be designed so that from the normal working position, can use all instruments and controls necessary for navigating and maneuvering. On a bridge with enclosed bridge wings it should be possible to obtain the view of 360°from inside the bridge area by using two positions, one on each side of the workstation for navigating and manoeuvring, not being more than 15 m (49 feet) apart. This guideline may also be applicable for providing the required field of vision within the confines of wheelhouses with a total breath of more than 18 metres.

2.COMPONEN : Console leg room Length upper legroom : 350 mm Length lower legroom : 550 mm

Gambar 4.3 Hasil analisa console leg room kapal CHEMICAL TANKER 24000 DWT tidak memenuhi aturan

ergonomi

Dari tampilan main interface tersebut terlihat bahwa masih ada beberapa komponen dari item tersebut yang belum memenuhi nilai ergonomi sesuai pedoman yang digunakan. sehingga akan muncul rekomendasi agar komponen tersebut mampu memenuhi nilai ergonomic yang diinginkan.

Single Watchstander Console MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT belum memenuhi aturan ergonomic. Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan : Console leg room Rekomendasi:

Poin[A] Length of lower leg room : Terlalu sempit , sehingga watch officer tidak merasa nyaman dalam melakukan operasional peralatan di meja console. Ruangan kaki menjadi sempit sehingga membuat tempat duduk harus diatur sedikit kebelakang, hal ini akan berakibat jarak watch officer dengan peralatan menjadi lebih jauh sehingga mempengaruhi efektifitas pengoperasian peralatan yang diinstal di console dan kenyamanan dalam menjangkau peralatan. ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 600-750mm

Ditambah sekitar 50 mm akan lebih ergonomis

The leg room required is governed by the seated working position suiting the user with regard to reach and effective operation of the equipment installed in the consoles, meaning the position of the chair in relation to the front of the console.

The reach may be related to equipment installed in both front and side consoles. The upper leg room of the console should have a minimum of 450 mm (18 inches) in depth and the lower leg room a minimum of 600 mm (25 inches) in depth. Poin[B] Length of upper leg room : Terlalu sempit , sehingga watch officer tidak merasa nyaman dalam melakukan operasional peralatan di meja console. Ruangan kaki menjadi sempit sehingga membuat tempat duduk harus diatur sedikit kebelakang, hal ini akan berakibat jarak watch officer dengan peralatan menjadi lebih jauh sehingga mempengaruhi efektifitas pengoperasian peralatan yang diinstal di console dan kenyamanan dalam menjangkau peralatan. ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 450-550mm.

Ditambah sekitar 100 mm akan lebih ergonomis.

The leg room required is governed by the seated working position suiting the user with regard to reach and effective operation of the equipment installed in the consoles, meaning the position of the chair in relation to the front of the console. The reach may be related to equipment installed in both front and side consoles. The upper leg room of the console should have a minimum of 450 mm (18 inches) in depth and the lower leg room a minimum of 600 mm (25 inches) in depth. Nilai / score ergonomi komponen console leg room yang di analisa sebesar 0.33 dimana score ergonomic untuk length of lower leg room sebesar 0.66 karena input nilai yang dimasukan sebesar 550 mm yaitu berada sedikit diluar range nilai ergonomi yang ditentukan antara 600 mm – 750 mm , sedangkan score ergonomic untuk length of upper leg room bernilai 0 karena berdasarkan perhitungan nilai yang diinputkan 350 mm berada jauh diluar range nilai yang direkomendasikan 450 mm – 550 mm. sehingga didapatkan score nilai komponen console leg room sebesar 0.33 diambil dari perhitungan rata- rata score kedua item yang dianalisa yaitu lower leg room dan upper leg room.

3.COMPONEN : Adjustable chair [A] Seat height Width : 700 mm [B] Seat depth : 450 mm [C] Seat width : 350 mm [D] Backrest height : 600 mm [E] Backrest width : 400 mm [F] Armrest height : 300 mm

[G] Distance between armrests: 350 mm

Sehingga ketika dianalisa menggunakan software Bridge Ergonomics for marine application hasilnya adalah :

Gambar 4.4 Hasil analisa adjustable chair Kapal CHEMICAL TANKER 24000 DWT tidak memenuhi aturan

(6)

Dari tampilan main interface tersebut terlihat bahwa masih ada beberapa komponen dari item tersebut yang belum memenuhi nilai ergonomic sesuai rules. sehingga akan muncul rekomendasi agar komponen tersebut mampu memenuhi nilai ergonomic yang diinginkan.

Single Watchstander Console MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DW belum memenuhi aturan ergonomic. Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah: Nama peralatan : Adjustable chair

Rekomendasi:

Poin[A] Seat height : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomic

Poin[B] Seat depth : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomic

Poin[C] Seat width : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomic

Poin[D] Backrest height : Terlalu rendah, watch officer tidak merasa nyaman karena tidak dapat menyandarkan bahu dan kepalanya dengan nyaman sehingga akan cepat menimbulkan kelelahan pada bagian kepala. Tinggi

sandaran punggung untuk kursi watchstander di navigation deck agak tinggi dari pada kursi pada umumnya hal ini untuk memeberi kenyamanan pada operator ketika melakukan monitoring ke permukaan laut atau melakukan navigasi dan manuver kapal, sehingga tinggi sandaran punggung dibuat hampir sampai tinggi kepala agar badan dan juga kepala dapat disandarkan dengan nyaman. ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 750-900mm

Ditambah sekitar 246 mm akan lebih ergonomis

Poin[E] Backrest width : Terlalu sempit, watch officr tidak nyaman dalam mengoperasikan peralatan,sandaran punggung yang terlalu sempit tidak dapat menahan beban punggung secara sempurna ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 450-550mm

Ditambah sekitar 92 mm akan lebih ergonomis.

Poin[F] Armrest height : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi.

Poin[G] Distance between armrests : Penempatan peralatan sudah sesuai dengan aturan ergonomi.

Skor ergonomic nilai komponen adjustable chair sebesar 0.79 . Nilai ini di merupakan nilai rata – rata skor ergonomi dari masing – masing item yang dianalisa, sebagai berikut : [A] Seat height Width : rekomended 100 % dengan nilai skor 1

[B] Seat depth : rekomended 100 % dengan nilai skor 1 [C] Seat width : rekomended 100 % dengan nilai skor 1 [D] Backrest height : failed dengan rekomendasi 0

[E] Backrest width : rekomended 50 % dengan nilai skor 0.5 [F] Armrest height : rekomended 100 % dengan nilai skor 1 [G] Distance between armrests: rekomended 100 % dengan nilai skor 1

4.Navigational Equipment sesuai Workstation.

Peralatan yang di pilih untuk dianalisa akan disediakan input box untuk di centang (check) sesuai dengan letak peralatan di Workstation kapal yang dianalisa. ketika letak peralatan BCC yang dianalisa sesuai dengan rekomendasi Workstation berdasarkan Rules ABS maka nama dari peralatan tersebut akan direkomendasikan dengan diberi warna hijau. Apabila sebaliknya tidak sesuai dengan

rekomendasi dari ABS maka akan diberikan rekomendasi dengan warna merah pada nama peralatannya.

Nama Peralatan : AIS

Letak peralatan : Traffic surfeillence

Gambar 4.5 Validasi Navigational Equipment sesuai rekomendasi rules AIS Navigational Equipment MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT sudah memenuhi aturan ergonomic.

Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan :AIS Rekomendasi:

Peralatan AIS : sudah memenuhi aturan ergonomic. Karena peletakan yang sesuai di Traffic surveillance.

Peralatan ini digunakan untuk kegiatan Traffic surveillance – Collision avoidance

Peralatan Yang wajib Di install bagi kapal dengan GT 24000 :

 ECDIS backup

 ECDIS_all size

 GNSS_GPS

 Heading ctrl. System

 Magnetic compass_all size

 Paper chart table

 Pelorus_gyro repeater

 Radar_ARPA

 Sound reception system_all size

1) Equipment applicable for ships of various sizes Nama Peralatan : GNSS_GPS

Letak peralatan :Manoeuvring

GNSS_GPS Equipment applicable for ships of various sizes MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT belum memenuhi aturan ergonomic.

Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

(7)

Gambar 4.6GNSS_GPS Equipment applicable for ships of various sizes Rekomendasi:

Peralatan GNSS_GPS : Belum memenuhi aturan ergonomic. Karena peletakan yang kurang bagus di Manoeuvring Yang semestinya di letakkan pada bagian Navigation

Peralatan ini digunakan untuk kegiatan Traffic surveillance – Collision avoidance dan juga Navigation – Grounding avoidance

Peralatan Yang wajib Di install bagi kapal dengan GT 24000 :

 ECDIS backup

 ECDIS_all size

 GNSS_GPS

 Heading ctrl. System

 Magnetic compass_all size

 Paper chart table

 Pelorus_gyro repeater

 Radar_ARPA

 Sound reception system_all size

Hasil rekomendasi dapat disimpan atau ditambahkan pada form report dengan cara menekan tombol add to report.Untuk menampilkan form report,dapat dilakukan dengan cara menekan tombol Show report.

V. KESIMPULAN

1. Pembuatan software Ergonomics for marine application memberikan hasil yang cukup signifikan untuk menganalisa suatu peralatan atau item di bridge deck, apakah sudah memenuhi aturan ergonomic atau belum. 2. Terdapat rekomendasi yang muncul ketika suatu

peralatan yang dianalisa belum memenuhi aturan ergonomic dan yang telah memenuhi aturan ergonomic. Masing – masing dari rekomendasi tersebut memuat nilai ergonomic yang sesuai untuk tiap item yang dianalisa, sehingga dapat diketahui berapa nilai egonomik yang harus dimiliki oleh masing – masing item agar sesuai dengan ergonomic rules.

3. Rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan perbaikan pengaturan tata letak item dan peralatan

di bridge deck maupun untuk perancangan kapal baru sehingga didapatkan nilai ergonomic yang sesuai dengan rules.

4. Desain one man controlled bridge memiliki nilai ergonomik yang baik dalam membantu ABK saat menghandle seluruh kegiatan operasioanal di bridge deck.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih penulis ucapkan untuk kedua orang tua yang selalu memberikan semangat , doa, dan dukungan baik moril ataupun materil. Untuk Dosen pembimbing dan berbagai pihak yang telah membantu selama pengerjaan tesis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan untuk Pemerintah Republik Indonesia dan kementrian pendidikan Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa Fresh Graduate ITS, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Master program studi Teknologi Kelautan dengan baik dan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ABS Technical Papers. Human Factors and Ergonomics in Safe Shipping: the ABS Approach. London , 2002.

[2] American Bureau of Shipping. Bridge Desain and Navigational equipment/system .Januari , 2010.

[3] American Bureau of Shipping. Ergonomic Desain Of Navigation Bridges. 2003.

[4] American Bureau of Shipping. (2003). Guidance Notes on the Application of Ergonomics to Marine Systems. Houston, TX: Author. [5] Aprilia, Venta Kevara . “Perancangan Tata Letk One Man Controlled

Bridge Berdasarkan Aplikasi Maritime Ergonomik” . Surabaya : 2012. [6] Calhoun, S. R., “Human Factor in Ship Design”: Preventing and

Reducing Shipboard Operator Fatigue, Society of Naval Architecture and Marine Engineering Chesapeake Section Meeting, 15th December 2003.

[7] Consolidated Edition, IMO .International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974, and 1988 Protocol relating there to , London : 2001. [8] International Maritime Organization. GuideLines on Ergonomic

Criteria for Bridge Equipment and Layout. 2000.

[9] Kobayashi H. “Human Factor for Safe Navigation”, Promotion of the Research on Mariners’ Characteristics. International Conference on Marine Simulation and Ship Manoeuvrability (MARSIM 2006), 25-30 June 2006.

[10] Nee, Lim Shiau ; Yaakob, Omar bin. “Application of Ergonomics in Ship Design”. Faculty of Mechanical Engineering Universiti Teknologi Malaysia. Proceedings of the International Conference on Mechanical Engineering 2003 (ICME2003), Dhaka, Bangladesh : 26- 28 December 2003.

Referensi

Dokumen terkait